NovelToon NovelToon

ISTANA PASIR

Bab 1 Gagal cuti

Seorang gadis manis, terlihat terburu-buru keluar dari pusat perbelanjaan.

Dengan rambut hitam lebat yang diikat tinggi bagai ekor kuda, hingga akan berayun kekanan dan kekiri ketika ia berjalan.

Dia melangkah cepat menuju parkiran, menghampiri sepeda motor matic hijau muda, menggantung kantong belanjaannya, serta memakai helm dan segera memacu kendaraannya dengan laju.

Dia adalah Raisya putri yang kerap disapa Ica,

Gadis muda, berusia 25 tahun hanya lulusan SMA, bertubuh tidak terlalu tinggi, berkulit putih bening, berwajah bulat oval, dengan dua lesung pipi yang akan menambah manis wajahnya jika ia tersenyum.

Meski hanya lulusan SMA, namun Ica pandai bergaul, cerdas, pintar dan memiliki pengetahuan yang luar biasa, hal itu yang membuat Ica bisa diterima bekerja disebuah Kantor penerbit terkemuka di Kotanya.

Tepat didepan sebuah pagar rumah semi permanen, dengan tembok bernuansa putih, motornya berhenti, setengah berlari, ia masuk sembari menenteng belanjaannya.

"Loh... Ica?? Kok buru-buru? Ada apa??

Tanya Mama Sarah heran.

"Iya Ma... Ica ditelpon Pak Leo, disuruh kekantor sekarang!"

Jawab Ica sambil berlari masuk kamar.

Mama Sarah menyusulnya, masuk kekamar.

"Bukannya Kamu ambil cuti ya sampai 3 hari kedepan?"

"Iya sich... Tapi katanya ada meeting dadakan buat event yang dimajuin Ma,,"

Ica menjawab, sembari membenarkan kerah blazernya.

Ica bergegas, meraih tas dan segera memasukkan laptop beserta flashdisk yang tergeletak diatas meja.

Ica adalah seorang pekerja keras dikantornya, statusnya sebagai salah satu staf marketing communication membuat ia selalu super sibuk setiap hari.

"Selamat siang Ibu Ica..!!!"

Sapa seorang security kantor ketika Ica tiba di depan sebuah gedung tiga lantai yang bernuansa abu-abu.

"Selamat siang juga Pak Daus....."

"Gak jadi cuti Bu?"

"Huh... Banyak yang rindu sama Saya Pak..hehheheh"

Dikantor, Ica dikenal sangat ramah, periang, dan supel dalam bergaul terhadap siapapun.

Tak ada yang tak kenal dengan sosok Ica, mulai dari Ob, Security, seluruh staf, hingga semua jajaran Atasan mengenal Ica.

Ica melangkah cepat, menuju lantai dua, tempat dimana kehadirannya saat ini sedang ditunggu-tunggu.

"Siang Pak Boss!!"

Sapa Ica ketika tiba didepan pintu ruangan Pak Leo, Sang Kepala Staf marketing.

"Nah...Ini nich, Miss Event kita, Sini ca....Masuk!"

Panggil Pak Leo sumringah.

Bisa dibilang, Ica adalah jantungnya disetiap Event pameran yg biasa diadakan kantornya.

"Maaf ya Ca... kamu jadi batal cuti, tapi Saya janji, selesai Event, Saya akan kasih kamu cuti satu minggu, plus lagi bonus akan saya cairkan!"

Bisik Pak Leo didekat telinga Ica.

"Siap Pak...!"

Ica mengacungkan dua jempolnya kearah Pak Leo.

Meeting selama 3 jam berjalan lancar sesuai harapan, mulai dari Promosi, pemilihan produk, Gimmick, hingga pemilihan kostum SPG Event semua atas ide dari Ica, dan boleh dibilang tak pernah ada Even yang tak sukses ditangan Ica.

Satu persatu meninggalkan ruangan termasuk Pak Leo,

"Ica, belum mau pulang?"

Tanya Pak Leo ketika melintasi ruang kerja Ica dan melihat Ica masih duduk santai memainkan ponsel.

"Eh... Belum Pak.. masih ada yang ditunggu"

Jawab Ica.

"Oke Ca... Saya duluan ya.. sampai ketemu besok!"

"Oke Pak!!"

Setelah Pak Leo berlalu, perhatian Ica kembali pada ponselnya.

Sebuah pesan ia kirimkan.

"Aku sedang rindu.... kita ketemu??"

Hanya berselang beberapa detik dari pesan yang ia kirim, ponselnya berdering, sebuah panggilan masuk.

Seketika senyumnya tersungging manis menampakkan dua lesung pipi.

"Halo pacar...."

Sapa manis Ica pada seseorang yang sedang menelponnya.

Dia adalah Bayu pradipta, kekasih yang merupakan cinta pertamanya.

"Iya sayang... Aku juga rindu, Kamu dimana? biar Aku samperin kamu ya...!"

Balas Bayu.

"Aku lagi dikantor, Ehm.... Kita ketemu di kafe bulan ya... setengah jam lagi Aku sampe"

"Loh... Bukannya kamu cuti ya?? kok dikantor??''

"Iya, awalnya tapi gak jadi diundur selesai pameran katanya"

"Kok bisa??"

"Nanti aja ceritanya ya... Aku udah mau otw"

"Oh...Oke..Oke.. Hati-hati ya sayang..."

Ica segera bergegas setelah mematikan panggilan.

"Ibu Ica sudah mau pulang?"

Tanya Prapto, Ob kantor yang bersiap didepan ruangan Ica membawa seperangkat alat buat bersih-bersih.

"Oh..Iya Mas, ini juga sudah mau pulang, mau beres-beres ya?"

Ica beranjak dari kursinya, meninggalkan ruangan itu dengan tersenyum kearah Prapto.

Prapto mengangguk, dan bergegas masuk.

Ica melangkah cepat menuju parkiran kantor,

"Pulang ya Pak.....!"

Seru Ica, sembari melambaikan tangan kearah Pos security.

Motornya melaju cepat meninggalkan Kantor.

"Duaarrr...!!!"

Ujar Ica, menepak punggung bidang seorang pria yang tengah duduk diatas sepeda motor yang terparkir di halaman kafe bulan.

"Allahu akbar!! Ya Allah sayang, kaget Aku..."

Ujar Seorang Pria dengan seragam kerja, bertubuh tinggi, dengan rambut pekat tanpa pomade, beralis tebal, dan hidung mancung, berkulit agak gelap.

Bayu merupakan Seorang sales di perusahaan minuman.

Sikapnya yang lembut, penyayang dan penuh perhatian yang membuat Ica betah bertahun-tahun menjalin kasih dengannya, hampir 10 tahun mereka menjadi sepasang kekasih sejak mereka masih sama-sama di bangku SMP.

"Kenapa gak masuk pacarku?"

Tanya Ica manja.

"Sengaja nungguin kamu sayang...."

Bayu mengelus pipi chaby milik Ica.

Bayu kemudian meraih tangan Ica, mereka berdua bergandeng mesra masuk ke kafe Bulan.

Setelah memesan makanan dan minuman,

"Oh iya sayang, cerita donk... Kok kamu bisa gak jadi cuti??"

"Ehmm... Itu,, jadi ternyata Event pameran yang akan diadain kantor dimajuin awal bulan ini, itu loh...yang pernah Aku ceritain, kamu masih ingatkan??

"Oh.. yang kata kamu event besar itu ya??"

"Yup...Betul sekali sayang.... Makanya Pak Leo nyuruh Aku handle semua"

Ica menyesap jus sirsak pesanannya yang baru saja diantar pelayan kafe.

"Ehm... Emangnya kalau bukan kamu yang pegang, gak ada orang lain yang bisa ya sayang?"

Bayu mengaduk jus alpukat di depannya dan menyeruputnya dalam-dalam.

"Ya, sebenarnya ada juga sih...hahha..tapi mungkin gak sehebat Aku.."

Ica menepuk dada sembari memainkan alis matanya, menggoda Bayu.

Bayu yang melihat tingkah kekasihnya tak tahan untuk mencubit pipi chaby Ica dengan gemas.

"Ehm...Kamu gimana kuliahnya yang?"

Kali ini gantian Ica yang bertanya sembari menyuapkan kentang goreng ke mulut Bayu.

"Alhamdulillah.. lancar sayang.. kamu terus doain Aku ya, semoga Aku selalu bisa ngatur waktu antara kuliah, kerja dan kamu sayang.."

Bayu mengusap punggung tangan Ica dengan lembut.

Sementara Ica menatap lekat mata seorang laki-laki didepannya, yang saat ini tengah berjuang demi masa depannya kelak.

"Aku selalu membawa kamu disetiap doaku sayang..."

Bayu pradipta, yang dikenal sebagai seorang sales juga saat ini tercatat sebagai salah satu mahasiswa fakultas Ekonomi disebuah Universitas swasta dikotanya,, Sengaja mencari universitas yang bisa sambil kerja adalah pilihannya sejak pertama kali bertekad untuk menjadi tulang punggung keluarga sejak Ayahnya meninggalkan mereka sewaktu Bayu masih di bangku SMA.

Bayu selalu berharap, dengan gelar sarjana yang kelak ia dapat bisa merubah posisinya dari seorang Sales menjadi lebih baik, agar kelak jika menikah dengan Ica, maka Ica bisa hidup layak dan ia bisa membahagiakan Ica secara lahir maupun batin.

"Ehm... Sayang, besok Aku mau pergi ya...Ada tinjauan lokasi buat Event"

"Oke, jam berapa sayang...Besok Aku libur kerja, Aku juga gak kuliah, Aku antar kamu ya..."

"Ehmmm... Pengen sih... tapi gak perlu sayang,, Aku perginya sama Team..."

Ica menatap kekecewaan di wajah kekasihnya.

"Oh.. sama team, ehm... Brama ikut?"

Tanya Bayu cepat.

"Iya..."

Jawab Ica pelan.

Bersambung***

Bab 2 Keinginan keluarga

Ica tahu, bahwa Bayu tidak menyukai Brama.

Mendengar itu, seketika raut wajah Bayu berubah sendu.

Bayu tahu, Brama menyukai Ica sejak lama.

Selain pekerjaan yang sudah mapan Brama juga dekat dengan keluarga Ica, sikap Brama yang pandai mengambil hati keluarga Ica juga yang sangat membuat Bayu ketakutan, ia takut suatu saat nanti hati Ica akan berpaling pada Brama.

"Sayang kok melamun? kamu cemburu ya??"

Ica coba menerka pikiran Bayu.

Bayu mengangguk.

"Ica sayang... Aku takut"

Bayu memalingkan wajahnya, menahan segala rasa yang tengah mendera dihatinya.

"Takut, takut kenapa sayang?"

Ica menggenggam erat tangan kekasih didepannya.

Bayu kembali menatap Ica dengan tatapan penuh cinta dan rasa takut kehilangan yang sangat besar.

"Aku takut, lama-lama Brama akan merebut kamu dari ku"

Mendengar itu, Ica tersenyum.

"Gak akan sayang, itu gak akan pernah terjadi, rasa sayang Aku kekamu itu gak akan pernah berubah, dari dulu...sekarang dan nanti gak akan pernah berubah, posisi kamu dihatiku..gak akan pernah terganti.. kecuali jika kamu yang meninggalkanku lebih dulu, tapi itu tak akan pernah mungkinkan sayang??"

Mendengar penuturan Ica, Bayu mengelus pipi Ica sembari mengangguk.

"Makasih sayang..iya, itu tak akan mungkin terjadi...

Aku janji sama kamu, setelah kuliahku selesai, secepatnya Aku akan cari pekerjaan baru, dan secepatnya Aku akan lamar kamu"

...****************...

Malam hari, ketika tengah berkumpul diruang keluarga.

"Ante...kapan ngajakin Cika dalan-dalan lagi??"

Celoteh Cika, keponakan semata wayang Ica yang didengar Siska.

Siska merupakan Kakak perempuan Ica yang sudah beberapa hari ini berkunjung dan menginap dirumahnya, karena suaminya Dika sedang ada pekerjaan diluar kota.

"Cika... Ante Ica itu lagi sibuk, jangan digangguin donk.."

Siska menghampiri Cika yang tengah duduk memainkan kertas-kertas yang berserak dilantai.

Pemandangan yang biasa terjadi jika Ica sedang membawa pekerjaan kantornya pulang kerumah.

"Gak pa-pa Kak, ehm..Cika sayang... nanti ya, kalau Ante selesai pameran, cuti, terus bonus Ante keluar kita jalan-jalan ya, kita ajak Oom Bayu sekalian biar seru."

Ujar Ica sembari mencubit hidung keponakan kesayangannya itu.

"Ca, Kamu masih pacaran sama Bayu, kirain Kakak Kamu udah gak lagi... masih betah ya?"

Celetuk Siska.

"Hahahaha... Ya masihlah Kak, Aku sama Bayu baik-baik saja, jadi gak ada alasan untuk selesai"

Jawab Ica santai, sembari pandangan tak berpaling dari layar laptopnya.

"Ca, kenapa kamu gak coba buka hati buat Brama, Kakak lihat Dia suka loh sama kamu, dan Papa Mama juga sepertinya lebih setuju kamu sama Brama deh dibanding Bayu"

Siska merubah posisi duduknya, berpindah duduk di depan Adiknya, memandangi Ica yang masih sibuk dengan setumpuk pekerjaan di hadapannya.

"Ahh...Kakak, Ada-ada aja, ya gak mungkinlah Aku sama Brama Kak, Kami itu cuma temenan."

"Ica, Kamu pernah mikir gak, Brama itu masa depannya lebih baik dari si Bayu itu!"

Tiba-tiba Mama Sarah datang dan ikut nimbrung dalam percakapan Siska dan Ica, diikuti Papa Arif yang turut duduk disamping Mama Sarah.

"Mama kok ngomong gitu Ma, Bayu juga baik, yang terpenting Dia mencintai Ica, dan Ica juga mencintai Bayu."

Sela Ica.

"Mama sedang bicara masa depan Ica!! Bukan tentang sikap dan perasaan, hidup tak cukup hanya dengan sikap, dan hidup itu tak sekedar makan Cinta, karena pernikahan itu Butuh materi bukan cuma mengutamakan Perasaan!!"

Seloroh Mama Sarah panjang lebar, yang membuat suasana diruangan itu seketika berubah hening.

"Bayu masih kerja jadi Sales Ca?"

Tanya Papa Arif.

"Iya Pa Masih, setidaknya sampai kuliahnya selesai."

Jelas Ica.

"Nah... Apalagi seperti itu Ica, itu artinya akan masih sangat lama lagi menunggu Si Bayu itu akan berkata siap untuk melamar kamu!"

Celetuk Mama Sarah lagi.

"Ica gak keberatan kok Ma...Ica juga masih muda Ma, belum berpikir untuk menikah dalam waktu dekat"

Pembelaan diri Ica membuat suasana semakin panas.

"Ica!! 25 tahun itu bukan lagi usia muda, itu usia matang untuk menikah, jika harus menunggu 3 sampai 4 tahun lagi, bisa-bisa kamu dipanggil perawan tua!!, kamu mau?!"

Mama sarah mulai meninggikan suaranya dengan mata yang menyorot tajam, membuat Ica sedikit bergidik ngeri, mendapat tatapan amarah dari Mama Sarah.

"Kamu tahu, bulan lalu Brama bicara pada Mama, bahwa, Dia sudah siap melamar kamu jika kamu mau membuka hati untuknya."

Mama sarah Blak-blakan menyatakan bahwa ia sedang sangat berpihak pada Brama dibandingkan Bayu.

"Ma..please... Ica tidak mencintai Brama sedikitpun, apalagi sampai berpikir untuk menjadi Istrinya tidak sama sekali Ma..!"

Ica mulai merasa hatinya terhimpit,

"Ante mau menikah ya?? menikah itu altinya jadi penantin ya ante?? Cika mau donk jadi penantin kecilnya ya Ante.."

Celetuk Cika polos pada Ica yang mulai kesal pada keluarganya.

Melihat Ica yang menampakkan muka kesal, Siska buru-buru menjauhkan Cika dari Ica.

"Cika.. Yuk bobok sayang... udah malem"

Siska menggandeng Putrinya masuk kedalam kamar,

Suasana ruang keluarga sudah terasa mulai panas. Masing-masing Anggota keluarga sudah merasa tegang.

"Yahh...Bunda, Cika acih mau nonton Bunda...."

Rengek Cika.

"Besok lagi ya sayang..."

Siska menarik lembut tangan Cika menuju kamar.

Ica buru-buru menutup laptopnya dan membereskan semua peralatannya,

"Permisi Ma..!! Ica ngantuk, mau istirahat!"

Ica berlalu meninggalkan Mama sarah dan Papa Arif yang masih duduk termangu melihat sikap Ica dengan wajah menekuk.

"Anak jaman sekarang, begitu sikapnya kalau dibilangin! gak pernah mau dengerin orang tua!!

Gerutu Mama Sarah.

Sementara Papa Arif hanya menarik nafas panjang lalu menghembusnya perlahan.

Didalam kamar,

Ica menghempaskan tubuhnya kasar diatas tempat tidur.

Ica tidak pernah menyangka, bahwa Mama Sarah serius dengan ucapan-ucapannya selama ini, yang dianggapnya hanya sekedar bercandaan.

Mama Sarah memang kerap berbicara tentang kecocokan antara Ica dan Brama tiap kali Brama main kerumah Ica untuk menjemput jika ada pekerjaan yang mengharuskan mereka untuk pergi berdua.

Selama ini Ica mengira itu hanya sekedar omong kosong Mama Sarah, namun malam ini, Ica akhirnya sadar bahwa itu benar- benar keluar dari hati Mama Sarah.

"Ya tuhan....Bagaiman jika sampai Bayu tahu hal ini..!"

Ica menutup mukanya sendiri dengan kedua belah telapak tangannya, hatinya mulai resah dan merasa sangat gelisah.

Ditempat lain,

Seorang pria berkulit putih, berhidung mancung, dengan rahang tegas, model rambut yang selalu tertata rapi, bertubuh Atletis, tengah berdiri didepan cermin, memperhatikan wajahnya sendiri.

Dia adalah Brama wijaya, seorang Assistan Manager di perusahaan tempat Ica bekerja.

"Aku tampan, pekerjaan mapan.."

Brama berbicara sendiri pada bayangannya dicermin.

"Tapi sayang...kamu belum laku!!!"

Cibir Mami Lena, seorang perempuan paruh baya yang masih berjiwa muda, selalu dengan tampilan modis mengikuti trend jaman.

Bersambung***

Bab 3 Sindiran Mama

Mami Lena Adalah Ibu dari Brama Wijaya.

"Eh Mi, Aku bukannya belum laku, tapi masih menunggu waktu."

Ujar Brama dengan memainkan Alis mata dan mengusap dagunya.

" Apa katamu? menunggu waktu... menunggu waktu, Sampai kapan? Lagian emangnya gak ada perempuan yang lain, sampe-sampe kamu rela menunggu dari dulu, tak pernah ada kepastian, bahkan kamu sendiri yang bilang Ica sudah punya pacar, dan jelas- jelas Dia lebih memilih pacarnya yang hanya sekedar tukang sales itu!!"

Oceh Mami Lena gemas dengan sikap Brama.

"Mami, Aku jatuh cinta, bukan masalah gak ada perempuan lain, Ica sudah membuatku mematikan rasa pada perempuan lain!"

Balas Brama kesal.

"Iya...oke...oke!! Silahkan kamu tunggu Ica mu itu, sampe kamu tua!"

Mami Lena berlalu meninggalkan Brama dikamar sambil mendengus kesal.

"Ehmm...Ica, Aku bersumpah, suatu saat kamu akan jadi milikku,, Aku pasti bisa merebut kamu dari si tukang sales itu!!"

Muachhh.....

Sebuah kecupan mendarat di bingkai foto yang sedang di pandangi Brama sedari tadi tergantung manis didinding kamarnya, tak lain adalah foto Ica yang tengah tersenyum memperlihatkan lesung pipinya yang semakin membuat Brama mabuk kepayang dibuatnya.

"Nah...Mulai Gila kan??..huahahhhhh"

Ejek Jodi yang tak sengaja melintas di depan kamar Brama, dan memergoki tingkah konyol Brama yang tengah menciumi bingkai foto.

Hal itu membuat sebuah sisir mendadak melayang lurus tepat mengenai mukanya yang tengah tertawa lebar.

"Ah...sialan lu Broooo!! sakit tau!!! Ah, Elu...gak Asyik!!!"

Jodi tersungut sembari mengusap mukanya yang terasa pedas terkena sabetan sisir terbang.

Jodi adalah Adik laki-laki Brama yang merupakan Anak kesayangan Mami Lena, dan Papi Lukman, ia selalu dibangga-banggakan, selalu dimanjakan dan dituruti semua kemauannya. Entah apa alasannya.

"Elu yang gak Asyik!! Gak sopan!! Sana Lu!! Jauh-jauh dari kamar Gua!!"

Seru Brama dengan muka merah padam antara malu dan marah jadi satu.

Jegarrr!!!

Brama menutup kasar pintu kamarnya, dan kembali menatap foto Ica tanpa rasa bosan.

...****************...

Pagi ini dikediaman Ica,

Suasana meja makan yang biasanya ramai mendadak sunyi,

Masing-masing anggota keluarga sarapan tanpa suara.. hening.

"Nenek... Cika mau loti totat (Roti coklat), Cika gak mau nasi goleng Nek!!"

Rengek Manja balita 3 tahun itu pada Mama Sarah.

"Ohh, Cika gak suka ya?? Cika mau roti?, ya udah Nenek buatin ya...."

Jawab Mama Sarah meladeni Cika cucu kesayangannya.

Sambil mengoleskan coklat pada selembar roti ditangan.

"Sis, kapan Dika pulang dari luar kota?"

"Mungkin lusa Ma,"

Jawab Siska sebelum menyeruput susu hangat di tangannya.

"Kamu beruntung dapat suami seperti Dika Sis, keputusan kamu saat itu tepat.., pilihan Mama tidak pernah salah dalam menentukan jodoh untuk kamu, terbuktikan sekarang hidup kamu dan Cika terjamin."

Mama Sarah melirik Ica yang hampir tersedak mendengar sindiran Mama Sarah.

Sementara Siska merasa tak enak hati mendengar pujian Mama Sarah yang pastinya akan sangat menyinggung perasaan Ica.

"Ica Berangkat Ma !!"

Tanpa menoleh, Ica beranjak dari tempat duduknya, meraih tas laptop diatas meja, meninggalkan sarapannya yang belum sempat tersentuh tangannya.

"Kamu gak seharusnya menyindir Ica seperti itu Ma, kita juga harus jaga perasaan Ica"

Papa Arif menatap Mama sarah sedikit jengkel.

"Aku sengaja Pa, biar Ica tau dan bisa membuka mata dan hatinya bahwa Brama jauh lebih segala-galanya dari pada si Bayu itu."

Balas Mama Sarah tegas.

"Iya..Aku tau maksud kamu, tapi bisakan pelan-pelan saja, biar Ica gak kaget"

"Ah...apanya yang pelan-pelan, keburu Brama mundur dan mencari perempuan lain"

"Terserah kamu saja!!"

Papa Arif meninggalkan Mama Sarah yang masih menghadapi meja makan.

Ica sampai dikantor lebih pagi dari biasanya, terlihat dari Prapto, Ob kantor yang masih bersih-bersih diruang kerjanya.

"Aduh, maaf ya Ibu Ica, saya belum selesai"

Ujar Prapto yang melihat Ica sudah berdiri di depan pintu sementara ia belum kelar membersihkan ruang kerjanya.

"Ah...gak apa-apa Mas, santai aja, lagian saya yang datangnya kepagian kok"

Jawab Ica melangkah pelan menuju meja kerjanya, meletakkan Tasnya disana.

"Ada meeting pagi ya Bu?"

Tanya Prapto sebelum ia meninggalkan ruangan Ica.

"Gak kok Mas, Oh iya Mas, bisa tolong buatkan saya Teh hangat manis ya.."

Ujar Ica yang tak sempat menyeruput teh hangatnya ketika dirumah tadi.

"Oke, siap Bu!!"

Prapto segera berlalu dan kembali dengan membawa secangkir teh hangat untuk Ica.

Ica duduk melamun memandang layar laptop yang menyala, sementara pikirannya melayang entah kemana.

Dan ia tersadar ketika seseorang masuk kedalam ruangannya membawa setumpuk berkas yang harus diperiksanya.

"Maaf Ibu Ica, mengganggu lamunannya."

"Eh...Bram, bisa aja ... Apaan tu?"

Tanyanya memperhatikan tumpukan berkas ditangan Brama.

"Ini data buku yang kamu minta buat pameran"

"Loh..kok kamu yang bawa, Nindy kemana?"

Tanya Ica heran.

"Oh...itu, Aku yang minta, sekalian mau keruangan Kamu"

"Ehmm...ya udah sini biar Aku periksa"

Ica mengambil alih berkas ditangan Brama.

"Ca, nanti malam jalan yuk?!"

Ajak Brama sembari duduk di depan meja kerja Ica.

"Maaf Bram, Aku sudah ada janji sama Bayu"

Jawab Ica singkat.

"Ca, kenapa sih kamu selalu nolak Aku? Padahal sepertinya Aku bisa lebih bahagiain kamu di banding Dia"

Brama tersenyum miring.

"Apaan sih Bram, kita ini kan temenan, tolong jangan kamu rusak pertemanan dengan sikap kamu yang buat Aku tidak nyaman."

Ujar Ica, yang sangat malas meladeni Brama kalau sudah seperti ini.

"Lihat aja Ca, Aku pasti bisa buat kamu dan keluarga kamu akhirnya menerima Aku"

Batin Brama, dengan mata menyorot tajam ke arah Ica.

Break makan siang tiba,

Ponsel Ica berdering dua kali

"Halo sayang, makan siang bareng mau?"

"iya yank, ketemu dimana kita?"

jawab Ica.

"Aku jemput ya...biar kita bisa berduaan dimotor"

"Oke yank, Aku tunggu dibawah ya..."

15 menit menunggu,

Bayu datang, Ica segera menghampiri dan mereka melaju dikeramaian kota.

Dari kejauhan, Brama yang melihat kemesraan antara Ica dan Bayu mengepal tangan geram.

"Ica....Ica, apa sih kelebihan sales kampung itu dibanding Aku!!"

Bersambung***

Hallo readers sayang....

semoga Novel terbaru dari karya Aku ini bisa diterima dihati kalian dan masuk dalam daftar rak buku kalian ya..

jangan lupa untuk selalu like, komen setiap kali baca ya sayang-sayang semua,

apalagi kalo kalian ngasih vote dan hadiah, wahhh...Author akan sangat berterimakasih sekali..

happy reading ya all...😍😍

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!