Di sudut taman bermain yang teduh, bunga-bunga bermekaran dengan indahnya, menciptakan latar belakang yang ceria untuk perbincangan yang terjadi di antara Ella dan anaknya, Reo.
Sinar matahari yang lembut memeluk wajah-wajah mereka saat mereka berdua duduk di atas rumput yang lembut.
Reo, anak berusia 4 tahun dengan senyum cerah dan mata yang penuh canda, melihat ke arah ibunya dengan tatapan penuh keingintahuan.
"Mama, kenapa bunga itu berwarna-warni?" tanya anak kecil tersebut.
Ella tersenyum dan membelai lembut rambut cokelat lembut Reo.
"Itu karena setiap bunga punya cerita cantiknya sendiri, sayang. Mereka datang dari tanah, merayakan cahaya matahari dan tetes-tetes hujan. Dan kemudian, mereka mengeluarkan warna-warna indah sebagai hadiah untuk dunia."
Reo merenung sejenak, memproses kata-kata ibunya dengan pikiran anak kecil yang polos.
"Jadi, seperti aku yang dulu ada di dalam perut Mama?" tanya Reo penasaran.
Ella terkejut dengan pertanyaan tiba-tiba itu, tetapi dia tahu ini adalah saat yang tepat untuk membuka sedikit lembaran masa lalunya. Dia tersenyum dan mengangkat Reo ke dalam pangkuannya.
"Ya, sayang. Kamu tahu, Mama dulu punya perut besar seperti saat kamu memakan banyak makanan enak. Dan di dalam perut Mama, ada Reo yang tumbuh dengan kuat dan sehat."
Reo menatap mata ibunya dengan heran, wajahnya yang polos penuh kebingungan.
"Aku ada di dalam perut Mama? Kok aku gak tahu?" tanya Reo, dengan wajah bingung.
Ella membelai pipi Reo dengan lembut. Tersenyum tapi juga menggelengkan kepalanya beberapa kali.
"Mama punya rahasia yang sekarang Mama mau ceritain ke kamu. Saat kamu di dalam perut Mama, Mama harus pergi untuk beberapa waktu. Tapi Mama selalu berdoa dan berharap yang terbaik untuk kamu, sayang."
Reo mengangguk, mencoba memahami penjelasan ibunya seperti seseorang tua yang paham akan maksud perkataan barusan.
"Jadi, Mama pergi tapi Mama selalu mikirin aku?" tanyanya lagi, dengan mata mengerjap.
Ella menarik kepala Reo ke dekat dadanya dan menguatkan pelukannya.
"Iya, pasti! Mama selalu mikirin kamu, dan Mama sayang banget sama kamu, Reo."
Mereka berdua duduk di bawah sinar matahari, merangkul rahasia dan kebersamaan mereka.
Wanita itu menyadari bahwa saat ini adalah awal dari suatu perjalanan yang akan menghadapkan mereka pada tantangan baru, dan dia siap untuk menghadapi semuanya dengan keberanian dan kasih sayang.
***
Terdapat keheningan yang tegang di dalam mobil tua berwarna merah yang sedang melaju di tengah keramaian kota. Tato-tato besar yang menghiasi lengan Roberto kontras dengan kesunyian yang mencekam di dalam kendaraan itu.
Dengan satu tangan menggenggam kemudi dan pandangan kosong yang terfokus pada jalan, Roberto meluncur dalam kecepatan moderat yang teratur.
Ella duduk di sampingnya dengan tatapan yang campur aduk antara tegang dan cemas. Dia tahu ini adalah saat yang tepat untuk membuka lembaran masa lalu, meskipun ragu tentang bagaimana Reo akan merespons.
Hembusan angin dari jendela yang sedikit terbuka mengacaukan rambut cokelatnya saat dia memulai percakapan yang sulit ini.
"Roberto," ucapnya perlahan, memecah keheningan yang tegang.
"Ada hal yang ingin aku ceritakan padamu. Hal ini tentang masa lalu kita, tentang waktu sebelum kita berpisah."
Roberto memutar pandangan matanya dari jalan ke arah Ella, matanya yang penuh teka-teki mencari jawaban di wajahnya.
"Apa yang kamu maksud, Ella?" tanyanya dengan nada dingin.
Ella menggigit bibirnya sejenak, berusaha mencari kata-kata yang tepat. "Waktu itu, saat aku pergi, aku sudah hamil. Kamu sudah menjadi ayah."
Roberto terdiam, ekspresinya beralih dari keterkejutan menjadi cemas tapi juga tidak percaya begitu saja.
"Aku tidak tahu. Aku tidak tahu tentang semuanya. Kenapa kamu tidak memberitahuku?" tanyanya datar, tapi tidak di dalam hatinya.
Ella menunduk, mencoba menahan tangisnya. "Aku takut. Aku takut dengan apa yang akan kamu katakan, dan aku tidak ingin kamu merasa terikat karena anak. Aku memutuskan untuk pergi dan berjuang sendiri."
Roberto merasa terombang-ambing dalam kebingungannya. Dia berusaha memproses semua informasi yang baru saja dia dengar, mencoba untuk memahami perasaan yang muncul di dalam dirinya.
"Jadi, itulah alasan kamu pergi begitu saja? Dan sekarang kamu kembali, karena ...?"
Ella menatap mata Roberto dengan perasaan campur aduk. Dia tidak tahu memulai cerita dari mana, tapi diharuskan untuk berbicara.
"Aku kembali karena Reo sakit. Dia mengidap leukemia dalam stadium lanjut. Aku tidak tahu apa lagi yang harus kulakukan. Dan satu-satunya kesempatan kesembuhan untuknya adalah transplantasi sumsum tulang belakang. Kamu adalah satu-satunya peluang yang kami punya."
Roberto terdiam dalam kebimbangan dan perasaan yang berkecamuk di dalam dirinya. Dia merasakan konflik antara masa lalu yang ia sembunyikan dan masa depan yang mungkin bisa dia ubah.
"Aku perlu waktu untuk memikirkannya, Ella."
Ella mengangguk paham, menangkap rasa perubahan dalam udara di dalam mobil. Mereka berdua tahu bahwa takdir Reo tergantung pada keputusan Roberto, dan keduanya harus menghadapi konsekuensi dari masa lalu yang selama ini mereka sembunyikan.
Roberto merasakan rasa ketidakpercayaannya memenuhi udara di dalam mobil. Dia menatap Ella dengan pandangan yang skeptis, hampir tidak bisa percaya pada kata-kata yang baru saja didengarnya.
"Kamu serius kan, Ella? Kamu tiba-tiba muncul dan bilang kita punya anak?" tanyanya dengan penekanan.
Ella merasa jantungnya berdegup lebih cepat, tahu bahwa saat ini adalah saat yang penuh tekanan.
"Aku tahu ini terdengar sulit dipercaya, Roberto. Tapi aku membawakanmu foto Reo, saat dia masih bayi. Dan aku bisa memberikanmu bukti medis tentang kondisinya sekarang."
Roberto merasakan konflik dan peperangan dalam dirinya, ingin percaya tetapi merasa ragu. Dia menggigit bibirnya, mencoba untuk menenangkan pikirannya yang kacau.
"Tato-tato dan penampilan luar bisa dibuat, Ella. Bagaimana aku tahu ini bukan hanya trik atau kebohongan yang kamu ciptakan?"
Ella menatap Roberto dengan mata penuh rasa yang tidak bisa diungkapkan, mencoba mentransmisikan keyakinannya melalui tatapannya.
"Roberto, kamu tidak akan bisa merasakan kebenaran ini tanpa melihatnya sendiri. Aku memahami rasa ragumu, tapi Reo perlu bantuan kita sekarang. Dia sakit, dan satu-satunya harapan untuk kesembuhannya adalah melalui transplantasi sumsum tulang belakangmu."
Roberto memutar pandangan matanya ke jalan, mencoba mengumpulkan pikirannya. Dia merasa berada dalam situasi yang tak pernah dia bayangkan sebelumnya, dan rasa cemasnya terus bertambah.
"Apa yang kamu inginkan dari aku, Ella? Apa kamu berharap aku langsung percaya dan mengatakan 'iya' tanpa ragu?"
Ella menggenggam tangannya sendiri untuk menahan kecemasan yang meluap di dalam dirinya.
"Aku tahu ini berat. Aku tidak pernah ingin memaksamu untuk apa pun. Aku hanya ingin memberimu kesempatan untuk mengenal Reo, dan jika kamu bersedia, tolong donorkan sumsum tulang belakangmu untuknya. Tapi keputusan itu ada pada kamu."
Roberto merasakan konflik batin yang semakin besar, dia tidak tahu apa yang harus dia lakukan. Namun, dalam kebimbangan ini, ada satu hal yang dia yakini — dia harus mencari tahu lebih banyak tentang Ella dan Reo, sebelum dia membuat keputusan apa pun itu.
"Aku butuh waktu untuk memikirkannya, Ella. Aku perlu tahu lebih banyak tentang semuanya ini."
Ella mengangguk dengan penuh pengertian, tahu bahwa proses ini akan memerlukan waktu.
Mereka melanjutkan perjalanan mereka dalam keheningan, takdir Reo sekarang bergantung pada apakah Roberto akan dapat membuka hati dan melihat kebenaran di balik rahasia yang selama ini tersembunyi.
***
Keheningan malam panjang yang hangat menyelimuti kafe yang sepi pengunjung. Sebuah lampu kecil menyala, menciptakan suasana yang tenang dan penuh rahasia. Mereka duduk di sofa yang nyaman, wajah mereka tertutup bayangan dalam pencahayaan lemah.
Roberto meraih secangkir teh yang sudah mendingin, mencoba menyingkirkan perasaan cemas yang terus menghantui pikirannya.
"Ella, aku ingin tahu lebih banyak tentang semuanya ini. Tentang kamu, tentang Reo, dan mengapa kamu memilih untuk pergi."
Ella menatap secangkir tehnya dengan pandangan dan pikiran penuh. Dia tidak tahu mau bercerita dari mana awal yang tepat.
"Aku tidak pernah berniat untuk pergi selama-lamanya, Roberto. Aku hamil saat aku pergi. Setelah malam panjang itu, beberapa bulan kemudian, aku baru tahu jika hamil."
Roberto memandangnya dengan pandangan penuh kejutan. Dia tak pernah membayangkan bahwa ada rahasia lebih besar yang selama ini dia sembunyikan.
"Tapi kenapa kamu tidak memberi tahuku? Kenapa semua ini disembunyikan?" tanyanya dengan wajah mengeras.
Ella merasakan rasa penyesalan dalam kata-katanya, karena harus menceritakan kehidupannya yang sebenarnya sudah ia sembunyikan.
"Aku tahu ini sulit dipahami. Tapi ketika aku tahu aku hamil, aku merasa tidak tahu harus berbuat apa. Aku tahu tentang kehidupanmu, penampilanmu, tentang tato-tato, dan aku tidak ingin anakku terikat dengan sesuatu yang bisa memengaruhi hidupnya."
Roberto merasa kebingungan dan kecewa pada saat yang bersamaan. Dia tidak tahu bagaimana merespon semua ini.
"Jadi, kamu memutuskan untuk pergi begitu saja? Setelah menilaiku seburuk itu?"
Ella mengangguk perlahan, menghapus air mata yang muncul di matanya.
"Aku tahu aku harus melindungi Reo, dan aku merasa ini adalah yang terbaik. Tapi sekarang, saat ia sakit dan membutuhkan bantuanmu, aku harus menghadapinya. Aku harus menghadapimu."
Roberto merasakan perasaan bingung dan kebingungannya semakin dalam. Dia merasa terjebak dalam situasi yang rumit dan emosional.
"Apa kamu ingin aku mendonorkan sumsum tulang belakangku?" tanyanya kemudian.
Ella menatap mata Roberto dengan harapan, bingung harus menjawab apa dengan pertanyaan yang tidak seharusnya ditanyakan pada saat seperti ini.
"Aku tidak tahu apa yang kamu pikirkan. Tapi aku hanya ingin memberi Reo peluang untuk hidup, untuk sembuh. Kamu adalah bagian dari itu semua."
Roberto merenung sejenak, menimbang semua kata-kata Ella. Dia tahu bahwa ini adalah keputusan penting yang akan memengaruhi banyak nyawa, termasuk nyawanya sendiri.
Dalam kebingungannya, satu hal yang pasti adalah dia merasa harus mencari tahu lebih banyak tentang Reo sebelum dia bisa membuat keputusan.
"Baik. Sekarang, ceritakan semuanya tentang Reo padaku!"
***
Lima tahun yang lalu.
Suara gemericik air dan semilir angin yang menyegarkan memenuhi udara di taman yang teduh. Ella dan Roberto duduk bersila di atas tikar piknik, tawa mereka mengiringi candaan yang ringan.
Roberto tampak jauh lebih santai daripada penampilannya sekarang. Dia mengenakan kemeja kotak-kotak yang longgar dan celana jeans yang sobek, dan tato-tato di lengan bawahnya mulai tampak. Wajahnya yang dulu penuh semangat kini terangkat oleh senyum yang lebar, menyinari suasana.
Ella, dengan senyum lembut dan tawa yang lembut, menatap Roberto dengan mata penuh cinta. Rambutnya yang panjang tergerai diterpa angin saat dia mengikuti candaan-candaan ringan yang dilontarkan Roberto. Dia tampak lebih mudah tersenyum, lebih percaya diri, dan lebih bebas.
"Kamu masih ingat saat kita pertama kali bertemu di taman ini?" tanya Ella dengan terus tersenyum.
"Tentu saja! Kamu duduk di bangku taman, membaca buku dengan seriusnya. Aku bahkan tidak berani mendekatimu karena aku pikir kamu terlalu fokus," jawab Roberto dengan merapikan rambut Ella yang beterbangan.
"Padahal, sebenarnya aku hanya pura-pura fokus, supaya kamu mendekatiku." Ella tertawa kecil setelah mengungkapkan kebenaran waktu itu.
"Hahaha ... Apa itu benar? Serius? Kamu benar-benar membohongiku?" Roberto bertanya dengan tidak terima pada kenyataan.
Ella tersenyum lembut, mengangguk mengiyakan. Tapi, setelahnya ia berkata dengan alasan yang membuat Roberto ikut tersenyum juga.
"Yah, pada akhirnya kamu datang dan menyapa aku. Itu adalah salah satu momen terbaik dalam hidupku," ucap Ella dengan mata berbinar-binar.
"Aku memang bodoh, ya? Tapi sepertinya itu adalah salah satu keputusan terbaik yang pernah aku buat," ujar Roberto dengan menggeleng beberapa kali.
Ella kembali tersenyum penuh makna, melihat wajah Roberto dengan penuh kasih. Dia memang mengagumi sosok kakak seniornya itu, meskipun banyak rumor yang menyebutkan bahwa Roberto adalah playboy yang ikut dalam kegiatan gelap.
"Kamu tahu, aku sering membayangkan bagaimana rasanya bersama seseorang yang benar-benar peduli padaku. Dan ternyata, kamu datang dan mengubah semuanya."
Roberto mengambil tangan Ella, membawanya menyentuh ke dada bagian jantungnya.
"Kamu juga mengubah hidupku, Ella. Aku belajar apa itu cinta sejati karena kamu," ungkapnya sambil tersenyum.
Apa yang dikatakan Roberto, membuat Ella tersenyum malu-malu. Seakan-akan ada banyak kupu-kupu yang beterbangan disekitar kepalanya!
"Kamu tahu, aku dulu selalu berpikir bahwa cinta itu hanya sesuatu yang ada dalam novel atau film. Tapi bersamamu, aku merasakan bahwa cinta itu nyata."
Lagi, Ella tersenyum dengan menundukkan wajahnya. Ia terlalu malu mendengar perkataan Roberto yang seakan-akan sedang merayunya
Roberto menatapnya dengan lembut kekasihnya yang sedang menunduk. Dia sendiri heran, karena tidak pernah mengungkapkan perasaan pada para gadis atau cewek-cewek yang selalu datang mengerubungi dirinya.
"Kamu adalah bukti hidup bahwa cinta itu nyata, Ella. Kamu membuatku merasa hidup lebih bermakna."
Setelah berkata demikian, Roberto menengadahkan wajah Ella untuk ditatapnya lebih lekat. Hal ini justru membuat Ella semakin malu dengan wajah memerah.
Dengan melihat wajah Ella, Roberto justru semakin gemas dengan kekasihnya yang terlihat lugu dan cupu ini.
Roberto menggenggam tangan Ella erat, seakan-akan takut jika Ella pergi meninggalkan dirinya. Setelahnya, Roberto mengangkat tangan Ella untuk menciumnya.
"Kamu tahu, aku berjanji pada diriku sendiri bahwa aku akan selalu melindungi dan mencintaimu."
"Aku percaya padamu, Roberto. Kita akan menghadapi apa pun bersama-sama,";
Perbincangan mereka penuh dengan canda tawa, tetapi juga penuh dengan rasa cinta dan keakraban yang tak tergantikan. Di antara semua perbincangan mereka, ada ikatan yang kuat dan khusus, yang terjalin dengan perasaan cinta yang mereka miliki.
Mereka berdua terlihat seperti pasangan yang sangat mencintai. Canda tawa mereka menggema di sekitar taman, menciptakan momen yang penuh kebahagiaan.
Di balik langit biru yang tak berawan, pantai yang luas membentang dengan lembut. Pasir putih berkilauan tersusun rapi di bawah cahaya matahari yang hangat. Ella dan Roberto berjalan berdampingan di sepanjang tepi pantai, meninggalkan taman yang memang ada disekitarnya.
Air laut yang sejuk menyentuh kaki mereka, mengalirkan perasaan damai seperti hati keduanya yang sedang dimabuk asmara.
Ella tersenyum lebar, tangan kanannya terjalin erat dengan tangan kiri Roberto. Mereka berjalan dengan santai, tawa mereka mengiringi setiap kata dan lelucon yang mereka bagikan.
Terkadang, mereka saling menatap dengan pandangan penuh cinta dan tawa kecil yang menggelitik saat mereka bertukar candaan pribadi yang hanya mereka berdua yang pahami.
Pada suatu titik, Roberto menghentikan langkahnya dan berbalik menghadap Ella. Dalam keheningan yang menyenangkan, dia mengangkat tangannya dan menarik Ella lebih dekat, lalu menempelkan bibirnya lembut ke bibir Ella.
Ciuman pertama mereka di pantai itu terasa seperti tarian yang penuh gairah, menggambarkan kemesraan dan rasa cinta yang semakin berkembang di antara mereka.
Masih momen lima tahun yang lalu.
Matahari mulai merunduk di cakrawala, menciptakan cahaya emas yang memeluk tubuh mereka. Ella dan Roberto duduk di atas batu besar yang terletak di pantai, menatap matahari terbenam dengan ekspresi kagum.
Tangan mereka saling terjalin erat, sebagai simbol dari ikatan yang semakin kuat di antara mereka.
"Pemandangan ini sungguh luar biasa, Roberto. Cahaya emas matahari terbenam benar-benar menakjubkan," ungkap Ella dengan mata penuh kekaguman.
"Ya, benar sekali. Tapi, tahu apa yang lebih menakjubkan?" tanya Roberto.
Ia menatap Ella dengan penuh kasih, tersenyum penuh arti saat Ella mengangkat alis karena tidak mengerti maksud perkataannya tadi.
"Apa itu?" tanya Ella kemudian.
Roberto masih tersenyum sambil meraih tangan Ella, menggenggam dan mengecupnya dengan sepenuh perasaan.
"Ikatan antara kita yang semakin kuat setiap hari. Seperti sinar matahari yang terus memeluk bumi, begitulah perasaanku terhadapmu."
"Oh, Roberto. Kata-katamu selalu membuat hatiku meleleh. Aku merasa sangat beruntung memiliki seseorang sepertimu," sahut Ella tersipu malu.
Kemesraan mereka tidak hanya terlihat dalam momen-momen besar, tetapi juga dalam momen-momen kecil yang penuh kasih sayang. Ketika mereka duduk berdampingan di atas batu, Roberto meniup angin kecil ke rambut Ella, menciptakan getaran lembut yang membuat Ella tersenyum.
Ella merespons dengan membelai tangan Roberto dengan lembut, mengungkapkan perasaan hangat yang ada di antara mereka.
Roberto kembali menyentuh pipi Ella lembut, menyalurkan hawa dingin yang tiba-tiba muncul di dalam hatinya Ella.
"Perasaanku juga sama, Ella. Setiap momen denganmu adalah anugerah bagiku. Seperti angin yang lembut ini, dia seperti saksi dari kisah cinta kita.'
Ella tersenyum malu-malu, kemudian meletakkan kepalanya di bahu Roberto.
"Terkadang aku takjub dengan bagaimana detail-detail kecil dalam hidup kita menjadi begitu berarti. Seperti saat ini, ketika angin membuat rambutku bergerak-gerak."
Roberto mengusap rambut Ella dengan lembut. Menyebarkan rasa yang tak bisa diungkapkan dengan kata-kata.
"Setiap hembusan angin adalah pesan cinta yang dikirimkan alam untuk kita," ungkap Roberto dengan menatap matahari terbenam.
"Seperti matahari yang redup namun tetap hangat, begitulah cinta kita—selalu ada, selalu memberi kehangatan."
Hati dan perasaan Ella semakin melambung, tersenyum dengan mata berkaca-kaca mendengar setiap kalimat yang diucapkan oleh kekasihnya itu.
Gadis itu meraih tangan Roberto, menggenggamnya dengan erat. Senyum di wajahnya tetap ada, tidak luntur sedari tadi.
"Aku tidak pernah berpikir bahwa aku bisa merasakan cinta sekuat ini sebelum bertemu denganmu, Roberto."
"Dan aku bersyukur setiap hari karena kita memiliki satu sama lain. Kita akan menjalani setiap petualangan bersama, seperti saat kita menikmati matahari terbenam ini."
Roberto ikut menggenggam tangan Ella, sedangkan Ella mengangguk setuju atas pernyataan kekasihnya itu.
"Bersamamu, aku tahu bahwa hidup akan selalu penuh warna dan keindahan."
Matahari semakin merunduk di cakrawala, menciptakan siluet indah dari pasangan itu yang duduk berdampingan di atas batu besar. Kemesraan dan cinta mereka terpancar jelas dalam cahaya senja yang memeluk mereka.
***
Suatu malam, di bawah cahaya bulan purnama yang gemerlap, Ella dan Roberto duduk di atas atap gedung tinggi kampus, menikmati pemandangan kota yang bercahaya di bawah mereka.
Angin malam yang sejuk berdesir lembut, menciptakan suasana yang hangat dan menyenangkan di antara mereka.
"Ella, apakah kamu pernah membayangkan jika kita akan duduk di atas atap gedung seperti ini?"
Robert bertanya sambil menoleh ke arahnya, senyum lebar terukir di wajahnya yang tampak seperti pangeran dalam redup cahaya bulan.
Ella tertawa lembut, menikmati momen akrab di antara mereka yang dekat beberapa bulan terakhir ini.
"Sejujurnya, tidak pernah. Tapi ini adalah salah satu momen yang indah dan tak terduga."
Roberto tertawa ikut, mengangkat gelas anggur kecil yang mereka bawa.
"Ya, memang terdengar agak romantis, kan?" tanyanya kemudian.
Ella menatap Roberto dengan mata penuh kegembiraan.
"Iya, sangat romantis. Tapi jujur, aku lebih suka saat kita duduk di taman bermain dan berdebat siapa yang bisa memanjat pohon tertinggi."
"Oh, hahaha ... itu memang suatu hal yang harus kita ulang suatu hari."
Roberto tertawa keras, mengingat momen lucu yang mereka bagikan. Mereka masih duduk bersama dalam keheningan yang nyaman, menatap bintang-bintang yang bersinar di langit malam.
Tapi kemudian, tawa mereka kembali pecah saat Reo menunjuk ke arah satu bintang yang lebih terang.
"Hahaha ... Kamu lihat itu? Itu seperti bintang berkilauan yang kita lihat di langit saat itu."
Ella mengikuti arah telunjuk Roberto dengan pandangannya dan kemudian tersenyum hangat.
"Ya, seperti bintang yang kita bilang akan mengikuti kita di mana pun kita berada."
Roberto meraih tangan Ella dengan lembut, merasakan rasa yang mengalir yang semakin akrab di antara mereka.
"Siapa yang tahu, mungkin itu memang bintang kita."
Mereka berdua tertawa lembut, merasa seperti mereka berada di alam semesta yang penuh keajaiban.
Saat angin malam semakin sejuk, Roberto merapatkan lengan jaketnya di sekitar Ella untuk memberinya kehangatan. Ella merespons dengan merapatkan dirinya lebih dekat, merasakan kenyamanan dalam dekapan hangat Roberto.
Perbincangan mereka terus berjalan, mengalir dengan alur yang ramah dan hangat dalam sentuhan-sentuhan lembut yang sehingga melupakan apa saja yang seharusnya tidak boleh dilakukan.
***
Hari-hari yang cerah dan indah itu digantikan oleh hujan deras yang mengguyur tanah. Ella dan Roberto duduk di sebuah kafe kecil dengan jendela yang berkabut karena uap panas teh di atas meja mereka.
Wajah Roberto tampak tegang, seperti ada sesuatu yang ingin dia katakan agar tidak ada rahasia lagi diantara mereka.
"Ella," panggil Roberto memulai dengan ragu, "aku harus berbicara tentang pekerjaanku."
Ella menatap Roberto dengan pandangan bingung. "Pekerjaanmu? Apa yang terjadi?" tanyanya kemudian.
Roberto menggigit bibirnya sejenak sebelum melanjutkan. "Sebenarnya, pekerjaanku tidak sebagus yang kukira. Aku terlibat dalam hal-hal yang berisiko, dan kadang-kadang melibatkan hal-hal yang ilegal."
Ella merasa hatinya berdegup lebih cepat, kecemasan mengintai pikirannya. Meskipun ia tahu, jika Roberto memang ada pekerjaan selain menjadi mahasiswa.
"Apa maksudmu, Roberto?" tanya Ella penasaran.
Roberto menatap meja dengan ekspresi berat.
"Aku tidak ingin kamu terlibat dalam hal ini. Aku tidak ingin kamu dalam bahaya."
Ella merasa pusing mendengar semua ini. Dia merasa berada dalam kebingungan yang besar, tidak tahu bagaimana harus merespons.
"Apa kamu berbicara serius, Roberto?" tanyanya lagi.
Roberto mengangguk dengan penuh penyesalan. "Iya, aku tidak ingin kamu terlibat dalam dunia gelap ini. Aku berusaha melindungi kamu."
Ella merasakan sesuatu yang merobek di dalam dirinya. Dia merasa dilemparkan ke dalam situasi yang rumit dan berbahaya, tanpa tahu bagaimana harus melindungi dirinya sendiri. Dia merasa diberi pilihan yang mustahil dan dihadapkan pada keputusan yang sulit.
Setelah perbincangan yang berat ini, Ella merasa ditinggalkan dalam kegelapan. Dia merasa dirinya dalam bahaya, dan dengan hati yang berat, dia membuat keputusan untuk pergi.
Dalam keputusan yang penuh rasa sakit, dia meninggalkan Roberto tanpa memberitahu apa pun, berharap bisa melindungi dirinya sendiri dan menemukan keamanan di tempat yang jauh.
Dalam diam, dia pergi meninggalkan semua kenangan indah mereka di belakang, dan memulai perjalanannya sendiri menuju masa depan yang tidak pasti.
Setelah meninggalkan Roberto dan kota yang dulu mereka bagi, Ella menjalani hidupnya sendiri dengan kehamilannya. Setiap hari, dia merasa beban yang semakin berat, bukan hanya secara fisik, tetapi juga emosional. Dia belajar bagaimana menghadapi tantangan dan keputusan yang sulit dengan sendirian.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!