" Mbak mau melamar juga ya jadi asisten CEO kantor ini ? " Amina mengangguk sambil mengembangkan senyumnya saat seorang perempuan dengan rok diatas lutut dan blazer biru muda. wajahnya sangat manis.
" Sepertinya mbak harus perbaiki dandanan dulu deh, lihat penampilan mbak terlihat B aja, nggak cocok jadi asisten Bastian " Amina menarik senyumnya, ia melirik perempuan cantik disampingnya dengan sudut mata.
' nggak gitu juga kali ingin buat orang lain kena mental ' umpat Amina dalam hati. tapi sebaris kalimat manis meluncur juga dari bibirnya.
" Nggak apa apa mbak, saya sih nggak masalah harus seperti ini, menurut saya pak Bastian akan menilai kemampuan kita bukan penampilan saja " sanggah Ami dengan penuh penekanan.
Ketika ia ingin bicara lagi, Amina mendengar namanya dipanggil.
" saya duluan mbak " ujar Amina ramah padahal hatinya sangat dongkol.
Amina disambut seorang HRD di dalam sebuah ruangan. Amina dapat menjawab dengan baik semua pertanyaan ibu ibu yang mengenalkan dirinya sebagai pimpina HRD. namanya bu Dewi.
Amina menyalami wanita itu setelah ia diperbolehkan meninggalkan ruangan.
dua hari setelah itu ia dihubungi oleh pihak HRD agar ke kantor untuk tanda tangan kontrak.
Amina tentu saja gembira ketika mendengar bahwa dirinya yang terpilih sebagai asisten Bastian.
terlebih jika ingat perkataan perempuan yang jadi saingannya.
ingin ia bersorak di depan wanita itu.
Amina datang ke kantor dengan wajah cerah, ia menghadap bu Dewi yang menghubunginya. Ami tak pikir panjang lagi untuk membubuhkan tanda tangannya pada draft kontrak.
" Selamat bergabung Ami, anda sudah ditunggu diruangan pak Bastian " ucap bu Dewi sambil memandu Ami ke ruang yang dimaksud.
Ami mulai mengimajinasikan bagaimana rupa bosnya. tampan, dingin dan cuek.
" Selamat siang pak, ini Amina Rahayu, asisten bapak yang baru " ujar bu Dewi pada seorang atasan yang sedang membelakangi mereka. tangannya mengibas agar Dewi segera pergi dari ruangannya.
" Baik pak "
Dewi pun keluar ruangan. tinggal Amina yang berdiri mematung, setelah Dewi pergi atasannya itu belum juga berbalik, Amina menarik nafas dalam. Jantungnya berdebar tak karuan, imajinasinya ketika berbalik ia akan melihat pesona yang luar biasa.
Benar, sekian detik ia berbalik. Ami merasa dunia sekitarnya berhenti bergerak. seulas wajah tampan tersenyum manis padanya, tapi Ami malah menanggapi senyuman itu dengan menepuk keningnya.
" Sempit dunia ini memang sempit " gumamnya sendiri.
" Selamat siang pak Bastian " sapa Ami seformal mungkin, ia sedikit membungkukkan badan. tapi wajah didepannya malah mengulum senyum.
" Siang sayang "
Deg ! jantung Ami rasanya mau copot ketika mendengar kalimat manja itu. Ami melihat atasannya itu menarik turunkan sebelah alisnya.
Ami mengumpati dirinya yang terlalu cepat menanda tangani kontrak. harusnya ia cari tahu siapa calon bosnya. rasanya ia ingin memutar waktu untuk mebatalkan kontrak. tapi hal itu tak mungki terjadi
Artinya selama tiga tahun ia harus bekerja dengan Bastian, laki laki yang telah memproklamirkan aksi balas dendamnya dua tahun lalu jika bertemu Ami lagi.
" Pak, saya minta maaf atas kejadian dua tahun lalu. saya harap bapak tidak dendam karena dendam itu tidak baik "
Ami mengulurkan tangannya tanda perkenalan.
Bastian menyambut tangan Ami dan menggenggamnya erat, seringai aneh itu menjadi tanggapan atas permintaan Amina.
" Oke...tapi saya tidak jamin mood saya mampu melupakan yang terjadi dua tahun lalu, saya akan buat kamu panas dingin disamping saya "
Ami menelan ludahnya.
" Saya akan berusaha membuat bapak puas dengan pekerjaan saya " ucap Ami disela rasa gugupnya.
" tentu kamu harus bisa membuat saya puas terlebih lagi..."
Bastian mendekati Ami dan berbisik lirih.
" di ranjang, istriku "
"
Istriku. Ami melipat bibirnya, pelupuk matanya kembali memutar kejadian dua tahun lalu. Dia kira kejadian saat menghindari Bastian yang menanyakan terus diary yang ia temukan di taman, tidak akan memberi pengaruh apa apa dalam hidupnya.
hari ini ia tidak bisa mengabaikan kejadian itu. Duh..nyesal juga waktu itu mengakui Bastian sebagai suaminya di depan ibu ibu hamil. pura pura sebagai bumil yang disakiti oleh suami, Bastian tak bisa menerobos ibu ibu hamil yang kesal karena mendengar ceritanya. Alhasil Bastian di kejar ibu ibu hamil yang melampiaskan hati istri yang tersakiti dan ia bisa lolos dari Bastian yang terus menagih janjinya.
" Pak, apa tidak bisa kita setuju dengan Ayu ting ting, yang lalu biarlah jadi masa lalu "
Ami mengatur degup jantungnya yang sekarang mode balapan.
kembali seringai itu ia lihat di bibir Bastian. Ami terkesiap ketika dua tangan Bastian menepuk pundaknya.
" Sudah, pekerjaan kamu banyak hari ini. tugas pertama kamu adalah..." Bastian tak melanjutkan kata katanya. ia melirik layar ponselnya. ia meletakkan ponsel itu ke tangan Ami.
" tolong kamu buat seribu satu alasan pada mami saya yang sebentar lagi menghubungi saya, katakan padanya saya tidak mau berkenalan sama wanita manapun "
" Tapi..."
" Saya tidak mau mendengar penolakan, kerjakan apa yang saya minta " ujar Bastian memotong perkataan Ami.
" Baik pak " Ami menahan geram, kerjaan macam apa itu. emang dia asisten Bastian di kantor, biasanya akan mengurus segala keperluan soal kerjaan bulan ngurusi urusan pribadi, apalagi urusan hati.
deuh..Ami mengusap peluh di kening.
" Saya tinggal dulu, nanti saya hubungi kamu "
Ami hanya bisa mengangguk dan membiarkan Bastian pergi. meninggalkan dia yang kebingungan. tak lama hp ditangannya berdering. tertera ' ibuku ' di layar hp. ragu ia mengangkat. dua kali ia biarkan panggilan itu berlalu.
tak lama hpnya sendiri berdering.
" Kenapa tak diangkat, kan sudah saya bilang kamu harus angkat dan kamu harus beri seribu alasan agar ibu saya tak mengenalkan wanita manapun pada saya " Ami terkejut dengan bentak di Hpnya. siapakah kalau bukan Bastian.
Ami meniupkan udara dari mulutnya, duh gusti..hari pertamanya bekerja dipenuhi kejutan. segala ilmu yang ia pelajari dikampus dan pengalaman kerjanya selama dua tahun sebagai Personal Asisten seorang manajer tidak akan berguna untuk urusan satu ini. menghadapi seorang ibu yang memaksa anaknya menikah.
hp Bastian kembali berdering. Ami mengangkatnya. ketika ia mengucapkan haloo, ia mendengar suara bentakan.
" siapa kamu ? mana Bastian anak saya "
" maaf bu, saya Amina asisten pribadi pak Bastian, beliau meminta saya menjawab pertanyaan ibu "
" Oo..kemana dia ? "
" Bapak tidak bilang mau kemana tapi kata bapak dia ingin bertemu wanita manapun yang mau ibu kenalkan begitu pesan bapak " padahal Ami menuturkan kalimatnya seindah mungkin justru ia seakan dilembar granat oleh kata
" Apa ??!!! " persis dalam sinetron.
" Siapa kamu berani bilang seperti itu, baru jadi asisten belagu. saya minta Bastian pecat kamu karena sudah lancang "
Ami menggaruk tengkuknya, benar benar si Bos Bas hari pertama bekerja sudah dibuat panas dingin.
" Saya hanya mengerjakan perintah pak Bas, saya minta maaf bu " ujar Ami memelas.
" Okee...nanti saya ke kantornya. bilang sama Bastian, saya minta waktu khusus untuk bicara "
" Baik bu "
panggilan diakhiri dan Ami bisa bernafas lega. tapi ia menelan ludah lagi ketika pintu ruangan terbuka. atasan berwajah tampan itu kembali duduk di belakang mejanya.
" Gimana..? apa kata mami saya ? " tanya Bastian dengan kening berkerut.
" Kata ibu bapak, sebentar lagi ia mau kesini, mau bicara langsung sama pak Bastian "
" begitu, baiklah ini jadi tugas kamu. Saya ada meeting sebentar lagi. kamu hadapi mami saya, jika mami berhenti memaksa saya menikah, kamu akan saya beri bonus " Bastian mengambil berkas di atas meja, kembali berlalu keluar. meninggalkan Ami yang mengangkat mulut.
ketika pintu tertutup, Ami menggaruk kepalanya, pekerjaan macam ini. ini lebih berat dari mengerjakan input data setinggi meja.
pintu ruangan di ketuk, Ami membukakan pintu.
" Siang bu, ada yang bisa saya bantu " sapa Ami pada perempuan paruh baya yang terlihat masih awet muda. tak heran karena terlihat ia berasal dari kaum berduit, mungkin setiap hari skincare an.
" Bastian mana ? saya minta waktunya " hentak wanita itu, Ami menarik nafas. sepertinya ini adalah ibu bosnya. Tampangnya galak super..
Wadeuuh...
" Maaf bu, pak Bastian ada meeting, ibu harus menunggu agak lama "
" Oo..baiklah saya akan menunggu disini "
Ami mempersilahkan ibu Bastian duduk di sofa.
Ami mengangkat panggilan dari Bastian.
" Ya pak.."
" tolong ajak ibu saya bicara, karang cerita apa saja biar ibu saya menghentikan misinya " ujar Bas dan langsung mematikan panggilan. rasanya saat ini Ami ingin berlari ke departemen tenaga kerja. ingin mengadakan bos senewen yang bikin dia pusing tujuh keliling di harinya pertama bekerja.
" seenak udelmu kalau ngomong pak pak.." umpat Ami dalam hati. ia kura di hari pertama bekerja, ia akan berhadapan dengan agenda si bos, menyusun berkas yang di minta atasan, mempersiapkan bahan meeting. memuat proposal.
lah ini disuruh ngarang cerita sama mak mak bar bar. Ami menepuk pipinya berkali kali di toilet. setelah ia menutup telpon dari Bastian, ia buru buru ke toilet. tekanan batinnya membuat kantung kemihnya langsung penuh.
Ami masuk lagi ke ruangan Bastian, ia melihat ibu atasannya itu sedang menikmati minumannya sambil vidio call.
" Lihat Na.., ini ruangan kerja calon suamimu. mau tidak mau Bas harus menikah sama kamu " ujar ibu Bastian pada perempuan dal hp.
" Tante Winda nggak usah maksa Bas untuk jadi suami saya. Saya juga nggak mau pernikahan terpaksa " balas wanita muda dalam hp. Winda, ibu Bas cemberut.
" Nggak, Bas itu sudah hampir 30 tahun, belum menikah. Tante akan tetap maksa Bas untuk menikah. bisa bisa dia lupa umur "
panggilan vidio call terputus tiba tiba. Widia memandang Amina yang tengah menatapnya.
" Apa kamu lihat lihat saya seperti itu ! " Amina terperanjat mendengar bentakan barusan. apes nasib anak buah, apa lagi ini hari pertama bekerja.
" Maaf bu, ada yang mau saya omongkan sama ibu "
tiba tiba Amina punya ide bagaimana keluar dari masalah pelik ini.
" Ya ngomong aja "
Amina kembali mengatur nafasnya.
" Pak Bas ingin saya temani ibu shopping "
Dunia hening seketika dan tiba tiba sebuah tawa membahana.
" Benar Bas bilang begitu ?, anak ini pandai sekali bikin suprise untuk ibunya "
Ami permisi keluar ruangan menghubungi bosnya yang sedang menutup meeting.
" gimana ? mami setuju dengan permintaan saya, kamu berhasil ? "
Ami mengerutkan kening, kalau bosnya itu berdiri di depan mata, mungkin tinjunya melayang ke kening Bastian. seenak jidatnya saja kasih tugas, yang ia hadapi ini mak mak, bukan boneka barbie.
" Pak Bastian, soal tugas ini saya butuh waktu. butuh proses, pas saya bilang bapak nggak mau kawin, mak bapak langsung bilang saya mengerti..yang ada dia malah ngomel ngomel..kita perlu strategi "
" Apa strateginya ? "
Ami langsung menceritakan bagaimana caranya menghadapi ibu Winda dan misinya.
" Oke..saya setuju, sebentar lagi saya selesai meeting, saya akan antar kalian "
Ami menghembuskan nafas lega. fuiih..setidaknya otaknya berfungsi untuk keluar dari masalah.
" Pak Bastian menyuruh kita menunggu di lobi bu "
Ami mengekori ibu bosnya itu keluar ruangan. di lobi mereka sudah ditunggu Bastian. Ami membukakan pintu untuk ibu bosnya namun bu Winda malah memilih duduk di belakang.
" kamu aja duduk didepan, saya mau selonjoran di belakang "
Ami menjatuhkan bobotnya hati hati. maklum jarang jarang ia masuk mobil mewah. mobil meluncur dengan tenang, sesekali ia menoleh ke arah Bastian. ia melihat bosnya itu tengah berfikir sambil mengemudi.
" anak saya ganteng kan Mi ? o ya nama kamu Ami kan "
" iya bu "
" iya anak saya ganteng ?"
" bukan..eh iya pak Bas ganteng maksud saya iya nama saya Ami "
ibu dan anak itu terkekeh melihat kegugupan Ami.
" tapi ganteng ganteng...BELOK " ucap bu Winda sewot.
giliran Ami yang terbahak. tawa Ami belum reda, ia sampai nggak sadar menepuk bahu atasannya.
" Bapak dibilang belok pak sama ibu "
" Ekhm..! " Bastian mendehem menghentikan tawa Ami. matanya menatap tajam gadis di sebelahnya. tatapan yang diperhatikan bu Winda.
" Kamu jangan sensi, kalau nggak mau diketawain orang makanya cepetan kawin. udah ada calon kamu yang sok jual mahal "
Ami tersadar mendengar omelan bu Winda. ia jadi ingat tujuan mereka. sebuah notifikasi berdenting di hpnya.
[ Ingat, kamu harus bisa buat mami berhenti meminta saya menikah kalau kamu tidak ingin saya balas dendam ]
ia menoleh kesamping, ia melihat senyum smirk sang bos. berat !
ini tugas yang paling berat yang harus ia kerjakan
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!