Kabut tipis menyelimuti pemandangan, menciptakan aura misteri di sekitarnya. Dalam keheningan pagi yang mendung, sebuah akademi megah berdiri dengan gagah, dikelilingi oleh taman-taman yang memancarkan pesona sihir. Ini adalah Akademi Sihir Aeloria, tempat para penyihir muda dari seluruh penjuru dunia berkumpul untuk memperdalam ilmu sihir mereka.
Di depan gerbang akademi, seorang pemuda berdiri sendirian. Yunan namanya. Dengan mata cokelatnya yang tajam dan rambut hitam yang teratur, ia memancarkan aura ketenangan dan kepercayaan diri. Namun, di balik wajah tampan itu, ada kegugupan yang mendalam. Hari ini, hidupnya akan mengalami perubahan besar.
"Yunan!" seruan tiba-tiba memecah konsentrasi pemuda itu. Ia menoleh dan melihat seorang gadis muda berlari mendekat. Rambut pirangnya berkibar-kibar saat ia bergerak, dan matanya bersinar cerah. Itulah Aria, teman baiknya sejak lama.
"Aria!" Yunan tersenyum, merasa sedikit lebih tenang oleh kehadirannya.
"Aku tidak percaya hari ini akhirnya tiba," ujar Aria, memandang gerbang akademi dengan penuh kagum. "Kita benar-benar akan belajar sihir di tempat ini."
Yunan mengangguk setuju. "Ini adalah kesempatan besar. Kedua orang tua tiriku bahkan mengizinkanku masuk ke sini."
Mata Aria berbinar. "Mereka tahu kau memiliki bakat yang luar biasa dalam sihir. Kamu pantas berada di sini."
Yunan merasa terharu. Orang tua tirinya telah merawatnya sejak dia masih bayi. Meskipun dia tidak tahu banyak tentang orang tuanya yang sesungguhnya, mereka telah memberinya kehidupan yang baik.
Saat mereka berbicara, pintu gerbang terbuka perlahan, memberi jalan kepada para murid untuk masuk. Yunan dan Aria bergabung dengan aliran orang-orang yang berjalan menuju gerbang dengan hati penuh harap. Saat kaki Yunan melangkah melewati ambang pintu, ia merasakan gelombang energi magis yang membelai kulitnya. Ini adalah perasaan yang sepenuhnya baru baginya.
Taman di dalam akademi terbentang luas dan indah. Bunga-bunga aneh berkembang di bawah sinar matahari yang redup, dan makhluk-makhluk kecil yang menggemaskan berlarian di antara semak-semak. Di kejauhan, Yunan bisa melihat gedung-gedung besar yang terbuat dari batu putih, dengan simbol-simbol sihir yang terukir di dindingnya.
Seorang pria berpakaian biru langit dengan jubah panjang menghampiri mereka. Wajahnya yang tua dipenuhi kerutan, tetapi matanya tetap tajam dan penuh semangat. "Selamat datang di Akademi Sihir Aeloria," sambutnya dengan suara lembut. "Aku adalah Kepala Akademi, Master Elarion."
Yunan dan Aria bersama-sama memberikan hormat. "Senang bertemu Anda, Master Elarion," kata Yunan dengan sopan.
Kepala Akademi tersenyum. "Saya telah mendengar banyak tentangmu, Yunan. Kedua orang tua tirimu memiliki reputasi yang baik di dunia sihir. Aku yakin kamu akan membuat mereka bangga di sini."
Yunan merasa tersanjung. "Saya akan berusaha yang terbaik."
Setelah memberikan beberapa petunjuk tentang jadwal dan peraturan akademi, Master Elarion mengajak mereka berdua untuk masuk ke gedung utama. Di dalamnya, lorong-lorong dipenuhi dengan orang-orang yang bergerak dengan sibuk. Mereka berjalan melewati perpustakaan yang besar, ruang kelas yang penuh warna, dan bahkan aula tempat acara-acara besar diadakan.
Ketika mereka tiba di depan sebuah pintu kayu yang megah, Master Elarion berhenti. "Inilah kelas pertamamu, Yunan. Semoga perjalananmu di sini penuh dengan ilmu dan petualangan."
Yunan menelan ludahnya dengan perasaan campuran antara gugup dan antusiasme. Dia membuka pintu itu dan memasuki kelas, membiarkan perasaan tegang memenuhi dirinya.
Di dalam kelas, dia melihat murid-murid lain yang telah duduk di sekitar meja-meja. Mereka bercakap-cakap dengan semangat, berbagi kisah-kisah mereka tentang bagaimana mereka tiba di akademi ini. Yunan memilih tempat kosong di salah satu meja dan duduk dengan penuh harap.
Seorang guru muda dengan jubah ungu masuk ke dalam kelas dan berdiri di depan meja pengajar. "Selamat pagi, semua orang," sapa guru itu dengan ramah. "Saya Professor Linara, dan saya akan menjadi guru sihir pertamamu di Akademi Sihir Aeloria."
Kelas dimulai dengan pembicaraan tentang sejarah sihir dan berbagai jenis elemen magis. Yunan menarik napas lega saat dia merasa semakin tertarik pada apa yang diajarkan. Meskipun banyak hal yang ia tidak mengerti, dia merasa bahwa inilah awal dari perjalanannya di dunia magis.
Setelah kelas berakhir, Yunan bergabung kembali dengan Aria di luar. "Bagaimana perasaanmu setelah kelas pertama?" tanya Aria dengan wajah berseri-seri.
Yunan tersenyum. "Sulit untuk dipercaya bahwa aku benar-benar di sini. Tetapi aku sangat bersemangat untuk belajar lebih banyak."
Aria mengangguk. "Kita akan melakukannya bersama-sama. Kami berdua dan Sylas, kita akan menjalani petualangan luar biasa di sini."
Yunan melihat matahari yang semakin rendah di langit, menciptakan bayangan panjang yang memanjang di antara pepohonan. Ini adalah awal dari perjalanan yang luar biasa di dunia sihir. Dan sementara masa depan masih penuh dengan misteri, Yunan tahu bahwa dia tidak sendirian. Ia memiliki teman-teman, ilmu sihir, dan keberanian yang akan membimbingnya melalui setiap tantangan yang ada.
Malam tiba dengan cepat di Akademi Sihir Aeloria. Cahaya gemerlap dari lampu-lampu ajaib menerangi lorong-lorong, menciptakan suasana yang akrab dan magis. Yunan berjalan melalui koridor, mendengar bisikan angin yang membawa aroma tanaman sihir. Ia merasa campuran antara gugup dan kegembiraan untuk hari berikutnya yang penuh potensi.
Saat dia melewati sebuah pintu terbuka, suara riuh rendah dan cahaya meriah memenuhi pandangannya. Dia memasuki aula tempat murid-murid berkumpul, banyak di antara mereka duduk di meja bundar sambil berbincang dan tertawa. Yunan mencari wajah akrab dan melihat Aria dan Sylas di salah satu sudut ruangan.
"Yunan! Di sini!" seru Aria sambil melambaikan tangan.
Yunan berjalan mendekat, duduk di antara mereka. "Apa yang sedang terjadi?"
Aria menunjuk panggung di depan. "Ada pertunjukan penyambutan untuk murid baru. Katanya, ini adalah tradisi untuk mengenal semua murid dan menyambut mereka dengan baik."
Saat pertunjukan dimulai, panggung dihiasi dengan berbagai aksi sihir yang menakjubkan. Cahaya berwarna-warni menyala, dan makhluk-makhluk ajaib muncul dari topi, memancing tawa dan aplaus dari kerumunan.
Namun, highlight malam itu adalah ketika Master Elarion naik ke panggung. Dengan tongkat sihirnya, dia menciptakan persembahan cahaya yang luar biasa di udara. Cahaya itu membentuk gambar-gambar sihir yang mempesona, menceritakan kisah tentang keajaiban sihir yang tersebar di dunia.
Ketika penampilan berakhir, semuanya bertepuk tangan meriah. Master Elarion menyampaikan pidato singkat tentang pentingnya belajar, kerjasama, dan menjunjung tinggi nilai-nilai sihir yang baik. Yunan mendengarkan dengan seksama, merasa semakin terinspirasi untuk menggali potensinya di akademi ini.
Setelah acara selesai, Yunan, Aria, dan Sylas bersama-sama meninggalkan aula. "Pertunjukan tadi luar biasa, bukan?" kata Sylas dengan wajah berseri-seri.
"Aku tidak sabar untuk memulai pelajaran esok hari," tambah Aria. "Aku ingin belajar lebih banyak tentang sihir penyembuhan."
Yunan merasa senang melihat semangat teman-temannya. "Kita harus tetap fokus dan berusaha keras. Saya yakin kita akan mengatasi setiap tantangan yang muncul di depan kita."
Mereka berjalan bersama menuju aula makan. Di sana, mereka berbicara tentang impian-impian mereka, rencana-rencana untuk masa depan, dan ekspektasi mereka terhadap tahun pertama di akademi.
Walaupun masa depan penuh dengan ketidakpastian, Yunan merasa bahwa dia telah menemukan tempatnya di dunia ini. Dikelilingi oleh teman-teman yang mendukung dan ditemani oleh ilmu sihir yang tak ternilai, dia siap untuk menjalani petualangan dalam dunia magis yang luas.
Malam berlalu dengan perlahan, tetapi semangat di hati Yunan tetap menyala terang. Ia merebahkan dirinya di tempat tidur, memejamkan mata, dan membiarkan dirinya terhanyut oleh impian-impian tentang masa depan yang menjanjikan.
Dalam kegelapan yang hangat, kata-kata Kepala Akademi bergema di telinganya: "Semoga perjalananmu di sini penuh dengan ilmu dan petualangan."
Hari kedua di Akademi Sihir Aeloria terbit dengan cahaya yang cerah. Yunan duduk di tepi tempat tidurnya, mata cokelatnya menyapu ruangan dengan penuh harap. Itu adalah pagi yang baru, dan ia siap untuk menghadapi petualangan berikutnya. Di sisinya, Aria juga bangun, membuka matanya dengan semangat yang sama.
"Aku merasa seperti di dunia lain," kata Yunan dengan suara terendah.
Aria mengangguk setuju. "Sama di sini. Tapi ini adalah peluang luar biasa, dan aku tidak sabar untuk memulai pelajaran hari ini."
Dengan senyum, Yunan berdiri dan berjalan menuju meja belajar di sudut kamar mereka. Meja itu dipenuhi dengan buku-buku tebal tentang ilmu sihir, bubuk-bubuk ajaib, dan artefak-arte
fak mistis. Yunan merasa seperti ia akan memasuki dunia baru setiap kali ia membuka halaman buku.
Saat mereka bersiap-siap, terdengar ketukan pelan di pintu. Pintu terbuka, dan masuklah Sylas dengan wajah bersemangat. "Pagi! Kalian sudah siap?"
"Ayo!" seru Yunan dan Aria bersamaan.
Tiga sahabat itu berjalan bersama menuju aula makan untuk sarapan. Di sana, mereka bertemu dengan beberapa teman sekelas lainnya. Semuanya tampak ceria, berbicara tentang apa yang mereka harapkan dari pelajaran hari ini.
Setelah sarapan, Yunan, Aria, dan Sylas bergabung dengan antrian murid-murid lain yang menuju aula kelas. Tidak ada yang tahu apa yang akan mereka pelajari hari ini, tetapi semangat mereka tidak bisa dibendung.
Ketika mereka memasuki kelas, Professor Linara sudah menunggu di depan meja pengajar. "Selamat pagi, semuanya," sapanya sambil tersenyum. "Pada hari ini, kita akan mempelajari dasar-dasar sihir."
Kelas dimulai dengan pembicaraan tentang esensi sihir dan peran energi magis dalam menciptakan mantra. Professor Linara menjelaskan bahwa sihir adalah ekspresi dari energi batiniah yang ada di dalam diri setiap penyihir. Dia mengajarkan teknik-teknik pernapasan yang membantu murid-murid merasakan energi tersebut.
Yunan merasa bersemangat, meskipun ada momen-momen di mana dia merasa kebingungan. Tapi Professor Linara mengajar dengan penuh kesabaran, membantu murid-murid untuk memahami dasar-dasar sihir.
Setelah berjam-jam belajar dan berlatih, kelas berakhir. Yunan, Aria, dan Sylas meninggalkan ruangan dengan pikiran yang penuh dengan pengetahuan baru. "Ini sungguh luar biasa," kata Sylas. "Saya belum pernah merasakan energi magis seperti ini sebelumnya."
Aria mengangguk setuju. "Ini adalah awal dari perjalanan panjang kita di dunia sihir. Saya sangat bersemangat untuk belajar lebih banyak."
Yunan tersenyum. "Kita semua berada di sini bersama-sama. Kami akan saling mendukung dan tumbuh bersama."
Setelah makan siang, mereka berpisah untuk kelas individu mereka. Yunan berjalan menuju ruang pelajaran sihir manipulasi elemen. Di sana, mereka mempraktikkan cara mengendalikan elemen-elemen seperti api, air, udara, dan tanah.
Namun, dalam pelajaran hari itu, Yunan merasa sedikit tertinggal. Siswa-siswa lain tampak lebih lancar dalam mengendalikan elemen-elemen, sementara dia merasa agak kaku. Meskipun demikian, dia tidak menyerah. Ia berusaha keras untuk memahami gerakan-gerakan dan energi yang diperlukan.
Setelah pelajaran berakhir, Professor Arion, guru sihir manipulasi elemen, mendekatinya. "Kamu mungkin merasa kewalahan hari ini, Yunan. Tapi itu adalah hal yang wajar. Setiap penyihir memiliki ritme belajarnya sendiri. Yang penting adalah tekadmu untuk terus berusaha."
Yunan tersenyum mengangguk. "Terima kasih, Professor Arion. Saya akan bekerja lebih keras."
Di hari-hari berikutnya, Yunan terus berlatih dengan tekun. Ia menghabiskan waktu berjam-jam di aula kelas, mencoba merasakan energi sihir dan mengendalikan elemen-elemen. Saat matahari terbenam, ia masih sering berlat
ih di taman akademi, menciptakan cahaya dan bayangan dengan mantra-mantra sederhana.
Waktu berlalu, dan Yunan mulai merasa lebih percaya diri dengan kemampuannya. Meskipun masih jauh dari sempurna, dia melihat kemajuan yang signifikan dalam mengendalikan sihir. Aria dan Sylas selalu ada di sisinya, memberinya dukungan dan motivasi yang tak ternilai.
Suatu hari, setelah kelas manipulasi elemen, Yunan, Aria, dan Sylas duduk di bawah pohon raksasa di taman. Udara segar bertiup lembut, menciptakan suasana yang tenang. "Kita telah melakukan perjalanan yang panjang sejak pertama kali tiba di sini," kata Aria dengan penuh makna.
Sylas mengangguk setuju. "Tetapi ini adalah awal yang menarik dari perjalanan kita. Kita akan menghadapi banyak hal yang menantang, tetapi saya percaya kita akan mengatasi semuanya."
Yunan menatap kedua temannya dengan rasa syukur. "Aku benar-benar bersyukur memiliki kalian berdua. Kalian adalah sahabat-sahabat terbaik dan pendukung sejati."
Matahari terbenam di langit, menciptakan warna-warna indah yang memantulkan di permukaan danau di dekatnya. Mereka duduk dalam keheningan, merenung tentang perjalanan mereka yang baru saja dimulai. Dunia magis penuh dengan misteri dan keajaiban, dan mereka siap untuk menjelajahinya bersama-sama.
Hari-hari di Akademi Sihir Aeloria berlalu dengan cepat, dan Yunan merasa semakin terikat dengan dunia sihir. Namun, di balik keceriaan permukaan, ada bayangan yang semakin tumbuh dalam dirinya. Yunan merasa ada sesuatu yang tidak beres, seperti suatu kegelapan yang merayap perlahan-lahan.
Suatu pagi, Yunan duduk di tepi tempat tidurnya, pandangannya kosong ke ruangan kosong. Dia merasa ada beban yang tidak bisa diungkapkan, sesuatu yang menghantuinya dari dalam. Saat Aria memasuki kamar dengan senyuman cerahnya, dia mencoba tersenyum balik, meskipun rasa cemas masih bersemayam di dalam hatinya.
"Ayo, hari ini pelajaran apa?" tanya Aria sambil memilin rambut pirangnya.
"Sihir penyembuhan," jawab Yunan dengan suara yang mencoba terdengar ceria.
Aria melihatnya dengan pandangan tajam. "Kau tahu, Yunan, kau terlihat seperti memiliki banyak pikiran lately. Apa yang terjadi?"
Yunan menggelengkan kepala, mencoba mengusir kegelisahannya. "Tidak apa-apa. Mungkin hanya lelah belajar sihir."
Aria tidak sepenuhnya yakin, tapi dia memutuskan untuk tidak mendesak lebih jauh. "Baiklah, kalau kau bilang begitu."
Ketika mereka bersiap-siap untuk berangkat ke kelas, Yunan merasa seperti ada sesuatu yang mengikuti langkahnya. Seolah-olah suara berbisik-bisik lembut terdengar di telinganya, mengganggu konsentrasinya. Ia mencoba mengabaikannya, menganggapnya hanya produk dari kelelahan.
Namun, semakin hari, kegelisahan dan perasaan tidak enak semakin mendalam. Yunan merasa seperti ia dihantui oleh bayangan-bayangan yang tidak bisa dijelaskan. Dia melihat sesuatu di sudut matanya yang segera menghilang saat dia mencoba menatapnya dengan jelas.
Saat kelas penyembuhan dimulai, Professor Selene, seorang penyihir berpengalaman, memulai pelajarannya. Yunan mencoba fokus pada pelajaran, tetapi pandangannya terus teralih ke jendela. Di luar, langit mendung, dan kabut tipis terlihat seperti jaringan bayangan yang menggerus hatinya.
Ketika sesi praktik dimulai, Yunan merasa tangan dan tubuhnya gemetar. Ia mencoba memusatkan pikirannya untuk menyembuhkan luka kecil yang ada di tangan Aria, tetapi tangannya terasa kaku dan energinya terasa tidak terkendali. Suasana hatinya bercampur aduk antara frustrasi dan kecemasan.
Aria melihatnya dengan khawatir. "Apa yang salah, Yunan?"
Yunan menatap tangan gemetar itu dengan perasaan frustrasi. "Aku tidak tahu. Aku merasa seperti aku kehilangan kendali atas sihirku."
Professor Selene mendekatinya dengan perhatian. "Yunan, ada yang tidak beres. Aku bisa merasakan energi yang tidak stabil dalam dirimu."
Yunan merasa malu dan cemas. Dia tidak pernah merasa seperti ini sebelumnya. Sebagai penyihir muda yang penuh bakat, dia merasa terhina oleh ketidakmampuannya saat ini.
Professor Selene meletakkan tangan lembut di pundaknya. "Jangan khawatir. Ini adalah hal yang wajar. Sihir memiliki hubungan dengan emosi kita. Ketika kita merasa cemas atau tidak stabil, sihir kita juga akan terpengaruh."
Aria memberinya senyuman yang penuh dukungan. "Kau bukan satu-satunya yang mengalami ini. Kami ada di sini untukmu."
Yunan merasa sedikit lega mendengar kata-kata mereka. Mereka adalah teman-teman sejatinya, dan mereka akan selalu ada untuknya. Dengan perlahan, ia mencoba meredakan pikiran-pikiran gelisahnya dan memusatkan diri.
Sesuatu yang aneh terjadi saat dia mencoba merasakan energi magis di dalam dirinya. Ada kegelapan yang mendalam di dalamnya, seperti bayangan yang semakin besar. Yunan merasa sesuatu yang merayap perlahan-lahan, mengambil alih kendali atas energinya.
"Apa yang sedang terjadi?" bisiknya pelan.
Aria dan Professor Selene memandangnya dengan kekhawatiran. "Yunan, apa yang kau rasakan?" tanya Aria.
Tapi sebelum Yunan bisa menjawab, tubuhnya tiba-tiba terasa lemah, dan pandangannya kabur. Dia merasakan dirinya tenggelam dalam gelap, dikepung oleh kegelapan yang tak terhingga.
Ketika Yunan membuka mata, dia merasa terombang-ambing di dalam kegelapan yang gelap gulita. Tidak ada cahaya yang menerangi tempat itu, hanya suara angin seolah-olah meratap di kejauhan. Dia merasa sendirian dan terasingkan, tidak tahu di mana ia berada.
"Apa ini?" gumamnya dalam kebingungan.
Namun, jawaban tak kunjung datang. Hanya ketenangan yang menakutkan yang meresap di sekitarnya. Yunan merasa kepanikan yang tak terkendali merayap ke dalam dirinya, dan dia berusaha keras untuk menjaga ketenangan dan keberanian di tengah kegelapan yang memprihatinkan ini.
Yunan meraba-raba dalam gelap, mencoba menemukan petunjuk atau jalan keluar dari situasi yang mencekam ini. Hatinya berdegup kencang, dan keringat dingin mulai mengalir di dahinya. Namun, meskipun keadaannya gelap dan tidak pasti, ada sesuatu di dalam dirinya yang berkata bahwa ini bukanlah akhir dari segalanya.
Tiba-tiba, sebuah cahaya redup muncul di kejauhan. Cahaya itu semakin mendekat, dan Yunan melihat siluet Aria dan Sylas yang muncul dari kegelapan. Dengan wajah yang penuh perhatian, mereka berjalan mendekatinya.
"Aku di sini untukmu, Yunan," kata Aria dengan suara lembut.
Sylas mengangguk setuju. "Kita tidak akan pernah meninggalkanmu sendirian."
Yunan merasa lega melihat mereka di sana. Dalam keadaan yang mencekam ini, mereka adalah cahaya yang membimbingnya. "Aria, Sylas, apa yang terjadi padaku?"
Aria memandangnya dengan tatapan prihatin. "Aku tidak yakin, Yunan. Tetapi ini terasa seperti suatu bentuk sihir yang sangat kuat."
Sylas menambahkan, "Kita harus mencari jalan keluar dari sini. Cobalah fokus pada energi sihirmu dan coba cari pintu keluar."
Yunan mengangguk, mengumpulkan keberanian dalam dirinya. Dia mulai merasakan energi magis di dalam dirinya, tetapi ada sesuatu yang aneh. Kekuatan itu terasa lebih gelap dan lebih kuat daripada sebelumnya.
Saat dia berusaha mencari pintu keluar, ia merasakan sentuhan dingin di bahunya. Dia berbalik dan terkejut melihat sosok yang tidak dikenal. Sosok itu memiliki mata merah yang memancarkan kegelapan, dan senyuman jahat di wajahnya.
"Siapa kau?" tanya Yunan dengan suara gemetar.
Sosok itu tertawa dengan suara serak yang membuat bulu kuduknya berdiri. "Aku adalah bagian gelap dari dirimu, Yunan. Aku adalah rasa ketidakpastian dan kegelisahanmu."
Yunan merasa jantungnya berdegup lebih kencang. "Tidak, itu tidak mungkin."
"Ahh, tetapi kau merasakannya, bukan?" kata sosok itu dengan senyuman misterius. "Kau merasakan kegelisahan dalam dirimu. Aku hanya menjadi wujudnya."
Aria dan Sylas berusaha mendekatinya. "Jauhkan dirimu dari Yunan!" kata Aria dengan suara tegas.
Namun, sosok itu hanya tertawa. "Apa yang bisa kau lakukan, penyihir muda? Aku adalah bagian dari Yunan, dan aku tidak akan pernah pergi."
Yunan merasa semakin tertekan oleh kehadiran sosok itu. Ia merasa energinya terkuras, dan dia merasa semakin terjebak dalam kegelapan yang menyeramkan.
Namun, pada saat itu, terdengar suara yang akrab. Suara itu datang dari hati Yunan, dari tempat di dalam dirinya yang masih terang. Suara itu adalah suara persahabatan, keberanian, dan tekad.
Yunan, kau bukanlah kegelapan. Kau adalah cahaya yang kuat.
Suara itu semakin kuat, dan Yunan merasa kekuatan yang mengalir melaluinya. Dengan tekad yang bulat, ia menghadapi sosok kegelapan di hadapannya. "Kau mungkin bagian dari diriku, tetapi aku tidak akan membiarkanmu menguasai aku!"
Sosok itu mengerang dan mencoba mengambil alih, tetapi Yunan merasa semakin kuat. Dengan kekuatan sihir dan tekadnya, ia mengusir sosok kegelapan itu, mencerai-beraikan bayangan-bayangan yang merayap.
Cahaya kembali terbit, dan Yunan merasa kembali pada kenyataan. Dia terbangun di dalam kelas penyembuhan, dengan Aria, Sylas, dan Professor Selene yang berdiri di sekelilingnya.
"Kau baik-baik saja?" tanya Aria dengan suara khawatir.
Yunan mengangguk, masih terengah-engah setelah pengalaman mengerikan yang baru saja dia alami. "Aku tidak tahu apa yang terjadi. Aku merasa seperti aku tenggelam dalam kegelapan."
Professor Selene memberinya senyuman penyemangat. "Ini adalah bagian dari perjalananmu sebagai penyihir. Kita harus belajar menghadapi rasa takut dan kegelisahan kita sendiri."
Sylas menambahkan, "Tetapi kau tidak sendiri. Kita ada di sini untukmu, selalu."
Yunan merasa terharu oleh dukungan teman-temannya. Meskipun ia mengalami kejadian yang mengerikan, ia tahu bahwa dia memiliki teman-teman yang akan selalu mendukungnya.
Dan dengan tekad yang lebih kuat dari sebelumnya, Yunan bersiap-siap menghadapi setiap rintangan yang akan datang, baik dalam dunia sihir maupun dalam dirinya sendiri.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!