NovelToon NovelToon

Scandal

Rahasia Kecil

Suara decitan sofa di ruang tengah apartemen Kai menggema nyaring hingga terdengar sangat merdu bagi keduanya.

Bibir Kai masih terus mengabsen setiap tubuh Krystal dengan peluh yang bercucuran di sekitar pelipis. Gairah satu sama lain membuat tubuh mereka memanas, rasanya sulit sekali untuk menolak semua kenikmatan ini.

"Brengsek!" Umpat Kai yang masih terus mendorong tubuhnya.

"Krys... sekarang.."

Dan erangan dari bibir masing-masing menandakan pencapaian yang nikmat dengan sesuatu yang hangat mengalir di sana.

Tubuh Kai sudah jatuh di atas tubuh kecil Krystal, nafas keduanya terengah-engah, saling beradu.

Di saat mereka sedang mengatur nafas mereka yang berantakan kembali, bel apartemen itu lagi-lagi berbunyi.

"Kayanya itu Airin." Kai melepas penyatuan mereka lalu bangkit dari atas tubuh Krystal, buru-buru mengambil seluruh pakaian Krystal dan menyerahkannya pada gadis itu.

"Lo tunggu gue di kamar aja." Perintah Kai yang di setujui oleh Krystal.

"Selamat bersenang-senang." Krystal melangkahkan kakinya menuju kamar Kai yang berada di lantai atas sambil memeluk pakaiannya.

Setelah Krystal menghilang dari ruangan itu, Kai segera mengenakan seluruh pakaiannya dan langsung membuka pintu apartemen untuk melihat siapa orang yang sudah mengganggu kesenangannya tadi.

"Kenapa lama banget sih?" Perempuan cantik bertubuh mungil dengan tinggi badan seratus enam puluh lima senti meter itu menggeram kesal.

"Aku lagi di kamar mandi."

Benar saja, Kai sudah menyakini jika yang bertamu ke apartemennya pagi-pagi seperti ini adalah Airin, tunangan sekaligus calon istrinya.

"Makanya, kasih tau aku passcode apartemen kamu, biar kamu gak usah repot-repot lagi bukain pintu buat aku." Ucap Airin seraya menyelonong masuk ke dalam.

"Aku gak repot kok."

"Iihh, nyebelin!!" Airin mencebik, memutar tubuhnya menatap Kai.

"Kenapa kesini?"

"Ngapain lagi kalo bukan karena kangen sama tunangan aku!" Airin segera mendekati Kai, melingkarkan tangannya di leher cowok itu.

Ciuman bertubi-tubi datang dari bibir Airin bahkan Kai sampai sulit mengimbanginya. Perempuan itu mencium Kai hingga nyaris membuatnya mati kehabisan nafas.

"Santai, Rin..." Kai mendorong pelan pinggang Airin.

"Aku kangen, ayo kita ke kamar."

"Eh?"

Kai seketika kelabakan, ia memandang gugup tubuh Airin yang mulai melangkah menuju kamarnya. Itu tidak boleh terjadi, Airin tidak boleh ke kamarnya karena disana sudah ada Krystal.

"Bentar.." Kai mencegat lengan Airin. Alis cewek itu menaut. "Hm.. aku mau ngajak kamu nonton bioskop. Mau gak?"

"Kamu ngajak aku kencan?"

"Hmm.. iya, kencan."

Terpaksa. Kai terpaksa mengatakan itu agar Airin tidak tinggal lama di apartemennya yang jelas-jelas sangat berbahaya karena sekarang ada Krystal di dalam kamarnya.

"Oke.. aku mau." Kai mendesah lega karena sebenarnya tidak mudah untuk membujuk cewek itu.

"Tunggu bentar di sini, aku mau ganti baju dulu." Airin mengangguk kemudian duduk di atas sofa, tempat dimana Kai dan Krystal baru saja melakukan pelepasan.

***

Krystal sudah mengenakan kembali seluruh pakaiannya, gadis itu sedang tidur tengkurap di atas ranjang besar milik Kai sambil membolak balikan setiap halaman majalah fashion.

Pintu terbuka dari luar dan kemudian tertutup kembali dengan suara kunci yang di putar. Krystal tidak perlu melihat siapa yang baru saja masuk ke dalam, ia tentu sudah tau jika orang itu adalah sang pemilik kamar ini.

"Gue mau keluar sama Airin."

"Emm.."

"Kalo lo laper pesen delivery aja, nanti gue yang bayar." Kai membuka pintu lemari, mencari baju ganti untuknya.

"Gak usah, aku bakalan pulang setelah kalian berdua pergi."

"Oh.. oke."

"Tapi, hmm.. boleh gak aku minta ongkos taksi?" Krystal memiringkan tubuhnya, melihat ke arah Kai yang sedang mengganti pakaiannya.

Ia berani bersumpah jika tubuh cowok itu memang menggiurkan. Otot perut yang berbentuk kotak-kotak, serta punggung lebar mempesona yang sering Krystal cakar saat mereka sedang melakukan sex.

"Oke." Kai mengambil beberapa uang dari dompet lalu menyerahkannya pada Krystal.

"Ini kebanyakan, kak."

"Sekalian beli makan sama baju baru, badan lo jauh lebih kurus dari pertama kali kita ketemu."

"Aku kecapean kali."

Krystal duduk di tepian kasur. Menatap seluruh tubuhnya, mulai dari lengan sampai kaki. Ia merasa tidak ada yang berubah, atau mungkin Krystal tidak terlalu memperhatikan tubuhnya.

"Makanya beli makanan yang sehat, jangan keseringan makan junk food, cuma nambahin lemak di badan lo doang."

Krystal mengedikan bahunya tidak peduli.

"Sama satu lagi, beli daleman yang baru, gue suka yang warna merah."

"Nanti kalo aku beli yang baru juga bakalan kamu robek kan, kak."

Kai berjalan ke arahnya, cowok itu sudah rapih dengan pakaian kasual. Harum wangi maskulin dari tubuh Kai tercium jelas di hidung Krystal, dan itu membuat hasratnya terpancing.

"Daleman itu emang gunanya buat dirobek, kan?" Lalu meraup bibir Krystal, melumatnya sebentar karena ia ingat ada Airin di bawah sana yang sedang menunggunya.

"Besok aku mau ke dokter, jadwal kontrol pemakaian kontrasepsi."

"Butuh uang?"

Krystal menunduk, menatap jari-jari tangannya yang bertautan di atas paha.

"Nggak."

"Oke." Kai mengecup sekilas puncak kepala Krystal. "Gue pergi sekarang ya, kalo lo butuh sesuatu kirim pesan aja, inget jangan nelpon gue dulu."

Krystal mengangguk, menuruti semua perintah Kai padanya. Ia sudah hafal semua larangan yang diberikan untuknya saat cowok itu sedang bersama Airin.

***

Di dalam taksi Krystal terus berpikir sambil menatap jalanan di luar jendela. Hubungannya dengan Kai baru berjalan enam bulan, dimana awal mereka bertemu karena Krystal adalah adik tiri dari Airin.

Kai adalah lelaki bebas yang suka meniduri semua wanita yang ia temui di dalam klub malam. Karena kebebasannya itulah yang membuat sang ibu menjodohkannya dengan Airin. Di umur yang hampir menginjak usia tiga puluh lima tahun ini, Kai belum juga mengenalkan calon istrinya pada kedua orang tuanya. Dan oleh sebab itu, Ibu Kai memintanya untuk menikah dengan Airin.

Airin sendiri adalah anak dari kolega ayah Kai, sebenarnya pertunangan mereka bisa menjadi keuntungan bagi kedua belah pihak, anggap saja sebagai pelebaran sayap usaha kedua orang tua mereka. Mau tidak mau Kai pun menyetujui itu.

Pertemuan kedua keluarga pun terjadi, makan malam di sebuah restoran elit dan mewah. Krystal juga ikut hadir di sana sebagai adik Airin, dan untuk pertama kalinya Kai bertemu dengan Krystal di tempat itu.

Gadis itu terlihat cukup misterius bagi Kai, karena Krystal hanya terdiam dan menundukan kepalanya tanpa minat sama sekali. Sangat terlihat jika gadis itu tidak menikmati acara tersebut.

Sebenarnya Kai lebih tertarik pada anak kedua mereka. Krystal terlihat lebih cantik dan natural hanya dengan make up tipis di wajahnya. Gadis itu juga tidak terlihat palsu dengan berpura-pura tersenyum di tengah-tengah pembicaraan tidak penting dan membosankan itu.

"Kalian berdua setujukan kalo pesta pertunangannya dimajuin jadi minggu depan?" Ucap Morena, ibu Kai yang membuat Krystal berhenti mengunyah makanan di dalam mulutnya.

"Iya, Airin setuju, tante." Gadis itu tersenyum girang saat mengetahui pertunangannya dan Kai berjalan lebih cepat.

Airin adalah model terkenal di Indonesia, ia sudah menyukai Kai sejak lama. Mereka berdua sebelumnya sudah pernah dikenalkan dalam sebuah pesta pendirian perusahaan baru. Sejak saat itulah Airin menyukai Kai.

Dan seperti mendapatkan Jacpot, tiba-tiba sang ibu, Maria membawa kabar jika mereka akan menjodohkan dirinya dengan seorang pengusaha muda bernama Kaisar Wira Atmadja, anak pengusaha nomor satu Kevin Wira Atmadja. Tentu saat itu juga Airin langsung menyetujui permintaan Maria.

"Kai.. gimana?"

Cowok itu mengalihkan perhatiannya dari memandangi Krystal, kini menatap ke arah Morena.

"Iya, terserah kalian," dan kembali menatap Krystal yang kini juga menatapnya. "Aku ikut aja." Lalu tersenyum menyeringai.

Krystal merasakan ada sesuatu yang aneh dengan senyuman itu, sangat menakutkan dan penuh hawa dingin.

"Oke.. udah fix semuanya, berarti minggu depan Kai sama Airin akan bertunangan." Lantas suara Kevin menjadi pemutus tatapan mata keduanya.

Penawaran

Sore itu, Airin mengajak Krystal untuk makan siang sekaligus untuk bertemu dengan Kai. Airin sengaja menemui cowok itu untuk membicarakan tentang rencana pernikahan mereka.

"Kai dimana sih?" Airin menggerutu sambil terus mengecek hapenya. "Lo mau pesen makan duluan?"

Krystal mengangguk. "Iya, aku udah laper, kak."

"Yaudah, lo mau pesen apa?"

"Steak."

Airin mulai memanggil pelayan dan memesan makanan untuk mereka berdua terlebih dulu, karena ia masih tidak tahu Kai akan datang atau tidak.

Makanan yang tadi mereka pesanpun akhirnya datang, Krystal memakan steak miliknya dengan lahap, sementara Airin masih sibuk menghubungi calon suaminya itu. Kai tidak mengabarinya sama sekali.

"Dimana kak Kai?" Tanya Krystal sambil mengelap ujung bibirnya dengan kain.

"Nggak tau, telpon gue gak diangkat sama dia."

Hape Krystal bergetar, gadis itu buru-buru membuka kunci layar dan mengecek isi pesan yang masuk.

Ia terkejut, namun berusaha tetap tenang saat mengetahui jika Kai orang yang mengirimkannya pesan.

Cepetan ke basement, buat alasan ke Airin.

Krystal berdehem sebentar, lalu memasukan hapenya ke dalam tas. Ia melirik Airin yang masih merengut kesal karena Kai tidak juga mengangkat panggilannya.

"Kak.."

"Hmm?" Airin melirik sekilas lalu sibuk lagi dengan hapenya.

"A-aku.. izin ke kamar mandi ya? Perut aku tiba-tiba sakit."

Kali ini Airin menatapnya dengan alis bertaut.

"Hm.. cepetan."

"Iya." Krystal berdiri membawa tasnya.

"Kenapa bawa tas?"

"Ah? Oh.. ini, sengaja aku bawa takut kakak nunggu aku kelamaan. Jadi nanti kalo kakak--"

"Iya-iya, buruan sana, bawel tau gak lo!" Potong Airin jengah dan kembali fokus pada layar hapenya.

Krystal mendesah lega di tengah-tengah degub jantung yang menggila karena telah membohongi Airin. Ini bukan yang pertama, tapi selalu berhasil membuat Krystal ketakutan.

***

Krystal berjalan menuju basement restoran mewah di salah satu kawasan elit di Jakarta. Dari jarak sejauh ini, ia sudah bisa melihat Kai yang berdiri di samping mobilnya sambil mengisap rokok yang ada di tangan.

"Maaf kak, lama ya, tadi aku izinnya agak ribet sama kak Airin."

Kai membuang puntung rokok yang sudah setengah itu ke bawah. Dengan gerakan kasar, ia menginjak rokoknya, lalu mengoyaknya pelan.

"Masuk." Perintah Kai sambil membuka pintu belakang. Krystal menurut, ia duduk di sana dan menggeser tubuhnya saat Kai ikut masuk ke dalam.

Tanpa peringatan, cowok itu tiba-tiba menyerang bibir Krystal cepat, menciumnya, lalu menggigit kecil-kecil bibir bawah Krystal.

Ciuman itu begitu dalam dan kasar, Krystal sampai sulit untuk mengambil napas.

Ciuman yang jauh akan kelembutan. Tidak seperti biasanya, kali ini Kai memperlakukannya dengan sangat kasar, seolah-olah Krystal adalah pelacur yang sedang ia nikmati tubuhnya.

Ah.. tapi ia memang sudah seperti pelacur. Gadis mana yang rela menukar selaput keperawanannya dengan sebuah kebebasan.

Krystal ingat betul saat ia pergi menggantikan Airin untuk membeli cincin pertunangan cewek itu bersama dengan Kai. Hari itu, Airin tidak bisa menemani Kai untuk membeli cincin pertunangan mereka karena harus menghadiri fashion week di Paris.

Sebagai gantinya, Krystal diminta Maria untuk menemani Kai membeli cincin pertunangan kakaknya dan calon kakak iparnya itu. Namun siapa sangka, hujan deras membuat mereka terjebak di salah satu coffee shop untuk berteduh.

"Siapa nama lo tadi?"

"Krystal."

"Lo gak mirip sama Airin." Krystal langsung mengangkat wajahnya, menatap Kai yang kini sedang meneliti wajahnya. "Sorry, maksud gue-"

"Ga pa-pa, Kak. Banyak yang bilang gitu kok."

"Tapi lo jauh lebih cantik." Kali ini wajah Krystal terlihat terkejut. Namun berbeda dengan Kai, cowok itu terlihat begitu santai saat mengucapkannya, seperti sudah biasa mengatakan itu pada perempuan manapun.

Siapa yang bisa mencegah seorang pemain wanita saat sedang menjalankan aksinya?

"Kenapa gak jadi model juga kaya Airin?" Kai melirik Krystal yang sedikit bersemu sambil mengesap secangkir Americano miliknya.

Gadis itu beralih menatap luar jendela, memainkan cangkir kopi yang ada di tangannya. "Gak boleh sama mama."

"Kenapa?"

"Gak tau." Lalu menunduk, "padahal aku juga mau kaya kak Airin."

"Mau jadi model juga?"

"Bukan." Krystal mengangkat wajahnya sambil mengibaskan tangan ke arah Kai. "Maksudnya, aku juga mau hidup mandiri kaya kak Airin. Aku mau bebas ngelakuin apa yang aku suka. Mau punya temen banyak, mau jalan-jalan ke tempat-tempat menarik."

"Emang apa yang lo suka?"

"Ngelukis. Aku mau jadi pelukis profesional yang suatu hari nanti punya sanggar sama pameran sendiri, pasti keren banget." Krystal mengucapkan itu dengan mata penuh binar.

"Terus, kenapa gak lo coba?"

Dapat Kai lihat jika sorot mata gadis itu berubah sendu. Wajahnya mendadak kaku.

"Mama gak ngasih izin. Mama bilang, cita-cita aku gak penting, karena semua masa depan aku udah di atur sama mereka."

"Kok aneh."

"Maksudnya?"

"Iya, orang tua lo kaya ngebeda-bedain lo sama Airin."

Krystal tersenyum, dan senyuman itu mampu menembus rasa arogansi si pemain wanita yang menganggap jika ia tidak akan bisa jatuh cinta pada gadis manapun dengan mudah.

"Aku gak ngerasa kaya gitu. Mungkin udah terbiasa dari kecil." Krystal mengusap bibir cangkir dengan ibu jarinya.

"Kenapa gak coba tinggal bareng sama Airin di apartemennya?"

"Udah nyoba, tapi kak Airin gak mau, katanya kalo ada aku gak bisa bawa cowok masuk--" Krystal buru-buru menutup bibirnya saat menyadari apa yang baru saja keluar dari mulutnya tidak seharusnya ia ucapkan. "Maaf kak, maksud aku-"

"Gue udah tau, nyantai aja kali." Kai tersenyum miring. "Dan perlu lo tau, gue sama Airin gak jauh berbeda."

Krystal terdiam bingung. "Maksud kakak?"

"Sama kaya yang lo tau tentang Airin. Gue juga suka tidur sama macem-macem cewek."

Gadis itu hanya mengerjap kecil, masih memproses setiap kalimat yang masuk ke dalam otaknya.

"Kok diem?"

"Kamu kok gampang banget sih ngomong kaya gitu."

Kai terkekeh. "Sengaja, biar lo juga tau, kalo gak semua cowok itu baik."

"Iya, salah satunya kamu."

"Nah bener itu.." Kai kembali mengesap kopinya dan menatap lurus ke arah Krystal. "Yang penting gue gak munafik."

Krystal mendesis, lalu memberengut kesal. Tolong katakan pada cowok di depannya ini, jika terlalu percaya diri itu tidak baik untuk orang lain.

"Jadi.. kakak mau nikah sama kak Airin bukan karena cinta?"

Kai tergelak kencang, hingga membuat beberapa pengunjung menatap aneh ke arah mereka. "Gue yakin lo bisa ngelihat itu dari awal kita ketemu. Lo liat muka ganteng gue ini, ada gak tampang-tampang kaya cowok yang bakalan nikah karena cinta?"

Krystal menggeleng cepat. Hal itu justru menyulut tawa Kai semakin keras. "Lo polos banget sih. Kuliah ngapain aja emangnya?"

"Belajar."

Kai tergelak lagi, namun kali ini ia melakukannya sambil mengusak pucak kepala Krystal hingga helaian rambut gadis itu berantakan. "Lo gak punya temen apa?"

"Ada. Tapi cuma sedikit." Krystal melipat bibirnya, kemudian merapihkan rambutnya yang berantakan. "Gimana mau punya temen kalo setiap pergi sama pulang kuliah selalu di jemput sama mang Udin."

"Nggak coba minta izin sama nyokap atau bokap lo?"

"Udah. Tapi mama gak pernah ngasih izin. Aku juga pernah nyuruh temen aku buat jemput ke rumah, tapi malah di marahin sama mama."

"Nyokap lo aneh."

Krystal menghela. Memutar-mutar cangkir kopi miliknya. "Aku cuma mau bebas." Gumamnya pelan, namun masih bisa di dengar oleh Kai.

Mendengar kalimat Krystal barusan, membuat Kai tidak bisa menahan seringainya lebih lebar. Kai tetaplah Kai, insting kelelakiannya mulai bekerja untuk memburu si lemah dalam sebuah perangkap.

"Gue bakalan bantuin lo." Ujar Kai kemudian.

Krystal sontak mengangkat wajahnya. Terkejut menatap Kai sambil mengerjap kecil.

"Gue bantuin lo keluar dari rumah itu." Tambahnya. "Lo mau bebas kan? Gue bisa bantuin lo."

Gadis itu masih terdiam tanpa menjawab tawaran yang Kai berikan padanya, sampai beberapa detik kemudian Krystal terkekeh geli menertawai ketidakmungkinan itu.

"Kamu yakin, kak? Aku udah nyoba banyak cara, tapi tetep gak bisa dapet izin mama. Percaya deh, kamu juga gak akan bisa."

"Lo ngeremehin gue?"

"Bukan.." Krystal menghentikan tawanya. "Tapi bakalan percuma kak, aku juga gak mau ngerepotin kamu."

"Gue bantuin lo juga pake syarat."

"Hah?"

Kai mencondongkan tubuhnya, menatap Krystal yang menatapnya tidak mengerti. "Gini deh, kalo gue bisa ngebebasin lo dari rumah itu, apa yang bakalan lo kasih ke gue?"

"Semacam imbalan?" Kai mengangguk. "Apa yang kakak mau?"

"Banyak."

"Jangan yang mahal tapi."

"Gue punya uang banyak asal lo tau, gue bisa beli apapun yang gue mau pake uang gue sendiri."

"Terus kakak mau apa?"

"Sex."

"Hah??"

"Tidur sama lo."

Hanya Ciuman

Airin melirik jam di tangannya dengan bosan. Sudah dua puluh lima menit semenjak Krystal meminta izin untuk pergi ke kamar kecil, tapi gadis itu tidak juga kembali. Airin mulai jengah dan berniat menyusul Krystal ke dalam toilet, namun saat kakinya baru akan melangkah, ia melihat Kai muncul dari balik pintu restoran. Seketika itu juga wajahnya berbinar.

"Kamu lama banget sih?"

"Macet." Jawab Kai asal. Cowok itu langsung duduk di kursi yang tadi sempat Krystal duduki.

"Kenapa telpon aku gak di angkat?" Airin ikut duduk di tempat semula. "Chat aku juga gak kamu baca. Jahat banget sih ngebiarin aku nunggu disini tanpa kabar."

"Aku gak tau naro hape dimana." Kai lalu memanggil salah satu pelayan. "Krystal mana?"

"Lagi ke toilet. Udah hampir setengah jam tapi belom balik juga." Gerutu Airin.

Lalu seorang pelayan datang dan memberikan buku menu kepada Kai. Ia menyebutkan menu pesanannya kemudian kembali menatap Airin setelah pelayan tersebut pergi.

"Kenapa ngajak ketemu?"

"Mau bahas pernikahan lah, emang gak inget sebentar lagi kita mau nikah." Kesal Airin. Gadis itu mencebik dengan tangan terlipat di depan dada.

Wajahnya terlihat merah menahan kesal. Bagaimana tidak, sudah tiga hari ini Kai sulit sekali dihubungi, ia selalu memberi alasan sibuk jika Airin ingin membahas tentang pernikahan. Cowok itu seolah tidak peduli dengan persiapan pernikahan mereka.

"Kamu cuek banget tau gak!"

"Aku ikut aja lah, lagi juga kita udah pake wo kan? Gak usah dibuat ribet, Rin."

"Iya, tapi tetep aja, wo juga kan ngikutin apa mau kita, mereka gak bisa gitu aja bikin konsep pernikahan tanpa tau apa maunya klien."

Kai tidak lagi mendengar keluhan Airin selanjutnya ketika ia melihat tubuh Krystal yang sedang berjalan ke arah mereka dari balik punggung Airin.

Gadis itu berjalan dengan wajah ditekuk.

"Kak, aku pulang ya!?" Ujar Krystal saat berhenti tepat di sebelah Airin.

"Kenapa, kok buru-buru? Kai baru sampe."

Krystal melirik cowok itu sekilas, lalu kembali menekuk wajahnya seolah melihat Kai adalah sesuatu yang ingin ia hindari.

"Aku naik taksi aja. Kalo kakak mau disini sama kak Kai, aku gak apa-apa pulang sendiri."

"Kenapa?" Kali ini Kai yang bertanya, dan itu tertuju pada Krystal. "Gue baru dateng loh."

"Aku gak mau ganggu!" Jawabnya sinis, namun malah menyulut senyuman di wajah cowok itu.

"Bagus, tau aja kalo gue mau berduaan sama kakak lo." Balas Kai dengan seringai yang hanya bisa dilihat oleh Krystal. Sedangkan Airin senyum-senyum kesenangan saat mendengar kalimat itu.

"Oke selamat bersenang-senang kalo gitu." Ujar Krystal lagi, lalu melangkah menjauhi meja mereka dan pergi keluar restoran.

Krystal menghentak-hentakan kakinya kesal saat berada di luar restoran dengan napas memburu dan kedua tangan yang mengepal erat. Tidak pernah ia sekesal ini, sampai rasanya ingin sekali memukul kepala cowok itu.

"Ngeselin! Awas aja kalo dia minta aku ke apartemennya lagi." Gerutunya.

Krystal mungkin tidak akan semarah ini jika cowok itu tidak menyetubuhinya di dalam mobil. Kai melakukannya dengan sangat kasar, sampai rasa sakit itu membuat Krystal sulit berjalan.

Kemarahan Krystal semakin bertambah besar saat mengetahui jika Kai telah merobek celana dalamnya. Dan bayangkan saja jika saat ini, ia sedang berjalan tanpa sehelai celana yang menutupi kewanitaannya.

"Dasar cowok pemaksa!"

***

Bukan hal aneh saat melihat Kaisar duduk di salah satu ruangan VIP yang dimiliki oleh Black Devil, klub malam terbesar di Jakarta. Cowok itu tidak pernah absen untuk datang ke klub malam ini.

Bersama dua sahabatnya, yaitu Sean dan Chandra, Kai biasa menyewa beberapa perempuan untuk mereka ajak bergulat di atas tempat tidur.

Sean yang memiliki umur satu tahun lebih muda dari Kai dan Chandra selalu mengolok-olok mereka berdua dengan sebutan perjaka tua, walaupun sebenarnya mereka sudah tidak perjaka.

Di usia yang sudah memasuki kepala tiga, mereka sama sekali tidak ada niatan untuk menikahi seorang perempuan dengan serius. Dan untuk pertama kalinya, salah satu diantara mereka akan melangsungkan pernikahan, tentu kabar itu sontak menjadi bahan olok-olok mereka.

"Gilaaa... calon pengantin, keliatan makin gagah aja. Udah pesen kebaya belom lo?" Celetuk Chandra begitu Kai merebahkan dirinya di atas sofa ruangan itu.

"Dia abis luluran, Chan. Biar ganteng kalo dipajang." Sean menambahi.

"Tai lo berdua!" Sergah Kai. "Gue sumpahin kondom lo pada bocor, biar mampus lo nikahin anak orang."

"Haha.. emang kondom lo bocor sampe harus nikahin si Airin." Ledek Chandra yang langsung mendapat tepukan tangan dari Sean.

"Si kambing!" Kai melempar satu bantal ke arah mereka. "Pusing gue sama si Airin, bentar-bentar nanya, bentar-bentar nelpon. Yang mau nikah dia yang ribet gue."

"Yehh.. si goblok, kan dia nikahnya sama elo!" Balas Sean. "Lagian lo mah, mau makenya doang giliran nikahin ogah."

"Anjir, dia bekas, men!"

"Sama-sama bekas." Sela Chandra. "Tapi lo masih sama adeknya Airin? Siapa namanya?"

"Krystal." Sambar Sean.

"Ah.. iya Krystal. Tuh bocah cakep juga ya, body-nya apa lagi. Pantes nih monyet ngebet banget."

Mendengar nama Krystal di sebut membuat bibir Kai rasanya gatal untuk tidak tersenyum. Ia jadi mengingat awal pertama kali berhubungan dengan Krystal.

Hari itu, hujan sudah berhenti, namun masih meninggalkan gerimis kecil di sepanjang jalan. Kai mengendarai mobilnya dengan kecepatan rata-rata, ia melirik Krystal yang duduk di kursi penumpang sebelahnya.

Gadis itu hanya terdiam sambil memandang jalanan di luar jendela. Sudah hampir satu jam dari saat Kai mengatakan akan membantu dirinya untuk keluar dari rumah dengan imbalan berupa tidur dengannya.

Krystal tentu terkejut, sangat-sangat terkejut, sampai ia tidak tahu lagi apa yang harus ia ucapkan. Seks untuknya adalah sesuatu yang tabu, menurut Krystal seks hanya boleh dilakukan saat mereka sudah resmi menjadi suami istri atau kata lainnya ketika mereka sudah memiliki status.

"Gue gak tau kalo ternyata lo tipe cewek yang menganut hal tersebut."

"Aku gak mau bahas itu."

"Oh oke.. gue juga gak maksa lo untuk ngelakuin itu."

Krystal beringsut, merubah duduknya menghadap ke arah Kai. "Kenapa kakak gampang banget ngajakin aku buat ngelakuin itu."

"Seks maksud lo?"

"Ihh.. jangan disebut." Krystal merona, lalu kembali memberengut kesal. "Kita kan gak saling cinta, kenapa kakak mau ngelakuin 'itu' sama aku?"

"Ngelakuin 'itu' gak butuh cinta, tapi nafsu." Kai melirik gadis itu sebentar lalu kembali fokus pada jalanan di depannya. "Dan gue nafsu sama lo."

Krystal menggigit ujung bibirnya kaget. "Kak! Vulgar banget sih!"

"Cuma ada kita berdua doang, gak pa-pa lah sekalian lo belajar."

"Aku gak mau."

"Yaudah."

"Ish.." Krystal mendesis saat menyadari respon Kai yang biasa saja. "Emangnya gak ada hal lain yang kamu mau selain 'itu'."

"Itu apa?"

"Ya itu.."

Rasanya semakin menarik untuk Kai menggoda gadis itu. "Apa?"

"Itu yang lagi kita bahas."

"Gue gak ngerti 'itu'."

Lagi-lagi Krystal harus menggeram dalam hati saat berhadapan dengan Kai. Cowok itu selalu berhasil menguji kesabarannya. "Ihh.. ya seks lah."

"Nah.. kalo itu gue tau." Kai terkekeh, sementara Krystal tidak merubah raut wajahnya sama sekali sejak tadi. "Seks enak, Krys."

"Seks sakit."

"Kata siapa? Emang udah nyobain?"

"Kata temen-temen aku."

"Temen cewek apa cowok?"

Krystal memutar bola matanya jengah dengan pertanyaan nyeleneh dari Kai. "Cewek lah."

"Wih.. boleh dong kenalin."

"Kak!!" Teriak Krystal yang mulai putus asa menghadapi kelakuan cowok di sebelahnya. "Serius dong."

"Dari tadi gue juga serius. Lo mau gak tidur sama gue?" Jelas Kai lagi.

"Enggak!"

"Kenapa?" Tanya Kai penasaran.

"Aku gak cinta sama kamu."

"Emang lo udah punya pacar?"

"Belom."

"Terus."

"Aku mau ngelakuin itu sama orang yang aku cinta."

Bersamaan dengan itu, mobil Kai belok masuk ke dalam basemant sebuah gedung apartemen. Krystal yang baru menyadari jika Kai tidak membawanya pulang, sontak menatap Kai dengan mata menyalang.

"Kok ke sini?"

"Ini apartemen gue." Jawab Kai santai sambil terus memainkan stir mobilnya.

"Aku mau pulang."

"Bentar, nanti gue anterin. Sekarang ke apartemen gue dulu."

"Mau apa?"

"Menurut lo?"

"Aku belom bilang setuju, kak!"

"Gue juga gak ngajakin lo tidur hari ini, Krystal." Dengarkan, Kai mengucapkannya dengan nada yang meledek.

"Gue mau ganti baju sebentar sekalian kita pesen makan, gue laper." Kai membelokan stir mobil, lalu memarkirkannya dengan baik. "Lo mau makan apa?"

"Mekdi. Beef burger pake keju sama kentang, minumnya di ganti jadi fruit tea. Ekstra saos ya kak. Sama tambah spicy chicken bite-nya dua, boleh?"

"Oke." Kai segera mengeluarkan hapenya dan memesan makanan yang Krystal maksud.

Sementara, gadis itu sudah turun dari mobil dan berjalan ke arah lift seolah telah melupakan jika beberapa detik yang lalu ia memaksa untuk diantarkan pulang oleh Kai.

Ternyata sangat mudah menyogok gadis itu untuk tidak merengek lagi, hanya dengan sebuah burger dan fruit tea, Krystal langsung setuju untuk mampir sebentar ke apartemennya.

Kai hanya tersenyum sepanjang langkah kakinya menuju apartemen. Krystal benar-benar menantang. Gadis itu unik, dan Kai merasa mulai penasaran dengannya.

Krystal berdecak kagum begitu dirinya masuk ke dalam apartemen Kai yang terbilang mewah itu. Matanya menatap takjub menjelajahi setiap sudut ruangan. Untuk pertama kalinya ia melihat bangunan mewah di dalam sebuah bangunan.

"Lo tunggu disini dulu, gue mau ganti baju."

Gadis itu hanya mengangguk sambil melangkah mengelilingi seluruh ruangan. Ada banyak pajangan mahal dan juga beberapa foto keluarga di atas meja konsol. Kai juga memiliki tv flat yang besar serta home theater mewah.

Hanya sekali lihat saja Krystal sudah yakin jika Kai memang memiliki uang yang sangat banyak. Dari mulai gedung apartemennya sampai seluruh isinya, semua itu terlihat sangat mewah.

Krystal melemparkan tubuhnya di atas sofa empuk yang ada di ruang tv. Lalu ia mengusap-ngusapkan tangannya disana, bahkan sofa di apartemen itu saja terasa sangat lembut.

"Makanannya belom sampe?" Tanya Kai yang baru saja menuruni anak tangga terakhir.

"Belom." Jawab Krystal masih dengan posisi yang sama. "Kak, sofanya lembut banget sih."

"Lo suka?"

"Iya.."

Cowok itu duduk disebelah Krystal, mengambil remot yang ada di meja dan mulai menyalahkan tv. "Tinggal disini mau gak?"

"Ya engga lah, masa aku tinggal sama kamu." Krystal mengangkat kakinya ke atas meja. "Tapi aku mau punya apartemen yang kaya gini."

"Gue bisa ngasih lo apartemen kaya gini." Ujar Kai meletakan remot tv kembali ke atas meja sembari menarik turun rok gadis itu yang tersingkap.

"Gak perlu, aku tau kakak ngasih apartemen ke aku pasti ada syaratnya." Keluh Krystal yang sudah hafal.

Kai terkekeh, mengusak kepala gadis itu pelan. "Pinter, gak sia-sia emang lo kuliah."

"Iya dong. Otak aku itu dipake buat mikir, kak. Bukan buat mengkhayal yang enggak-enggak, kaya kamu."

"Gue?" Tunjuk Kai pada dirinya. "Sory-sory aja nih, gue gak pernah mengkhayal, buang-buang waktu, mending langsung praktek."

Krystal menoleh, menatap Kai yang kini juga menatap ke arahnya. Beberapa saat mereka hanya terdiam dan saling pandang sampai cowok itu kembali bersuara.

"Kenapa ngelihatin gue kayak gitu? Mulai naksir lo?"

Krystal memutar bola matanya, lalu menurunkan kakinya yang berada di atas meja, kemudian memperbaiki duduknya sambil bersila menghadap Kai. Secara otomatis, rok yang dikenakannya tersingkap semakin tinggi. Kai benar-benar merasa diuji dengan tingkah gadis itu.

"Waktu tau kak Airin sering bawa cowok ke apartemennya, aku ngerasa kasian sama kamu. Tapi pas tau kamu juga ngelakuin hal yang sama ke kak Airin, aku cuma berpikir, ternyata kalian cocok ya."

Kai sudah tidak bisa lagi berkonsetrasi mendengar apa yang Krystal ucapkan. Pandangannya hanya tertuju pada bibir mungil gadis itu. Merah dan seksi, apa rasanya jika ia menggigit bibir itu? Menelusupkan lidahnya ke dalam mulut Krystal? Lalu membelitnya di dalam.

Ah.. Kai mulai tergoda.

"Lo lagi nguji gue?"

"Apa?"

Lantas dengan gerakan yang cepat, ia menarik tengkuk Krystal, menempelkan bibirnya di atas bibir gadis itu.

Sedangkan gadis itu, hanya mampu mengerjap bingung dengan serangan yang Kai berikan padanya. Ia tidak menyangka jika Kai akan menciumnya secara mendadak seperti ini. Dan apa? Ini adalah ciuman pertamanya.

Kai menarik pinggang Krystal untuk memperdalam ciuman itu. tangannya merambat menyentuh paha Krystal.

"Kak.." lirih Krystal saat ciuman itu terlepas. "Jangan." Ia menggeleng lemah dengan sorot mata menyendu.

"Sorry, gue gak akan sejauh itu. Tapi... gue masih boleh cium lo kan?"

Kai masih mencoba mengatur nafasnya, saat Krystal mulai menganggukan kepala. "Boleh."

Dan seringai di wajahnya semakin lebar.

Ia menepati itu, hanya sebuah ciuman, tapi mampu membuat tubuh Krystal bergetar hebat.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!