NovelToon NovelToon

Putri Bangsawan Yang Ternistakan

1.Niat buruk Duchess Areta

Dikediaman Duke Lergo Zaten, Reya seorang pelayan pribadi Duchess Areta, keluar dari kamar Azreanna seorang Putri dari Duke Lergo Zaten dan Duchess Areta,dengan senyuman miring terbit di sudut bibirnya.

"Aku pastikan rencana Duchess Areta kali ini tidak akan gagal lagi,aku akan pastikan itu"pelayan itu berjalan mengendap-endap hingga sampai di paviliun Zaten, paviliun khusus yang di peruntukkan untuk para pelayan dan prajurit yang berada di belakang kediaman Duke Lergo Zaten.

Setelah pelayan itu menghilang, Deria pelayan pribadi Yang selalu mendampingi Azreanna putri pertama dari Duke Lergo Zaten dan Duchess Areta masuk kedalam kamar Azreanna tanpa menaruh curiga.

Ceklek..

Deria membuka pintu secara perlahan agar tidak menimbulkan suara dan membangun kan Azreanna.

Setelah masuk kedalam kamar Azreanna,Deria langsung menuju lemari pakaian milik Azreanna.

kreak..

"Deria" lirih Azreanna dengan suara khas orang bangun tidur.

Deria yang mendengar suara Azreanna langsung bergerak cepat menuju ranjang dimana Azreanna tidur.

"Hormat hamba Nona Azreanna, apakah Nona membutuhkan sesuatu?" Deria menunduk hormat kepada Azreanna,dan bertanya apakah Azreanna membutuhkan sesuatu sehingga Azreanna terbangun dari tidurnya.

Azreanna menggelengkan kepalanya, "Aku tidak membutuhkan apa apa Deria,aku hanya merasakan panas dingin di area wajah ku" ucap Azreanna yang sudah duduk di pinggiran ranjang.

"Apakah Nona Azreanna sudah memakan sesuatu yang salah?" Saat ini Deria duduk di samping Azreanna.

Azreanna mengingat apakah saat makan malam terakhir Azreanna memakan makanan yang bisa membuat alergi nya kambuh, namun sejauh ini Azreanna tidak menemukan jawabannya karena seingat Azreanna, Azreanna selalu memakan makanan yang tidak mengandung zat lain yang dapat membuat Alergi nya kambuh.

"Aku tidak memakan apapun selain yang kamu bawakan untuk ku"ucap Azreanna setelah lama terdiam.

Setelah sampai di paviliun Zaten, Reya berbalik arah menuju tempat biasanya Reya membuang sisa racun yang di gunakan nya untuk membuat kulit wajah orang terkena racun itu akan melepuh seperti terbakar, itu semua di lakukan nya atas perintah Duchess Areta.

"Aku akan menunggu waktu itu tiba, saat aku berhasil membuat wajah Nona Azreanna menjadi buruk rupa, kemudian Duchess Areta akan mengusirnya keluar dari kediaman Duke Lergo Zaten,dan Nona Ziran akan menjadi putri tercantik di seluruh putri Bangsawan, kemudian Nona Ziran akan menjadi tunangan dari (George Washington) pangeran mahkota pertama di kerajaan,dan aku,aku akan mendapatkan keuntungan besar dari Duchess Areta " gumam Reya.

Reya segera pergi menjauh dari tempat itu, dan kembali ke kamarnya yang sudah di siapkan oleh Duchess Areta khusus untuk pelayanan pribadi Duchess Areta.

Azreanna mencuci wajah nya dengan air, berharap rasa panas dingin itu akan segera hilang, namun sudah lima belas menit Azreanna menyiram air dingin ke wajah nya, rasa panas dingin itu malah semakin bertambah, Azreanna melihat wajahnya yang memerah dari pantulan cermin yang tergantung di kamar mandi.

"Deria!!" Teriak Azreanna dengan suara bergetar, Azreanna merasa frustasi karena rasa panas dingin di wajah nya semakin terasa,dan kulit wajah Azreanna sudah mulai mengelupas dan mengeluarkan air.

"Hormat hamba Nona Azreanna" ucap Deria setelah berhasil masuk kedalam kamar mandi, Deria mengangkat pandangan nya melihat Azreanna,menit berikutnya "Nona apa yang terjadi?, kenapa wajah Nona mengelupas?" Deria kaget saat melihat wajah Nona nya yang memerah dan mengelupas.

"Aku tidak tau Deria tiba tiba saja wajah ku terasa panas dingin saat aku terbangun" lirih Azreanna yang nyaris tidak terdengar.

"Tunggu sebentar Nona, hamba akan memanggil kan tabib untuk Nona, hamba pergi dulu Nona,dan akan segera kembali" Deria bergegas keluar dari kamar mandi dan langsung keluar dari kamar Azreanna.

'Apa yang terjadi dengan wajah ku, kenapa kulit wajah ku memerah dan mengelupas?' Tidak terasa Azreanna meneteskan air matanya.

' Aku sudah berjanji kepada Ayahanda untuk tidak menangis dan cengeng lagi, tapi kenyataannya aku baru saja meneteskan air mata ini ' Azreanna mengusap air matanya yang ingin menetes lagi.

'Aku tidak boleh menangis,aku akan balas kan apa yang selama ini aku rasakan, dihina di cela,dan di perlakukan secara tidak wajar itu adalah makanan ku sehari-hari, namun tidak untuk selanjutnya ' Azreanna mengepalkan tangannya.

Azreanna mengeringkan tangannya, kemudian melangkah keluar dari kamar mandi, bertepatan dengan itu pintu kamar juga terbuka.

Ceklek..

Masuk lah pelayan pribadi Deria dan tabib Suni yang berada di belakang nya tabib Suni adalah seorang tabib perempuan. Deria segera menghampiri Azreanna, dan menunduk hormat kepada Azreanna.

"Salam hormat hamba kepada Nona Azreanna, maaf Nona hamba sedikit lama, hamba membawa tabib Suni dari paviliun Zaten Nona" terang Deria, yang merasa bersalah sudah membuat Nona nya menunggu.

Azreanna mengangkat satu tangan nya ke atas memerintahkan Deria agar berdiri dengan tegak, Azreanna sebenarnya sedikit risih saat Deria dan tabib itu menunduk hormat kepada nya.

"Angkat kepala mu Deria, aku tidak apa-apa, sekarang lakukan lah pemeriksaan nya" ucap Azreanna kepada tabib suni, seorang tabib yang bekerja khusus untuk Azreanna.

Azreanna segera duduk di sisi ranjang agar memudahkan Suni untuk memeriksa wajahnya.

""Hormat Saya kepada Nona Azreanna, Maaf Nona Azreanna sebaiknya Nona berbaring saja , agar lebih memudahkan pemeriksaan " ucap tabib Suni dengan suara lembut, tabib Suni sudah menganggap Azreanna seperti cucunya sendiri,dan Azreanna juga sudah menganggap tabib Suni dan Deria seperti keluarga nya.

"Baiklah,aku akan melakukan itu untuk mu Nek "ucap Azreanna, walaupun Azreanna sudah menganggap tabib Suni sebagai nenek nya,tapi selagi Azreanna masih tetap tinggal di kediaman Lergo Zaten Azreanna tetaplah seorang Nona yang harus di hormati.

"heheh" tabib Suni terkekeh mendengar ucapan Azreanna.

Tabib suni mulai memeriksa area sekitar wajah Azreanna yang sudah terlihat semakin mengelupas di tambah lagi ada air yang keluar dari wajah yang mengelupas tersebut, lebih seperti darah yang bercampur dengan nanah.

Tabib suni mengerinyit kan keningnya ' Sejak kapan Nona mengalami hal ini, apakah Nona ada masuk kedalam hutan hari ini? ' ucap Suni membatin.

Apa yang di lakukan oleh tabib Suni tidak luput dari pandangan Azreanna dan juga Deria, karena tabib Suni terdiam seperti sedang memikirkan sesuatu setelah memeriksa area wajah Azreanna yang mengelupas.

"Maaf, tabib suni apa yang terjadi dengan kulit wajah Nona Azreanna, apakah ini penyakit yang sangat serius?" tanya Deria karena penasaran dengan apa yang di dapatkan oleh tabib suni tentang kondisi wajah Azreanna.

"Benar tabib Suni,apa yang sudah terjadi dengan wajah ku, apakah ada yang janggal?" ucap Azreanna.

Suara Azreanna menarik tabib Suni dari lamunannya "Ah maaf Nona, apakah hari ini Nona ada memasuki hutan?" akhirnya Suni menanyakan juga apa yang sedari tadi ada di pikirannya.

2. Obat penawar racun

Suara Azreanna menarik tabib Suni dari lamunannya "Ah maaf Nona, apakah hari ini Nona ada memasuki hutan?" akhirnya Suni menanyakan juga apa yang sedari tadi ada di pikirannya.

"Tidak ada" jawab Azreanna dengan cepat.Azreanna melirik ke arah tabib Suni yang terlihat terkejut dengan jawaban Azreanna.

' Berarti benar dugaan ku jika ada yang sengaja menaruh racun di wajah Nona Azreanna.

"Tabib Suni?" panggil pelayan Deria membuat tabib Suni melihat ke arah pelayan Deria.

"Maaf Nona,itu artinya ada seseorang yang sengaja menaruh racun di wajah Nona Azreanna, atau di bedak yang Nona pakai sebelum tidur " ucap Suni dengan kepala menunduk.

"Apa!" kaget Deria, Pelayan Deria benar benar merasa syok mendengar ucapan tabib Suni, karena setelah Ayahanda Azreanna meninggal memang banyak yang ingin menghancurkan hidup Azreanna, tidak terkecuali Ibu kandung Azreanna sendiri.

' Aku sudah menduganya, ini semua pasti atas perintah Ibunda ' gumam Azreanna.

Azreanna benar benar merasa geram dengan ulah Duchess Areta, Azreanna mengepalkan tangannya sambil memejamkan matanya menahan amarah yang ada di dalam dirinya.

"Apakah racun ini bisa di sembuhkan tabib Suni?" ucap Azreanna setelah lama hening.

"Ada Nona, obatnya sejenis ramuan dari daun langka yang terdapat di dalam hutan,di bawah kaki gunung Walujo" ucap tabib Suni.

Azreanna terdiam mendengar ucapan tabib Suni, sama halnya dengan pelayanan pribadi Azreanna (Deria), mereka terdiam dengan pikiran masing-masing.

•••~•••

Duchess Areta tidak bisa tidur karena teringat akan perintah nya yang di jalan kan oleh Reya, Duchess Areta berjalan kesana-kemari, kemudian duduk dan berdiri lagi,hal itu sudah dilakukan oleh Duchess Areta semenjak dua jam belakang, setelah Duchess Areta memerintahkan Reya untuk membuat kulit wajah Azreanna memburuk.

"Apa yang sedang terjadi sekarang, apakah Reya berhasil menjalankan misinya kali ini, atau dia malah ketahuan, jika saja Reya ketahuan kemudian di tangkap, lalu Reya di paksa mengaku,ahh_ , tidak tidak,aku harus temui Reya sekarang, tapi bagaimana jika apa yang aku pikirkan benar adanya" ucap Duchess Areta di dalam kamarnya, jantung Duchess Areta berdetak tidak karuan, seperti sedang melakukan lari yang berjarak ratusan kilo meter.

Setelah berpikir sejenak akhirnya Duchess Areta memutuskan untuk segera menemui Reya di kamar nya yang tidak terlalu jauh dari kamar Duchess Areta berada.

Ceklek..

"Salam hormat kami kepada Duchess Areta" ucap dua orang prajurit penjaga pintu masuk kamar Duchess Areta secara serentak, sambil membungkuk kan badan nya.

"Hmm" dehem Duchess Areta, kemudian melangkah kan kaki nya menyusuri lorong kediaman Lergo Zaten untuk menuju kamar Reya pelayan pribadi Duchess Areta.

Beruntung nya lorong untuk menuju kamar Reya tidak ada prajurit yang sedang berjaga,hal itu dapat memudahkan Duchess Areta untuk menemui Reya.

Tok..

Tok..

Ceklek..

"Salam h_"

Duchess Areta segera menarik tangan Reya untuk masuk kedalam, membuat ucapan Reya terpotong,dan Duchess Areta mengunci pintu kamar Reya setelah sampai di dalam kamarnya .

Duchess Areta menatap mata Reya, Reya yang di tatap seperti itu langsung menundukkan kepalanya ke bawah.

"Bagaimana pekerjaan yang aku berikan kali ini, apakah berhasil?" ucap Duchess Areta dengan nafas yang naik turun.

"E_ ,itu Duchess, hamba belum lama ini keluar dari kamar Nona Azreanna Duchess Areta" ucap Reya terbata,"Besok pagi akan hamba periksa kembali ke sana Duchess Areta " lanjut Reya, Reya tidak berani menegakkan kepala nya menatap kearah Duchess Areta.

"Baiklah aku akan tunggu informasi dari mu, jika kau gagal lagi kali ini aku tidak akan memberikan kau kesempatan untuk kesekian kalinya!" tegas Duchess Areta, dengan suara amarah yang tertahan.

"Ba _ baik Duchess Areta hamba akan pastikan itu" jawab Reya dengan senyuman paksanya, Reya tetap menunduk , tubuhnya gemetar karena ancaman dari Duchess Areta yang tidak pernah main-main.

Setelah mengucapkan itu,dan memastikan apa yang sedari tadi membuat Duchess Areta tidak tenang, Duchess Areta segera melangkah ke luar dari kamar Reya dan kembali ke kamarnya.

Setelah sampai di depan pintu kamarnya Duchess Areta mengurungkan niatnya untuk masuk kedalam kamar, Duchess Areta membalikkan badannya dan melangkah menuju paviliun Zaten.

"Hormat hamba kepada Duchess Areta, semoga pemilik Dewi keberkahan menyertai Duchess Areta" ucap prajurit yang berjaga di sepanjang jalan menuju arah paviliun Zaten sambil membungkuk kan badan nya.

"Semoga keberkahan itu melimpah kepada mu" balas Duchess Areta kemudian melanjutkan perjalanan nya.

Duchess Areta melewati kamar Azreanna sebelum sampai di paviliun Zaten, Duchess Areta berhenti sejenak di depan pintu kamar Azreanna, demi tidak mengundang kecurigaan dari prajurit yang berjaga di depan pintu kamar Azreanna Duchess Areta kembali melangkahkan kakinya.

 "Hormat kami kepada Duchess Areta, semoga pemilik Dewi keberkahan menyertai Duchess Areta" ucap prajurit yang berjaga di depan pintu kamar Azreanna.

"Semoga keberkahan itu melimpah kepada kalian" balas Duchess Areta kemudian melanjutkan perjalanan nya yang sempat terhenti di depan pintu kamar Azreanna.

Duchess Areta masuk ke dalam paviliun Zaten,dan berkeliling di sekitar paviliun Zaten.

~•~••~••~

°°Kembali ke kamar Azreanna°°

"Benarkah demikian tabib Suni, kalau begitu izinkan hamba untuk mencari obat penawar racun nya Nona Azreanna" ucap Deria dengan mengatupkan kedua tangan di depan dada.

"Kamu tidak perlu melakukan itu Deria, jika kamu pergi siapa yang akan menjaga Nona Azreanna,biar aku saja yang akan pergi mencari kan obat penawar racun nya untuk Nona Azreanna" ucap tabib Suni dengan suara formal.

Apa yang di katakan oleh tabib Suni ada benarnya juga, kalau Deria yang pergi mencari obat penawar racun itu lalu siapa yang akan mengurus Nona Azreanna di sini.

"Maaf kan aku tabib Suni dan Deria, karena aku kalian yang menerima dampaknya" lirih Azreanna dengan suara lembut nya.

Tabib Suni dan Deria saling tatap sebelum menjawab ucapan Azreanna.

"Ini sudah menjadi tugas kami untuk melindungi mu Nona Azreanna" ucap tabib Suni, sambil menghadap ke arah Azreanna berada dengan menundukkan kepalanya.

"Benar Nona Azreanna,ini adalah tanggung jawab kami, sebagai pelayan anda Nona Azreanna" ucap Deria , dengan melakukan hal yang sama dengan tabib Suni.

"Apakah gunung Walujo itu jauh tabib Suni?" tanya Azreanna, Azreanna melirik pelayan pribadi nya Deria kemudian tabib Suni secara bergantian.

"Tidak terlalu jauh Nona, hamba akan sampai kembali di sini besok sore hari nya Nona" ucap tabib Suni, yang menggenggam kedua tangan Azreanna.

"Kalau begitu boleh kah aku ikut bersama dengan mu tabib Suni?" ucap Azreanna.

Tabib Suni menggelengkan kepalanya, " Tidak bisa Nona perjalanan menuju kaki gunung Walujo itu sangat lah berbahaya, apa lagi Nona sedang tidak baik baik saja " balas tabib Suni, dengan suara lembut nya.

3.Azreanna bertemu Duchess Areta.

Tabib Suni menggelengkan kepalanya, " Tidak bisa Nona, perjalanan menuju kaki gunung Walujo itu sangat lah berbahaya, apa lagi Nona sedang tidak baik baik saja " balas tabib Suni, dengan suara lembut nya.

"Yang di katakan oleh tabib Suni itu benar adanya Nona Azreanna, sebaiknya Nona Azreanna menunggu saja di kediaman Lergo Zaten" ucap Deria dengan lembut.

"Hmm, baiklah, berhati hati lah jika tabib Suni berangkat " ucap Azreanna.

Setelah itu tidak ada lagi percakapan antara Azreanna,Deria dan tabib Suni, karena dirasa tidak ada yang harus di lakukan lagi oleh tabib Suni, kemudian tabib Suni undur diri,dan kembali ke paviliun Zaten untuk mengambil bingkisan yang akan di bawa untuk mencari obat penawar racun di kaki gunung Walujo.

Deria kembali ke kamarnya yang berada di sebelah kamar Azreanna, setelah menunggu beberapa jam akhirnya Azreanna bisa tertidur juga,dan Setelah Azreanna tertidur barulah Deria meninggalkan kamar Azreanna.

Keesokan paginya Azreanna terbangun dari tidurnya, Azreanna berharap apa yang di terjadi semalam itu hanyalah sebuah mimpi, namun saat Azreanna mencoba meraba pipinya terasa basah dan lengket.

"Apa aku sebaik itu selama ini, yang hanya tetap diam di saat orang lain menganggap rendah diriku aku hanya membalasnya dengan senyuman?" Azreanna terkekeh pelan.

"Ternyata apa yang Ayah sampai kan selama ini itu benar adanya,"Jika kita terlihat lemah di saat ada yang menindas,maka orang itu akan semakin gencar melakukan hal yang sama, tapi jika kita bisa lebih kuat dari pada orang yang berusaha menjatuhkan diri kita mereka akan berhenti sendiri karena merasa capek dan sia sia" jadi sekarang apa yang harus aku lakukan, apakah aku harus balas kejahatan dengan kejahatan dan kebaikan dengan kebaikan" Azreanna masih menimang isi pikiran nya saat ini.

"Tapi Ibunda sudah benar benar di luar nalar,aku tidak boleh mengalah terus" Azreanna berdiri dari duduknya dan melangkah menuju kamar mandi.

Deria masuk kedalam kamar Azreanna,Deria bisa masuk kedalam kamar Azreanna karena Deria mempunyai kunci cadangan yang hanya Deria dan Azreanna yang tau.

Tidak lama kemudian Azreanna keluar dari dalam kamar mandi, matanya langsung melihat ke arah kursi yang di duduki oleh Deria.

Deria berdiri dan melakukan hormat kepada Azreanna dengan membungkuk kan badan nya.

"Salam hormat hamba kepada Nona Azreanna, selamat pagi Nona semoga Dewi Cahaya memberikan keberkahan kepada Nona Azreanna " ucap Deria.

"Semoga keberkahan itu melimpah kepada mu Deria, sebaiknya untuk kedepannya kamu tidak perlu melakukan itu kepada ku Deria, kamu hanya perlu melakukan itu jika di saat berada di luar kamar saja" ucap Azreanna, setelah itu Azreanna duduk di kursi depan cermin meja rias nya .

"Maaf Nona Azreanna tetapi hamba belum bisa mengabulkan keinginan Nona Azreanna untuk yang satu ini" jawab Deria dengan menundukkan kepalanya.

"Terserah kamu saja Deria aku hanya mengatakan nya saja tanpa memaksamu untuk ikut semua perkataan ku" Azreanna menatap wajah nya yang terlihat sangat jelek dari pantulan cermin.

"Deria apa aku sebaik itu, sehingga mereka selalu menindas ku?" lirih Azreanna, Azreanna duduk membalikkan tubuhku ke arah Deria, karena Deria akan membersihkan air bercampur nanah di muka Azreanna.

"Nona Azreanna memang sebaik itu, tetapi entah mengapa orang orang selalu saja ingin menyakiti Nona Azreanna" jawab Deria,ada sorot kesedihan di mata Deria, saat membahas tentang masalah Azreanna.

"Sepertinya aku harus berubah menjadi jahat dan kejam dulu sehingga mereka akan berhenti untuk menyakiti ku Deria" lirih Azreanna.

Deria menatap iba Nona nya,"Hamba selalu mendukung apapun keputusan dari Nona Azreanna " tangan Deria masih berada di pipi Azreanna yang sebelumnya begitu cantik sekarang berubah menjadi jelek dan menakutkan.

"Deria siapkan baju untuk ku, hari ini aku akan keluar dari kediaman Duke Lergo Zaten,aku ingin mencari sebuah barang yang berharga" ucap Azreanna, setelah Deria selesai membersihkan luka di wajah nya.

"Baik Nona hamba akan menyiapkan nya segera" Setelah mengucapkan itu Deria membungkuk kan badan nya dan berjalan menuju lemari.

"Aku membutuhkan jubah bertudung berwarna hitam dan cadar yang senada dengan jubahnya" ucap Azreanna lagi setelah mengambil gaun yang di siapkan oleh Deria .

Azreanna mengganti bajunya dengan gaun berwarna abu-abu tua,dan kembali menghadap cermin untuk menghias sedikit rambutnya dengan permata perak yang senada dengan gaun nya,dan memakai cadar yang juga senada dengan gaun nya.

Pagi pagi sekali Deria keluar dari kediaman Duke Lergo Zaten untuk membelikan gaun baru untuk Nona nya, yang langsung satu set dengan cadarnya.

Setelah selesai Azreanna segera melangkah keluar dari kamar nya.

Ceklek..

"Hormat kami kepada Nona Azreanna, Semoga Dewi Cahaya memberikan keberkahan kepada Nona Azreanna" ucap dua orang prajurit yang berjaga di depan pintu kamar Azreanna, kedua prajurit itu membungkuk kan badan nya untuk memberi salam hormat kepada Azreanna.

"Semoga keberkahan itu melimpah kepada kalian" Balas Azreanna dengan senyuman yang terukir di bibirnya, namun kali ini tidak terlihat karena Azreanna menggunakan cadar untuk menutupi wajah nya.

Saat Azreanna sampai di ruang penjamuan Azreanna berpapasan dengan Ibunda nya.

"Hormat Hamba kepada Ibunda Duchess Areta" ucap Azreanna dengan menundukkan kepalanya.

"Hormat saya kepada putri pertama, Nona Azreanna" ucap Duchess Areta dengan senyuman yang terbit di wajah nya yang cantik, namun itu adalah senyum kemenangan karena dia berhasil membuat wajah Nona Azreanna menjadi jelek.

"Kalau boleh Ibunda tau, hendak pergi kemana Nona Azreanna?" ucap Duchess Areta basa başı.

Duchess Areta dan Azreanna memang tidak lah dekat, itulah kenapa mereka setiap bertemu akan merasa canggung, walaupun kamar Duchess Areta dan Azreanna tidak terlalu jauh tapi Duchess Areta tidak sering masuk kedalamnya.

Karena Duchess Areta sebegitu bencinya dengan yang berhubungan dengan mantan suaminya Duke Lergo Zaten begitu juga dengan putri nya yang berasal dari benih Duke Lergo Zaten.

"Ah itu Ibunda Duchess Areta, hamba mau keluar untuk berjalan jalan sebentar, karena merasa jenuh berada di dalam kamar terus terusan" Azreanna masih membalas ucapan Duchess Areta dengan suara lembutnya.

Azreanna bukan lah seseorang yang jika ingin membalaskan dendam nya ,maka di perlihatkan secara terang terangan, Azreanna akan membalas itu semua dengan senyuman yang menghiasi wajah cantiknya yang sekarang sudah berubah menjadi jelek tersebut.

"Kalau begitu hamba pamit duluan Ibunda Duchess Areta" Azreanna pamit untuk segera pergi setelah beberapa menit terdiam dengan pikiran masing-masing.

"Ah, baiklah Nona Azreanna, silahkan melanjutkan perjalanan mu" balas Duchess Areta dengan senyuman yang tidak pernah luntur dari bibir nya.

Setelah itu Azreanna segera keluar dari kediaman Duke Lergo Zaten,dengan kereta kuda hingga sampai di sebuah rumah kosong.

Azreanna segera turun dari kereta kuda dan melangkah masuk kedalam rumah kosong itu, sebelum masuk Azreanna memerintahkan kusir pengantar pribadinya untuk menunggu di luar rumah tersebut.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!