NovelToon NovelToon

Kontrak Cinta Pria Kaya

Keinginan Kakek

Daxel Sanjaya merupakan pria berumur 32 tahun yang menduduki kursi CEO Daxel Group, sebuah perusahaan yang bergerak di bidang tambang batu bara. Tak hanya itu, Daxel juga memegang kontrol bisnis perhotelan mendiang ayahnya yang sekarang telah berkembang pesat sebagai hasil dari jerih payahnya.

Pintar, berkarisma, tampan dengan latar belakang keluarga yang sempurna, siapa yang tidak jatuh cinta? Tidak hanya satu atau dua orang yang mengejar pria impian ini, namun tak ada satupun yang berhasil menyentuh bahkan ujung hatinya. Hingga saat ini, Daxel masih saja melajang terlepas dari umurnya yang seharusnya sudah siap berkeluarga.

Alhasil, kakek Irham lah yang menghantuinya dan menurut Daxel, kakeknya lebih agresif dan menakutkan dari wanita manapun!

Daxel kembali menelan makan malamnya dengan susah payah di bawah tatapan tajam sang kakek.

"K-Kek..."

"Kapan punya pacar?"

Daxel, "...."

Belum juga dia selesai ngomong, tapi sudah ditampar dengan pertanyaan itu lagi. Kesal? Bukan main. Frustasi? Sekarang rasanya sudah sampai depresi. Gimana tidak? Setiap hari hanya pertanyaan itu yang didengarnya sampai dia jadi meragukan dirinya sendiri kenapa belum dapat pasangan sampai sekarang.

Daxel menghela napas, lalu berkata, "Sabar dong, kakek. Daxel belum menemukan perempuan yang tepat, kebanyakan hanya mau uang Daxel saja.”

"Ya, kalau begitu lebih usaha dong, Daxel. Jangan 95% kerjaan dan hanya 5% cari calon istri. Kalau kayak gitu ya kapan dapatnya?” Suara kakek Irham terdengar frustasi seperti akan mendepak cucunya yang memang selalu sibuk. Sementara itu, Daxel yang mendengar perkataan kakeknya sampai terdiam karena sang kakek sampai memakai skema presentase untuk menggambarkan hidupnya. Ini layaknya sebuah meeting.

“Kakek ini kan sebentar lagi mau ulang tahun, kembali bertambah tua. Kakek ingin sekali 

 melihatmu menikah selagi kakek masih bersamamu,” jelas Irham kepada cucunya.

"Jangan ngomong seperti itu, Kakek! Kakek masih panjang hidupnya!” Daxel berseru dengan nada tidak senang. Seumur hidupnya, ia telah diasuh oleh sang kakek setelah meninggalnya orang tua Daxel saat ia kecil. Oleh karena itu, Kakek Irham adalah satu-satunya sosok keluarga yang sangat ia cintai dan Daxel tidak dapat membayangkan hidupnya tanpa sang kakek.

Kakek Irham yang mendengar perkataan cucunya hanya menghela napas berat. Ia tahu betapa bergantungnya Daxel dengan dirinya secara emosional, meski pria berumur 32 tahun ini terlihat memiliki segalanya. Akhirnya, sisa makan malam dihabiskan dengan kesunyian.

Namun, perkataan kakeknya terus menggerogoti pikirannya sampai-sampai kantuk menghindari Daxel. Pada akhirnya, Daxel memutuskan untuk keluar saja mencari angin dan ujung-ujungnya berhenti di sebuah bar untuk minum.

Begitu duduk di bar, seorang bartender wanita yang berpenampilan menarik menghampirinya. Crissa secara refleks memasang senyum profesionalnya dan melancarkan keahlian berkomunikasinya sebagai bartender.

“Malam, Tuan. Saya Crissa, salam kenal. Gimana kabarnya hari ini? Kebetulan kami menawarkan Bartender’s Special hari ini. Boleh coba dilihat-lihat,” sapa Crissa kepada Daxel sambil menyodorkan menu mereka.

Daxel melirik menu itu sekilas, namun tidak memilih satupun. Ia membutuhkan sesuatu yang lebih keras dengan rasa yang lebih orisinil.

“Vodka on the rocks,” jawab Daxel dengan mengangkat jari telunjuknya. Crissa terdiam sejenak sebelum kembali tersenyum.

“Mohon ditunggu.”

Selanjutnya, Crissa pun mulai menyiapkan minuman Daxel. Karena bukan cocktail, tidak perlu mixer dan pertunjukan mengocok. Hanya murni vodka dan es batu. Kamu tahu pelanggan seperti apa yang memesan minuman keras seperti ini? Orang yang datang untuk berpikir dan merenung, bukan untuk menikmati dunia malam.

“Satu vodka on the rocks.”

Crissa dengan sigap menaruh minuman itu di depan Daxel. Tanpa ragu, Daxel langsung menyambarnya dan meneguk seluruh isinya. Crissa terdiam menyaksikan itu. Pada akhirnya, ia harus mengaktifkan mode teman curhat.

“Hari yang buruk?”

“Definisikan hari yang buruk,” Daxel berkata dengan menopang dagunya di atas tangan yang memegang gelas vodka kosong. Tatapannya masih tajam dan menghunus lurus ke arah Crissa. Seketika jantung wanita itu berdetak. Jujur, ia belum pernah melayani yang setampan ini. Penampilan yang liar dan gelagat yang santai, namun terlihat begitu elegan dan berwibawa di saat yang sama.

Crissa tidak bisa berpaling dari pria di depannya ini. Dengan pengalamannya sebagai bartender, Crissa mengamati setiap gerakan dan penampilan Daxel untuk menebak kegundahan pria tampan ini.

Jam tangan yang mahal, pembawaan yang elegan, dan caranya meminum alkohol seperti sudah terbiasa. Satu kata, pebisnis. Hipotesis kedua, orang kaya. Orang yang sudah memiliki segalanya, jadi apa yang kurang? Crissa mengangkat salah satu alisnya sambil melemparkan pandangannya ke arah jari manis kanan Daxel.

“Perjodohan?” tebak Crissa. Daxel membeku sejenak.

“Bukan!” Entah mengapa Daxel tidak ingin mengaku mendadak. Tapi, dia juga tidak bohong. Emang bukan perjodohan, kan? Hanya dihantui suruh menikah.

“Disuruh cepat nikah?”

Daxel, “....”

“Pfftt…” Crissa memalingkan wajahnya sambil berusaha menahan tawa. Ekspresi terkejut pria ini sangat lucu. Menggemaskan!

“Jadi? Apakah saya benar? Tidak usah malu-malu, memang ini salah satu pekerjaan samping bartender selain menyuguhkan minuman. Menjadi teman curhat, dokter, psikolog, dan lain-lain. Saya cukup lama bekerja sebagai bartender sehingga sudah banyak bertemu orang, jadi tidak aneh kalau saya dengan mudah menebak.”

“Dan…” Crissa menambahkan, “Masalah anda bukan yang paling aneh.”

Daxel mengangkat alisnya. Ia terlihat tertarik dengan cerita Crissa. Apa saja yang ia sudah dengar sebagai bartender? Crissa pun tidak mengecewakan Daxel. Ia mulai bercerita tentang pengalamannya demi membuat Daxel lebih nyaman untuk bergaul dengannya. Daxel yang mendengarkan sesekali memberikan respon dan juga tertawa hebat. Seiring pembicaraan mereka, Crissa juga memenuhi pesanan minuman Daxel lainnya.

“Serius! Sahabatnya suka sama bapaknya. Lucunya lagi mereka backstreet. Tua-tua backstreet dengan anak muda. Apa tidak konyol? Kalau memang sudah berani mengencani yang jauh lebih muda, kenapa tidak berani mengakui dan bertanggung jawab?” lanjut Crissa.

Daxel mengangguk-angguk pertanda setuju. “Ada benarnya, tapi bisa jadi bukan tidak berani, namun lebih ke malu dengan anaknya. Tidak tahu bagaimana caranya memberitahu anaknya tanpa menyakiti.”

“Kalau tahu begitu, ya jangan berbuat dari awal.” Crissa tetap pada pendiriannya.

Daxel tertawa. “Kamu sendiri? Sudah berpacaran, Criss?”

Setelah berbincang-bincang lebih dekat, jarak di antara mereka mulai terkikis dan keduanya mulai memanggil nama masing-masing.

“Belum. Gak ada waktu,” jawab Crissa cengengesan. Sementara itu, Daxel yang selama di bar belum melepaskan pandangannya dari wanita di depannya ini merasa geli melihat tawa kecil Crissa. Ekspresi wanita ini menghiburnya dan ia merasa nyaman juga, hingga terlontar lah tawaran itu.

“Kalau sama saya, ada waktu gak?”

Seketika Crissa tersedak. Ia juga refleks menaruh gelasnya di atas konter saking kagetnya. “Maaf, kamu mabuk, Daxel?”

Daxel tertawa. Mana mungkin cuman lima gelas dia sudah mabuk. Acara bisnis dan pertemuan sudah biasa ia lakukan dan alkohol tidak jauh dari acara-acara itu. Sebagai pebisnis, dia juga sudah melatih dirinya agar tidak ada orang yang bisa menjebaknya.

“Nggak, aku sangat-sangat sadar dan aku serius.”

Crissa menghela nafas, mengira Daxel mengajaknya karena sudah putus asa mencari wanita. “Aku tahu kamu sedang diuber-uber untuk menikah oleh keluargamu, tapi bukan berarti sembarangan mengajak juga. Lagian aku nggak mau pacaran tanpa cinta, ngapain juga? Gak ada guna dan cuman habisin waktu.”

Crissa tidak punya waktu untuk pacaran, bahkan sehari-hari Crissa disibukkan dengan bekerja dan rumah.

Sehabis pulang bekerja Crissa nyaman di rumah saja. Keluar rumah jarang karena pulang bekerja sudah capek badan pegal-pegal, bahkan Crissa disebut sebagai anak penyendiri karena mempunyai luka dimasa lalu karena ibunya, meninggalkan Crissa dengan menikah dengan pria lain yang lebih kaya.

Cicilan rumah, barang elektronik dan lain-lain masih banyak dan belum lunas. Crissa hanya berfokus untuk melunasi hutangnya, menabung untuk masa depan dan impian Crissa di tahun ini, ingin mempunyai mobil impian.

Daxel mengangkat alisnya ketika mendengar alasan Crissa. “Kalau begitu, gimana kalau aku bayar kamu?”

"Maaf, saya bukan pelacur!" Mendadak, nada suara Crissa berubah menjadi dingin dan pandangannya tidak bersahabat. Semiskin dia, dia tidak akan sampai menjual dirinya.

"Bukan, aku membayar kamu untuk pacaran sekedar bohongan saja, bukan untuk mengajak ****. Untuk membuat kakek percaya, bahwa aku sudah mempunyai pacar sekarang. Maka dari itu, aku ingin membayar kamu," ucap Daxel mengajak Crissa untuk mau menerima tawaran dirinya dimana keduanya saling diuntungkan.

"Menjadi kekasih kontrak?" tanya Crissa.

Seketika Daxel terdiam. Benar juga, kenapa hal ini tidak terpikirkan olehnya? Kekasih kontrak adalah jawaban dari kesulitannya selama ini.

Tawaran Menjadi Kekasih Kontrak

"Menjadi kekasih kontrak?" tanya Crissa.

Seketika Daxel terdiam. Benar juga, kenapa hal ini tidak terpikirkan olehnya? Kekasih kontrak adalah jawaban dari kesulitannya selama ini.

Daxel yang awalnya mabuk langsung bersemangat saat itu, lalu pria itu meminta tolong kepada Crissa supaya membantunya, jika Crissa mampu membantunya, maka pria ini akan memberikan bayaran besar.

"Please bantu, Crissa. Aku ingin kamu menjadi kekasih kontrakku, tidak peduli berapa pun yang aku keluarkan untuk membayar upah padamu," ucap Daxel sambil memohon wajahnya saling berhadapan dengan Crissa.

Crissa terdiam sejenak lalu berbicara, " Aku tidak mungkin jadi kekasih kontrak, kamu pasti Orang kaya?" ucap Crissa sudah insecure sendiri.

"Aku akan membayar kamu berapa pun, asal kamu mau membantuku, apa pun yang kamu minta akan aku turuti," kata Daxel memegang tangan Crissa, sedikit wanita ini menghindar dan tak suka tangannya dipegang.

Saat Daxel menawarkan akan membayar dengan harga tinggi. Crissa pun berpikir untuk menerima tawaran tersebut karena upah yang ditawarkan juga tinggi. Crissa lagi butuh uang saat ini untuk membayar cicilan seperti eletronik dan kartu kredit, hal yang membuat wanita ini menerima menjadi kekasih kontrak karena bukan untuk menjual diri.

Pria itu menatap Crissa dengan pandangan penuh harapan, wanita itu adalah tumpuan harapan untuk bisa membantunya saat ini.

"Aku bisa membantu, asal ada kertas putih diatas perjanjian kita. Kamu harus membayar upahku setiap bulan, Daxel."  Crissa mengganggukan kepalanya seakan setuju dengan tawaran pria itu.

Daxel akhirnya tersenyum bahagia, dengan memegang kedua pipi Crissa mencubit manja pipi gadis mungi berpenampilan menarik tersebut. 

"Baik, Aku akan membayar berapa pun yang kamu mau, Crissa," jawab pria itu.

Ini adalah jalan satu-satunya, supaya kakek Irham tidak bertanya mulu. Tentang perempuan yang akan menjadi pendamping hidupnya, sejak saat pertemuan di bar tersebut hubungan mereka berdua pun berlanjut menjadi pacar bohongan.

Kini tidak akan ditanya lagi tentang pendamping hidup. Jika sudah membawa Crissa kekediaman sang kakek, pada saat acara ulang tahun Kakek Irham pria itu mengenalkan Crissa dihadapan kakek.

Sebelum acara dimulai, Daxel sudah berpesan kepada Crissa, " Nanti kita harus memainkan sandiwara kita, Crissa. Sebagai kekasih benaran, pokoknya kamu harus membuat nyaris sempurna, jangan terlihat gugup atau apa pun itu ...." Daxel ingin Crissa memainkan sandiwara ini dengan kesempurnaan, supaya kakek Irham tidak menaruh curiga dalam hubungan mereka.

"Baik, Daxel. Aku bingung mau pakai baju apa? Sebab tidak mempunyai baju yang indah dan cantik, maklum, aku ini adalah anak dari keluarga sederhana," kata Crissa ingin tampil cantik dalam acara ulang tahun.

Daxel menuntut Crissa harus tampil perferct, menjadi gadis anggun, berkelas dan starata sosial mereka juga harus sama. Daxel juga meminta kepada Crissa untuk berbohong dan katakan, bahwa Crissa adalah anak orang kaya, supaya kakek Irham setuju pada hubungan mereka, sebab kakek selama ini selalu mengingatkan Daxel, tidak perlu berteman dengan keluarga sederhana.

"Ingat, Crissa! Kamu harus memainkan peran sebagai anak orang kaya dan berkelas, sebab aku ini berasal dari keluarga hidup penuh bergelimang harta," perintah Daxel saat menjemput Crissa.

Crissa terdiam seakan tidak ingin melakukan penolak, Crissa mengerutkan dagu dan keningnya seakan tidak suka dengan suatu kebohongan, suatu saat kebohongan itu pasti terungkap.

Dengan mengangkat alis dan bibir pink memakai listip tersebut, " Daxel, aku tidak suka dengan sebuah kebohongan! Dari kecil aku tidak pernah mau berbohong," ujar Crissa dengan tatapan sendu.

Daxel mengancing jasnya, saat berhadapan dengan wanita itu. Lalu Daxel mendekat menatap Crissa dengan lucu, sebab kekasih kontrak ini kan bohongan? Mereka juga sudah melakukan kebohongan.

"Hahaha, kamu tidak suka berbohong! Nyatanya, kamu sudah membohongi diri sendiri," tawa Daxel dengan penuh kebebasan.

Crissa merasa kebingungan, sebab tidak ada yang lucu saat mereka bicarakan, " Aku sedang berbicara, Daxel. Tidak ada yang lucu!" 

"Bukankah menjadi kekasih kontrak? Sudah menjadi suatu kebohongan," tawa Pria itu lagi menatap lucu kearah Crissa.

Wanita ini menjadi malu, saat ditertawakan oleh Daxel. Mengapa bisa tak terlintas dalam benak Crissa , untuk memberikan jawaban kepada pria pintar ini.

Malam menjelang sekitar jam 7 malam, mereka tiba dikediaman kakek Irham, rumah empat lantai yang ditinggalin sang kakek, sebab Daxel dan Irham sudah berpisah rumah.

Berpenampilan menarik, memakai setelan jas hitam rapi didalamnya di lapisi baju kemeja berwarna biru muda, rambut tertata rapi, serta berkharisma membuat Daxel semakin pede untuk memasuki kediaman kakek Irham ditambah Crissa memakai setelan dress elegan dan modis yang sudah dirancang oleh desainer ternama, khusus dibuatkan untuk acara tertentu.

"Selamat malam, Kakek. Aku datang kehadapan Kakek, membawakan tambatan hati, khusus aku kenalkan di acara ulang tahun, Kakek." Daxel memberikan senyuman dengan memamerkan kekasih kontrak dihadapan kakek yang sudah menunggu di meja makan.

Disambut dengan pelayan di rumah serta diberikan pelayanan terbaik, sebelum tamu-tamu undangan pada berdatangan, kakek menatap dengan senyum bahagia, diusia tuanya kini sang cucu sudah menemukan tambatan hati yang sesungguhnya.

Kakek berdiri, " Wah, sangat bahagia mendengar, bahwa kamu sudah mempunyai tambatan hati. Nah gini dong, jangan ditanya terus menerus, baru kamu mencari calon jodoh," jawab kakek Irham memandang serius menepuk bahu belakang Daxel, lalu Irham memandang kearah Crissa yang hanya terdiam dan berdiri di samping Daxel, " Hay perkenalkan nama Saya, Irham." Kakek Irham mengulurkan tangan kepada Crissa sambil tersenyum ceria.

Crissa membalas uluran tangan kakek Daxel pada saat itu, " Perkenalkan nama saya Crissa, Kakek," jawab Crissa membalas uluran sang kakek.

"Mari makan, Nak." Irham lalu menyuruh mereka untuk makan terlebih dulu, di ruangan khusus pribadi khusus untuk mereka sebagai keluarga.

Crissa menganggukkan kepala, " Terimakasih Kakek." Crissa menunduk memberikan penghormatan.

Daxel memainkan sandiwara nya, dengan memegang tangan Crissa, lalu merangkul Crissa lagaknya pasangan pacaran romantis dan bucin. Kakek Irham tersenyum dalam hati melihat percintaan kaum dewasa dan remaja saat ini jika sudah terlanjur bucin.

Senyuman sang kakek menorehkan dihati saat pertemuan ini, " Wah, kini Daxel sudah menemukan tambatan hati, untunglah, bisa membuat hatiku tidak waspada lagi," guman kakek Irham dalam hati.

Daxel kembali berlagak romantis, sebagai pasangan yang romantis saat dimeja makan tersedia makanan, " Wah banyak sekali makanannya, Sayang. Mau yang mana Sayang? Biar aku ambilkan, ini makanan pada enak semua," tanya Daxel menyendok nasi ke piring Crissa dengan penuh perhatian.

Crissa menatap Daxel dengan binar-binar rasa haru. Tak pernah rasanya diperhatikan oleh seseorang seperti ini, rasanya perhatian Daxel luar biasa walaupun mereka hanya sebagai kekasih kontrak saja dihadapan sang kakek.

Salah Paham

Setelah menjadi kekasih kontrak mereka tidak canggung lagi, sudah merasa berteman, 4 bulan pun berlalu, mereka semakin nyaman bersama serta menjadi kebiasaan(sweet romance)

Keduanya sudah mempunyai perasaan terdalam, tetapi pada suatu hari mantan kekasih Daxel balik dan ingin cinta lama bersemi kembali.

"Apa kabar Daxel ...?" tanya seorang wanita yang tiba-tiba mendatangi ruangan pribadinya di perusahaan Daxel Group, saat pria itu sedang menghadap kebelakang, memeriksa semua berkas uang masuk dan keluar.

Bagi Daxel suara tersebut seperti tak asing baginya, pikiran mengarah kepada sosok mantan yaitu cinta pertama dalam hidupnya wanita yang paling berkesan serta sulit untuk ditinggalkan.

Segera pria itu memutar kembali kursi tahta tertinggi sebagai seorang Ceo kearah depan. Ternyata benar sang mantan yang sudah bertahun-tahun putus kembali datang, mereka dulunya putus bukan karena selingkuh, alasan  mereka putus karena kesalahpahaman saja dan pada saat itu keduanya masih muda, mental keduanya masih labil.

Dengan pandangan penuh kerinduan. Daxel menjawab dengan gemetar saat Mala berdiri menemuinya berusaha menggodanya lagi.

"Kabar baik ... kamu Apa kabar ...?" tanya Daxel kembali.

Mala mendekat tak ada jarak diantara keduanya berdiri pas di hadapan pria itu. " Aku merindukan kamu, Daxel. Setelah bertahun-tahun kita putus." Mala langsung memeluk mantan kekasihnya yang sudah bertahun-tahun tak bertemu tersebut.

Pria itu lalu membalas dengan sebuah pelukan  kembali kepada Mala, " Aku juga merindukan kamu, kemana saja? Sudah lama tak mendengar kabar kamu?" tanya Daxel menatap mata Mala dengan kerinduan yang mendalam luar biasa.

Jantung Daxel berdenyut kencang, seakan kini konflik percintaannya semakin sulit untuk dimengerti, hatinya merasa dilema saat cintanya sudah tumbuh untuk Crissa.

"Aku sudah menemukan tambatan hati pada perempuan lain, Mengapa Mala harus muncul kembali," gumam Daxel dalam hati merasakan sangat dilema.

Mala menatap wajah mantan kekasih masih sama seperti dulu ganteng dan berkharisma membuat Mala terlena dalam buaian. Mala masih sama seperti dulu, rasanya terhadap sang mantan belum bisa lupa dengan seribu kenangan yang tidak akan bisa tercatat dalam buku harian

"Ketampanan kamu masih sama seperti dulu tak ada yang berubah dari kamu," ucap Mala memegang lembut kepala Daxel.

"Benarkah ...?" tanya Daxel menyuruh Crissa untuk duduk, lalu Daxel membuatkan coffe khusus untuk mantan kekasih yang telah kembali.

Daxel berbincang-bincang dengan mantan kekasih, mereka membahas banyak tentang kehidupan mereka setelah putus. Mala mengajak Daxel untuk makan malam. Daxel menolak makan malam.

Belum selesai masalah percintaan Crissa bersama Daxel, kembali Ayah Crissa mendadak pulang kerumah. Ayah Crissa mempunyai tabiat tukang judi serta uang Crissa habis diperas oleh pria itu.

Tok tok tok tok tok

Dodi ayah dari Crissa mengetuk pintu yang dulu mereka tinggalin bersama, saat menjadi keluarga lengkap utuh. Namun keluarga ini sudah menjadi keluaga berantakan.

"Siapa ...? tanya Crissa dari dalam, tidak pernah ada orang sepagi ini datang ke rumah untuk bertamu.

Tak ada sahutan dari balik pintu, membuat Crissa bertanya-tanya, sontak saja Crissa kaget bahwa ayahnya kembali datang setelah bertahun-tahun meninggalkan rumah.

"Ayah ...." Crissa tampak kaget dan merasakan sekujur tubuhnya gemetar, takut disiksa lagi oleh ayah kandung.

"Ayah kembali pulang, sini uang kamu berikan! Semalam Ayah kalah judi, jadi pakai uang kawan dulu, makanya Ayah mau bayar pakai uang kamu saja!" kata Dodi sedikit mabuk serta memberikan tangannya untuk diisi uang.

Crissa menyuruh Dodi untuk masuk terlebih dulu, lalu Crissa mengambil uang dari balik pakaian yang disimpan dalam sebuah lemari

"Ini uang untuk membayar hutang, Ayah." Crissa tidak mau banyak bertanya takut menasehati ayahnya yang sedang dalam keadaan mabuk tersebut.

"Nah begini dong! Ini yang Ayah suka, kamu berkorban harus banyak untuk, Ayah." Dodi memegang dagu anak gadisnya tersebut, lalu pergi meninggalkan rumah untuk membayar taruhan judi dan kembali bermain judi lagi pada malam itu.

Crissa diam sekujur tubuhnya sudah dilanda keringat dingin, malam ini Dodi kembali lagi. Mengetuk pintu kamar Crissa untuk meminta uang lagi.

"Crissa, keluar ... Crissa keluar ...," teriak Pria itu mengetuk kencang pintu kamar anak gadisnya tersebut.

Crissa terkejut malam sekitar jam 3 subuh sudah ada saja yang mengetuk pintu Crissa. Ternyata benar sang ayah pada malam itu kalah taruhan lagi lalu meminta uang kembali pada Crissa.

"Mana uang! Ayah meminta uang lagi," ucap Dodi melebarkan tangan kanannya meminta kepada Crissa.

Crissa dengan tatapan berkerut menyiratkan api kemarahan. Pikiran buyar pada malam itu membuat hidup wanita ini susah saja, bahkan wanita ini sudah tidak mempunyai uang lagi, membuka isi dompetnya, hanya ada seratus ribu satu lembar.

Uang tersebut digunakan Crissa untuk 7 hari kedepan, menunggu gajian diawal bulan besok. Mendadak wanita ini gemetar dan jantungnya berdenyut kencang saat berhadapan dengan ayahnya yang sedang mabuk.

"Maafkan, Ayah. Aku sedang tidak mempunyai uang saat ini," kata Crissa menatap serius kepada Dodi, berharap tidak mendapatkan pemukulan lagi.

Mendengar hal itu lantas, membuat Dodi naik pitam dan menghajar Crissa. Pria itu mengambil sapu dan memukul ke tubuh Crissa hingga wanita ini berteriak kesakitan.

"Ampun, Ayah! Maafkan aku ...," teriak Crissa meminta maaf.

Sontak Crissa kaget, saat ayahnya meminta uang lagi. Dua hari yang lalu, Crissa baru memberikan uang, namun uang tersebut sudah habis saja. Untuk membayar hutang judi dan membeli minuman keras.

"Ayah, Crissa tidak mempunyai uang lagi," jawab Crissa merogoh dompetnya, memang tidak ada lagi uang.

Plakkkkkkkkkkkkkk

"Dasar anak laknat, kamu! Saya ini Orang tua kamu. Apa kamu tidak bisa berusaha mencari uang, dasar anak tidak guna!" kata Dodi memukul anaknya dengan sapu, hingga membuat sekujur tubuh Crissa lebam.

"Ampun, ayah. Jangan pukul saya ...," teriak Crissa menjerit, sebab pukulan seorang ayah terlalu kuat. Hingga membuat banyak tubuh Crissa lebam dan terluka.

"Baiklah, saya akan menghentikan semua pukulan ini. Besok saya beri waktu untuk mencari uang, jika tidak ketemu pinjaman maka saya akan menyiksa kamu sampai mati," ancam Dodi supaya Crissa berusaha untuk mencari pinjaman.

"Baiklah, ayah. Saya akan mencarikan pinjaman." Crissa menuruti keinginan ayahnya saja. Jika tidak dituruti maka Crissa bisa mati di tangan ayahnya sendiri.

"Bagus ...."

Crissa menghubungi Daxel untuk bertemu, pertemuan esok Crissa ingin meminta uang kepada Daxel. Saat bertemu dengan Daxel, perempuan tersebut memakai sweater untuk menutupi luka dan tubuh lebam akibat di pukul ayahnya.

Daxel merasa heran, melihat Crissa memakai sweater. Melihat Crissa sudah ganti style, membuat Daxel bertanya-tanya. Namun Daxel sekilas melihat ada luka lebam diarea tangan Crissa.

"Luka apa itu?" tanya Daxel menunjukan kearah tangan Crissa.

"Luka apa itu?" tanya Daxel menunjukan kearah tangan Crissa.

"Ini ... semalam saya jatuh," jawab Crissa dengan kebohongan. 

"Kamu tidak berbohong kah?" tanya Daxel kembali.

"Tidak ...," jawab Crissa sebenarnya tidak kuasa menutup kesedihannya dan matanya berkaca-kaca.

"Oh, begitu." Daxel menjawab singkat saja karena tidak terlalu di perhatikan.

Kini perhatian Daxel sudah terbagi antara Crissa dan Mala. Niat Crissa mengajak bertemu hanya ingin meminta uang.

"Ada apa, Crissa? Mengapa kamu mengajak untuk bertemu?" tanya Daxel kepada Crissa merasa heran saja, seorang Crissa mengajak bertemu.

"Aku minta uang dong ...," ucap Crissa meminta uang.

"Apa? Kamu minta uang lagi? Bukannya saya selalu memberikan kamu uang? Apakah uang pemberian saya masih kurang," tanya Daxel merasa bingung sendiri, sebab Crissa selalu kekurangan uang.

Seminggu kemudian, mereka jalan bersama Ayah Crissa masih memeras Crissa untuk memaafkan uang perempuan ini saja.

Akhirnya pada saat pertemuan tersebut Crissa khilaf dan nyolong dompet Daxel. Karena takut kena marahi oleh ayahnya, jika Crissa tidak mendapatkan maka akan menerima siksaan luar biasa dari ayahnya.

Daxel melihat dari kasir, saat melihat Crissa membuka kancing tasnya. Lalu Daxel langsung menghampiri Crissa merasa curiga dengan gerak gerik Crissa.

"Kamu ngapain? Kamu mencuri dompetku," kata Daxel, melihat Crissa menyembunyikan di balik belakang pinggangnya dengan kedua tangannya.

"Ah aku, tidak ada ngapain ...." Crissa menjawab dengan gemetar serta keringat dingin, pada saat itu jantungnya berdenyut lebih kencang.

"Apa yang kamu sembunyikan di belakang?" tanya Daxel menarik tangan Crissa.

Betapa terkejutnya Daxel saat dompet miliknya disembunyikan di belakang pinggang wanita ini, membuat Daxel marah begitu kecewa.  Mengapa semua cewek sama saja, hanya mau uang Daxel, mengapa Crissa harus dengan cara seperti ini melukai hatinya?

"Ini apa? Ini dompet aku ...!" 

"Maafkan aku, Daxel. Aku tidak sengaja mengambil dompet kamu." Crissa meminta maaf memohon kepada Daxel, supaya jangan kecewa dengan sikap Crissa.

"Tidak sengaja? Kamu sama saja dengan cewek lain!" kata Daxel begitu marah luar biasa kepada Crissa.

"Jangan samakan saya dengan perempuan lain!" ucap Crissa tidak suka disamakan dengan perempuan yang hanya mau uang Daxel saja.

Daxel menggangap Crissa cewek murahan, hanya mau uang Daxel saja. Sebab hubungan mereka hanya berlandaskan uang, bagi Daxel tidak aneh bahwa Crissa hanya mau uang pria ini saja.

"Memang kamu sama saja dengan wanita murahan ... kamu sama saja dengan cewek lain, memang tidak aneh sih. Sejak awal kamu mau menjadi kekasih kontrak, hanya mau uang saya saja." Daxel menertawakan Crissa.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!