NovelToon NovelToon

AIR MATA ISTRIKU KARMAKU

BAB 1

Malam pertama pernikahan yang seharusnya penuh dengan cinta dan kehangatan berubah menjadi mencekam saat Ardan mengetahui jika wanita yang baru saja dia nikahi sudah tak perawan lagi.

“ Hahaha….”

“ Sudah l*****r ternyata….”,ucap Ardan mencemoh.

“ Mas….”

“ Dengarkan penjelasanku dulu…”

“ Ini tidak seperti yang kamu pik….”, belum juga Azkia bisa menyelesaikan kalimatnya, satu tamparan keras melayang dipipi mulus Azkia

PLAKKK !!!…..

“ Dasar j****g !!!....”

“ Aku tak butuh penjelasanmu....”

“ P*****r murahan !!!....”\, teriak Ardan penuh amarah.

PLAKKK !!!….

PLAKKK !!!….

Ardan yang sama sekali tak memiliki rasa cinta terhadap Azkia sangat murka waktu menyadari jika istrinya sudah tak perawan lagi.

Azkia yang tak terima dengan perlakuan kasar lelaki yang baru saja sah menjadi suaminya itu mencoba melawan dan berusaha untuk menjelaskan kesalah pahaman tersebut tapi tak berhasil karena semua ucapannya tak dihiraukan.

Tanpa perasaan Ardan langsung kembali memasuki inti sang istri dan melakukan penyatuan dengan kasar.

Suara jeritan dan rintihan terus menggema sepanjang malam hingga tubuh Azkia lemas namun Ardan masih belum juga melepaskannya.

Dia terus melakukan kekerasan seksual terhadap istrinya demi meluapkan amarah yang sudah berkobar dalam hatinya.

Setelah terpuaskan, Ardan menarik rambut panjang Azkia dengan kasar dan menyeretnya turun dari atas ranjang kemudian mendorongnya hingga tersungkur dilantai.

Ardan terus memukul dan menendang tubuh sang istri dengan membabi buta tanpa sedikitpun memberi celah Azka untuk melakukan perlawanan.

Meski Azkia sudah tersungkur dilantai dengan wajah bengkak dan rambut berantakan tak membuat lelaki itu merasa iba, justru kemarahannya semakin menjadi - jadi.

Dengan tatapan nyalang Ardan kembali memukuli tubuh lemah wanita yang baru saja sah menjadi istrinya itu tanpa ampun sampai Azkia pingsan tak sadarkan diri dalam kondisi telanjang dan meringkuk dilantai.

Impian Azka untuk membina rumah tangga dengan lelaki yang sangat dicintainya langsung padam seketika.

Bukan kehangatan penuh cinta yang dilalui oleh Azkia pada malam pertama pernikahannya, melainkan awal dari sebuah penderitaan yang menantinya dimasa depan.

Ardan yang memang sedari awal menikahi Azkia hanya untuk balas dendam semakin bertambah murka waktu mengetahui jika gadis yang sudah sah menjadi istrinya itu sudah tak perawan lagi.

Mungkin jika Azkia masih perawan itu bisa menjadi kompensasi awal bagi Ardan yang menikahinya bukan berdasarkan cinta.

Api dendam yang ada dalam hatinya semakin berkobar dan tatapan kebencian pun semakin dalam terhadap Azkia membuat Ardan menjadi gelap mata.

Setelah penyatuan yang sama sekali tak keduanya nikmati berakhir dengan kekerasan dan membuat Azkia pingsan dilantai setelah menerima penyiksaan dari sang suami.

Ardan hanya menutup bagian atas tubuh Azkia dengan selimut tanpa memperdulikan kondisi istrinya yang meringkuk dilantai dingin dengan darah mengalir dipelipis dan sudut bibir akibat pukulan dan tendangan yang dilakukannya.

“ Ini hanya permulaan…”

“ Aku pastikan sebentar lagi kamu akan hidup seperti dalam neraka….”, ucap Ardan sambil menendang tubuh Azkia yang tak sadarkan diri beberapa kali sebelum pergi menjauh.

Dengan santai, Ardan segera melangkahkan kakinya menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya yang lengket akibat keringat dan cairan kenikmatan yang barusan dia keluarkan setelah menyetubui sang istri dengan kasar tadi.

Cukup lama Ardan berada didalam kamar mandi untuk membersihkan tubuh serta mendinginkan pikirannya.

Begitu keluar dan mendapati Azkia masih meringkuk diatas lantai berbalutkan selimut yang menutupi tubuh polosnya membuat Ardan menatapnya dengan sinis.

“ Cih…”

“ Belum sadar juga dia….”, ucap Ardan sambil menendang tubuh Azkia beberapa kali untuk membangunkan istrinya tersebut.

Melihat jika Azkia masih saja tak bergerak setelah dia tendang, dengan tanpa beban Ardan yang sudah letih setelah menjalani resepsi pernikahannya langsung merebahkan tubunya diatas ranjang setelah membuang selimut yang basah akibat cairan percintaannya dengan Azkia begitu saja kelantai.

Karena sangat kelelahan, tak butuh waktu lama bagi Ardan untuk terlelap dan mulai masuk kedalam alam mimpi.

Menjelang dini hari, perlahan Azkia membuka kedua matanya waktu merasakan seluruh badannya menggigil kedinginan dengan rasa nyeri hampir disekujur tubuhnya.

Air matanya kembali mengalir di pipi ketika dia mengingat kembali perlakuan dan perkataan kejam yang dilontarkan oleh Ardan kepadanya.

“ Aku sama sekali tak menyangka jika laki – laki yang aku anggap baik dan lembut ternyata mampu bersikap kasar seperti itu….”

“ Bukan hanya bersikap kasar, dia juga sama sekali tak membiarkanku menjelaskan semuanya….”, batin Azkia perih.

Tak ingin larut dalam kesedihan dan kekecewaan hatinya, dengan kasar Azkia mengusap air mata yang mulai deras mengalir dipipinya.

“ Azkia….”

“ Kamu gadis yang kuat dan aku yakin kamu bisa melewati semua ini…”, batin Azkia bermonolog.

Dengan menahan rasa nyeri yang mendera, Azkia membungkus tubuh polosnya dengan selimut dan berjalan tertatih – tatih menuju kamar mandi.

Meski Azkia bukan lagi perawan, tapi tindakan kasar Ardan waktu memasuki intinya nyatanya membuat bagian tubuhnya tersebut lecet dan perih.

Rasanya lebih sakit daripada waktu kehormatannya direngut paksa untuk pertama kalinya, meski waktu itu semua dilakukan dalam keadaan tak sadarkan diri akibat pengaruh obat perangsang yang tanpa sengaja mereka minum.

Guyuran air dingin dari shower perlahan mampu mengembalikan tenaga Azkia yang sebelumnya hilang tak bersisa.

Setelah selesai membersihkan diri dengan sabun, Azkia meringkuk dibawah shower dan membiarkan air dingin terus membasahi tubuhnya, menyamarkan suara tangisan yang kembali hadir.

Azkia sama sekali tak membayangkan jika menikah dengan lelaki yang sudah dia cintai selama tiga tahun dalam diam nyatanya tak membawa kebahagiaan seperti apa yang sudah dia bayangkan sebelumnya.

Malam pertama setelah resepsi pernikahan yang sudah dia impikan akan menjadi malam yang hangat dan diwarnai dengan penuh cinta nyatanya berakhir dengan penyiksaan yang tragis seperti ini.

Setelah puas menangis, Azkia pun membalut tubuh polosnya dengan handuk kimono sebelum keluar dari dalam kamar mandi.

Setelah berganti pakaian, Azkia menatap wajah tampan Ardan yang tertidur pulas diatas ranjang dengan hati pilu.

Karena posisi Ardan yang berada ditengah – tengah ranjang membuat Azkia memutuskan untuk tidur diatas sofa yang setidaknya disana masih empuk dan hangat daripada dia harus tidur dilantai yang dingin.

Karena terlalu lama menangis dan tubuhnya sangat lelah, kedua mata Azkia pun mulai menutup rapat begitu tubuh munggilnya menyentuh sofa.

.

.

.

Perlahan sinar sang surya yang masuk melalui celah jendela menyentuh kelopak mata Ardan, lelaki tersebut mulai menggeliat diatas ranjangnya untuk meregangkan badannya.

Rasa amarah yang dalam dirinya sempat reda kembali tersulut waktu Ardan  melihat wajah damai Azkia yang terlelap diatas sofa.

“ Dasar tak tahu diri…”

“ Bisa – bisanya dia tertidur nyenyak setelah semua hal yang terjadi…”, decak Ardan sinis.

Ardan yang selesai membersihkan diri segera turun kebawah untuk sarapan bersama keluarganya dan tak lupa dia mengunci kamar hotel miliknya serta membawanya turun.

Dia tak akan membiarkan Azkia turun kebawah dalam kondisi wajah lebam seperti saat ini dan membuat kekacauan disana

“ Wah…”

“ Pengantin baru....

" Jam segini baru turun….”

“ Pasti kecapean ya setelah pertempuran semalam…”

“ Dasar anak muda, langsung tancap gas saja begitu ada kata sah….”

Itulah ucapan demi ucapan yang mengiringi langkah Ardan memasuki restoran untuk mengambil sarapan hari ini.

Ardan hanya tersenyum menanggapi semua ucapan yang dilontarkan kepadanya dengan wajah berseri – seri seolah semalam keduanya telah melewati malam panas yang membahagiakan.

Mungkin bagi Ardan semalam adalah hal yang cukup membahagiakan setelah dia bisa mendengar suara jerit tangis gadis yang sangat dia benci.

Dan suara jerit tangis Azkia mungkin sebentar lagi akan selalu mengisi hari –harinya selama api dendam dalam hatinya belum padam.

Melati, ibunda Ardan terlihat menautkan kedua alisnya heran setelah tak menemukan sosok Azkia bersama Ardan begitu dia mengedarkan pandangan menyapu seluruh area restoran.

“ Azkia mana nak ?....”, tanya Melati lembut.

“ Azkia masih tidur bun….”

“ Kelelahan dia….”

“ Nanti sarapannya aku bawa kedalam kamar saja….”, ucap Ardan beralibi.

Semua orang tersenyum penuh arti dan saling lirik waktu Ardan mengatakan jika Azkia saat ini masih tertidur karena kelelahan.

Semua orang memaklumi jika pasangan pengantin baru tersebut pasti sangat capek setelah semua acara padat yang mereka lakukan kemarin.

Merasa jika semua orang tampaknya percaya dengan ucapannya, Ardan pun sarapan dengan lahap melupakan jika saat ini ada seorang gadis yang terbangun dalam keadaan lapar.

Azkia yang sudah terbangun hanya bisa duduk kembali diatas sofa setelah mandi dan berganti pakaian sambil menunggu suaminya itu kembali.

“ Tega sekali kamu mengunciku didalam kamar sendirian dalam keadaan lapar seperti ini mas….”, guman Azkia sedih.

Melihat ada beberapa bungkus coklat diatas nakas yang tak jauh dari tempatnya duduk, Azkia pun langsung mengambil dan memakannya.

“ Lumayanlah untuk menganjal perut pagi ini….”, guman Azkia tersenyum lebar.

Setelah mengunyah dua bungkus coklat dan mengguyurnya dengan beberapa gelas air putih yang ada dalam kamar hotel, Azkiapun kembali duduk diatas sofa sambil memainkan ponsel ditangannya.

Sebenarnya Azkia bisa saja menghubungi pihak hotel untuk mengirimkan makanan kedalam kamarnya sekarang.Tapi mengingat kemarahan Ardan semalam, hal tersebut Azkia urungkan.

Dia tak ingin menambah kemarahan lelaki yang sudah menjadi suaminya itu dan lebih memilih menunggu Ardan kembali.

“ Sabar ya….”

“ Sebentar lagi aku akan mengisimu dengan banyak makanan…. ”, ucap Azkia menghibur diri waktu perutnya kembali berbunyi.

BAB 2

Ardan cukup lihai memainkan perannya sebagai suami yang baik sehingga seluruh anggota keluarga percaya dengan semua perkataan dan sikap yang ditunjukkan didepan semua orang pagi ini.

Selesai sarapan, Ardan melangkahkan kaki menuju kekamarnya setelah sebelumnya dia mampir ke apotik didepan hotel untuk membeli obat.

“ Minum ini….”

“ Aku tak sudi anakku lahir dari rahimmu….”, ucap Ardan sinis sambil melempar pil kb ke hadapan Azkia.

Ucapan Ardan yang kasar dan tajam langsung menusuk tepat dijantung Azkia hingga membuatnya hanya bisa menatap wajah suaminya dengan kedua mata berkaca – kaca penuh kemarahan tanpa bisa berkata – kata.

Melihat Azkia tak menanggapi ucapannya, Ardan langsung membuka pil kb yang baru saja dibelinya diapotik dan mencengkeram wajah istrinya, memasukkan pil kb tersebut ke mulut sang istri dengan kasar.

“ Telan….”, teriak Ardan sambil menutup mulut Azkia dengan kasar.

Setelah memastikan pil kb tersebut masuk kedalam tenggorokan Azkia, Ardan pun langsung melepaskan cengkeraman tangannya didagu sang istri.

“ Untuk selanjutnya\, jangan lupa meminum pil ini setiap hari karena aku tak mau p*****r murahan sepertimu melahirkan anakku…. ”, bentak Ardan kasar.

Mendengar kembali ucapan kasar yang keluar dari mulut lelaki yang baru genap satu hari menjadi suaminya itu, tak terasa air mata Azkia kembali jatuh.

“ Mas, izinkan aku menjelaskan semuanya….”, ucap Azkia dengan tatapan penuh permohonan.

Meski perih namun Azkia berusaha untuk menjalin komunikasi dengan sang suami agar pernikahan yang baru seumur jagung ini bisa diselamatkan.

“ Tidak ada yang perlu kamu jelaskan !!!….”

“ Tubuhmu sudah menjadi bukti jika kamu hanyalah seorang j****g tak tahu diri !!!!...”

“ Semua yang akan keluar dari mulut kotormu itu tak akan bisa mengembalikan kepercayaan dalam diriku !!!….”, seru Ardan dengan nada tinggi, membungkam Azkia yang akan kembali bersuara.

Tatapan mata Ardan yang tajam dan menohok membuat Azkia menelan kembali kata – kata yang hampir terlontar dari mulutnya.

Dengan punggung tangannya, Azkia mengusap air mata yang kembali mengalir dengan derasnya tanpa diminta.

Bukannya iba melihat air mata Azkia, justru Ardan semakin membenci istrinya itu karena menganggap jika gadis itu hanya ingin menarik rasa simpatinya saja.

“ Berhentilah menangis….”

“ Sampai kapanpun, air mata buayamu itu tak akan sanggup meluluhkan hatiku…”

“ Dasar J****g !!!....”\, ucap Ardan kasar.

Azkia yang terus menerus mendapatkan kata – kata kasar dari sang suami pada akhirnya sudah tak tahan lagi dan  berusaha untuk melawan.

“ Cukup mas !!!….”

“ Aku tak tahu kenapa kamu sangat membenciku !!!….”

“ Tapi, aku tak terima kamu rendahkan seperti itu hanya karena aku sudah tak perawan lagi !!!….”, ucap Azkia dengan tatapan nyalang.

Cukup sudah bagi Azkia untuk pasrah atas semua perbuatan dan peerkataan kasar yang terlontar dari mulut Ardan.

Dia tak terima direndahkan seperti itu oleh suaminya hanya karena dia sudah tak perawan lagi tanpa lelaki itu mendengarkan penjelasan darinya.

Ardan yang merasa jika Azkia sudah berani melawannya segera mendorong tubuh munggil istrinya tersebut hingga membentur dinding dan mencengkeram rahang Azkia dengan kasar.

“ Mau melawanku ha….”

“ Punya nyali ?....”, geram Ardan dengan sorot mata penuh amarah, kebencian dan dendam yang sangat dalam.

Tubuh Azkia sedikit bergetar waktu melihat tatapan tajam Ardan terhadapnya, namun sebisa mungkin Azkia berusaha untuk tetap tenang.

Ardan yang sudah dilingkupi kabut kemarahan merasa tertantang waktu melihat Azkia berani menatap tajam kepadanya.

“ Aku bisa saja membunuhmu saat ini juga untuk membalaskan dendamku….”

“ Tapi itu tak sebanding dengan sakit hati yang keluargaku rasakan selama ini….”

“ Jadi, aku akan membuatmu menderita seumur hidup bersamaku….”

“ Dan jika kamu berani melawanku maka jangan salahkan aku jika menyeret papamu untuk merasakan penderitaan bersamamu…”, ucap Ardan penuh ancaman.

Mendengar Ardan menyebut nama papanya dalam kemarahannya, nyali Azkia pun langsung menciut karena dia tak ingin satu – satunya keluarga yang dia miliki ikut menderita bersamanya.

“ Apa maksudmu mas ?….”

“ Kenapa kamu membawa nama papa dalam masalah ini ?...”, tanya Azkia dengan suara serak dan kedua mata berkabut.

Melihat nada ketakutan dalam suara Azkia, hati Ardan tersenyum penuh kemenangan karena berhasil membuat gadis itu dalam genggamannya.

“ Menurutlah….”

“ Maka, aku tak akan mengusik ketenangan papamu….”, ucap Ardan penuh penekanan.

Ada seringai sinis penuh kemenangan waktu Ardan melihat tubuh Azkia merosot kelantai dengan tatapan kosong dan beruarai air mata.

Ucapan Ardan membuat dunia Azka seakan hancur seketika dalam sekejap mata. Bahkan air mata dan seluruh tangisan yang sedari tadi dia keluarkan tak mampu membuat hatinya merasa lega.

Ardan menunduk dan jemarinya kembali mencengkeram rahang Azkia, memaksa gadis itu untuk kembali menatap matanya.

“ Ingatlah….”

“ Mulai hari ini kehidupanmu akan seperti dineraka….”

“ Karena kamu harus membayar kematian kakak kembarku dengan air mata dan kehidupanmu….”, ucap Ardan sambil menghempaskan wajah Azkia kesamping dengan kasar.

Air mata Azkia langsung mengucur dengan deras waktu dia kembali mengingat tentang kematian Ardi, saudara kembar suaminya satu tahun yang lalu.

“ Kematian mas Ardi bukan salahku….”

“ Dia meninggal karena kecelakaan….”

“ Semua murni karena kecelakaan karena tak ditemukan adanya sabotase atau apapun dimobilnya….”

“ Tapi, kenapa kamu masih terus menyalahkanku akan hal itu….”, ucap Azkia sesenggukan.

“ Tutup mulutmu j****g !!!....”\, hardik Ardan kasar.

Ingin sekali Ardan mencekik dan menghabisi nyawa Azkia waktu mendengar gadis itu kembali mengelak akan kesalahannya, tapi dia urungkan.

Tujuannya saat ini bukanlah membunuh Azkia karena kematian sangat mudah bagi gadis yang telah merengut nyawa kakak kembarnya itu.

Dia ingin menyiksa Azkia seumur hidup dan membuat gadis itu merasakan sakitnya penolakan dari orang yang sangat dia cintai.

Ya…Ardan tahu jika Azkia sangat mencintai dirinya. Maka dari itu Ardan akan membalas perlakuan Azkia yang berulang kali menolak pernyataan cinta dari  kakak kembarnya tersebut hingga menyebabkan mental Ardi down.

“ Aku akan membuat kamu merasa putus asa seperti apa yang kak Ardi rasakan akibat penolakan demi penolakan yang kamu berikan kepadanya….”, ucap Ardan dengan sorot mata tajam dan membunuh.

Tatapan tajam dan setiap kata yang Ardan ucapkan dengan penuh kemarahan serta dendam membuat tubuh Azkia menggigil ketakutan.

“ Aku tidak tahu apa yang kakak ku lihat dari wanita murahan seperti dirimu !!!....”, ucap Ardan sinis.

Beberapa kaset lama kembali berputar dikepala Ardan membuat kepalanya berdenyut dengan kencang hingga tubuhnya lemas seketika.

Azkia yang masih meringkuk di tembok perlahan menengadahkan kepalanya waktu mendengar  Ardan menjerit sambil memegangi kepalanya, terduduk dilantai kesakitan dan berusaha untuk menenangkannya.

“ Jangan sentuh aku dengan tangan kotormu itu !!!....”, Ardan menghempaskan dengan kasar tangan Azkia yang berusaha untuk menyentuhnya.

Azkia yang melihat kedua mata Ardan yang memerah menahan amarah hanya bisa terdiam ditempatnya tanpa bisa melakukan apapun.

Setelah rasa sakit dikepalanya sedikit reda, dengan langkah terhuyung – huyung Ardan membuka tas ransel yang ada didalam almari, mengambil sebutir obat dan langsung menelannya.

Melihat Ardan sudah tertidur diatas ranjang, diam – diam Azkia melangkah keluar kamar untuk mencari makan karena tubuhnya sudah sangat lemah tak bertenaga dan perutnya kembali berdemo minta diisi.

Tak lupa dia memakai topi dan masker untuk menyamarkan wajahnya yang bengkak akibat penyiksaan yang suaminya lakukan semalam.

Selama perjalanan menuju restoran, Azkia terus memikirkan semua perkataan Ardan mengenai Ardi yang meninggal akibat perlakuan dan ucapan kasar yang telah dilontarkannya.

Dia sama sekali tak mengetahui jika penolakan atas lamaran romantis yang diberikan oleh Ardi kepadanya akan berakibat fatal seperti ini.

“ Apakah mas Ardi benar – benar terluka atas penolakan yang kuberikan kepadanya?....”

“ Tapi malam itu aku ingat dengan jelas jika mas Ardi dan aku sepakat untuk berteman saja….”,

“ Itupun juga atas permohonan dari mas Ardi yang bahkan rela bersujud dihadapanku agar aku mau berteman dengannya setelah penolakan yang aku berikan agar aku tak menjauhinya…”.

“ Karena merasa tak enak hati, akupun menyetujuinya….”

“ Lalu, salahku dimana ?.…”, batin Azkia perih.

Meski Ardi dan Ardan adalah saudara kembar yang wajahnya sangat mirip, tapi entah kenapa hati Azkia lebih condong kepada Ardan yang memiliki jiwa lebih bebas jika dibandingkan dengan Ardi sang kakak.

Alasan itu jugalah yang membuat Azkia selama ini selalu menolak semua ungkapan perasaan Ardi yang diberikan kepadanya.

Bahkan Azkia juga menolak waktu Ardi melamarnya dengan romantis disebuah restoran bintang lima satu setengah tahun yang lalu karena dia sama sekali tak memiliki perasaan apapun terhadap saudara kembar suaminya tersebut.

“ Jika tahu begini, mungkin aku dulu menerima pertukaran pelajar antara negara yang diadakan dikampus sehingga mas Ardi bisa melupakanku….”, guman Azkia penuh penyesalan.

BAB 3

Pagi tadi, waktu sarapan direstoran Ardan sudah memberitahu keluarganya jika dia dan Azkia akan langsung menempati rumah yang baru kedua orang tuanya beli sebagai hadiah pernikahannya.

Maka dari itu, kedua keluargapun langsung meninggalkan hotel setelah sarapan tanpa menunggu pasangan pengantin baru tersebut turun dan mengantar kepulangan mereka.

Agak siang, setelah terbangun Ardan langsung membawa Azkia pergi menuju rumah yang kedua orang tuanya beli agar aksi balas dendamnya bisa terlaksana dengan mudah.

Dalam rumah inilah nantinya dia akan mengurung Azkia untuk menerima balasan akibat perbuatannya hingga membuat Ardi meninggal dunia.

Bayangan Ardi menangis frustasi ditelepon sebelum kecelakaan maut merenggut nyawanya kembali terlintas dikepala Ardan.

FLASH BACK ON

“ Aku sudah tak sanggup hidup lagi….”

“ Kenapa…..”

“ Kenapa dia terus - menerus menolakku….”

“Apa kurangnya diriku….”

“ Padahal rupa kami sama…”

“ Kenapa….”, ucap Ardi sambil berderai air mata.

Meski Ardan tak tahu siapa yang dimaksud oleh kakak kembarnya tersebut, tapi dia terus menyalahkan Azkia dalam hati karena gadis itulah yang telah mematahkan hati Ardi berulang kali.

Ardan hanya bisa mengepalkan tangganya waktu mendengar ucapan sang kakak ditelepon yang terlihat sangat lemah dan putus asa.

Itu adalah pertama dan terakhir kalinya Ardan mendengar  kakak kembarnya menangis dan merasa frustasi  hanya karena seorang gadis.

Kakak yang selama ini selalu kuat, ceria dan penuh semangat hari ini terlihat sangat rapuh dimata Ardan hanya karena rasa cinta yang tak terbalaskan.

Ardan yang berusaha menenangkan Ardi tiba – tiba merasa panik waktu  dia mendengar suara teriakan sang kakak yang diiringi oleh suara ledakan yang cukup keras.

“ Kak….”

“ Kakak kenapa….

“ Jawab aku kak…..”

“ Jawab….”

“ Jangan diam saja….”

“ ARDI !!!….”

“ JAWAB AKU !!!.....”, teriak Ardan frustasi.

Ardan yang panik langsung mengambil kunci mobilnya dan berlari keluar kantor tak menghiraukan panggilan asisten pribadinya yang terlihat heran dengan tingkah laku bosnya tersebut.

Setelah berada didalam mobil, Ardan segera menginjak pedal gas dan menjalankan mobilnya dengan kecepatan tinggi.

Bermodalkan GPS yang terpasang diponsel sang kakak, Ardan dengan mudah mengetahui lokasi Ardi saat ini.

Akibat panik dan takut apa yang ada dipikirannya terjadi, Ardan yang tak konsentrasi mengemudi  mengalami kecelakaan sebelum sampai dilokasi sang kakak berada.

Mobil Ardan yang melaju dengan kecepatan tinggi tak bisa berhenti waktu mobil yang ada didepannya tiba – tiba berhenti secara mendadak.

Tak ingin menabrak mobil yang ada didepannya, Ardan pun terpaksa membanting stir kekiri dan menabrak pembatas jalan hingga mobilnya terguling dan mengeluarkan asap.

“ Kak….”

“ Kumohon….”

“ Jangan tinggalkan aku kak….”, guman Ardan sebelum pandangan matanya tiba – tiba saja menjadi gelap dan dia jatuh tak sadarkan diri.

FLASBACK OFF

Itulah sepenggal ingatan yang berhasil Ardan dapatkan setelah dia tersadar dari koma hingga membuatnya hidup penuh dendam terhadap Azkia.

Apalagi ketika dia sadar dari koma, Ardan yang sempat bertemu dengan Meysa, mantan kekasih sekaligus sahabat masa kecilnya dirumah sakit mendapati beberapa fakta yang mengejutkan.

Meysa yang mengetahui jika Ardan hilang ingatan datang sebagai teman masa kecil dan menawarkan diri untuk membantu lelaki tersebut agar cepat pulih dan ingatannya kembali seperti semula.

Namun, Meysa yang licik tak ingin ingatan Ardan cepat kembali dengan terus menukar obat – obatan yang seharusnya lelaki itu konsumsi agar ingatannya kembali dengan vitamin biasa tanpa sepengetahuan semua orang.

Tanpa adanya ingatan masa lalu, hubungan Ardan dan Meysa yang semula buruk kini perlahan mulai membaik.

Demi mendapatkan kembali kepercayaan Ardan, Meysa mencoba melakukan berbagai macam cara untuk kembali menjerat pewaris Bimantara tersebut agar jatuh kedalam pelukannya dengan beberapa cerita bohong karangannya.

Ardan yang merasa terbantu dengan beberapa data yang diberikan oleh Meysa mengenai kakak kembarnya sebelum meninggal dunia perlahan mulai menaruh kepercayaan terhadap wanita yang dia ingat sebagai teman masa kecilnya dari foto yang Meysa tunjukkan kepadanya.

Hati Ardan yang sudah tertutup kabut dendam langsung menerima begitu saja bukti – bukti fiktif yang Mesysa tunjukkan kepadanya mengenai perlakuan buruk Azkia terhadap Ardi tanpa berusaha untuk menyelidiki kebenarannya.

Meysa yang merasa jika Ardan termakan oleh hasutannya terus berupaya untuk menjejali pikiran Ardan dengan hal buruk mengenai Azkia hingga membuat lelaki tersebut semakin membenci Azkia hingga ketulangnya.

“ Tenang saja kak…”

“ Aku akan membalaskan sakit hati yang kakak rasakan berkali – kali lipat….”, batin Ardan penuh kebencian.

Sementara itu, Azkia yang sudah berada didalam kamarnya hanya bisa menangis dalam diam menghadapi pernikahannya yang baru berumur sehari itu.

Azkia yang tak mengetahui jika Ardan mengalami hilang ingatan merasa sangat sakit hati waktu lelaki itu melupakan jika dirinya lah yang telah mengambil mahkota yang selama ini dia jaga dengan baik.

Meski hal tersebut dilakukan oleh Ardan dalam keadaan tak sadarkan diri akibat obat perangsang, tapi sebelum kecelakaan terjadi Azkia dan sang papa sudah datang ke kediaman Bimantara untuk meminta pertanggung jawaban.

Meski Ardan sempat menolak namun kedua orang  tuanya berhasil membuat Ardan terdiam dan bersedia untuk mempertanggung jawabkan semua hal yang diperbuatnya kepada Azkia pada malam naas itu.

Tapi takdir berkata lain, sebelum Ardan mempertanggung jawabkan perbuatannya sebuah kecelakaan maut membuat lelaki tersebut terbaring koma dan pada akhirnya dilarikan keluar negeri agar mendapatkan pengobatan terbaik.

Akibat musibah tersebut, Azkia dan Ronan sang papa berusaha untuk mengerti dengan menunda pertanggung jawaban Ardan untuk menikahi Azkia hingga kondisi lelaki tersebut membaik.

Sejak Ardan dibawa keluar negeri oleh keluarganya, Azkia pun mulai fokus untuk menyelesaikan studinya sambil menunggu kesehatan Ardan benar – benar pulih kembali.

Ardan yang mendapatkan perawatan diluar negeri pada akhirnya berhasil terbangun setelah lima bulan koma namun dia kehilangan semua ingatannya.

Hanya saat – saat terakhir waktu dirinya berkomunikasi melalui telepon dengan sang kakak lah yang terekam jelas dalam ingatannya sehingga memunculkan dendam terhadap Azkia.

Hampir satu tahun Azkia dan sang papa sama sekali tak mendengar kabar Ardan hingga tiba – tiba tiga bulan yang lalu, lelaki itu  kembali muncul dan berusaha mendekati Azkia.

Sang papa yang masih kecewa sewaktu dulu Ardan tak mau bertanggung jawab setelah mengambil paksa mahkota sang puteri tak langsung begitu saja menerima lelaki tersebut dengan tangan terbuka.

Meski mendapat penolakan berkali – kali, Ardan tak patah semangat dan terus berupaya untuk meluluhkan hati Ronan.

Ronan dan kedua orang tua Ardan merasa jika lelaki tersebut benar – benar mencintai Azkia hingga  berjuang begitu hebat pada akhirnya memberi restu keduanya untuk menikah.

Azkia menggelengkan kepalanya pelan sambil menyeka kembali air mata yang menetes dipipinya waktu dia teringat kembali akan hal itu.

Dia sama sekali tidak pernah berpikir jika Ardan datang kepadanya dengan membawa dendam yang sangat dalam.

Sebuah dendam yang mampu membuat lelaki tersebut berlaku kasar terhadapnya meski Azkia sama sekali tak merasa jika kecelakaan dan penyebab kematian Ardi karena kesalahannya.

Azkia yang merasa sedih, kecewa dan frustasi hanya bisa meringkuk disudut ranjangnya sambil menangis sesenggukan.

Dirinya merasa sangat bodoh bagaimana bisa mengira Ardan yang selama ini mengacuhkannya bahkan menolak untuk bertanggung jawab setelah mengambil paksa kehormatannya tiba – tiba datang menawarkan cinta yang dalam dan langsung terbuai oleh semua kata – kata manis yang lelaki tersebut ucapkan.

Tiba – tiba dalam kepala Azkia muncul bisikan yang membuatnya langsung menghapus kasar air mata yang mengalir deras di kedua pipinya dan segera beranjak dari atas ranjang.

“ Benar….”

“ Jika ingin bahagia, aku harus merelakan pernikahan ini sebelum semakin tersiksa….”, guman Azkia penuh tekad.

Menekan rasa takut yang ada dalam hatinya, Azkia pun melangkahkan kakinya menuju ruang kerja Ardan untuk mengungkapkan isi hatinya.

“ Kamu bisa Azkia….”

“ Semangat…..”, batin Azkia penuh percaya diri.

Setelah menarik nafas dalam beberapa kali, Azkia pun mengetuk pintu ruang kerja suaminya beberapa kali dengan cemas.

Mendengar suara sahutan dari dalam, Azkia pun membuka pintu dan melangkahkan kakinya masuk kedalam ruangan.

“ Ada apa ?....”, tanya Ardan tajam.

Lelaki itu sama sekali tak menghiraukan Azkia yang sudah berdiri diseberang meja kerjanya dan masih tetap fokus pada berkas yang ada dihadapannya.

“ Ada hal penting yang ingin aku katakan kepadamu….”, ucap Azkia sedikit gugup.

Mendengar ucapan sang istri, Ardan pun langsung mendongakkan kepalanya dan menatap Azkia dengan tajam.

Mendapati sorot tajam seperti pisau yang langsung menghunus dadanya, nyali Azkia pun sedikit menciut. Tapi, dia berusaha untuk membesarkan hatinya agar kehadirannya tidak sia – sia.

“ Jika mas tak berkehendak dengan pernikahan ini, sebaiknya kita akhiri saja…”

“ Mari kita cerai….”, ucap Azkia dalam satu tarikan nafas.

“ Tidak !!!!….”, jawab Ardan tegas.

Kilat amarah terpancar jelas dari dua manik gelap mata Ardan seolah sebuah sinar laser yang langsung menyerang musuh dihadapannya hingga mejadi abu.

“ Aku tak akan pernah menceraikanmu sampai kapanpun….”

“ Aku akan mengikatmu seumur hidup dalam pernikahan ini denganku….”, ucap Ardan menyeringai sinis.

Azkia yang merasakan aura membunuh keluar dari sorot mata Ardan tanpa sadar berjalan mundur beberapa langkah sambil memegang erat ujung baju tidurnya.

Mengetahui jika sang istri mulai ketakutan, Ardan pun tersenyum sinis dan menatap Azkia dengan tatapan mencemoh.

“ Mana nyalimu tadi yang dengan berani meminta perceraian dariku….”, ucap Ardan penuh sindiran.

Azkia yang sudah ketakutan terus berjalan mundur hingga punggungnya membentur dinding dengan wajah pucat pasi waktu Ardan berjalan mendekatinya.

“ Mas….”

“ Le..pas…kan….”, ucap Azkia tersendat sendat.

Cengkeraman Ardan dileher Azkia semakin kuat hingga membuat gadis itu megap – megap kehilangan nafas.

Azkia memukul – mukul tangan Ardan dengan sisa kekuatan yang dia miliki sambil kedua matanya menatap penuh permohonan agar suaminya itu melepaskan cengkeraman tangannya.

“ Jangan pernah kamu ucapkan kata perceraian dari mulut kotormu jika tak ingin aku membunuh papa mu dalam sekejap mata….”, ucap Ardan penuh amarah.

Melihat wajah Azkia mulai membiru, Ardan yang tak ingin istrinya mati sebelum semua dendamnya terbalaskan berangsur mulai mengendorkan cengekeramannya.

Azkia berusaha untuk mengambil oksigen sebanyak – banyaknya begitu cengkeraman tangan Ardan dilehernya mulai melemah.

Melihat Ardan lengah, Azkia pun segera meninggalkan ruangan dengan cepat sebelum suaminya itu bertindak kasar lagi.

“ Dia benar – benar iblis….”, guman Azkia berlari ketakutan.

Didalam ruangan, Ardan menghancurkan semua barang yang bisa dia raih dengan tangannya hingga hancur berkeping – keping.

Setiap kali menatap wajah cantik Azkia, suara Ardi yang lemah dan putus asa kembali terekam jelas didalam kepalanya hingga membuat kebencian terhadap istrinya semakin besar.

“ Aku tak akan pernah menceraikanmu Azkia Hafsah….”

“ Meski kamu bersujud dan menangis darah dihadapanku….”, geram Ardan penuh amarah.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!