“Hay Luna, bagaimana kabarmu?”
Seorang gadis berambut abu-abu gelap menoleh ke asal suara, dia tersenyum cerah. “Nona Saintess.” Gadis yang dipanggil Luna itu berjalan cepat ke arah sang Saintess, Emily. “Bagaimana kabar Nona Saintess?? Saya sangat merindukan Anda!”
Emily tertawa kecil. “Aku juga merindukanmu, Luna. Sudah satu tahun kita bersama, aku sudah menganggapmu seperti keluargaku sendiri.”
“Saya juga! Saya sangat senang bisa memiliki Nona Saintess di hidup saya,” kata Luna penuh semangat. “Ah iya, Tuan Uskup agung meminta Anda untuk segera menemui beliau.”
“Ah, begitu ya. Melelahkan juga sih. Tapi yasudahlah, aku akan segera menemuinya. Kau juga istirahatlah.”
“Iya, saya akan istirahat setelah membantu orang-orang di dapur.
“Kalau begitu aku pergi dulu.” Emily melambaikan tangannya sambil berjalan menjauh.
Luna balas melambai dengan senyuman manis. ‘Pergilah, Emily. Pergilah, semakin jauh kau pergi. Itu akan semakin baik.’
(✯✯✧✯✯)
“Iya, benar. Setelah itu masukkan air sampai mendidih dan pecahkan rempah-rempah. Setelah semuanya selesai, aduk hingga tercampur rata. Benar, seperti itu.”
“Terima kasih, Luna. Berkat kedatanganmu, kami jadi banyak terbantu di dapur,” kata kepala koki.
“Tidak sampai sebegitunya, kok. Aku juga banyak terbantu berkat kalian.” Luna tersenyum manis, dia menunduk dengan senyum sendu. “Kalau bukan karena Nona Saintess yang mau menampungku, mungkin aku sudah mati kelaparan di jalanan. Dan berkat beliau, aku bisa bertemu kalian semua, aku sa~ngat senang.”
“Kami juga senang bertemu kau, soalnya kau itu baik dan tau banyak soal masak-memasak.”
“Aku tidak sehebat itu kok.” Luna menutup mulutnya sembari terkekeh. “Semuanya berkat Nona Saintess yang mau meminjamkan buku masakannya.”
“Wah, beruntung--”
“Luna.”
Luna dan yang lainnya menoleh ke asal suara, Luna menatap polos wanita yang 1 tahun lebih tua darinya. “Apa kak Christy? Apa kakak memerlukan bantuanku?”
“Jangan memanggilku kakak!” jelas wanita bernama Christy itu dengan nada datar. “Kardinal memintamu untuk ke gunung dan memetik rumput abadi.”
“Tapi bukankah rumput abadi sulit ditemukan?? Terlebih lagi, di atas gunung adalah tempat tinggal klan serigala! Apa kau sengaja menjebak Luna??” tanya Ariana(kepala koki) sarkas, dia bersedekap dada dan menatap dingin Christy.
“Hanya karena kau seorang kepala koki, bukan berarti kau bisa menuduhku seenaknya!” Christy balas menatap tajam. “Jika kau keberatan, keluhkan saja pada Kardinal!”
“Kau!”
“Sudah, sudah. Aku akan segera ke gunung untuk mencarinya,” lerai Luna.
“Tapi di gunung sangat berbahaya! Apalagi klan serigala itu sangat agresif, jika kau sendirian...”
“Aku akan baik-baik saja, Kak Ariana. Kau tidak perlu khawatir.” Luna menoleh ke arah Christy dengan senyum manis. “Tolong jangan beritahu katedral soal pertengkaran ini, karena Kak Christy juga bisa dihukum.”
“Hng!” Christy berbalik dan berjalan pergi dengan acuh tak acuh, dia diam-diam menyeringai. ‘Lihat saja, setelah masuk ke kawasan serigala-serigala itu, kau tidak akan bisa keluar lagi!’
“Luna, kau itu terlalu lembut, kau tidak boleh membiarkan orang lain menginjak-injakmu!”
“Aku baik-baik saja, Kak. Lagipula, ini perintah Katedral, jika tidak kupatuhi. Mungkin kalian juga akan kena imbasnya, lagipula. Sangat jarang klan serigala muncul di siang hari, jadi kakak-kakak tidak perlu khawatir.”
“Ya... tapi tetap saja, berbahaya untuk naik gunung sendirian. Selain jalannya yang--”
“Aku akan baik-baik saja, kak Ariana~ kakak hanya terlalu khawatir berlebihan, aku akan pastikan untuk pulang sebelum matahari terbenam, jadi kakak tidak perlu khawatir.”
Ariana mengangguk dengan ragu-ragu. “Kalau begitu berhati-hatilah, aku tidak ingin kau terluka!”
Luna tersenyum manis.
(✯✯✧✯✯)
‘Dia berusaha membuatku masuk ke sarang musuh ya, fufufu. Kau begitu polos dan naif, Christy.’ Luna berhenti berjalan, dia menatap sepuluh ekor serigala bertubuh besar di hadapannya. ‘Hanya mereka? Cih, aku pikir aku bisa memberikan maka phoeku, sepertinya tidak akan bisa.’
“Siapa kau! Beraninya manusia datang ke kawasan kami!” kata salah seorang serigala yang tiba-tiba berubah jadi pria tampan dengan telinga serigala yang tampak imut.
“Oh, kalian tidak mengenalku ya?” Luna menatap datar. “Sepertinya aku perlu menghancurkan otak kalian dulu dan mengubahnya jadi otak mainan.”
“Kau! Jangan menghina kami! Setelah masuk ke kawasan kami, kau tidak akan bisa keluar lagi!”
“Kawasan?” Luna tertawa terbahak-bahak hingga perutnya terasa keram, dia mengusap setetes air matanya dengan sebelah tangan memegang perut. Luna kembali menatap datar mereka. “Oy, serigala bodoh,” katanya dengan penuh penekanan. “Kau pikir, siapa yang membuatmu tetap hidup hah??”
“Kau! Apa yang kau katakan?!”
Luna berdecak. “Panggil Clay kemari!”
“Jaga sikapmu! Beraninya kau memanggil pemimpin kami seperti itu!!” kata serigala itu marah.
“Ah, kalian menyebalkan sekali! Kenapa kalian tidak berhenti berteriak? Cih, saking menyebalkan. Aku ingin menghisap darah kalian sampai kering, dasar sialan!”
“Menghisap? Jangan-jangan, kau dari klan Vampir?!”
”Oh, kau akhirnya sadar ya. Kenapa lama sekali? Dasar bodoh!”
“Jangan berani-beraninya kau melangkahkan kaki kotormu itu kemari!!” kata serigala itu semakin marah.
“Hah? Apa yang--”
“Kalian pikir, hanya karena kalian dari klan Vampir. Kalian bisa bertindak seenaknya?! Cukup Nona Luna saja yang boleh memasuki kawasan ini!”
“Aku--”
“Segeralah pergi atau kami akan membunuhmu!” Pria itu berubah kembali ke bentuk aslinya, dia mengaum keras dan membuat 9 serigala lainnya ikut mengaum.
‘Apa maksudnya? Jangan-jangan ada yang menyamar menjadi aku dan memasuki kawasan serigala bodoh ini? Huh, beraninya dia! Lihat saja nanti, aku pasti akan membuatnya menyesal karena berpura-pura menjadi aku!’
“Segeralah pergi sebelum kesabaran kami habis!”
“Kalian ini!!” Luna mengepalkan tangannya menahan amarah. “Kalian--”
“Berani sekali kau membuat keributan di kawasan yang kujaga!”
Luna mengerutkan keningnya, para serigala segera memberi jalan ke seorang wanita cantik berambut cokelat.
Wanita itu tampak seumuran dengan Luna dengan sepasang mata merah darah yang tampak menyala.
“Siapa kau?”
“Aku adalah Luna, Luna Courn! Jika kau tidak ingin mati, segeralah pergi dari kawasan ini!” kata wanita itu.
“Huh, pergi? Dalam mimpimu!”
“Beraninya kau menolak perintahku! Sepertinya kau benar-benar ingin mati!”
“Mati?” Luna berdecak, dia menatap dingin wanita itu. Luna mengangkat sebelah tangannya, dia menjentikkan jarinya.
Tiba-tiba saja, muncul Phoenix api berukuran amat besar di belakang Luna.
Gadis itu bersedekap dada saat melihat wanita peniru itu ketakutan.
“Kau ingin mengatakan apa lagi? Peniru.”
“Lihat, itu Phoenix milik Nona Luna!”
“Tapi kenapa bisa ada bersama gadis itu?”
“Kalian bodoh ya?!” teriak Luna emosi, dia meletakkan tangannya di atas dada. “Akulah Luna yang asli! Dia hanyalah peniru yang mencoba membohongi kalian!”
“Apa? Nona Luna yang asli?”
“Tapi bagaimana bisa ada dua Nona Luna?”
“Salah satu dari mereka itu peniru, tapi siapa Nona Luna yang asli?”
“Ha-hahahaha.”
(✯✯✧✯✯)
Tamat...
Ga bercanda! Baru juga satu episode, masa udah tamat aja. Ya kan?
...
Mimin ga tau mau nulis apa lagi, jadi skip bagian ini aja and... Se you next chapter 👋
oh iya, sedikit pemberitahuan. Mimin cuma update 3× dalam seminggu ya😉
“Ha-hahahaha!”
Luna menatap bingung wanita di depannya.
“Bisa-bisanya kau menggunakan sihir dan menyulap hewan bodoh itu! Hey, Luna palsu. Kau itu tidak bisa membuktikan apapun dengan hewan sialan itu! Jika kau benar-benar Luna yang asli, kenapa kau tidak menunjukkan wujud aslimu?” tantang wanita itu.
“Untuk apa? Aku juga tidak akan mendapat keuntungan apapun.”
“Bukan tidak mendapat keuntungan, tapi kau bisa membuktikan kalau kau itu Luna yang asli. Ah, apa jangan-jangan, kau takut karena tidak bisa meniru aku?” tanya wanita itu sembari menutup mulutnya pura-pura terkejut, padahal tatapannya jelas-jelas memandang rendah Luna.
“Daripada merendahkanku, bagaimana kalau kau yang duluan berubah menjadi Luna?”
“Kau! Bilang saja kalau kau ingin meniruku kan!” kata wanita itu sedikit berkeringat.
“Meniru? Aku tidak ada waktu untuk itu! Serahkan dirimu saat aku masih bersikap baik, karena ketika malam tiba. Maka kau bisa saja kuhabisi loh, peniruku,” tekan Luna di akhir kalimatnya, dia melirik langit yang mulai berwarna oranye.
“Huh, mencoba mengancamku? Kau terlalu lemah!”
“Fufufu, lemah? Kita lihat saja nanti, siapa yang lemah dan... siapa Luna yang asli.” Luna mengangkat dagunya tinggi, dia menatap remeh wanita di hadapannya. ‘Mencoba menyamar menjadi aku? Kau tidak layak!’
Keringat wanita itu semakin bercucuran, dia selalu sesekali melirik ke arah langit. ‘Jika dia benar Nona Luna bagaimana? Aku pasti akan dihabisi! Tidak, tunggu! Tidak mungkin Nona Luna akan ke kawasan ini sendirian.’ Wanita itu tersenyum penuh kemenangan meski masih ada rasa ragu di hatinya. ‘Aku yakin gadis ini hanya menggertak saja!’
“Tik, tok, tik, tok,” kata Luna berulang kali, dia menunjuk ke langit. “Waktu terus berjalan loh, aku tidak perduli kau dari klan mana. Tapi jika berani meniruku maka kau harus mati.”
“Ha-berhenti mengancamku, sialan! Kau pikir, kau siapa berani-beraninya mengancamku dengan hewan sialanmu itu!”
“Aku tidak mengancammu, bodoh! Aku hanya memberi peringatan, karena waktu terus berjalan.”
“Hng, ancaman pura-puramu--”
“Apa yang terjadi di sini?? Beraninya kalian membuat kekacauan di kawasanku!”
Semua orang menoleh ke asal suara kecuali Luna, gadis itu malah bersedekap dada dengan sebelah tangan mengusap Phoe (Phoenix).
“Tuan Clay.”
Para serigala itu langsung menjadi manusia dan berlutut dengan sebelah kaki sebagai tumpuan, mereka menunduk.
‘T-tuan Clay?!’ Wanita itu menatap kaget.
“Ada keributan apa ini?” Pria itu tampak berumur 23 tahun padahal umurnya sendiri sudah lebih dari seratus tahun.
“Tuan Clay, ada orang lain yang menyamar jadi Nona Luna.”
“Menyamar jadi Nona Luna?? Beraninya orang itu! Siapa dia?!”
Pria tadi menunjuk ke arah Luna yang tampak santai sambil mengusap Phoe.
Luna yang menyadari dirinya di tatap segera menoleh dengan senyum manis. “Ah, Clay. Sudah lama tidak bertemu, kau baik-baik saja?”
Mata Clay terbelalak kaget, dia langsung berlutut dengan sebelah kaki sebagai tumpuan. “Nona Luna!”
“A-apa??” tanya mereka kaget, mereka menatap Luna yang kembali menoleh ke arah Phoe sambil mengusap sang Phoenix api.
Sementara wanita yang menyamar jadi Luna langsung mundur ketakutan. ‘N-nona Luna?! Jadi dia benar-benar Nona Luna!’
“Kenapa Anda tidak memberitahu kami jika Anda ingin berkunjung? Kami bisa menyiapkan segalanya untuk Anda--”
“Hahaha, kau tidak perlu sekaku itu. Clay, aku hanya kebetulan berkunjung karena memerlukan sesuatu.”
“Ya! Apa itu Nona? Jika kami bisa membantu, kami akan membantu sekuat tenaga kami!”
“Ah, sebelum itu. Aku ingin meminta penjelasan.” Luna menoleh ke arah wanita yang ingin melarikan diri, raut wajahnya berubah datar. “Kenapa bisa dia menyamar sebagai aku dengan tak tahu malunya?? Terlebih lagi, para anak buahmu itu...”
“Maafkan saya, Nona. Saya tidak mendidik mereka dengan baik! Saya akan menerima hukuman apapun dari Anda, dan soal wanita itu.” Clay melirik wanita itu sekilas. “Anda bisa melakukan apapun padanya.”
“A-apa?? Tunggu, aku--”
“Wah, kau baik sekali,” kata Luna dengan senyum cerah, dia mengangkat sebelah tangannya. “Phoe, sepertinya ada cemilan ringan untukmu.”
“T-tidak! Aku...” Wanita itu jatuh terduduk dengan raut cemas sekaligus takut setengah mati.
Phoe sedikit menunduk dan membuat Luna mengusap kepalanya, setelah itu. Phoe terbang ke arah wanita itu dan memakannya sampai tak tersisa.
“Kerja bagus, Phoe. Apa cemilannya enak?” tanya Luna saat Phoe kembali padanya, Phoenix itu hanya menganggukkan kepalanya. Dia melirik Para serigala itu tajam.
“Yang itu tidak boleh! Mereka klan serigala dan sebagai Putri pemimpin Klan Vampir, aku tidak akan membiarkanmu memakan klan lain sesukamu!”
Phoe menurut, dia menundukkan kepalanya dan membuat Luna tersenyum cerah. Dengan wajah menahan gemas, dia mengusap kepala Phoe.
“Anak baikku. Ah iya, aku hampir lupa,” Luna memukul kepalanya pelan, dia menoleh ke arah Clay. “Aku dengar ada rumput abadi yang baru kalian petik, apa kalian bisa memberikanku beberapa? Hanya 2 saja cukup.”
“Apa maksud Anda, Nona?? Semua yang ada di kawasan ini adalah milik Anda, bahkan jika Anda meminta semua rumput abadi itu. Saya akan langsung memberikannya dengan senang hati.”
“Tidak perlu, aku hanya meminta 2 rumput abadi. Jika para manusia itu tau aku mendapat banyak, maka identitasku akan dicurigai.”
“Ternyata begitu, saya mengerti. Saya akan segera menyiapkannya untuk Anda, silahkan masuk dan beristirahat sebentar.”
“Tidak perlu,” tolak Luna. “Sebentar lagi malam dan aku harus segera kembali, bawakan saja rumput abadi itu sekarang.”
“Saya mengerti.” Clay melirik ke anak buahnya, dia memberi kode dan membuat pria itu segera berlari pergi untuk mengambil rumput abadi.”
✯✯✧✯✯
“Luna, apa kau baik-baik saja? Kenapa kau baru kembali sementara hari sudah malam?” tanya Ariana sambil menghampiri Luna, dia mengecek keadaan gadis itu sebelum menghela napas lega.
“Maafkan aku kak, rumput abadi ini sangat sulit dicari. Bahkan setelah mencarinya selama setengah hari, aku hanya bisa menemukan dua saja.” Luna menatap keranjangnya dengan tatapan sedih.
“Itu bukan apa-apa, aku bersyukur karena kau tidak terluka. Lain kali jangan pulang malam dan membuatku khawatir, di malam hari. Para Vampir berinteraksi dan menghabisi manusia-manusia yang berada di luar, bahkan iblis pun sama. Kedua ras itu takut terhadap sinar matahari dan hanya bergerak di malam hari.”
Luna menganggukkan kepalanya mengerti. “Lalu apa Vampir dan Iblis tidak bisa masuk ke rumah?”
Ariana terdiam sesaat, tatapannya sangat sulit dijelaskan. “Tidak, Vampir dan Iblis bisa masuk ke dalam rumah. Mereka memangsa manusia yang tak bersalah dan pergi tanpa rasa kasihan ataupun rasa bersalah sedikitpun.” Dia mengepalkan tangannya. “Kedua klan itu... sangat menjijikkan!”
“Iya, aku pun berpikir sama.” Luna mengangguk setuju. “Para Vampir menghabisi manusia sesuka hati, padahal mereka bisa membeli darah dari orang miskin atau meminum darah hewan. Tapi mereka tidak berbelas kasih sama sekali. Mereka semua itu, tidak pantas dibiarkan hidup!”
(✯✯✧✯✯)
“Terima kasih sudah mengizinkanku untuk mengambil cuti selama tiga hari, Nona Saintess.”
“Tidak apa-apa, Luna.” Emily tersenyum. “Aku tau kau pasti bosan dengan pekerjaan yang selalu sama, jadi berisitirahatlah dan tenangkan pikiranmu. Soal Cristy, jangan memasukkan ucapannya dalam hati ya, dia memang orang yang suka curigaan. Dia itu sebenarnya pelayan Kardinal, makanya dia selalu curiga dengan orang-orang baru. Meski sebenarnya kau sudah tinggal di sini selama setahun lebih.”
Luna terkekeh kecil. “Saya mengerti dengan perasaan Kak Cristy, dia sangat menyayangi Nona dan ingin melindungi Nona dengan segenap jiwanya. Itu sebabnya dia bersikap begitu, saya sangat mengerti, jadi Nona tidak perlu tidak enakan begitu.”
“Terima kasih, aku senang bisa berteman dengan orang sebaik kau.”
“Anda terlalu berlebihan, Nona,” kata Luna tidak enak. “Ah, sepertinya sudah mulai siang. Saya akan pergi, saya akan segera kembali tiga hari lagi.”
“Iya, berhati-hatilah di jalan.” Emily melambaikan tangannya.
✯✯✧✯✯
“Selamat datang kembali, Nona Luna.”
Beberapa pelayan wanita dan pelayan pria membungkuk hormat di dalam mansion.
Luna tak mempedulikan mereka sama sekali, dia celingak-celinguk mencari seseorang. “Di mana Ayahanda?”
“Tuan besar sedang berada di ruang kerjanya, Nona.”
Luna hanya ber-oh ria, dia berjalan pergi menaiki tangga.
“Apa kami perlu membawakan sesuatu?” tanya seorang pelayan memberanikan diri.
“Siapkan makanan ringan untuk Phoe, dia sudah lama tidak mendapat makanan lezat dan aku membutuhkan darahnya. Jadi siapkan secepat mungkin.”
“Saya mengerti, saya akan menyiapkannya secepat mungkin.”
Luna berjalan menaiki tangga dengan acuh tak acuh. ‘Sudah 1 tahun.. untungnya tidak ada yang berubah dari kediaman ini, hanya saja...’ Dia menyeringai. ‘Sepertinya kedua saudaraku itu mulai mencari kesenangan sendiri, yah terserah saja sih. Asal mereka tidak menganggu makananku.’ Rautnya berubah datar. ‘Kalau kalian berani menyentuh makanan yang kuawetkan, maka kalian akan habis dengan tanganku sendiri!’ Luna tersenyum, dia meregangkan otot bahunya. “Ah~ melelahkan sekali.”
✯✯✧✯✯
“Maaf mengganggu Anda, Nona Luna. Tapi Tuan Besar ingin Anda segera menemuinya,” kata seorang Pelayan disertai ketukan pintu.
Luna yang tengah bermalas-malasan di atas kasurnya menoleh, dia berdecak dan berguling-guling. “Beritahu pada Ayahanda, aku sangat kelelahan dan sedang tertidur sekarang.”
“Tapi.. Tuan Besar ingin Anda bertemu dengan Tuan Muda Charles dan Tuan Muda Alester.”
Luna langsung bangun dari tidurnya, dia menatap ke arah pintu. “Kedua orang itu juga ada di ruangan Ayahanda?”
“Benar, Nona.”
Luna terdiam sesaat, dia tampak menimbang-nimbang keputusannya. Tidak berselang lama, seringai misterius terbit di wajahnya. “Aku akan segera menemui Ayahanda.”
✯✯✧✯✯
Pelayan yang berjalan beriringan dengan Luna mengetuk sebuah pintu besar dengan ukiran aneh, lorong di belakang keduanya tampak suram. “Tuan Besar, Nona Luna ada di sini.”
Awalnya, tidak ada balasan. Namun sedetik kemudian, terdengar suara dari dalam. “Bawa dia masuk.”
Pelayan itu membuka pintu dan mempersilahkan Luna masuk sebelum kembali menutup pintu.
Dengan ogah-ogahan, Luna melangkah maju dan menatap tiga pria tampan yang terlihat hampir seumuran. Dia berhenti di depan pria yang tengah duduk di balik meja dengan berkas menumpuk.
“Di mana sopan santunmu!” kata seorang pria merah maron dengan sedikit membentak, dia Charles Courn. Kakak kedua Luna.
“Hentikan, Charles. Kau tidak boleh membentak adikmu,” kata pria yang berada di balik meja, dia Ayah ketiga kakak-beradik itu. Alverd Courn(Pemimpin klan Vampir).
Sementara pria yang duduk di sebelah Charles hanya melirik sebentar sebelum kembali menutup mata sembari bersedekap dada, Alester Courn. Kakak tertua.
Charles tidak bisa membantah, dia hanya bisa berdecak sambil membuang muka ke arah lain.
“Ayahanda, ada apa memanggil Luna kemari?” tanya Luna dengan senyuman manis.
“Duduklah Luna.”
Luna duduk di sofa tunggal berhadapan langsung dengan kedua kakaknya.
“Ayah mengumpulkan kalian berdua kemari untuk memutuskan siapa yang akan menjadi penerus Ayah di masa depan.”
Alester membuka matanya, dia menatap sang Ayah sama seperti Charles. Sementara Luna, gadis itu tampak sibuk dengan dunianya sendiri.
“Ayahanda, bukankah Ayahanda sudah setuju untuk menjadikan Kak Alester sebagai pewaris?” tanya Charles kebingungan.
“Ya, aku memang menunjuk Alester sebagai calon pemimpin menggantikanku, tapi. Setelah aku berunding dengan para tertua klan Vampir. Mereka setuju untuk mengubah Calon pemimpin menjadi Luna.”
“Apa??” tanya Charles dan Alester bersamaan.
Luna pun tampak terkejut meski tak mengeluarkan sepatah katapun, dia menatap Alverd datar. ‘Kenapa Ayahanda tiba-tiba menjadikanku calon pemimpin? Dia tau kalau aku benci posisi itu.’ Luna memicingkan matanya. ‘Lalu kenapa Ayahanda--’
“Ini tidak adil Ayahanda!” Alester berdiri dari duduknya, dia menunjuk Luna. “Bagaimana bisa gadis tengik itu menggantikanku menjadi Calon pemimpin! Aku tidak terima ini!”
“Hey, aku juga tidak mau posisi ini,” kata Luna dengan raut dingin, dia berdiri dari duduknya dan menatap Alverd. “Maaf, Ayahanda. Tapi aku tidak bisa menerima posisi ini, Ayahanda tau aku benci posisi ini. Jadi maaf karena aku tidak bisa menerimanya.”
Alverd memijat pelipisnya. “Luna, Ayah tau apa maksudmu. Tapi ini keputusan dari pada Tetua, Ayah tidak bisa membantah dan kau pun sama.”
Luna menatap datar, dia berbalik dan berjalan keluar dengan kesal. Luna membuka pintu dan membantingnya dengan keras.
“Ayahanda, aku-”
“Cukup, Alester!!” sela Alverd tegas, dia memijat pelipisnya dan membuat suasana menjadi sunyi. Tidak sampai satu menit, Alverd menghela napas. “Kalian keluarlah.”
“Tapi--”
“Ayo kak, percuma memberitahu Ayahanda,” sela Charles sambil menarik tangan Alester.
Saat tersisa Alverd, pria itu tampak menghela napas. ‘Bagaimana aku harus menjelaskannya pada kalian??’ Dia mengusap wajahnya kasar. ‘Tahta pemimpin ini bukanlah milik Ayah, dan jika Ayah memberikan tahta ini pada kalian, maka Ayah akan berlaku tidak adil pada Luna. Karena sejak awal, tahta ini adalah milik Luna.’
✯✯✧✯✯
“Luna!”
Luna yang tengah meminum teh meletakkan cangkir di atas meja dan menoleh ke arah Alester yang berjalan ke arahnya dengan raut penuh amarah, dia tersenyum. “Ah, rupanya kakakku tersayang. Apa kau perlu sesuatu?”
Alester berdiri di sampingnya dan menatapnya penuh kebencian. “Beraninya kau mencoba mengambil identitasku sebagai pemimpin selanjutnya!”
“Ng? Mengambil identitasmu?” Luna tertawa kecil, dia menatap Alester penuh hina. “Sejak kapan aku menginginkannya? Bukankah itu keinginan Ayahanda dan para Tetua?” Dia berdiri dari duduknya dan menatap remeh Alester. “Coba tebak, kenapa aku yang dipilih sebagai calon pemimpin?? Itu karena aku lebih kuat darimu.” Luna mendekat dan berbisik. “Jika kau ingin mendapatkan identitas itu lagi, maka kalahkan aku.” Dia menjauh. “Ah, tapi.. mustahil untukmu mengalahkanku, jika bukan karena sihirku. Kau pasti tidak akan bisa berjalan keluar di sekitar kediaman, benar kan?” Luna menutup mulutnya dengan senyum miring. “Jika kau benar-benar ingin mengalahkanku, maka kau seharusnya bisa bertahan di bawah sinar matahari. Bo~doh.”
(✯✯✧✯✯)
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!