Selamat Datang dikaryaku yang pertama....
Happy reading 😘😘
***************
"Papa tidak setuju, Papa tidak mau kamu menikah dengan gadis miskin itu. Kau tau bagaimana kehidupannya bukan, mereka serba kekurangan. Aku tidak mau punya menantu dan besan yang hanya akan merepotkanmu dimasa depan". Kata Tuan Anthony dengan nada tinggi.
"Benar kata Papamu sayang, sebaiknya kamu pikirkan lagi kalau kamu akan menikahi Marinka. Keluarga mereka jauh dibawah kita sayang".Nyonya Julia menimpali.
" Perusahaannya mendekati kebangkrutan, bahkan dia sudah kehilangan kepercayaan beberapa investornya. Kau akan kesulitan mengelola itu. Kecuali jika Louis mau menjual sahamnya pada kita dan mengatasnamakan perusahaan itu atas nama Thomas. Maka dengan senang hati kunikahkan kaluan". Ucap Tuan Anthony angkuh, membuat Marinka berdecih. Ternyata ini tujuannya.
Sementara Thomas hanya menunduk tanpa bisa berkata apapun. Marinka,, ya gadis itu sudah berurai air mata. Bagaimana tidak, hubungan mereka terbilang tak sebentar. Tiga tahun lamanya mereka bersama dan keluarga Thomas pun baik selama ini. Tapi semuanya berubah saat mereka meminta restu.
Apa yang salah, selama ini mereka selalu baik-baik saja. "Paman, Bibi, apa aku melakukan kesalahan?. Kami saling mencintai, bahkan beberapa waktu lalu pun paman dan bibi juga sudah menyetujui hubungan kami, jika paman menginginkan perusahaan itu, Thomas bisa memilikinya setelah menikah denganku. Tidak perlu memisahkan kami". Kata Marinka parau.
"Kau pikir kau seberharga itu hah? Thomas akan kesulitan jika perusahaan itu masih dibayang-bayangi nama papamu. Kecuali jika itu sudah resmi diserahkan pada Thomas. Tapi sayangnya papamu menolak untuk itu. Jadi... Kurasa cukup sampai disini waktu yang ku berikan pada kalian untuk bersenang - senang. Mulai besok kembalilah ke kehidupan dimana kamu belum mengenal Thomas. Karna 2 minggu lagi Thomas akan menikah dengan emily. Orangtuanya bersedia dengan senang hati menyerahkan salah satu perusahaan mereka untuk Thomas. Dan Thomas sudah menyetujui itu".
Deg..
Marinka mencoba mencari kebenaran pada pria disebelahnya. Tapi tidak ada satu kata pun keluar dari bibir nya.
"Thomas.. Bisa kah.. Kau jelaskan padaku?".kata Marinka sambil sesekali mengusap air matanya. Thomas menghela nafas berat.
" Maafkan aku... "ucapnya tercekat. Marinka tersenyum getir.
"Jika kau tau akan berakhir begini, kenapa kau membawaku kemari?". Ucap Marinka menahan amarah.
"Maafkan aku... Aku pikir papa akan mengerti keadaan kita ". Kata Thomas sambil menggenggam tangan Marinka.
" Sudah cukup kalian berdrama didepanku. Cepat kau ambil keputusanmu Thomas. Tinggalkan dia dan mulailah dari awal bersama Emily". Perintah Tuan Anthony.
"papa aku mohon.. Biarkan kami bersama, soal emily aku akan mengurusnya". Thomas memohon.
"Tidak akan pernah. Apa kau lupa dengan kesepakatan kita? ". Kata Tuan Anthony penuh penekanan.
Kesepakatan? Kesepakatan apa ini?". Batin Marinka.
"kamu sudah berjanji akan menikahi Emily bukan?". Lanjut Tuan Anthony. Sesaat Thomas memejamkan matanya.
"Thomas.. Apa benar kata paman Anthony, apa kau memang sudah merencanakan ini? ". Tanya Marinka sedih.
" untuk apa kau bertanya lagi. Semua sudah jelas. Emily jauh lebih berada dibandingkan kau. Sekarang pergilah, jangan buang waktu berharga kami". Kata nyonya Julia sinis.
"Kau tau, Thomas sudah setuju menikahi Emily demi mendapatkan kedudukan di perusahaan keluarga. Seharusnya kamu mengerti, dengan terus bersamanya kamu akan menghambat karier nya".Lanjut Tuan Anthony.
"Pa.... Jangan seperti ini, bagaimana pun juga aku tidak bisa meninggalkan Marinka semudah ini". Thomas berusaha menghentikan papa nya.
" Kenapa kamu tidak mengatakan dari awal Thomas?, jika kamu berkata jujur aku akan memahamimu sebelum aku terlanjur memiliki perasaan yang dalam terhadapmu ". Ucap Marinka sambil mengusap air mata nya yang jatuh.
" Marinka... Bukan begitu.. Kenyataannya adalah.......... ".
" Thomas.... "Tuan Anthony berteriak memutus ucapan Thomas." usir perempuan itu dari sini. Aku sudah lelah, atau kesepakatan kita akan berakhir. Kau mengerti? Keputusan ada ditanganmu saat ini juga ". Kata Tuan Anthony melanjutkan.
Marinka menatap tak percaya, kenapa semuanya bermuka dua. Hanya demi jabatan Thomas rela menyakiti nya. Dia tau dia tak sepadan dengan keluarga Thomas. Itu dimulai saat perusahaan papa Marinka mulai bangkrut.
" Thomas... Ayolah cepat akhiri saat ini juga.Mama sudah lelah, mama ingin istirahat cepat ". Kata nyonya Julia.
Thomas menatap wajah kekasihnya itu dengan tatapan yang sulit diartikan.
" Marinka.... Aku.... ". Suara Thomas berat. Matanya mulai panas. Tak sanggup menatap dalam mata wanita itu.
" Aku mengerti Thomas ". Marinka berkata sambil merapikan tas nya, beranjak untuk pergi. Dia tersenyum getir.
" Trimakasih untuk semuanya Thomas, paman juga bibi. Trimakasih sudah baik padaku selama ini. Mulai malam ini aku tidak akan mengganggu keluarga paman lagi ". Kata Marinka setengah bergetar menahan tangisnya. Sungguh ini kali kedua dihidup Marinka, gagal membina hubungan hanya karna keadaan Marinka yang dianggap kurang sepadan dengan keluarga kekasihnya.
" Marinka maafkan aku... ". Satu tetes airmata Thomas berhasil lolos. Thomas berusaha menggapai tangan Marinka. Tapi Marinka menepisnya pelan.
" Tak apa Thomas, aku mengerti. Aku tau siapa aku, keluarga ku tak sepadan denganmu. Berbeda jauh dengan keluarga Emily. Dia juga lebih pantas mendampingimu diperusahaan".ucapnya getir.
"Aku permisi terimakasih sudah membuang waktumu yang berharga selama tiga tahun ini".
"Antar dia Thomas... ". Ucap nyonya Julia.
" Tidak perlu bibi..aku bisa sendiri, terimakasih banyak". Ucap Marinka lalu pergi setengah berlari. Thomas mengejar hingga keluar. Mencoba menggapai tangan Marinka. Namun Marinka menepis keras.
" Marinka maafkan aku, aku bisa jelaskan. Aku mohon ".
" jelaskan..?kapan? Sekarang atau besok setelah aku tak punya muka seperti ini?". Marinka berdecih," Kau tak berpikir mau ditaruh dimana mukaku hah? Kau mengajakku kesini menemui paman dan bibi untuk meminta restu, tapi pada kenyataannya kau tak menginginkannya". suara Marinka meninggi.
"Aku menginginkannya, hanya ada sesuatu yang tak bisa ku ceritakan padamu, Aku bersumpah Marinka".kata Thomas berusaha menjelaskan.
" Omong kosong Thomas, aku tak percaya. Kau sungguh telah menyakitiku kali ini. Aku sangat membencimu, kau menukar hubungan kita dengan jabatan". Ucap Marinka kemudian berlalu dari rumah itu.
****
Malam sudah menunjukkan pukul 11 malam. Tapi Marinka masih duduk dibangku taman ditengah kota. Masih ada beberapa orang yang lalu lalang menikmati malam bersama teman bahkan keluarga kecil mereka.
Terlihat sepasang suami istri dengan anaknya yang Kira2 berumur 1 tahun. Mereka bercanda saling menyuapi,dan sesekali menggoda anak mereka. Sungguh manis sekali.. Tak terasa bibir Marinka tersenyum ditengah kepahitan.
"Seandainya saja Thomas...". Dia menggelengkan kepalanya sambil mengusap air mata yang kurang ajar jatuh dipipinya.
"Apa yang ku pikirkan, aku harus melupakannya. Aku harus berhasil, aku harus membuktikan aku mampu tanpa dia. Aku harus bekerja keras membawa perusahaan papa lebih dikenal lagi". Ucapnya lirih nyaris tak terdengar.
Sungguh sangat menyakitkan dan dia benar-benar membenci Thomas juga keluarganya. Yang telah menpermainkan perasaannya, hanya karna perusahaannya sedang kesulitan keuangan.
"Akan aku buktikan aku mampu tanpa kalian ".
Senin, 06 juli 2020
TBC
Happy reading 😘😘😘
**************
Matanya terpejam kepalanya dia letakkan di sandaran kursi dengan sebelah tangannya yang memainkan balpoin. Mencoba berdamai dengan perasaan . Saat sedang bekutat dengan pikirannya tiba-tiba dia dikagetkan oleh sesuatu.
"auchhh.... ". Marinka terkejut ada yang melemparnya dengan sebungkus kecil permen mint. Sepasang mata sedang melihatnya tajam . Itu adalah mata Leo si asisten yang selalu sempurna. Satu lagi sepasang mata yang menatapnya meminta penjelasan tentang apa yang sedang dia kerjakan. Buru-buru dia berdiri merapikan bajunya.
" Selamat pagi Tuan Marvin ". Sapa Marinka gugup.
" Pagi.. Silahkan ikut keruanganku ". Kata Marvin berlalu.
" Astaga ceroboh sekali aku. Kenapa aku melamun ". Gerutunya meratapi kebodohannya. Pagi - pagi bukannya bekerja malah menghayal.
****
Tok.. Tok.. Tok..
" Masuk... ". Sahut Marvin dari dalam. Marinka pun lalu membuka pintu dan masuk keruangan Marvin. Marinka berdiri dibalik meja atasannya.
" Leo kau bisa tinggalkan kami ". Kata Marvin kepada asisten pribadinya. Leo menunduk permisi dan meninggalkan ruangan itu.Marvin beranjak menuju sofa yang ada di pojok ruangan itu. Marinka pun mengikuti dari belakang.
" Duduklah Marinka". Ucap Marvin setelah menyandarkan tubuhnya di sofa. Marinka pun menjatuhkan tubuhnya lemas.
"Ada masalah apa? Tidak biasanya kau murung ditempat kerja? ". Tanya Marvin setelah menelisik ke wajah Marinka yang entah kenapa tak berbentuk pagi ini. Lingkaran mata yang hitam. Mata sembab, hidung mancungnya yang memerah.
" Apa akhir pekanmu kau habiskan menonton drama yang menguras airmata mu? Apa dirumahmu tidak ada kaca? Apa kau tidak bercermin tadi pagi? ". Kata Marvin mulai meledek. Marinka memutar bola matanya kesal.
" Diamlah... Kau berisik sekali. Kau mana tau orang sedang patah hati. Kau tak pernah punya kekasih ". Jawab Marinka kesal.
" Kata siapa aku tak punya kekasih? Aku punya...... ".
" Ya.. ya... Aku tau Dania kan? Katanya kekasih tapi jarang bertemu. Kau juga sering menghindarinya. Hubungan macam apa itu? Jika aku jadi Dania, aku akan meninggalkanmu dan mencari pria yang lebih serius. Kenapa kau tak menikahinya..? Kau bilang kau menyukainya sejak lama, tapi kau tak juga menikahinya. Bukankah paman dan bibi juga menyukainya".ucap Marinka panjang lebar.
" Dasar berisik.. Kau tidak tau yang sebenarnya jadi Diamlah. kenapa kau jadi membicarakanku, aku sedang bertanya masalahmu, ada masalah apa kau dengan dengan Thomas? Bagaimana rencana pernikahanmu? ". Tanya Marvin serius. Marinka terdiam kemudian menghela nafas berat. Matanya kembali berkaca-kaca.
" dua minggu lagi pernikahan akan digelar Marvin ". Kata Marinka sendu.
" lalu apa yang kau pikirkan, kau akan menikahi pria yang kau sukai, seharusnya kau bahagia. Kenapa malah kacau seperti ini". kata Marvin bingung.
" Tapi Marvin, Thomas tidak akan menikahiku, melainkan menikahi Emily pilihan orang tuanya ". Marinka berkata dengan bergetar sambil berusaha menahan airmata nya.
Marvin terkejut, dia tau hubungan Marinka dan Thomas sudah hampir 3 tahun. Dan selama ini mereka tidak ada masalah. Bahkan orang tua Thomas terbilang baik dan cukup menyayangi Marinka.
"Apa masalahnya Marinka? Kau tidak sedang bercanda kan? . Tanya Marvin berhati-hati takut menyakiti hati sahabatnya itu.
"Bibi Julia bilang karna sekarang perusahaan papaku sedang krisis keuangan dan diperkirakan bangkrut. Dia tidak mau berbesan dengan keluarga miskin. Takut akan merepotkan dimasa depan, kecuali jika papa mau memberikan perusahaan itu atas nama Thomas, maka mereka akan menikahkan kami". Marinka sudah tidak bisa lagi membendung air matanya.
Marvin mengeraskan rahangnya begitu marah mendengar penjelasan Marinka.
" Perusahaan Papamu belum sepenuhnya bangkrut Marinka.,aku dan paman Mike sedang berusaha membantu".marvin berkata dengan gusar. Tak trima sahabat masa kecilnya itu mengalami ketidakadilan.
" Dari awal hanya berpura-pura baik padaku Marvin, mereka berbohong, mereka munafik mereka bilang aku akan terpuruk tanpa mereka, dan aku tak pantas mendampingi Thomas yang punya segalanya ". Ucap Marinka tersedu.
" Lalu bagaimana dengan Thomas? Apa dia hanya menonton saat kau di perlakuan begitu? Apa dia tidak mengatakan apapun?". Tanya Marvin kesal.
" Dia tidak berkata apapun selain meminta maaf. Dan itu membuatku muak".kata Marinka sambil terus tersedu.
"Lalu kenapa dia mengajakmu kerumahnya untuk meminta restu. Dasar Thomas si*l*n". Kata Marvin marah.
" Entahlah Marvin paman Anthony bilang Thomas bersedia menikahi Emily demi mendapatkan kedudukan penting diperusahaan. Dan demi kerjasama perusahaan tentunya. Mungkin itu yang membuatnya berubah pikiran. Mengingat dia sangat terobsesi menduduki jabatan penting diperusahaan papanya. Terlebih lagi orang tua Emily memghadiahkan satu anak perusahaan untuk Thomas jika dia mau menikahi Emily". Marinka mulai tenang bercerita.
"Dasar manusia serakah. Akan kuberi pelajaran lain waktu".kata Marvin geram.
" Tidak perlu Marvin. Aku sedang bertekad untuk memantaskan diri. Aku akan bekerja dengan baik diperusahaan mu, belajar banyak padamu sebelum aku menggantikan papa nanti. Aku akan buktikan aku bisa hidup tanpa harus melakukan pernikahan bisnis ". Kata Marinka bertekad penuh.
" Baiklah, nanti aku akan temui paman Louis, untuk membicarakan masalah ini. Sekarang kembalilah bekerja. Astaga Marinka lihatlah wajahmu seperti badut ". Ejek Marvin. Mata Marinka membulat sempurna.
" Sebenarnya kau ingin memujiku atau menjatuhkanku? Dasar manusia tidak konsisten. Baru sedetik kau ingin membantuku lalu kemudian kau meledekku. Kau ini sebenarnya temanku atau bukan". Kata Marinka kesal.
" Baiklah aku hanya bercanda, katakan pada Papamu nanti malam aku akan berkunjung bersama paman Mike. Percayalah, perusahaan Papamu belum separah itu. Mereka hanya mengada-ada. ".kata Marvin berdiri sambil mengacak puncak kepala Marinka. Marinka menepis kasar tangan Marvin.
"Kau ingin semakin mengacaukan penampilanku lagi ". Marinka menggerutu sambil berlalu dari ruangan Marvin. Marvin pun hanya terkekeh melihat sahabatnya itu kesal.
" Tenanglah Marinka tak kan kubiarkan perusahaan Papamu kesulitan. Aku dan paman Mike sedang berusaha untuk itu. Pamanku dan Papamu bersahabat sejak kecil. Dan mereka sangat menyayangi ku dari saat pertama aku dibawa kekota ini". Gumam Marvin sambil memutar kembali memorinya 20 tahun silam. Saat dia di adopsi paman Mike dan bibi Mouli. Mereka sangat menyayangi Marvin seperti anaknya sendiri. Karna memang paman Mike dan bibi Mouli tidak memiliki putra.
Kemudian dia bertemu dengan paman Louis dan putrinya yang menggemaskan itu, Marinka kecil yang riang . Saat itu Marvin berumur 7 tahun dan Marinka berumur 5 tahun. Marinka kecil tumbuh tanpa kasih sayang seorang ibu. Karna ibunya meninggal saat melahirkannya. Sejak saat itu mereka tumbuh besar bersama. Meskipun Marvin bukan anak kandung tapi mereka tak pernah membiarkan Marvin kekurangan. Bahkan saat ini Marvin sudah mulai memimpin perusahaan paman Mike.
Tuan Louis pun juga sangat menyayangi Marvin. Keinginannya memiliki putra hilang sudah saat istrinya meninggal ketika melahirkan Marinka kecil.
**TBC
Senin, 06 juli 2020**
Mobil Marvin berhenti di sebuah rumah yang lumayan megah. Dia disambut oleh Marinka dan juga papanya.
"Selamat malam paman. Bagaimana kabar Paman? ". Kata Marvin sambil memeluk Tuan Louis.
" Baik Marvin, aku selalu baik. Kau semakin tampan saja ". Tuan Louis memuji Marvin yang memang semakin terlihat matang dan tampan.
" papa jangan terlalu memujinya, nanti dia bisa besar kepala". Marinka mendengus kesal karna papanya selalu memuji Marvin.
" Kau hanya berani padaku saat dirumahmu kan. Dasar gadis berisik. Aku memang tampan, kau saja yang tidak pernah mengakui ". Kata Marvin sambil mengapitkan lengannya dileher Marinka.
" auuu Marvin kau menyakitiku ". Kata Marinka kesal.
" Jangan berlebihan ini tidak akan membunuhmu dasar bodoh. Ayo kedalam, kita lihat apa ada makanan yang bisa ku makan. Aku sangat lapar ". Kata Marvin sambil terus menyeret Marinka masuk kedalam.
Kedua orang tua itu hanya tersenyum melihat tingkah anak muda itu.
" bagaimana kabarmu Mike? ". Tanya Tuan Louis.
" Tentu saja aku baik. Seperti yang kau lihat ". Mereka saling berpelukan melepas rindu. Kemudian masuk kedalam menyusul dua anak muda tadi.
****
Di meja makan mereka bersantap sambil sesekali berbincang - bincang.
" Masakanmu sangat enak Marinka. Kau sudah pantas untuk menjadi seorang istri ". Kata Tuan Mike memuji.
" paman bisa saja,ini belum sempurna paman ". Jawab Marinka merendah. Tuan Mike pun tersenyum.
" Bagaimana hubunganmu dengan Thomas? ". Lanjut Tuan Mike tiba-tiba. Marinka berhenti mengunyah makanannya. Marvin yang mengetahui hal itu melirik sekilas ke arah Marinka.
" Akhir pekan kemarin mereka bertemu di rumah Tuan Anthony membicarakan pernikahan mereka. Mungkin sebentar lagi kita akan menerima kabar baik ". Ucap Tuan Louis berbinar. Mengingat putrinya akan segera menikah.
Marvin terkejut mendengar penuturan papanya Marinka. Berarti Marinka belom menceritakan kejadian sebenarnya pada Tuan Louis. Marvin menatap Marinka tajam meminta penjelasan. Marinka memasang muka memohon pada Marvin. Bagaimana bisa Marinka belum menceritakan hal sepenting ini, sedangkan dirinya telah membicarakan masalah ini dengan paman Mike. Menyadari hal itu Tuan Mike menatap Marinka dan Marvin bergantian.
"Louis aku ingin mengatakan sesuatu soal pernikahan putrimu. Mereka ..... ".
" Mike... Kau tau... Aku sangat menantikan saat ini. Putriku bisa bersanding dengan lelaki yang sangat dia sayangi dan juga menyayanginya". Katanya berbinar.
"Ibunya meninggalkannya sejak dia baru lahir. Meskipun berat aku melepasnya, asal Marinka bahagia aku juga turut senang. Akupun juga sudah semakin tua kan ". Tuan Louis terkekeh namun tak dapat dipungkiri tatapannya sendu melihat Marinka. Dia kemudian menggenggam tangan putrinya.
" berjanjilah pada Papa kau akan selalu bahagia nak ". Ucap Tuan Louis penuh harap.
Tenggorokan Marinka tercekat sulit sekali menelan makanannya. Dengan susah payah dia menelannya juga kemudian tersenyum getir. Menggenggam kembali tangan papanya.
" Aku berjanji papa ". Ucapnya lirih berusaha menahan agar airmata nya tak jatuh saat itu juga.
Marvin dan Tuan Mike berpandangan kemudian menyudahi makan mereka. Sesaat Tuan Louis menoleh dan menyadari hal itu.
" oh maafkan aku Mike, Marvin aku mengacaukan makan malam ini. Oh iya apa yang akan kau katakan tadi?. Tanya Tuan Louis sebab tadi dia menangkap seolah sahabatnya tersebut ingin mengatakan sesuatu.
"oh lupakan paman.. Tidak ada yang penting ". Marvin segera memutus percakapan itu. Sambil terus menatap Marinka.
" Paman Mike, aku permisi sebentar. Ada yang ingin kukerjakan sebentar".kata Marinka tersenyum paksa. Dia kemudian berlalu dari meja makan itu menuju kamarnya dilantai atas.
Ketika pria berbeda usia itu pun memperhatikan Marinka hingga hilang dibalik pintu berwarna putih itu.
"Paman Louis aku ingin membicarakan sesuatu dengan Marinka. Bolehkah aku menemui nya?. Kata Marvin meminta izin.
"Silahkan Marvin, anggap saja rumah sendiri. Kau sudah kuanggap seperti putraku sendiri". Kata Tuan Louis mempersilahkan. Marvin menunduk kemudian berlalu menyusul Marinka.
****
Marvin masuk kekamar Marinka. Terlihat Marinka duduk di kursi bersandar pada dinding kaca melihat langit malam. Airmata nya masih terus mengalir dia juga terus menyeka airmata nya berkali-kali. Marvin kemudian mendekati Marinka, menarik pelan kepala gadis itu kedalam dadanya. Marinka semakin tersedu, dan semakin mengeratkan pula cengkramannya diujung blazer Marvin.
"kenapa kau tak jujur pada Papamu? ".tanya Marvin setelah tangis Marinka mulai mereda hanya tinggal isakan. Namun dia masih memeluk sahabatnya yang berdiri disebelahnya itu.
" Aku bingung mulai dari mana, Papa sangat bahagia saat mendengar aku akan menikah dengan Thomas. Aku tak tega memberi tahukan kebenaran Marvin ". Marinka susah payah menjelaskan diantara isakan tangisnya.
" Katakan bagaimana aku harus membantumu. Aku tidak mau melihatmu terpuruk seperti ini. Apalagi jika nanti papamu tau yang sebenarnya ". Kata Marvin lembut. Sambil menyibakkan rambut Marinka.
Marinka mendongakkan kepalanya.
" Apa kau bisa membantuku?. Tanya Marinka penuh harap.
"Akan aku coba selama itu masuk akal. Katakan! ".
" Aku mohon temui Thomas, katakan untuk membatalkan pernikahannya. Katakan aku ingin menikah dengan nya ". Kata Marinka kembali tersedu. Dalam sekejap Marvin mendorong Marinka menjauh.
" Apa kau tidak waras, hah? Jangan merendahkan dirimu. Aku tidak akan melakukannya ". Kata Marvin kesal.
" Kau bilang mau membantuku, aku yakin kau bisa Marvin. Kau punya pengaruh yang besar. Ayolah Marvin ". Marinka merengek sambil terus menarik-narik baju Marvin. Marvin kemudian duduk berjongkok mensejajarkan diri dengan Marinka.
" Kau tau hal itu sangat bodoh Marinka, aku tidak akan pernah melakukannya '. Marvin berkata sambil meraih tangan Marinka.
Marinka kemudian menepis kasar tangan Marvin.
"pergilah... ". Kata Marinka dingin. Kemudian menatap keluar jendela.
" Marinka dengarkan aku. Aku akan melakukan apapun, kecuali memohon hal bodoh itu. Kau tau kau seperti seseorang yang sedang merendahkan diri demi mendapatkan cinta seseorang ". Kata Marvin tegas. Marinka menoleh kearah Marvin dengan nafas memburu menahan amarah.
" Kau bisa bilang begitu karna kau tidak merasakan berada diposisiku. Aku sangat mencintainya.. Dan papaku berharap banyak pada pernikahan ku. Lalu apa yang harus ku katakan padanya. Aku tak sanggup membuatnya kecewa ". Kata Marinka sambil memukul dada Marvin. Marvin diam tak bergerak menahan pukulan Marinka. Mencoba membuat sahabatnya itu lega telah meluapkan emosinya.
" Aku tiga tahun bersamanya, Aku tidak ingin berakhir begini ". Ucap Marinka melemah. Marvin tidak tega melihat sahabatnya seperti itu. Marvin memegang kedua tangan Marinka.
" Baiklah berikan alamat apartemennya. Aku akan menemuinya. Ini kulakukan untukmu dan paman Louis. Jika sampai hasilnya tidak sesuai dengan yang kau harapkan, berjanjilah untuk melupakannya ". Kata Marvin. Marinka mengangguk senang kemudian memeluk sahabatnya itu. Sambil tak henti mengucapkan terima kasih.
****
" Paman aku ada urusan mendadak sebentar. Aku tidak akan lama. Bisakah paman Mike menungguku kembali? ". Kata Marvin meminta izin.
" Baiklah. Kami juga masih ingin mengobrol". Kata Tuan Mike.
"dimana Marinka? ". Tanya Tuan Louis.
" Dia sedang istirahat. Mungkin dia lelah membantuku dikantor tadi ". Jelas Marvin.
" Baiklah pergilah, dan cepat kembali ". Kata Tuan Mike.
Marvin bergegas keluar dan melajukan mobilnya terburu-buru.
" Akan kubuat perhitungan denganmu...!
TBC*
Selasa, 07 juli 2020
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!