Assalamu'alaikum,, Salam hangat untuk pembaca semuanya..
Terimakasih banyak ya sudah mau mampir dan membaca novel saya yang ke sekian kalinya😇...
Cerita kali ini bertema kan tentang Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT), Semoga suka dengan alur ceritanya dan jangan lupa dukungannya dengan memberi like dan komentar terbaiknya ya..
SELAMAT MEMBACA
🙂🥰🤗
...💕💕💕...
Almahyra memandangi pantulan dirinya didepan cermin yang ada didalam kamarnya. Malam itu, Alma, nama panggilan gadis cantik bertubuh mungil tersebut, sengaja berhias diri untuk menyambut kedatangan suaminya tercinta yang beberapa hari ini pergi keluar kota untuk melaksanakan tugas lapangan yang diberikan oleh dosen di kampusnya.
Alma kembali tersenyum lebar memandangi dirinya yang sangat cantik dengan menggunakan gaun biru pemberian dari Rifan, Suaminya yang baru saja satu bulan menikahinya. Sedangkan tangan kanan Alma terlihat sedang mengelus - elus lembut bagian perutnya yang sudah mulai membucit.
Yah.. Pernikahan Alma dan Rifan terjadi tanpa direncanakan. Karena memang mereka masih sangat muda dan sama - sama masih berstatus mahasiswa di sebuah universitas yang sama. Mereka yang awalnya berpacaran terpaksa menikah karena Alma dihamili oleh Rifan. Kejadian yang begitu cepat, tanpa ada niat dan keinginan dari mereka masing-masing untuk berbuat diluar batas seperti itu. Namun, semuanya sudah terlanjur terjadi dan mau tidak mau mereka akhirnya harus menikah.
Meskipun Alma tahu dia sudah melakukan dosa besar atas perbuatannya tersebut, ditambah lagi ia sudah membuat kedua orang tuanya kecewa dan marah. Namun, disisi lain Alma merasa cukup bahagia bisa menikah dengan Rifan, sosok lelaki yang sangat tulus menyayanginya dan juga bertanggung jawab dengan apa yang ia perbuat. Begitu juga dengan Alma yang begitu sangat mencintai dan menyayangi kekasihnya itu.
Beberapa saat kemudian, terdengar suara sebuah mobil memasuki halaman rumah mewah milik keluarganya Rifan. Memang saat ini Alma tinggal dirumah Rifan, sedangkan keluarga Alma sendiri berada dikampung. Dan sebelum menikah dengan Rifan, Alma ngekos tidak jauh dari kampusnya.
"Bang Rifan sudah pulang.." gumam Alma dengan nada kebahagian yang tiada tara karena memang kepulangan Rifan sangat dinanti - nantinya, meskipun suaminya itu hanya pergi 5 hari saja, namun sudah mampu membuat Alma merasa rindu sepanjang hari.
Alma kemudian bergegas berlari kecil menuruni anak tangga menuju ke pintu depan untuk menyambut kepulangan suaminya itu. Sesampainya didepan pintu utama, senyum Alma semakin merekah saat ia melihat Rifan yang baru saja turun dari mobilnya yang dikendarai oleh Pak Iwan, Supir pribadi keluarga Rifan. Almapun langsung melangkah penuh kepastian mendekati Rifan. Dan kini, Alma sudah berada tepat didepan Rifan. Maka dengan spontan Alma langsung saja mengulurkan tangannya kearah Rifan bermaksud untuk menyalami dan mencium tangan Suaminya itu. Tapi, sebuah tindakan tak terduga malah diberikan oleh Rifan. Alih - alih meraih uluran tangan dari Alma, Rifan malah menepis nya dengan kasar dan kemudian berlalu dari sana dengan langkah cepat, meninggalkan Alma yang menatap Rifan dengan penuh kebingungan.
Setelah itu, masih dengan kebingungan, Alma kemudian mengikuti langkah kaki Rifan yang mulai menaiki anak tangga menuju kekamar mereka.
"Bang.. Bang Rifan.. Kenapa? Ada masalah ya?" dari belakang punggung Rifan, Alma bertanya - tanya dengan ekspresi bingungnya. Namun, yang ditanya tidak menjawab dan terus melangkah cepat menuju kearah kamar dan akhirnya Rifan sampai didepan pintu kamar dan kemudian masuk kedalam kamar dengan sebelum itu ia membuka dan mendorong pintu kamar dengan keras dan kasar. Sontak saja hal itu membuat Alma langsung tersentak kaget, tidak menyangka Rifan melakukan hal itu.
"Ya, Allah.. Bang Rifan..!!" desis Alma dengan wajah tak percaya atas apa yang telah Rifan lakukan barusan. Apalagi selama kenal dengan suaminya itu, tidak pernah sekalipun Alma melihat Rifan semarah dan sekasar ini. Tentu saja bersarang pertanyaan besar dibenak Alma, ada apa dan kenapa suaminya terlihat begitu marah.
Rifan kemudian duduk ditepi ranjangnya dengan melotot gusar kearah Alma. Tatapan tajam dan mengandung kemarahan masih tertangkap oleh Alma sehingga membuat Alma langsung saja menghampiri suaminya itu dan kemudian ikut duduk disampingnya.
"Bang Rifan, kenapa? Gak suka ya lihat Alma pakai baju ini?" tanya Alma dengan wajah polosnya itu menatap Rifan dengan penuh perhatian seraya tangannya menyentuh bahu Rifan.
"TURUNKAN TANGAN KAMU DARI BAHU SAYA!!" perintah Rifan tiba - tiba dengan nada setengah membentak.
Bentakan yang lumayan kuat itu membuat darah Alma langsung berdesir hebat, sesuatu hal yang sekalipun tak pernah terlintas dipikirannya bahwa Rifan akan tega membentaknya seperti itu. Kendatipun demikian, tangan Alma masih tetap berada di bahunya Rifan.
"Gak dengar kamu ya? turunkan tangan mu ini..!!" ketus Rifan dan kali ini langsung menjatuhkan tangan Alma dari bahunya dan lagi - lagi Alma hanya bisa melongo kebingungan menerima perlakuan kasar yang diberikan oleh suaminya itu.
"Tapi, bang.. Ada apa sebenarnya? Bang RIfan lagi ada masalah ya dikampus?" Alma kembali menyodorkan pertanyaan ke Rifan dengan sabar dan tenang. Karena hatinya berkata bahwa Rifan pasti lagi kecapean sehingga membuat pikirannya jadi suntuk, sampai akhirnya timbul perasaan kesal dihati Rifan dan ingin menumpahkan rasa amarahnya itu. Alma berusaha untuk berpikiran positif meskipun apa yang terlihat tidak sesuai dengan yang ada didalam hatinya. Bukannya menjawab pertanyaan Alma, Rifan malah membuang wajahnya kesmbarang arah.
"Iya, maaf bang Rifan. Alma tahu pasti bang Rifan kecapean kan? karena baru pulang dari luar kota. Jadi, sekarang abang mau Alma bikinkan minum? Kopi mungkin? Biar Alma bikinkan kopi spesial untuk bang Rifan. Tunggu sebentar ya.." ucap Alma yang diakhiri dengan senyum ikhlasnya itu. Tanpa menunggu jawaban dari Rifan, Alma pun langsung bergegas keluar dari kamar dan menuju ke dapur.
Selang beberapa menit kemudian, Alma kembali datang dengan membawa minuman yang ia buat untuk suaminya itu.
"Bang Rifan sayang.. Ini Alma bawakkan minuman spesial tuk abang.." ucap Alma setelah masuk ke dalam kamar namun tidak melihat Rifan duduk ditempat yang tadi. Alma kemudian meletakkan minuman tersebut diatas meja dan berjalan menuju kamar mandi karena ia mendengar bunyi percikan air dari dalam sana.
"Bang Rifan lagi mandi ya?" tanya Alma sembari mengetuk halus pintu kamar mandi tersebut. Rifan tidak menjawab pertanyaan dari Alma, namun tak lama kemudian Rifan keluar dari kamar mandi dengan ekspresi wajah yang kali ini semakin menyeramkan bagi Alma. Wajah itu begitu sangar yang ia perlihatkan dihadapan Alma.
Alma hanya mampu bertanya - tanya dalam hati dan juga mencoba mengingat apakah ia telah berbuat satu kesalahan sehingga membuat suaminya jadi marah seperti itu. Tapi, Alma sedikitpun tidak menemukan dimana letak kesalahannya.
"Alma ada salah ya bang?" akhirnya Alma bertanya kepada Rifan dengan wajah pilu dan hati yang risau.
"YA.. Kamu sudah berbuat kesalahan. KESALAHAN FATAL, ALMA!!!" ungkap Rifan akhirnya dengan mengarahkan telunjuknya ke wajah Alma.
"Ke-kesalahnan apa, bang?" tanya Alma dengan terbatas - bata.
Tapi, bukan langsung menjawab pertanyaan dari Alma, Rifan malah menggeserkan tubuh Alma dari hadapannya dengan sangat kasar. Hampir saja tubuh Alma menabrak meja yang ada disudut sana karena saking kuatnya ia mendorong tubuh istrinya itu.
"Malam ini.. Kamu tidur disofa sana!!" ketus Rifan seraya melempar bantal dan selimut milik Alma kearah sofa. Sedangkan Alma hanya diam mematung dengan hati dan perasaan yang ngilu.
...🌺🌺🌺🌺...
BERSAMBUNG...
"Hai, Alma...!! Melamun aja aku perhatikan sejak tadi, sedang Mikirin apa sih?" sebuah suara lembut menyapa Alma dari belakang punggungnya. Alma yang sejak tadi masih duduk didalam kelas langsung menoleh kebelakang dan mendapati seorang wanita berhijab panjang sedang tersenyum manis kepadanya.
"Eh, Khadijah. Kamu Bikin kaget aku saja," ucap Alma dengan tersenyum tipis.
"Afwan Ma.. kalau bikin kamu kaget. Tapi, aku penasaran deh. Kamu sejak tadi kok diam aja? Seperti sedang memikirkan sesuatu gitu, apa ada masalah ya? Terus.. wajah kamu juga agak pucat. Kamu lagi sakit ya Ma?" tanya Khadijah dengan nada risau seraya menyentuh lembut dahi teman dekatnya itu.
"Ngak kok Dijah, aku baik - baik saja." kata Alma lalu kemudian menunduk, seakan menyembunyikan wajahnya dari Khadijah. Alma yakin pasti terlihat sekali dari wajahnya bahwa ia sedang berbohong Karena memang Alma sedang tidak baik - baik saja saat ini.
Sejak tadi pagi lagi Alma sudah tidak bersemangat untuk mengikuti perkuliahannya hari ini. Pikirannya bercabang - cabang, ditambah lagi didalam hatinya masih bersarang bermacam - macam pertanyaan tentang kejadian tadi malam. Yah.. Kejadian atas perlakuan tak terduga yang diberikan Rifan terhadapnya. Perlakuan dan juga perkataan kasar yang bertubi - tubi dilontarkan oleh suaminya itu terhadapnya. Dan sampai detik ini pun, Alma belum mendapatkan jawaban atas semuanya. Lelah Alma bertanya kepada Rifan, ada apa dan kenapa dirinya tiba - tiba berubah, tapi Rifan tidak kunjung memberikan jawaban yang menenangkan hati Alma malahan sebaliknya ia dihujami kata - kata cacian kasar yang keluar dari lisan lelaki yang sangat dicintainya itu.
"Kalau kamu lagi ada masalah, kamu cerita donk sama aku, Ma. Jangan dipendam - pendam sendiri, kita kan sudah lama kenal dan bersahabat. Sejak SMP lagi, jadi aku harap kamu bisa lebih terbuka ya sama aku." ujar Khadijah yang masih setia duduk di samping Alma. Khadijah sudah sejak tadi memperhatikan gerak gerik Alma yang ia yakini pasti sedang tidak baik - baik saja. Alma hanya mengangguk pelan dengan kembali tersenyum tipis.
Beberapa menit kemudian, Alma merasakan ada sebuah tekanan dari dalam perutnya, yang akan mendorong sesuatu untuk keluar. Alma mendadak mual dan ingin muntah. Maka, Alma buru - buru menutup mulutnya dan kemudian berdiri dari kursi yang ia duduki saat tadi.
"Ma? Kenapa?" tanya Khadijah dengan bingung.
"Aku.. Aku ke toilet sebentar ya." pamit Alma dan bergegas keluar dari kelas.
"Mau aku temanin, Ma?" tawar Khadijah namun langsung dijawab dengan gelengan kepala oleh Alma yang sudah diambang pintu keluar.
Sesampainya Alma didalam toilet, wanita itu langsung saja mengeluarkan cairan bening dari dalam mulutnya. Alma muntah berkali - kali, tapi hanya muntah air saja karena memang sejak tadi pagi perutnya belum diisi oleh makanan sedikitpun. Alma seakan tidak nafsu makan diakibatkan karena perubahan sikap yang ditampakkan Rifan tadi malam terhadapnya.
Setelah memastikan tidak ada lagi perasaan ingin muntah, maka Alma pun keluar dari toilet dengan memegang perutnya yang mulai terasa perih.
"Aduuh, sepertinya magh aku kambuh nih." keluh Alma dengan mengeryitkan keningnya karena menahan sakit.
"Sabar ya sayang, ibu akan cari makanan dulu untuk kamu.." lirih Alma sembari memandang kearah perutnya dan juga sambil mengelus - elus perutnya tersebut.
Setelah itu, Alma berjalan menuju kearah kantin. Dan saat pertengahan jalan, tiba - tiba saja tubuh Alma terasa oyong dan akan tumbang. Alma lalu berhenti berjalan sedangkan tangan kirinya memegang tembok yang ada disebelahnya. Alma seperti tidak kuat untuk berjalan, jangankan untuk berjalan, untuk berdiri dan menompang badannya sendiri saja ia seakan tidak mampu lagi. Semua yang ada disekitarnya seakan bergoyang. Dan detik kemudian, tubuh Alma akhirnya ambruk juga dan terjatuh kebawah. Namun, belum sempat tubuhnya menyentuh lantai, seorang laki - laki malah menyambut tubuhnya dari belakang.
"Alma, kamu kenapa? Kamu sakit ya?" tanya laki - laki itu dengan nada risau. Laki - laki tersebut masih memegang tubuh Alma dari belakang, sedangkan Alma saat itu sudah terduduk dilantai dengan lemas. Dan bersamaan itu pula, Rifan datang dan sudah dapat dipastikan melihat Alma dipeluk dari belakang oleh laki - laki itu. Wajah Rifan langsung berubah merah padam, amarah suaminya itu kembali memuncak. Lalu dengan cepat Rifan langsung saja menarik tangan Alma dengan kasar agar menjauh dari laki - laki tersebut. Dan kemudian Rifan membawa Alma dengan setengah menyeretnya kearah parkiran.
"Fan, jangan kasar gitu lah sama istri sendiri. Lagi pula, sepertinya Alma sedang sakit tu.." ucap lelaki itu dengan wajah tak senang.
"Bukan urusan kamu!!" ketus Rifan dengan garang dan tetap menarik tangan Alma menuju ke parkiran.
...🌺🌺🌺🌺...
Sesampainya dirumah, tanpa berkata apapun Rifan langsung saja menarik tangan Alma untuk keluar dari dalam mobilnya.
"Bang Rifan, sakit.. Kenapa kasar sekali sih?" protes Alma karena sejak tadi Rifan selalu menarik tangannya dengan kasar. Namun, Rifan sama sekali tidak menghiraukan keluhan Alma tersebut. Ia tetap menarik tangan Alma menuju ke kamar mereka. Dan sesampainya didalam kamar, Rifan kemudian mendorong tubuh Alma hingga jatuh dan terduduk diatas tempat tidur.
"Aduuh.." desis Alma yang seakan merasakan tubuh mungilnya itu melayang dan terhempas disana.
"Bang, bang Rifan kenapa jadi kasar begini? Kok tega sekali nyakiti Alma?" tanya Alma dengan beruraian air mata. Ia sungguh merasa sedih, padahal saat ini ia butuh perhatian dari Rifan karena rasa tidak enak pada badannya. Tapi, bukannya perhatian yang ia dapati, malahan perlakuan kasar yang kembali ia terima.
"Perempuan centil seperti kamu tidak layak diperlakukan dengan baik." desis Rifan seraya melihat tajam kearah Alma.
"Apa? Centil? Maksud bang Rifan apa dengan mengatakan Alma centil?" tanya Alma yang merasa heran dengan tuduhan yang dilayangkan oleh Rifan.
"Kamu malah bertanya apa maksud aku ha? Gak sadar dengan apa yang kamu lakukan dibelakang aku tadi?" kata Rifan dengan nada tinggi.
"Melakukan apa? Alma.. gak melakukan apa - apa di belakang bang Rifan.." ucap Alma membela dirinya.
"Cih.. jangan berpura - pura polos dan bodoh gitu kamu, Alma. Aku sudah tau semuanya, bagaimana kamu sebenarnya." kata Rifan dengan menyunggingkan senyum getirnya.
"Alma gak ngerti apa maksud bang Rifan." kata Alma dengan menggeleng - gelengkan kepalanya.
"Oh ya? Tidak mengerti kamu bilang, jadi apa tadi itu ha? Kenapa Kamu diam saja dipeluk oleh Rama dari belakang? Apa kamu menikmatinya ha? Menyukainya? IYA KAN??" tanya Rifan dengan membentak - bentak, ditambah lagi matanya itu melotot gusar kearah Alma sehingga membuat Alma menjadi ketakutan.
"Tidak bang, itu tidak seperti bang Rifan pikirkan. Tadi itu Alma..." belum sempat Alma menyelesaikan kalimatnya, amarah Rifan kembali meledak - ledak. Dan Kali ini malah menendang sebuah kursi yang tak bersalah didalam kamar itu kesembarang arah. Kejadian barusan benar - benar membuat Alma syok.
"Mulai besok aku tidak akan izinkan kamu lagi untuk ke kampus. Kamu HARUS BERHENTI KULIAH." tegas Rifan dengan berapi - api. Sedangkan Alma hanya terdiam dan tersandar lemas ditempat tidurnya.
Bersamaan dengan itu pula, tanpa mereka sadari sejak tadi ada seseorang yang berdiri didepan pintu kamar mereka yang tak tertutup rapat. Sudah dapat dipastikan seseorang itu mendengar semua pembicaraan mereka dengan sebuah senyuman licik yang tergambar disana.
...🌺🌺🌺🌺...
BERSAMBUNG..
Setelah puas memarahi Alma bertubi - tubi, lalu Rifan keluar dari kamar dengan sebelum itu ia mengunci pintu kamar tersebut dari luar.
"Bang, bang Rifan? Buka pintunya.. Kenapa Alma dikunci didalam bang?" tanya Alma dengan menarik gagang pintu yang sudah terkunci itu. Tapi, Rifan sama sekali tidak menggubris rengekkan Alma tersebut. Ia malah berlalu dari sana menuju kebawah.
Sesampainya dibawah, Rifan berpapasan dengan Mamanya.
"Rifan, ada apa ini? Mama dengar ada keributan dikamar kamu." tanya Jelita, wanita separuh baya yang merupakan Mamanya Rifan.
"Ngak ada apa - apa Ma, biasalah.. Rifan cuman lagi memberikan sedikit pelajaran untuk Alma." jawab Rifan dengan cuek.
"Pelajaran apa, Rifan? Mama dengar Alma sampai menangis gitu dan juga ada benda - benda yang berjatuhan. Kalian tidak sedang bertengkar hebat kan?" tanya Jelita lagi seraya menatap Rifan dengan curiga.
"Ya.. Pelajaran agar dia tidak lagi berbuat macam - macam dibelakang Rifan. Mama tahu sendiri kan Aku paling tidak suka dikhianati." kata Rifan dengan geram.
"Memang apa yang dilakukan Alma? Dia mengkhianati kamu? Mengkhianati bagaimana maksud kamu, Fan?" Mama Rifan kembali bertanya dengan nada tak percaya.
"Tadi Rifan lihat dia sedang berduaan dengan teman laki - lakinya saat di kampus Ma, laki - laki itu lagi memeluk Alma dari belakang. Bagaimana Rifan tidak marah melihat istri Rifan bermesraan dengan cowok lain? dan sebelum - sebelum nya juga Rifan sudah menyelidiki gerak gerik Alma, Rifan suruh orang untuk menguntit keseharian dia di kampus. Dan ternyata apa.. dia sering berhubungan dan berduaan dengan cowok yang bernama Rama itu." cerita Rifan dengan geramnya.
"Ya ampun, Alma seperti itu? Mama sungguh tidak menyangka, Fan." kata Mama Rifan dengan menggeleng - gelengkan kepalanya.
"Makanya mulai hari ini.. Rifan sudah putuskan Alma untuk berhenti kuliah. Biar dia dirumah saja. Dia tidak boleh keluar dari rumah sebelum Rifan memberikan dia izin untuk keluar rumah." kata Rifan dengan suara yang lantang. Sedangkan wajah Mama Rifan langsung berubah menjadi sumringah mendengar pernyataan anak lelakinya tersebut.
...🌺🌺🌺🌺...
Sudah 2 jam lebih Alma dikurung didalam kamarnya, dan sudah berkali - kali pula Alma mencoba berteriak dan memanggil siapapun itu yang ada dirumah ini agar membuka kan pintu. Namun, sangat disayangkan tidak ada satupun yang datang menolongnya untuk membuka kan pintu.
Alma juga sudah berkali - kali menghubungi nomor Rifan dan juga mengirimkan pesan singkat ke nomornya. Tapi, semuanya juga sia - sia. Panggilan dan pesan dari Alma sama sekali tidak dihiraukan lelaki itu.
"Bang Rifan.. Kenapa jadi seperti ini? Bang Rifan kok tega sekali sama Alma.." lirih Alma yang hanya bisa menangis tersedu - sedu.
'Alma kelaparan bang.. Alma mohon bukakan pintunya, Alma belum makan sejak tadi pagi. Perut Alma perih banget ni bang, Alma lagi hamil lo bang.. Janin ini juga butuh makan.'
Akhirnya Alma mengirimkan pesan tersebut ke Rifan. Ia tidak tahu lagi harus berbuat apa, sedangkan tubuhnya sudah semakin lemah tak berdaya untuk berteriak.
Selang 5 menit kemudian setelah Alma mengirimkan pesan terakhir tersebut, akhirnya pintu kamarnya terbuka dan muncullah Rifan didepan pintu sana dengan membawa sepiring nasi. Melihat Rifan datang membawa makanan tersebut, membuat Alma langsung menghela nafas dengan lega. Setidaknya ia beranggapan Rifan masih peduli terhadapnya.
"Bang.. Ini makanan untuk Alma kan?" tanya Alma yang perlahan - lahan berdiri dari tempatnya duduk tadi. Sedangkan Rifan kini sudah berada di depan Alma.
"Yaa.. Makanlah, tapi hukuman untuk kamu akan tetap berlanjut setelah ini." ujar Rifan dengan nada dingin.
"Hukuman? Memang Alma melakukan kesalahan apa bang Rifan, sampai - sampai bang Rifan memberikan Alma hukuman seperti ini?" tanya Alma dengan nada kesal.
"Bang Rifan seperti bukan bang Rifan yang Alma kenal. Bang Rifan berubah!!" lanjut Alma lagi yang seakan ingin menumpahkan kekesalan yang sejak tadi ia tahan.
"Bang Rifan jadi Kasar, pemarah dan bahkan tidak segan - segan menyakiti Alma. Bang Rifan kenapa? Apa salah Alma!!?? Kenapa bang Rifan tega mengurung Alma dikamar selama 2 jam lebih ini, kenapa bang??" tanya Alma bertubi - tubi dengan tarikan nafas yang naik turun.
"DIAM KAMU..!!" bentak Rifan. Bukannya kata maaf yang diucapkan oleh suaminya itu, tapi malah bentakan yang begitu kuat terdengar ditelinga Alma. Bentakan yang membuat hati Alma langsung terhenyak. Alma kemudian menutup mulutnya dengan kedua tangannya dan air mata yang sudah tergenang sedari tadi akhirnya kembali tumpah membasahi pipinya yang mulus.
"Masih bertanya kenapa aku berubah seperti ini ha? Seharusnya kamu intropeksi diri..!!" kata Rifan seraya menempelkan jari telunjuknya didada Alma, dengan setengah menekannya.
"Sekarang.. kamu jawab jujur Alma, ada hubungan apa kamu dengan Rama?" tanya Rifan dengan mata tajamnya itu memandang Alma penuh selidik.
"Hubungan apa maksud bang Rifan? Aku.. Aku gak paham kemana arah pembicaraan bang Rifan ini." kata Alma dengan mengeleng - gelengkan kepalanya.
"Sudah berapa lama kalian berhubungan Ha??" tanya Rifan lagi dan kali ini ia mencengkram lengan Alma dengan kuat.
"Aduhh.. Sakit bang.." keluh Alma yang menahan sakit pada lengannya.
"MAKANYA JAWAB..!!" Rifan kembali membentak Alma.
"Ngak ada, gak ada hubungan apa - apa. Bang Rifan jangan salah paham dengan yang bang lihat, tadi itu.. Alma.." belum sempat Alma menyelesaikan ucapannya, Rifan malah mendorong tubuh Alma sehingga jatuh dan mendarat diatas kasur.
"Aku tidak akan biarkan kamu keluar dari kamar sebelum kamu mengakui perbuatan busuk mu itu, Alma." ketus Rifan dan setelah itu berlalu dari sana dengan kembali mengunci pintu kamar dari luar. Alma kemudian berlari menghampiri pintu dan mencoba membuka pintu yang sudah terkunci itu.
"Bang Rifan.. Bang.. Buka pintunya.. Alma mohon.." kata Alma dengan setengah memohon. Tapi, sepertinya permohonan Alma itu sia - sia saja karena langkah kaki Rifan terdengar sudah semakin menjauh dari kamar tersebut.
Setelah itu, Alma kembali terduduk lemas di depan pintu dengan memegang perutnya yang terasa semakin perih. Sebenarnya Alma sungguh tak selera untuk makan meskipun saat ini ia sangat kelaparan. Tapi, Alma tidak ingin juga memperturutkan seleranya. Dia harus makan, Alma tidak ingin janin yang dikandungnya jadi bermasalah karena ia yang telat makan. Maka Alma putuskan untuk makan makanan yang dibawakan Rifan tadi. Dengan langkah tertatih - tatih Alma berjalan menuju ke arah meja untuk mengambil makanan tersebut. Namun, belum sampai ia ke tempat tujuan, Tubuh Alma kembali oyong dan apa yang ada disekitarnya pun seakan berputar - putar. Alma merasakan pusing dan sakit kepala yang begitu hebat, sampai akhirnya Alma pun jatuh Pingsan. Alma tak sadarkan diri dilantai kamarnya.
...🌺🌺🌺🌺...
BERSAMBUNG..
.
.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!