Dhani, Raden Ayu Dyah Pramudya Wardhani. Putri dan pewaris tunggal dari Raden Mas Baron Nakulo Dirdjo. Pengusaha keturunan bangsawan terkemuka di kota ini. Orang terkaya dan berpengaruh dikota ini. Asetnya tak main-main. Mulai dari tanah, perkebunan, properti, resort, hotel hingga perusahaan transportasi dan pariwisata.
Tak heran Baron begitu protektif pada putrinya. Tak seorangpun yang boleh dan berani menyentuh apalagi melukai putrinya. Puluhan pengawal dan pembantu selalu berada di sekeliling tuan putri untuk melayani dan melindunginya setiap saat.
Tentu saja saat di luar rumah Baron melakukanya secara sembunyi-sembunyi. Dia tidak mau putrinya merasa terganggu dan diawasi. Tapi saat di rumah Baron melakukannya secara terang-terangan.
Bagi Baron, Dhani adalah berlian termahal miliknya. Dhani adalah satu-satunya milik paling berharga didunia setelah Stella istrinya meninggal dunia.
Ya Stella Michellin, wanita keturunan Inggris yang merupakan ibu Dhani, meninggal karena pendarahan hebat sesaat setelah melahirkan Dhani 17 tahun yang lalu.
"Bagaimana sayang, apa kau puas dengan pestamu ? ",Baron mengelus rambut sang putri yang kini bersandar manja di bahunya.
Beberapa saat lalu pesta mewah di hotel bintang lima untuk merayakan momen sweet seventeen Dhani baru saja usai.
Iya papa, terima kasih. Papa selalu tahu yang terbaik buat Dhani" , Dhani mengecup sayang pipi papanya. Membuat Baron tertawa senang.
"Sayang, apa kau percaya bahwa apapun yang papa lakukan adalah yang terbaik buat kamu?" masih membelai rambut putrinya dengan sayang.
"Huummm", Dhani mengangguk.
Bagi Dhani Baron adalah segalanya. Pria paling sempurna di dunia. Pria paling tampan yang menjadi cinta pertamanya. Pria lembut yang setia pada mamanya hingga tak pernah menikah lagi setelah Stella meninggal. Padahal jika mau, para wanita sudah mengantri untuk merebut hatinya. Dari yang tulus hingga yang hanya ingin menikmati kekayaannya. Tapi Baron tak bergeming, menutup rapat hatinya untuk Stella seorang hingga kini 17 tahun usia Dhani.
" Apapun itu?" lanjut Baron membuyarkan lamunan Dhani tentang papanya.
"Yess papa...aku selalu percaya seratus persen pada papa. Tanpa keraguan" , yakin Dhani. " Hei...ada apa pa? Apa yang ingin papa katakan?" Dhani menelisik wajah papanya.
" Dhani sayang, kau tahu papa sangat menyayangimu bahkan melebihi nyawa papamu ini, papa ingin kelak jika papa sudah tak bisa menjagamu lagi,kamu ada bersama orang yang tepat. Yang mencintai dan menyayangimu seperti papa. Yang akan selalu menjaga dan melindungi serta tak akan melukai apalagi mengkhianatimu."
Mata Dhani berkaca-kaca. Menatap ke mata teduh nan tulus penuh kasih papanya yang juga menatapnya.
" Papa ingin kamu kelak hidup bersama orang yang papa percaya. Apakah kamu mau memenuhi keinginan papa?"
Dhani menatap papanya. "Papa ingin menjodohkan Dhani dengan pilihan papa? " tanya Dhani pelan.
Baron menggenggam tangan Dhani erat. Dia takut ini akan melukai Dhani dan membuatnya membencinya.
"Sayang, kau boleh menolak jika tak suka. Papa cuma mau yang terbaik buatmu tapi papa tak akan memaksamu." Wajahnya nampak khawatir. Baron tak mau dibenci Dhani gara-gara hal ini. Tapi rasa cintanya pada Dhani memaksanya melakukan ini untuk melindungi Dhani.
" Hei..kenapa papa kelihatan takut begitu. Aku tidak marah pa. Aku mau menerima apapun keputusan papa. Aku ini milik papa. Apapun aku lakukan untuk membuat papa bahagia. Termasuk menikah dengan orang pilihan papa."
Baron menatap Dhani. Dipeluknya gadis cantik kesayangannya itu erat-erat. Seakan tak mau melepasnya." Terima kasih sayang", bisiknya pelan.
" Tapi aku punya syarat pa. Apa papa mau memenuhi syaratku?" ucap Dhani
Baron melepaskan pelukannya pada Dhani.
"Apa syaratmu sayang. Papa akan memenuhinya"
Dhani menunduk sebentar menyiapkan kata-kata. Lalu..
" Pa, aku mau menikah nanti ketika usiaku 23 tahun. Sebelum itu biarkan aku bebas. Aku ingin menikmati masa remajaku. Aku ingin kuliah, aku ingin bergaul dan berteman dengan siapa saja. Termasuk teman laki-laki. Biarkan aku menikmatinya dan saat waktunya tiba aku akan menikah. Menjadi istri yang baik buat suamiku. Apakah papa mengijinkanku?"
Baron mendesah pelan. Ada keraguan dalam hatinya. Dhani tahu itu.
"Apakah Papa meragukanku?. Aku akan selalu menjaga kehormatan dan harga diriku pa. Papa harus percaya, papa sudah membesarkan seorang putri yang baik , yang tidak akan pernah mengecewakan papa apalagi merusak nama dan martabat papa."
Baron menatap tajam mata putrinya. Ada kejujuran dan ketulusan disana. Hingga membuatnya mengangguk.
"Ya sayang, papa percaya padamu. Lakukanlah apa yang kau inginkan. Sebenarnya papa juga tidak menyuruhmu menikah sekarang. Papa masih belum rela kau diambil orang." Baron lalu tertawa. Ini benar-benar dari hatinya.
"Papaaaa....apa kau cemburu pada calon menantumu...???"
Keduanya tertawa sambil saling berpelukan.
Pagi ini Dhani sudah bersiap-siap. Baron akan mengenalkan sopir sekaligus pengawal untuk Dhani. Ya, setelah Baron menyetujui syarat perjodohan Dhani, Baron pun mensyaratkan pengawal untuk semua kegiatan Dhani di luar rumah.
" Ini bukan kebebasan namanya papaaa...sama saja dengan tahanan kota. Boleh pergi tapi dikuntit. Apa enaknya huhh!!" Dhani mendesah.
" Sayang, dia hanya akan menjagamu saja. Tidak akan mengganggu atau masuk dalam kegiatanmu. Kecuali kamu sendiri yang mengajaknya.." Baron tertawa melihat wajah cemberut Dhani.
"Terserah papa saja. Awas kalau dia mengganggu dan bikin malu. Aku akan langsung menendangnya!"
Tepat saat kata menendang diucapkan Dhani, seseorang berdiri di depan pintu masuk rumah Baron.
"Permisi, apa saya boleh masuk Tuan?" suara seorang pria mengagetkan Dhani.
"Oh Bram..masuklah. Kami sudah menunggumu." sambut Baron.
Pemuda itu tersenyum samar menatap kedua orang didepannya. Saat bersamaan Dhani juga menoleh ke arah Bram. Sejenak keduanya bertatapan. Dhani membuang pandangannya ke arah lain.
"Ya ampun, apakah dia mendengar apa yang aku katakan barusan...hah..masa bodoh..aku benar\- benar akan menendangnya jika dia mengganggu kebebasanku apalagi mencampuri urusanku" batin Dhani.
"Sayang, ini Bram yang akan mengantarkan dan menjagamu ke mana saja. Tenang saja. Bram tidak akan mencampuri urusanmu. Jadi kau tidak perlu khawatir atau merasa papa kuntit. Ya? Ini hanya untuk keamananmu sayang", Baron menatap Dhani.
Dhani memandang Bram sekilas.
"Hmm..ganteng juga. Apa papa tidak salah? Bisa-bisa aku malah terpikat bodyguardku sendiri...hehehe..." tentu saja cuma dalam hati Dhani, tapi pikiran nakalnya tanpa sadar membuat bibirnya tersenyum.
" Eh kok senyum-senyum sendiri. Kamu suka kan sama Bram?" Baron setengah menggoda. Membuat Dhani kelabakan menahan malu karena tanpa sadar menatap Bram sambil melamun tadi. Bram cuma tersenyum tertahan.
" Ish...papa apaan sih...ya udah..asal kamu tahu batasanmu saja."akhirnya Dhani mengalihkan pembicaraan menutupi perasaan malunya.
" Baik nona, mulai besok saya akan bekerja. Permisi..." Bram melangkah pergi diikuti tatapan mata Baron dan Dhani.
" Papa ke kamar dulu sayang...", Baron mencium kening Dhani lalu beranjak dari sofa. Dhani juga berdiri.
" Haha....hari kebebasanku dimulai. Apa yang akan kulakukan besok? Aaa...aku akan bertemu dengan teman-temanku untuk bersenang-senang sebelum perkuliahan dimulai." Dhani bernyanyi kecil melangkah ke kamarnya. Hatinya berdesir membayangkan dunia luar yang selama ini tak pernah dijamahnya karena aturan ketat papanya.
Selama ini dunianya adalah rumah dan sekolah, memang papanya sering membawanya liburan bahkan hingga ke luar negeri, tapi itu pun cuma bersama papanya saja. Dhani merasa terkucil. Tak punya teman dan saudara. Di manapun berada hanya pengawal dan pembantu disekelilingnya. Tapi Dhani tidak menyalahkan papanya. Dia tahu papa teramat sayang padanya. Mungkin juga papa setuju memberi kebebasan padanya saat ini karena papa sudah merasa Dhani siap .
Di kamarnya Baron sedang duduk merenung menatap sebuah foto berbingkai indah yang sudah 17 tahun tergantung di dinding kamarnya.
" Ahh Stella sayang, lihatlah Dhani kita sudah remaja. Dia sangat cantik dan bersemangat sepertimu. Dan dia juga sangat mencintaiku sepertimu. Apakah menurutmu sudah benar kalau aku memilihkan jodoh terbaik buatnya? Dia terlalu polos dan ceroboh, dan aku sudah berjanji pada Dimas untuk memberikan Dhani pada putranya. Aku yakin dia bisa menggantikanku menjaga Dhani kelak. Dia pemuda yang baik dan cerdas. Yang paling penting dia sangat menyayangi Dhani kita",
Baron mengelus dan mencium bingkai foto itu. Sepasang mata indah tampak berkaca-kaca melihat Baron dari balik pintu yang sedikit terbuka.
" Papa, aku akan menurutimu, aku akan membuatmu bahagia. Siapakah jodoh pilihanmu itu? Benarkah dia begitu menyayangiku? Apakah aku mengenalnya?" puluhan lagi pertanyaan berkumpul di kepala Dhani. Siapakah orang itu? Kenapa papanya tidak mau mengenalkannya?
" Hei, sejak kapan anak papa berdiri disitu? Kenapa tidak mengetuk pintu?" suara Baron mengejutkan Dhani yang sibuk dengan pikirannya.
" Hahh..ehh..ahh..papa ...Dhani cuma mau manggil papa makan malam. ayuk pa...Dhani udah lapar nih", Dhani menggandeng tangan papanya ke meja makan. Baron tersenyum menuruti saja langkah putrinya.
Pagi yang cerah. Sinar matahari masuk dari celah-celah gordyn yang sedikit terbuka. Menerangi seraut wajah cantik yang masih terlelap dalam mimpi indahnya. Tuan putri yang sempurna. Wajah manis dengan pipi kemerahan yang mempesona. Manik matanya biru sejuk..menurun dari garis ibunya yang asli Inggris. Bulu mata nan lentik dan alis matanya yang kecoklatan membingkai rapi garis wajahnya yang halus. Ahh pasti Tuhan sedang begitu murah hati ketika melukis wajah Dhani, sang tuan putri.
"Sayang, apakah kau mau melewatkan jadwal pertama kebebasanmu hari ini?" lembut Baron menepuk pipi putrinya. Sudah hampir jam 8 dan Dhani masih terlelap.
"Papa...astaga jam berapa ini. Kenapa aku bisa terlambat bangun? ", Dhani mengerjapkan matanya menatap papanya yang tersenyum. " Apa papa mau berangkat ke kantor?"
" Iya sayang, papa tunggu dibawah kamu nggak turun-turun. papa berangkat dulu ya..." Baron mencium lembut kening Dhani. " Bram sudah siap mengantarmu, ingat janjimu untuk selalu menjaga diri sayang..hmm??" Baron menarik pelan ujung hidung Dhani.
" Siap paduka..." , seru Dhani sambil membungkukkan badannya. Membuat Baron tertawa gemas.
Setelah papanya menghilang dibalik pintu kamar, Dhani meloncat turun dari ranjangnya. Bergegas ke kamar mandi membersihkan badannya. Hari ini akan jadi hari yang indah , janjinya dalam hati.
"Apa nona sudah siap?" Bram menyambutnya di ruang tamu.
"Hmm...." , Dhani melirik sekilas. Wajahnya halus, putih dengan garis wajah tegas. Alisnya yang tebal hampir bersentuhan dipangkal hidungnya yang mancung. Bibirnya yang seksi menambah sempurna garis wajahnya. Tampan...
"Maaf nona? " Bram memandang Dhani seakan meminta Dhani mengulang gumamannya. Membuat Dhani gelagapan karena tak mengira kata-katanya dalam hati tadi tanpa sadar terucap dari bibirnya.
" Ehh..ohh..enggak..ayo berangkat. Dan jangan panggil aku nona, panggil Dhani saja. Oke?"
" Baik tuan putri..." Bram membungkukkan badannya sambil tersenyum kecil. Menirukan gerakan hamba sahaya kepada tuan putrinya. Tangannya membukakan pintu mobil untuk Dhani.
" Konyol..aku tidak mau kau panggil nona seperti majikan..kenapa malah kau panggil tuan putri. Aku mau duduk didepan. Sudah bosan selalu duduk dibelakang" Dhani membuka sendiri pintu depan mobilnya. Bram tidak membantah. Menutup kembali pintu mobil yang dibukanya dan bergegas masuk dari pintu samping kemudi.
"Jangan panggil aku tuan putri..kau dengar Bram?...cukup.Dhani..!" Ulang Dhani saat Bram sudah menjalankan mobilnya.
"Anda memang tuan putri nona. Apa nona tahu ayahanda nona dulu tinggal diistana saat kecil. Beliau kerabat dekat raja keraton S." Bram menjawab serius.
" Rupanya kau tahu banyak tentang kehidupan papaku ya? Ahh..sudahlah..tetap saja aku mau kau panggil Dhani saja. Agar beda...kau tahu? aku ingin membalikkan semua kebiasaan yang membelengguku selama ini. Papa sudah memberiku kebebasan jadi tolong ikutlah bekerja sama. Bram.?"
" Baiklah nona..emm..Dhani. Membalikkan kebiasaan ya?" Bram menautkan alisnya meminta penjelasan.
" Biasanya aku selalu duduk di kursi belakang. Sekarang aku mau didepan. Biasanya para sopir dan pembantu memanggilku nona atau ndoro ayu..aku mau kau panggil namaku saja. Biarkan aku jadi orang biasa saja mulai sekarang. Kau mengerti? Aku ingin kau jadi temanku bukan bawahanku", seru Dhani sambil tersenyum senang.
Bram juga tersenyum. Apa saja untukmu tuan putri..asalkan kau bahagia itu sudah cukup.
Bram turun dan membuka pintu mobil disamping kursi penumpang. Setelah Dhani keluar Bram kembali menutup pintunya.
" Kau tunggulah disini saja. Aku akan makan dengan temanku. Kau tahu ? Selama ini papa selalu melarangku menemui teman- temanku. Kalau bertemu pun harus dalam pengawasan para pengawal. Ohh Bram kau adalah pahlawan kebebasanku.." , Dhani menggenggam erat jemari tangan kiri Bram dengan kedua tangannya seakan meluapkan bahagianya, lalu pergi berlalu ke dalam restoran.Meninggalkan Bram yang terbengong. Sebahagia itukah tuan putri hari ini?
Di dalam restoran, Dhani disambut Sean. Kakak kelasnya di SMA yang kini sudah jadi mahasiswa. Sean sudah lama menaruh hati pada Dhani. Tapi tak pernah ada kesempatan bagi Sean untuk sekedar bertemu berdua dengan Dhani karena ketatnya peraturan dari Baron untuk pergaulan Dhani. Ini adalah pertama kalinya Sean bisa bertemu berdua saja dengan Dhani. Mereka duduk berhadapan.
" Terima kasih mau menemaniku makan siang Dhani. Kau tidak tahu betapa bahagianya aku", Sean menatap wajah cantik Dhani yang merona. Jantungnya berdebar kencang . Tatapan matanya menyiratkan kerinduan yang sudah tak tertahan.
Dhani membeku. Jantungnya juga berdebar kencang. Bukan..bukan karena lelaki tampan didepannya tetapi karena ini adalah pertama baginya melanggar aturan yang dibuat papanya. Bukan sekedar bertemu berdua dengan laki-laki selain papanya. Tapi makan siang berdua...wah wah wah..bukankah itu hebat Dhani?. Adrenlinnya seakan terpacu. Seperti selingkuh dari pacar sendiri..hihihi...Dhani tersenyum tanpa sadar. Sadarlah Dhani jangan sok tahu rasa selingkuh, pacaran pun kau belum pernah...haha...
Sean semakin terpesona melihat senyum merekah di wajah Dhani. Apakah dia juga merindukanku dan bahagia bisa bertemu berdua denganku?"
"Ayo makan kak Sean. Ini pertama kalinya aku makan berdua saja dengan seorang lelaki kak ..." Dhani berkata-kata tanpa sadar bahwa ucapannya membuat hati Sean jadi salah paham.
"Tentu saja Dhani, aku tidak akan melewatkan kesempatan berdua dengan orang yang selalu kurindukan." suara Sean sedikit bergumam.
Mata Sean tak henti menatap, melirik, mencuri pandang pada wajah cantik Dhani sepanjang makan siang itu. Hingga akhirnya Dhani pergi meninggalkan Sean.
" Sampai bertemu lagi Dhani. Bisakah kita jalan berdua lagi lain waktu?" Sean berharap.
" Ahh kak Sean, aku sangat senang dengan makan siang kita ini, tapi aku tak bisa berjanji akan bisa bertemu lagi denganmu lain hari. Selamat siang kak." Dhani berlalu membuat Sean serasa diangkat ke langit..lalu di jatuhkan kembali ke bumi dengan keras. Hatinya remuk redam.
Ternyata kau masih Dhani yang sama yang terlalu sulit untuk sekedar kusentuh dengan tanganku.
Dhani menghampiri Bram yang duduk sambil memangku laptopnya. Serius menatap layar sampai tak menyadari kehadiran Dhani.
" Serius amat pak?" , suara ceria Dhani mengejutkan Bram.
" Eh nona..emh Dhani. Sudah selesai? Ingin ke mana lagi" Bram.mebutup laptopnya dan beranjak ke mobil.
" Kita pulang saja.." jawab Dhani sedikit lesu.
Bram tak menjawabnya. Segera membuka pintu mobil untuk Dhani dan menjalankan mobil ke arah rumah Tuan Baron.
Apakah acaramu tidak sesuai keinginan tuan putri? " Bram tersenyum samar melihat wajah cemberut Dhani yang menggemaskan. Kau memang cantik tuan putri. Bisiknya dalam hati.
"Hmm..ternyata kebahagiaanku harus mengorbankan perasaan seseorang. Aku bahagia karena bisa melakukan apa yang selama ini mustahil bagiku. Tapi orang lain malah terluka karena merasa kuberi harapan lalu kuhempaskan begitu saja. Bukankah itu kejam Bram? "
" Sedikit..haha.." jawab Bram membuat Dhani memukul pelan bahunya. " Tapi setidaknya kau tidak memberinya harapan palsu."
Dhani mengangguk pelan. Ah hari pertama tak begitu sesuai harapan...desahnya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!