Gajendra Nareswara
Gajendra Nareswara adalah anak semata wayang dari Rayhan Nareswara dan Inanti Putri.
Gajendra sering di panggil Jeje oleh keluarganya dan teman terdekatnya. Pria berusia 28 tahun, yang memiliki wajah yang tampan, dengan tinggi ideal. Karena seringnya berolahraga membuat tubuhnya kekar menjadi nilai lebih dari seorang Gajendra Nareswara. Wajah tampan dengan rahang tegas, membuat semua wanita terpesona. Dan banyak wanita yang sangat ingin jadi kekasihnya.
Jeje adalah lulusan universitas swasta di kotanya. Dia mengambil jurusan manajemen bisnis, karena dia harus melanjutkan bisnis yang telah di bangun ayahnya. Tanggung jawabnya untuk melanjutkan bisnis sang ayah, membuatnya mengambil alih perusahaan sang ayah. Rayhan Nareswara adalah adalah salah satu pembisnis yang cukup sukses, perusahaan yang di bangunnya di bidang konstruksi, mengantarkanya menjadi jajaran orang terkaya di kotanya. Karena perusahaan sudah di ambil alih oleh sang putra, kini Rayhan hanya menikmati masa tuanya di rumah bersama sang istri.
Inanti putri, mama dari Gajendra Nareswara ini adalah wanita yang baik, dia selalu baik dengan siapapun, termasuk dengan orang dari kalangan bawah. Walaupun baik, baginya dia harus mendapatkan menantu dari kalangan atas yang sama dengan dirinya juga, jadi dia lebih selektif memilihkan wanita untuk Jeje.
Setelah lulus kuliah, Jeje mengambil alih perusahaan sang ayah, dan membuat perusahaan berkembang pesat. Di kalangan pembisnis, Jeje temasuk salah satu pembisnis muda yang sangat di peritungkan. Banyak pembisnis yang mau berkerja sama dengan perusahaan Jeje, tapi Jeje sangat selektif dalam memilih rekan bisnis.
Terbiasa di manja karena dia anak semata wayang, membuat Jeje tumbuh menjadi pria yang arogan. Semua ucapannya adalah perintah, dan tidak ada berani yang menolak. Sebagai seorang atasan Jeje sangatlah di segani oleh karyawannya.
Walau dia arogan dalam bisnis dan dalam pekerjaannya, dia termasuk pria baik dan penyayang dalam keluarga, Jeje sangat menyanyangi orang tuanya. Dan tidak pernah membantah ucapan orang tuanya.
Bagi teman-temannya, Jeje adalah teman yang sangat menyenangkan.
Bryatta yang sering di panggil Atta adalah salah satu temannya, Atta juga melanjutkan usaha sang ayah di bidang otomotif. Memiliki dealer mobil sport dan beberapa bengkel ternama, membuatnya menjadi salah satu orang terkaya di kotanya.
Daffa prasetyo adalah teman kedua Jeje, mengembangkan usaha restoran peninggalan sang ayah membuatnya menjadi pemilik restoran mewah di kotanya. Ayahnya yang sudah meninggal membuatnya menjadi tulang punggung untuk keluarga.
Walau mereka telah memiliki kesibukan masing-masing setelah lulus kuliah, mereka masih sempat meluangkan waktu untuk berkumpul.
Untuk urusan cinta, Jeje terbilang kurang beruntung. Jeje pernah menjalin cinta dengan teman kuliahnya cukup lama, tapi sayangnya cinta mereka harus kandas karena sang kekasihnya harus di jodohkan, dan meninggalkan Jeje. Karena alasan perjanjian perjodohan orang tuanya, wanita itu harus meninggalkan Jeje.
Cukup lama Jeje memendam sakit hatinya, hingga sekarang dia belum bisa membuka hati, dan menyibukkan diri dengan bekerja.
Sebenarnya banyak pula rekan bisnis Jeje, yang ingin menjadikan Jeje sebagai menantunya, tapi Jeje selalu menolak dengan baik permintaan mereka dengan baik.
Orang tua Jeje pun sering kali mengenalkan anak gadis rekan bisnis atau temannya, tapi Jeje tetap memilih menolaknya.
Zhafira Maheswari
Zhafira Maheswari yang sering di panggil Fira oleh teman dan orang terdekatnya. Gadis usia 23 tahun. Dengan kulit putih dan wajah cantik membuatnya pesona Fira terpancar. Lesung pipi yang menghiasi pipinya, menjadikannya daya tarik tersendiri.
Fira adalah anak semata wayang Anisa dan pak Amin. Bu ani atau yang sering di panggil bu Ani, bekerja di kediaman Reyhan sebagai asisten rumah tangga. Bu Ani sudah lama berkerja di kediaman Reyhan setelah suami bu Ani meninggal dunia. Suami bu Ani dulu adalah sopir keluarga Reyhan dan cukup lama berkerja pada keluarga Nareswara. Tapi Tuhan berkehendalk lain, saat Fira SMP sang ayah sakit jantung, dan akhirnya meninggal dunia karena serangan jantung mendadak.
Setelah suaminya meninggal, sekarang bu Ani menjadi tulang punggung keluarga menggantikan suaminya, dan merawat putri semata wayangnya sendiri.
Di awal setelah kematian sang suami, bu Ani masih memilih pulang kerumah setelah berkerja di rumah keluarga Nareswara. Tapi karena merasa tidak enak akhirnya, bu Ani memilih untuk menetap di kediamanan majikannya.
Fira yang sudah terbiasa mandiri, harus merelakan ibunya tinggal di rumah majikannya. Fira yang di tinggal ibunya, memilih tinggal di rumah sejak SMA. Bu Ani yang merasa keluarga Nareswara yang sudah sangat baik , harus merelakan putrinya sendiri di rumah, dan pulang seminggu sekali untuk menemui putrinya.
Fira kuliah di salah satu universitas di kotanya semester akhir. Walupun hanya asisten rumah tangga, bu Ani selalu berusaha memberikan pendidikan yang terbaik pada putri semata wayangnya.
Tapi beruntungnya, Fira yang di bekali otak yang cukup pintar, membuatnya mendapatkan beasiswa, dan meringgankan biaya kuliah yang di keluarkan ibunya.
Selain pintar Fira adalah wanita periang membuat orang sekitar sangat senang dengannya. Senyumnya yang selalu di menghiasi lesung pipi membuat orang-orang di sekitarnya betah melihat tawa Fira mengembang di wajahnya.
Fira memiliki teman dekat bernama Zara, Zara adalah teman kuliah Fira. Pertama kali masuk ke bangku kuliah, Zara lah orang pertama yang Fira kenal. Zara sama periangnya dengan Fira, membuat mereka sangat dekat.
Karena bukan dari keluarga berada mereka berdua sama-sama memilih fokus kuliah, dan menghindari untuk memiliki kekasih. Mereka lebih banyak menghabiskan banyak waktu bersama-sama, setiap hari. Zara yang terbiasa membawa motor saat kuliah, lebih suka menjemput Fira untuk berangkat bersama dan pulang bersama.
Selain Zara, Fira mempunyai teman satu lagi di kampusnya, yaitu Adhi Prasetyo. Adhi salah satu pria tampan di kampusnya, dengan tinggi ideal dan wajah yang tampan, membuat pesonanya tak kalah dengan yang lain. Sejak awal kuliah, Adhi sudah menaruh hati pada Fira, tapi Fira hanya menganggap teman saja pada Adhi. Adhi yang pantang menyerah selalu berusaha mendekati Fira, walau hanya di anggap teman, bagi adhi tidak masalah asalkan masih bisa dekat dengan Fira.
Sebenarnya banyak yang menaruh hati pada Fira, tapi bagi Fira dia hanya ingin fokus pada kuliahnya. Dia ingin membuat orang tuanya bangga. Walaupun orang tua Fira seorang pembantu atau asisten rumah tangga, Fira ingin membuktikan bahwa dia bisa membanggakan mereka.
Fira bercita cita bisa berkerja di perusahaan ternama. Memberikan kehidupan yang layak suatu saat nanti kepada ibunya.
Fira berfikir tidak selamanya ibunya akan menjadi asisten rumah tangga di kediaman Rayhan Nareswara. Maka dari itu Fira berusaha keras. Fokus pertamanya adalah kuliah dan lulus.
"Fir boleh ibu minta tolong," ucap Bu Ani saat memasak makan malam.
Sebenarnya biasanya ibunya tinggal di rumah majikannya. Seminggu sekali ibu di ijinkan buat pulang.
"Tumben basa-basi bu mau minta tolong aja, biasanya main nyuruh aja," ledek Fira sambil mengunyah apel.
"Kamu tu lho sama orang tua juga," kata Bu Ani kesal.
"Jangan marah dong Bu, kan cuma becanda, emang mau minta tolong apa sih?" selidik Fira.
"Tuan Jeje mau pindah ke apartemen, tapi ibu belum dapat orang buat bantu dia bersih bersih di apartemen."
"Terus hubungan sama Fira apa?"
"Ibu mau minta tolong kamu yang bantu bantu disana dulu sementara belum ada orang."
Fira mengerutkan dahinya, mendengar permintaan ibunya.
"Bersih bersih pagi doang fir, kamu juga dah semester akhir kan jadi nggak banyak kelas, lagian cuma sebentar, paling jam sepuluhan dah selesai kamu bisa langsung berangkat ke kampus."
"Berapa lama Bu?"
"Ya sampai dapat orang buat ganti, mungkin paling cepat dua minggu paling lama ya ibu nggak tau." Bu Ani terkekeh.
"Kalau paling lama ibu nggak tau yang ada selamanya dong bu, sekalian aja jadi istrinya," Fira memanyunkan bibirnya.
"Hust..... jangan bilang gitu, itu majikan ibu lho jangan ngimpi tinggi-tinggi jadi istrinya"
"Becanda kali bu, siapa juga yang mau nikah sama dia"
"Mau ya?" pinta Bu Ani.
"Yaudah Fira mau, demi ibu. Kalau orang lain yang minta, Fira nggak mau," terseyum memeluk ibunya.
"Anak pinter..." Bu Ani mengelus rambut Fira.
"Ibu....jangan di elus rambut aku, bau bawang" rajuk Fira," kesal Fira.
"Halah...nanti kalau dah jadi ibu-ibu juga kamu bau bawang," ledek bu Ani.
"Nanti aku pakai minyak wangi lah, biar wangi, biar suami aku nggak cium bau bawang."
"Pacar aja nggak punya ngehayal suami," Bu Ani terkekeh.
"Doain dong bu, biar anak ibu yang cantik ini cepat dapat pacar."
"Ibu ma selalu doain fir, tapi doa tanpa usaha mana bisa."
"Iya nanti Fira cari..."
Fira meninggalkan ibunya, masuk ke kamar. Karena kalau di lanjutin obrolan masalah pacar bisa panjang urusannya.
Fira mengambil ponselnya menghubungi sahabatnya.
"Halo ra," sapa Fira.
"Kenapa fir tumben telepon malam malam"
"Besok kamu nggak usah jemput ya, soalnya disuruh ibu bantu bantu majikannya pindah ke apartemen," jelas Fira.
"Oh gitu emang berapa lama kamu bantuin nya?"
"Nggak tau, soalnya kata ibu belum dapat orang buat disana, jadi aku kalau pagi suruh kesana dulu."
"Oh ya udah nggak apa-apa, lumayan kan dapat duit," ledek Zara.
"Ya pastilah, masak kerja nggak di bayar, kerja bakti dong namanya aku."
Zara tertawa di seberang sana menanggapi ucapan Fira.
"Ya udah ketemu di kampus besok ya, bye ra"
"Bye...."
***
Pagi ini Fira dan ibunya sudah sampai di kediaman Pak Rayhan.
Bu Ani sudah langsung beraksi memasak di dapur dan Fira membantu ibunya.
"Oh ini anak Bu Ani yang mau bantu Jeje?" tanya Bu Inan pada bu Ani.
" Iya Nyonya," jawab Bu Ani sambil mengangguk.
Fira langsung menyalami Bu Inan dan pak Reyhan.
"Kamu cantik banget, sopan lagi," ucap Bu Inan.
"Terimakasih Nyonya." Fira tersenyum.
"Siapa nama kamu?" tanya Bu Inan lagi.
"Fira..."
"Masih kuliah ya?" tanya Bu Inan.
"Ya Nyonya, sudah semester akhir"?
"Bentar lagi lulus ya." Bu Inan tersenyum.
Fira terseyum mengangguk.
"Oh ya fir kamu bisa packing barang barang Jeje di kamarnya, terus abis itu kamu ikut Jeje ke apartemen ya," pinta Bu Inan.
"Baik "
Fira melangkah menuju kamar Jeje yang sudah di beritahu ibunya. Ibunya tidak bisa membantu karena masih membereskan pekerjaannya.
Tok...tok...tok...
Karena tak ada sahutan saat pintu di ketuk, akhirnya Fira masuk.
Cklek....
"Permisi...."
"Kok sepi banget kemana orangnya" pikir Fira dalam hati.
Saat sedang asik clingak-clinguk mencari penghuni kamar, tiba-tiba pintu kamar mandi terbuka.
Jeje keluar dengan handuk di pinggang.
"Ahh...." Teriak Fira.
Karena kamar Jeje kedap suara, pasti tidak akan ada yang dengar teriakan Fira.
"Aduh mata suci ku sudah di nodai," batin Fira berbalik.
"Siapa kamu?" pekik Jeje marah.
"Maaf Tuan saya anaknya Bu Ani" menjawab dengan posisi membelakangi.
"Tunggu kamu disitu, jangan bergerak dan tutup mata kamu."
"Emang siapa yang mau lihat dia."
Jeje mengambil baju dan memakainya, dan Fira masih diam dengan posisinya.
"Sudah buka mata kamu."
Fira pun membalikan badannya, melihat Jeje sudah memakai kaos dan celana pendek. Fira menelan ludahnya, dia pikir setelah melihat keseksian seorang Jeje dengan dada terbuka akan hilang kalau Jeje sudah pakai baju.
"Ya Tuhan...masih seksi juga dia..."
"Kenapa kamu mau main masuk aja ke kamar saya." Jeje membuyarkan pikiran tentang badan Jeje.
"Maaf...tadi saya sudah ketuk pintu tapi tidak ada sahutan, saya pikir tidak ada orang."
"Harusnya kamu tunggu saja di luar nggak usah main masuk masuk aja." jeje masih geram dengan Fira.
"Maaf Tuan," lirih Fira.
"Ya sudah kamu masukin itu baju saya kedalam koper, terus kamu bawa turun, saya tunggu di bawah."
"Dasar cewek nggak jelas, main masuk ke kamar orang sembarangan, tapi cantik juga anak bu Ani. Aku tidak pernah tau, Bu Ani punya anak secantik ini ."
Jeje turun dan Fira membereskan baju baju Jeje kedalam koper.
"Ich...orang galak amat sih. Padahal ibu bapaknya baik, nyidam apa dulu ibu nya sampai punya anak begitu," grutu Fira.
"Aku harus berapa lama ni nanti kerja sama singa itu, semoga ibu cepat dapat orang, aku bisa mati muda begini caranya."
Akhirnya fira selesai dan membawa koper kebawah. Fira susah payah membawa koper besar turun.
"Ternyata ibu kerja susah ya, aku kurang bersyukur kayaknya kalau masih suka ngambek sama ibu," gumam Fira saat membawa koper.
Jeje sudah menunggu Fira di mobilnya. Fira masih sibuk memasukan koper koper ke dalam bagasi. Lalu Fira masuk ke mobil hendak duduk di belakang.
"Siapa yang suruh kamu duduk disitu, kamu pikir saya supir kamu duduk dibelakang"
"Maaf Tuan."
"Ni orang galak amat sih, nggak bisa ngomong baik kayaknya," gumam Fira seraya keluar mobil dan masuk untuk duduk didepan.
Jeje melajukan mobilnya ke apartemennya, dan sampai di apartemen Fira membawa koper itu sendiri ke apartemen mengekor Jeje di belakang.
Fira masuk ke apartemen Jeje kagum, apartemen dengan desain minimalis, dengan pemandangan kota begitu indah.
"Taruh di kamar kopernya."
Fira masuk ke kamar menaruh koper.
"Huft..." Fira menghela nafas kelelahan.
Fira keluar mencari dapur, rasanya tenggorokanya kering setelah membawa koper besar tadi dari rumah ke apartemen.
"Permisi Tuan, boleh saya minta minum."
"Minum ya tinggal minum aja kenapa harus izin."
"Ntar aku nylonong aja di omelin lagi, dasar singa..."
"Maaf Tuan, Tuan kan yang punya rumah jadi saya harus izin."
Jeje memutar bola matanya malas menjawab.
"Dasar singa...," gumam Fira sambil berjalan menuju dapur untuk minum.
Setelah minum untuk menghilangkan hausnya, Fira menemui Jeje di ruang tamu.
"Maaf Tuan, apa ada yang bisa saya kerjakan lagi?"
"Kamu masuk masukin baju saya ke lemari."
Fira pun masuk ke kamar, dan membereskan baju baju Jeje ke dalam lemari. Sekitar jam sepuluh pekerjaannya belum selesai.
drt...drt..
Ada telepon masuk dari Zara.
"Fir kok kamu belum ke kampus?" tanya Zara dari seberang sana.
"Aku masih di rumah majikan ibu, kayaknya
aku nggak ke kampus hari ini, ini belum selesai beberesnya."
"Oh gitu...gimana majikan kamu ganteng nggak?"
"Ganteng sih tapi galak kayak singa, dari tadi aku di marahin mulu."
"Ha...ha...biasanya kamu yang galak sama cowok, sekarang kamu di galakin, kualat sih kamu."
"Beda lah, aku kan galak sama cowok-cowok kegenitan aja, ini juga aku ngalah karena dia majikan ibu, kalau enggak udah aku lawan."
"Udah dulu ya, aku mau cepet cepet beres ini, dah nggak sabar pulang dari kandang singa."
Belum sempat Fira tutup teleponnya sudah terdengar suara dari arah pintu kamar.
"Dimana kandang singa?" tanya Jeje tiba-tiba.
Fira kanget bukan kepalang mendapati Jeje mendengar dia mengatakan kalau apartemennya kandang singa.
Jeje mendekat kearah Fira, Fira masih mematung tak bisa berkata apa-apa, karena ketahuan mengatakan apartemen Jeje kandang singa. Mulutnya benar benar terkunci rapat tak bisa berkata apa-apa. Saat Jeje mendekat tanpa di sadari Fira mundur menempel di pintu lemari. Tak ada jalan lagi untuk pergi karena tiba-tiba jeje sudah mengunci dengan tangan Jeje.
"Kamu bilang apartemen saya kandang singa?"
Karena sudah terkunci dengan tubuh Jeje, jarak Jeje dan Fira sangat dekat. Saat memberi pertanyaan pun, nafas Jeje berhembus, aroma mint menyeruak dari hembusan nafas Jeje.
"Maaf Tuan," ucap Fira pelan.
Muka Fira sudah memerah antara malu ketahuan dan terpesona oleh ketampanan Jeje.
Jeje hanya terseyum mendapati jawaban Fira.
"Kenapa kamu bilang begitu?" tanya Jeje lagi mendekat ke telinga Fira.
Karena Jeje terlalu dekat Fira langsung mendorong Jeje. "Tolong jaga jarak anda Tuan, jangan mentang-mentang anda majikan terus seenaknya berbicara dekat."
"Ya saya memang mengatakan kalau apartemen anda ini kandang singa, karena anda sudah seperti singa dari tadi marah-marah kepada saya"
"Apa karena anda orang kaya bisa seenaknya marah marah begitu, pada saya padahal saya sudah minta maaf."
"Kalau saya salah anda bisa tegur saya baik baik, bukan bentak bentak seenaknya aja"
Muka Fira benar-benar merah meluapkan kemarahannya dan tak berhenti berbicara.
"Mengemaskan sekali melihatnya marah marah begini."
"Sudah marahnya?, kayaknya yang singa itu kamu," ledek Jeje berlalu cuek meninggalkan Fira
"Achh...." Geram Fira saat Jeje sudah pergi dengan seenaknya saja saat Fira masih marah.
"Tadi dia bilang apa?, aku singa?"
"Tapi aku mengatai dia singa karena marah marah, dan sekarang aku marah marah berarti aku singa dong."
"Ya ...kamu biangnya singa," teriak Jeje masih didepan pintu belum keluar dari kamar.
Seketika Fira malu.
"Ya Tuhan, dia dengar lagi. "
Akhirnya Fira berbalik cepat-cepat merapikan baju. Di pikirannya dia ingin cepat-cepat pulang, dia benar-benar malu sekali pada majikannya
Fira keluar dari kamar dan mencari keberadaan Jeje. Fira melihat Jeje yang sedang duduk di ruang tamu, dan akhirnya Fira memilih menghampirinya.
"Maaf Tuan apa ada yang harus saya kerjakan lagi."
"Nggak ada, kamu pulang aja, tenangkan dirimu itu biar nggak emosian kayak singa."
"Cih...siapa yang emosi."
Karena males meladeni akhirnya Fira berpamitan. "Kalau gitu saya pulang dulu."
"Eh...tunggu..."
"Besok kamu datang kesini jam 6, kamu siapkan sarapan untuk saya, setelah saya berangkat kerja kamu bersihin rumah ini."
"Baik saya permisi"
"Lucu juga, setidaknya aku dapat hiburan" ucap Jeje saat Fira sudah meninggalkan apartemennya.
***
Fira pulang ke.rumah dengan keadaan sangat lelah. Hari pertama kerja di rumah Jeje benar benar menguras tenaganya, dan lebih lagi menguras emosinya.
Setelah membersihkan diri, Fira merebahkan tubuhnya di tempat tidur. Rasa nyaman menghilangkan lelah, adalah dengan tidur pikir Fira. Belum sempat dia memejamkan matanya, ponselnya sudah berdering, menganggu istirahatnya.
Drt..drt...drt
Ibu calling
"Halo Bu."
"Ya halo fir, kamu udah pulang?"
"Udah bu baru aja, ini baru ngerebah."
"Gimana hari pertama kerja di apartemen Tuan Gajendra?" tanya Bu Ani dari sambungan telepon.
"Gaje bu, alias nggak jelas sama kayak namanya," jawab Fira kesal, saat nama majikannya di sebut.
"Hust..kenapa ngomongnya gitu sih."
"Ya emang nggak jelas bu, masak aku di marahin terus," keluh Fira pada ibunya.
"Mungkin kamu buat salah fir, setahu ibu Tuan Jeje itu nggak pernah marah-marah," bela sang ibu yang terdengar menyebalkan bagi Fira.
"Masak Fira bohong sih Bu, orang dia marah marah mulu," jawab Fira malas pada ibunya yang membela majikan.
"Ya udah fir kamu sabar, namanya juga kerja sama orang, ya harus siap di marahin kalau salah, nanti kalau ibu dah dapat gantinya kamu bisa keluar dari kerjaan ini."
"Iya bu...Fira sabar-sabarin, nanti stok sabar Fira tambah, " Fira hanya memilih mengalah berdebat dengan ibunya.
"Kamu tu lho kalau di bilangin ngeyel aja, ya udah kamu istirahat sana besok jangan kesiangan ke tempat tuan Jeje."
" Iya Bu..."
Fira pun menutup teleponnya dan memejamkan matanya, mengistirahatkan tubuh dan pikirannya yang sangat lelah hari ini.
**
Pagi harinya Fira bersiap bekerja di apartemen Jeje. Dengan naik angkutan umum Fira menuju apartemen Jeje.
"Semangat fir...." Fira bergumam menyemangati dirinya sendiri, sebelum masuk apartemen yang dia bilang kandang singa.
Ting...tong..
Fira menekan bel apartemen.
Fira melihat Jeje membuka pintu, pemandangan yang dia lihat pertama kali adalah, Jeje dengan rambut acak-acakan khas bangun tidur, tapi ternyata itu tidak mengurangi ketampanannya seorang Gajendra.
"Ini orang bangun tidur rambutnya acak-acakan aja masih cakep, coba aku yang bangun tidur pasti dah kayak singa."
"Kenapa bengong, saya emang tampan," tegur Jeje melihat Fira diam terpaku menatapnya.
Fira hanya tersenyum, saat Jeje menegurnya.
"Tidak Tuan, saya tidak bengong, cuma Tuan bangun tidur bekas ilernya keman-mana," elak Fira.
Jeje langsung meraba bibir dan pipinya.
"Enak aja kamu bilang saya ileran," dia berlalu mencari kaca.
Fira hanya menahan tawa melihat Jeje panik mencari kaca.
"Sial gue di kerjain, tunggu aja gue kerjain gantian nanti ."
"Kamu siapin baju kerja saya, terus kamu siapin sarapan, saya mau mandi dulu" perintah Jeje.
"Baik Tuan.."
Fira mengekor di belakang Jeje untuk menyiapkan baju kerjanya. Sampai di lemari dia memilih jas untuk Jeje ke kantor, dan di letakkan di tempat tidur.
"Sebelum dia keluar dari kamar mandi mandi, aku keluar dulu."
Fira memasak nasi goreng untuk sarapan, dia memasak untuk dua porsi, pikirnya nanti setelah Jeje berangkat, dia akan sarapan dulu sebelum memulai bekerja.
Jeje sudah keluar dari kamar mandi mengambil bajunya, tapi dia tak menemukan boxernya.
"Apa dia nggak ngambilin gue boxer," grutu Jeje.
Akhirnya jeje mengambil boxernya, dan memakai jas yang disiapkan Fira.
Jeje keluar setelah sudah rapi, dia melihat Fira sedang menyiapkan sarapan.
"Silahkan Tuan..." Fira meletakkan satu piring nasi goreng.
"Kenapa cuma satu?" tanya Jeje.
"Hah...ganteng-ganteng makannya rakus juga, yang ada gue nggak jadi sarapan."
"Memang Tuan mau sarapan porsi double ya, nggak bagus tuan pagi-pagi makannya banyak."
Jeje mengerutkan dahinya mendengar ucapan Fira. "Siapa yang mau makan porsi double."
"Tuan kan tadi tanya, kenapa satu piring aja, berarti mau lebih dari satu piring kan?"
"Dasar, maksud saya kenapa cuma satu, punya kamu mana?"
Fira baru mengerti maksud majikannya ini,
"Oh...punya saya, punya saya ada di dapur Tuan."
"Ya udah bawa kesini makan sebelah saya."
Fira di buat bingung kenapa harus makan satu meja dengan majikannya.
"Maaf Tuan, saya makannya nanti aja," elak Fira.
"Saya suruh makan disini sekarang, dan nggak ada bantahan"
Mau tidak mau akhirnya Fira makan bersama dengan dengan Jeje, di meja makan.
"Besok-besok kalau siapin pakaian kerja saya sekalian boxer saya ya," ucap Jeje tiba-tiba.
"Uhuuk...uhuukk"
Seketika Fira terbatuk mendengar ucapan Jeje, Fira langsung mengambil minum.
"Kena kan loe, gue kerjain."
"Pelan- pelan kalau makan."
"Iya Tuan.."
"Kamu dengerkan yang saya ucapkan tadi."
"Memang harus ya Tuan, siapin sama boxernya juga?" tanya Fira polos.
"Ya...iya lah, emang kamu mau saya nggak pakai boxer?"
"Ngantung dong, " batin Fira tertawa.
"Memang Tuan nggak bisa ambil sendiri kalau boxer," tanya Fira masih tidak terima.
"Terus apa gunanya kamu disini kalau saya juga yang ambil."
"Sial...masak aku suruh ngambil dalemannya dia," grutu Fira dalam hati.
"Baik Tuan"
"Oh..ya saya lupa nanya nama kamu, siapa nama kamu?"
Karena dari kemarin Jeje sibuk marah-marah, hingga lupa menanyakan nama Fira.
"Zhafira Tuan, panggil aja Fira."
"Saya Gajendra, panggil Jeje aja"
"Kenapa nggak panggil gaje aja?" Fira menahan tawa.
Jeje langsung menatap tajam pada Fira.
"Oh...ya....maaf.. kalau gitu saya panggil Tuan Jeje?"
"Tulis nomer kamu disini." Jeje menyodorkan ponselnya.
"Untuk apa Tuan?" tanya Fira polos.
"Kamu lupa kerja sama saya, kalau saya nggak tau nomer kamu gimana saya bisa hubungi kamu!" seru Jeje.
"Oh iya..." Fira langsung mencatat nomernya di ponsel jeje.
"Kalau gitu saya pergi ke kantor dulu, kalau kamu sudah selesai beres-beresnya kamu bisa pergi"
"Ya...iya lah pergi, emang aku mau nginep apa disini "
"Baik Tuan"
Jeje berlalu meninggalkan Fira, menuju kantornya, dan Fira mulai bersiap membersihkan rumah.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!