NovelToon NovelToon

Sang Antagonis (Transmigrasi)

Kimora Lavelle

Matahari sangat terik, seluruh siswa sma bima sakti melakukan upacara bendera. Semua murid mengeluh kepanasan karena sejak tadi kepala sekolah memberi amanat tidak berhenti henti, ini sudah 30 menit lebih.

"Gila, ngoceh nya lama banget." Ucap Cia.

"Padahal yang diomongin dari tadi sama aja anjr, cuma beda kata doang elah." Saut Zea yang berdiri tepat disamping cia.

"Lo kenapa ra?sakit?." Tanya cia tiba tiba saat melihat muka pucat dari Kimora.

Kimora menggelengkan kepala, sebenarnya ia sangat lemas sekali bahkan kakinya tak berhenti bergerak karena tidak nyaman.

          

"Udah jelas lo sakit, mundur aja yuk." Ucap Cia, melihat sahabat sekelas nya itu sangat pucat membuat nya khawatir. Ia menggandeng tangan Kimora untuk mengantarnya ke uks yang tidak jauh dari lapangan.

          

Tapi belum ada satu langkah, tiba tiba kepalanya sangat pusing, perut Kimora sangat sakit ia tidak kuat berdiri dan tiba tiba disusul dengan pandangan yang memburam hingga akhir semuanya menjadi gelap, hal terakhir yang ia dengar adalah teriakan terkejut dari Cia yang tadi menggandengnya.

.

Kimora Lavelle, gadis yang duduk bangku sekolah menengah atas, ia bersekolah di sma Bima sakti, hari itu tepat 3 bulan Kimora bersekolah di sma bima sakti sebelum akhirnya ia masuk rumah sakit. Kimora merupakan gadis yang sangat baik hati, ia sangat peduli dengan temanya.

Kimora hanya memiliki teman sekelas nya disekolah, ia tidak memiliki teman lagi jika diluar kelas. Tapi kimora sudah bahagia jika hanya memiliki teman sekelasnya saja. Bukanya tidak mau bersosialisasi dengan lingkungan sekolah tapi Kimora hanya malas jika harus bergaul apalagi terpaksa, itu sangat mencapek kan.

.

Kimora belum juga bangun dari pingsan nya, kini sudah 1 jam sejak Kimora pingsan di lapangan saat upacara bendera tadi. Anggota pmr dan guru akhirnya memutuskan untuk membawa Kimora ke rumah sakit, mereka takut terjadi apa apa terhadap Kimora.

Kimora dilarikan ke UGD, selang beberapa jam dokter keluar dan diluar ruang ugd sudah ada ibu dan ayah Kimora yang sudah sangat panik melihat anaknya pingsan. Dokter mengatakan bahwa Kimora harus menginap di rumah sakit untuk beberapa hari kedepan, Kimora ternyata mengidap penyakit kanker lambung.

Hati ibunya hancur, selama ini ia kurang memperhatikan luka dalam dari Kimora. Ibunya menyesal ia hanya memperhatikan luka luar dari Kimora bahkan hanya lebih memperhatikan kakak nya saja.

Kimora telah dipindahkan ke kamar rumah sakit, ibu dan ayah Kimora masuk ke kamar tersebut. Hati ibunya sangat pedih terasa teriris oleh pisau, air matanya keluar ia sesenggukan melihat putrinya terbaring itu. 16 tahun ibunya melihat anak tersebut periang, ia bahkan tidak pernah melihat putrinya sakit selama 16 tahun itu tapi saat ini, untuk pertama kalinya sang ibu melihat putri satu satunya harus terbaring diatas kasur rumah sakit.

'kenapa dari awal ga bilang ke ibu, kalau perut mu sangat sakit nak..' Ibu Kimora menangis sesenggukan. Ibu mana yang mampu menyaksikan anaknya sakit bahkan ia baru menyadari Kimora selama ini menahan magh sendirian. Dulu saat putrinya merengek karena sakit perut, ia hanya memarahinya bukanya memberi putrinya obat. Tapi saat anak laki lakinya bilang kepadanya bahwa dirinya sedang sakit perut, ia langsung memberinya obat, bahkan terlihat lebih khawatir dibanding dengan putrinya itu.

2 jam telah berlalu akhirnya Kimora bangun, tapi ia masih sangat lemas bahkan untuk duduk saja ia kesusahan. Mungkin karena belum makan pikir Kimora. Kimora baru menyadari bahwa kini ia ada di kamar rumah sakit. Kimora menghela nafas kasar, ibu pasti khawatir' Kimora akhirnya memutuskan untuk tidur kembali saja, di ruangan juga tidak ada siapa siapa untuk dimintai bantuan.

.

"Mora ayo bangun, ibu beliin makanan kesukaan mora." Ucap ibu mora sambil menepuk brownis kesukaan Kimora di meja samping tempat tidur Kimora.

Belum ada 20 menit Kimora memejamkan mata, ia mendengar suara sang ibundanya. Kimora langsung bangun daro tidurnya dan melihat sang ibu.

"BROWNIS!." Walau badan Kimora masih lemas, ia dengan segera menggapai brownis tersebut. Ibunya membantu Kimora untuk sedikit duduk agar bisa memakan brownis itu, air mata sang ibu berkaca kaca ia sebisa mungkin menahan air matanya, ia menutup kesedihan dengan senyuman nya yang sangat lembut.     

Kimora memakan brownis tersebut dengan lahap, ia bahkan tersenyum sangat lebar untuk sejenak ia melupakan rasa sakit yang ia derita.

"Hati hati, nanti kesedak." Ibu Kimora mengusap lembut rambut Kimora, untuk sedetik ibunya meneteskan air mata tapi dengan cepat ia menghapusnya. 'maafin ibu nak..' Kimora adalah putri satu satunya sekaligus anak bungsu, tanpa kehadirannya dirumah akan sangat sepi. Ia akui putrinya selalu manja, dan ayah ibu bahkan kakak nya selalu memanjakannya tapi mereka lupa memperhatikan luka yang anak ini derita.

Saat ada kejadian konflik antara ibunya dan nenek tirinya Kimora sangat terpukul, bahkan mau ga mau ia beserta keluarga nya harus pindah provinsi karena nenek tirinya itu. Ibu kimora berfikir bahwa anak bungsu nya ini tidak tau apa apa, dan hanya cuek tentang keadaan yang ia derita itu. Tapi siapa sangka, anak bungsu nya ini lebih banyak memendam rasa sakit.

.

.

       

3 hari Kimora berada di rumah sakit, saat ini Kimora diperbolehkan untuk pulang. Tapi saat menyiapkan diri untuk pulang tiba tiba ia menjerit kesakitan, ia meremas perut nya akhirnya Kimora tidak kuat dan pingsan. Ibu Kimora khawatir dan segera memanggil dokter.     

1 jam dokter memeriksa Kimora kini akhirnya keluar dari kamar rumah sakit. Ibu Kimora jatuh ke lantai, kakinya sangat lemas. Dokter yang memeriksanya Kimora mengatakan bahwa Kimora harus dioperasi 2 hari lagi. Sebenarnya Kimora akan melakukan operasi tapi beberapa bulan lagi untuk pengangkatan kanker, tapi ternyata kanker Kimora lebih cepat menyebar dibanding perkiraan dokter yang mengakibatkan Kimora harus cepat dioperasi jika tidak nyawanya terancam.      

Ibu dan ayah Kimora menyetujui persyaratan persyaratan untuk melakukan operasi, dan jadwal operasi Kimora dimajukan jadi 1 hari lagi. Ayah dan ibu Kimora menangis sesenggukan di luar kamar Kimora, mereka takut kehilangan anak bungsunya itu, dan mereka merasa bersalah karena belum bisa menjadi orang tua yang baik.       

Tepat sehari sebelum operasi dimulai, tiba tiba saja Kimora mengalami sakit diperut yang sangat sakit, ia bahkan berani berteriak sangat kencang. Sebisa mungkin ia menahan sakit perut tersebut, didalam kamar rumah sakit itu hanya ada dokter, suster dan Kimora yang sedang menahan rasa sakit. Perlahan Kimora tidak bisa bernafas, hingga membuat dokter memberikan oxigen kepadanya.        

Walaupun dokter sudah memberikan pengobatan terhadap Kimora, tetapi rasa sakit tersebut tak kunjung berhenti. Beberapa menit kemudian Kimora sudah lemas, ia sudah tidak bisa menahan rasa sakit diperut nya, entah kenapa dan karena apa rasa sakit tersebut sudah berada dipuncaknya.       

'Aku mohon beri kesempatan untuk ku, aku ingin hidup aku masih ingin hidup." Kimora sangat menyesali nya, semasa ia hidup ia tidak pernah memperdulikan kesehatannya dan hanya memperdulikan sekitar, seandainya waktu bisa diulang Kimora ingin kembali ke masa masa indah dan lebih mementingkan kesehatan nya.        

'Mora masih pengen hidup, mora belum sempet bahagia banget, mora pengen punya seseorang yang bisa jadi rumahku. Aku mohon, mora harus sembuh mora tidak boleh-'

Alat rekam jantung yang tertuju pada Kimora menunjukkan detak jantung yang melemah. Kimora kesulitan bernafas, dadanya terasa seperti terbakar bahkan perut nya terasa seperti akan pecah. Kimora memaksakan diri untuk membuka matanya, tapi saat membuka matanya Kimora hanya melihat cahaya lampu semuanya gelap. Remang remang kimora mendengar suara tangisan dari luar kamarnya, Kimora sudah sangat lemas untuk berjuang. Ia bahkan tidak bisa bernafas.

'Aku masih ingin hidup.' Kimora menetes air mata dan perlahan memejamkan matanya.

Hingga akhirnya, alat rekam jantung tersebut tidak bisa merekam jantung Kimora, dokter yang sejak tadi melakukan kejut jantung untuk membantu agar jantung Kimora berdetak normal kembali kini menghentikan kegiatannya. Dokter bahkan suster semuanya menunduk         

"Kimora Lavelle, 2 februari 2023 meninggal dunia." Ucap dokter dengan nada lemah, ia merasa gagal karena tidak bisa menolong pasien nya itu.

Rivera Ellmora Mackenzie

...+62-821***...

Gua tunggu lo

📍jln Sudirman no 20

^^^Bgst, lo siapa?^^^

...****************...

Gadis cantik, dengan kaos pendek dan celana hot pan nya sedang bersantai di kasur, ia sedang mendengarkan musik melalui headphone yang sedang bertengger di kepalanya. Tapi lamunannya buyar karena tiba tiba ada pesan masuk dari nomor tak dikenal.

Ia ragu untuk datang ke tempat tersebut, tapi jika ia tidak datang harga dirinya akan hancur.

.

.

          

Rivera menuju ketempat tersebut dengan memakai pakaian yang ia kenakan tadi, ia tidak sempat untuk berganti pakaian, ia langsung turun kelantai bawah, mengambil kunci motor.

Setibanya ditempat tersebut hal pertama yang ia lihat adalah gudang kosong. Dikelilingi gudang tersebut tidak ada orang sama sekali, apakah Rivera harus masuk kedalam. Sejujurnya didalam hati Rivera yang paling dalam, ia takut dengan apa yang akan dihadapi nya nanti. Tapi ia juga sangat penasaran siapa yang mengirim pesan tersebut, jika itu orang iseng Rivera akan menghela nafas lega. Jika bukan ia hanya bisa berpasrah.

Rivera memutuskan untuk masuk kedalam gudang, gudangnya sangat gelap dan lembab. Banyak sarang laba laba dimana mana, sepertinya gudang ini sudah lama ditinggalkan. Rivera menyalakan senter yang ada di hpnya. Ia mencari cari sekeliling apakah ada seseorang.

"Selamat datang tuan putri, hahahaha"

Dari balik pintu, muncul seorang perempuan dengan tawanya yang menggelegar mengenakan pakaian serba hitam dan memakai masker, Ia tidak sendiri ada 2 pria yang bersamanya. Awalnya Rivera berfikir bahwa ia akan dibunuh olehnya tapi nyatanya tidak. Perlahan perempuan tersebut mendekati Rivera, ia membuka masker yang ia pakai.

Rivera sangat terkejut dengan apa yang ia lihat, seseorang yang sangat ia kenal. Bahkan mungkin ia lebih kenal dengan perempuan tersebut dibanding orang orang yang sangat dekat dengan nya.

"Kenapa? terkejut?" ucap perempuan tersebut dengan sombongnya.

"Bangsat!" umpat Rivera sambil mengepalkan tangannya.

Rivera sangat marah, ia ingin memukul perempuan tersebut tapi sayangnya kedua tangan nya ditahan oleh dua pria yang ada disebelahnya tadi. Rivera meronta ronta agar bisa dilepaskan, tapi kekuatannya kurang untuk melawan dua pria tersebut.

Ketika bulan menyinari tempat tersebut dari balik jendela, ia menyadari siapa pria yang menahannya. Dua pria itu juga sangat Rivera kenal, bahkan dekat dengan nya. Apa ini, kenapa mereka berkhianat.

Perempuan yang sempat ingin ia tampar itu, memukul Rivera dengan tinjunya. Darah segar mengalir di pelipis Rivera.

"Gua ga akan biarin hidup lo tenang ra, tapi gua juga ga akan bikin lo mati disini."

Perempuan tersebut mulai bercerita, ia menceritakan sesuatu yang bahkan tidak Rivera sangka. Fakta yang membuat hatinya teriris. Dia tidak menyangka ternyata selama ini, ia hidup dalam kebohongan yang sangat besar.

"Temui gua rooftop sekolah besok, kalau lo mau tau fakta yang sebenarnya." Putus perempuan tersebut sambil mengarahkan kedua pria itu untuk melempar Rivera keluar gudang.

"Pulang." Ucap salah satu pria itu setelah melempar Rivera dengan kasar.

Sedangkan Rivera masih terdiam sambil terduduk, ia menunduk merasakan seakan ada belati yang sedang mengoyak hatinya. Betapa sesak dadanya, ia tak menyangka tak menyangka dengan apa yang sempat dikatakan perempuan sampah tersebut. Rivera menangis dalam diam dengan hujan yang mulai berjatuhan.

          

...****************...

          

Alarm berbunyi terus selama 10 menit, pemilik alarm tidak ada niatan untuk menghentikannya. Rivera sejak pulang kemarin malam ia sama sekali tidak tidur. Ia memikirkan tentang apa yang sempat ia dengar dari mulut perempuan gila itu.

Akhirnya Rivera dengan keputusan bulatnya, ia akan bersekolah hari ini hanya untuk mengetahui fakta yang perempuan itu sembunyikan, fakta yang sebenarnya. Rivera segera memakai baju asal asalan, ia tidak memperdulikan lagi penampilannya. Yang dulunya tampil dengan make up sangat tebal dan seragam ketat, kini hanya memakai seragam itu dengan dibaluri sweater abu abu.

Rivera harus memakai masker, ia malu karena tidak memakai make up saat sekolah. Padahal sudah ada rencana ia sebenarnya hari ini ingin mempermalukan kutu buku. Ia segera menuruni tangga, Andara Mackenzie papah kandung dari Rivera berteriak memanggil Rivera. Tapi Rivera tidak memperdulikan nya dan memilih untuk tetap berlari keluar rumah. Untuk pertama kalinya, Rivera berangkat sekolah naik ojek online. Padahal biasanya ia akan menempel ke kembaranya dan abangnya untuk berangkat bersama.

Sesampainya di sekolahan, Rivera langsung menuju rooftop sekolah. Tidak ada siapa siapa di rooftop sekolah, ia memutuskan untuk menunggu sampai akhirnya kini bel masuk berbunyi. Rivera tidak ada niatan sekali untuk masuk kedalam kelasnya, apalagi dengan penampilan seperti ini.

Rivera akhirnya tanpa sadar sudah terlelap dalam tidurnya, ia akan menunggu perempuan itu sampai kapanpun. 4 jam telah berlalu, Rivera menunggu perempuan tersebut hingga tiba tiba ada tangan yang menarik sweater Rivera dan membuatnya langsung berdiri dari tidurnya.

"Wah wah wah, lihat Queen of bullying kita berpenampilan seperti cupu!." Seru perempuan tersebut sambil bertepuk dan tertawa sangat keras.

"Ututu lama ya nungguin nya, saking pengennya denger fakta buruk tentangnya. Ngenes amat hidup lo, mangkanya jangan sok belagu. Disini hidup sendiri."

"Ingat itu, ga ada orang yang berpihak sama lo, lo itu SENDIRI." perempuan tersebut menekankan penekanan dikata terakhir nya sambil mendekatkan muka Rivera.

Rivera ingin memberontak, tapi ia tahan. Tangan Rivera mengepal, ia tidak ingin kehilangan kesempatan ini. Ia harus mengetahui semuanya.

Perempuan tersebut secara perlahan mendorong Rivera menggunakan tangannya sambil mengatakan fakta fakta yang membuat hati Rivera teriris.

          

...****************...

Dibawah gedung utama sma cendrawasih sangat ramai, karena hari ini merupakan hari ini sudah jam istirahat yang dimana seluruh murid berhamburan untuk beristirahat.

Tapi dari arah yang sangat berlawanan, beberapa murid yang sedang bersantai disekitar luar gedung utama melihat tepat diatas gedung utama tersebut. Mereka melihat ada seseorang yang mendarat dengan cepat dari atas gedung itu hingga membentur tanah dan mengeluarkan bunyi yang sangat keras. Seluruh murid berteriak terkejut, ini pertama kali bagi mereka melihat ada seorang yang bunuh diri tepat dihadapannya.

Semua murid mulai bergerumul kearah seseorang yang jatuh dari atap itu. Darah mengucur tepat di kepalanya, kepalanya tidak hancur karena tanah yang keras itu mungkin karena ia jatuh menuju rumput yang tebal dulu sebelum jatuh langsung ketanah.

Semua murid bertanya tanya, mereka sedih melihat teman satu sekolah dengan mereka berakhir seperti ini, mereka awalnya tidak mengenal siapa siswi tersebut karena mukanya yang babak belur. Setelah mereka melihat lebih dekat dan lebih teliti mereka sangat terkejut dengan apa yang mereka lihat.

"Rivera Ellmora Mackenzie?." Tanya salah satu murid yang sedang bergerumul itu.

"Dia bunuh diri?." Ucap murid yang lainnya.

Semua murid terkejut, ia tidak menyangka seorang Rivera melakukan bunuh diri di sekolahan lagi.

Berpindah jiwa 1

Seorang gadis yang tengah membuka matanya perlahan didalam kamar rumah sakit, matanya menyipit saat cahaya masuk ke kornea matanya. Ruangan serba putih dan bau obat dimana mana, badanya sangat lemas.

'Gua selamat?.' Ucap Kimora dalam hati, ia masih sangat lemas untuk berbicara langsung, perlahan ia membuka alat bantu pernafasan. Dengan gerakan perlahan ia duduk, mata Kimora tak henti henti melihat disekitar. Ruangan yang besar dan luas itu membuatnya mengernyit kebingungan, ia tampaknya sangat asing dengan ruangan ini.

'Gua dimana?, masa iya gua dipindahin ke rumah sakit luar kota?.' tanya nya pada dirinya sendiri, ia tidak pernah melihat ruangan rumah sakit ini, apalagi hanya ditempati 1 tempat tidur tapi ruangannya sangat besar, di kota Kimora tidak ada rumah sakit sebesar ini dan yang lebih membingungkan tidak mungkin keluarga nya bisa membayar rumah sakit sebesar ini, apalagi.

'ini ruangan vvip?.' Kimora membelalakkan mata terkejut saat membaca tulisan vvip didekat pintu masuk, tidak mungkin orang tuanya mampu membayar nya tidak mungkin, orang tua Kimora aja sudah kesulitan untuk membayar pengobatan Kimora apalagi membayar ruangan vvip dan rumah sakit ini.

'Dan...kok bisa selamat?.' Tiba tiba kepala Kimora terasa sangat sakit sekali, kepala kimora serasa ingin pecah. Ia memegang kepalanya dengan kedua tangannya, tapi saat ia sedang memegang kepalanya ia terkejut lagi dan lagi, ia tidak pernah mendapatkan perban di kepala tapi kali ini, ada perban di kepalanya. Bukankah terakhir kali Kimora sakit karena penyakitnya bukan kecelakaan, tapi ini apa? apa jangan jangan ia bermimpi.

Kimora mencubit tangannya dengan keras, ia meringis kesakitan. 'ini bukan mimpi.' Kimora berusaha mencerna apa yang terjadi padanya dan penyebab ia diperban, tapi bukanya ingat kepalanya malah tambah sakit.

Saat Kimora berusaha untuk mengingat apa yang terjadi, tiba tiba seorang wanita paruh baya membuat pintu. Wanita dengan pakaian yang sederhana dan rambut yang digelung, wanita itu menghampiri Kimora dengan cepat. Ia tersenyum lebar, bahkan meneteskan airmata nya. Kimora bingung dengan siapa yang ada di depannya itu, tapi belum sempat Kimora bertanya wanita itu sudah dulu memeluk Kimora dengan sangat erat.

"Akhirnya non bangun lagi." Ucapnya sambil nangis tersedu-sedu, ia semakin mempererat kan pelukannya pada Kimora. Kini Kimora semakin kebingungan 'non?' sejak kapan ia punya pembantu?. 'Gak mungkin kan, ibu tiba tiba jual ginjal ku?'.

Wanita tersebut melepaskan pelukannya, ia menatap Kimora dengan sangat dalam bahkan Kimora tau, wanita itu sangat sayang dan rindu pada dirinya.

"Non, Akhirnya non bangun, Setelah 3 bulan non koma-" Wanita itu menjeda kalimat nya, wanita itu sesenggukan. Kimora sangat tau apa yang ada didalam hati wanita itu, bahkan ia sampai ingin ikutan nangis. 'Lama banget gua ngebo.' Ucap Kimora saat mendengar ia telah koma selama 3 bulan.

"Bahkan dokter aja sudah tidak bisa apa apa lagi untuk bantu non Rivera." Lanjut wanita itu sambil mengusap air matanya. Saat mendengar nama Rivera kimora langsung membelalakkan matanya. Siapa Rivera, namanya Kimora bukan Rivera. Kimora sempat mengira wanita ini salah orang, tapi Kimora juga tiba tiba berfikir ibunya telah melakukan sesuatu yang sangat besar selama ia koma. 'Buset dah, ibu udah ngelakuin banyak hal mana tiba tiba kaya, terus namaku diganti lagi. Keren dah ibunda ku ini." Ucap kimora dalam hati.

"Maaf, Rivera siapa ya?." Kimora memberanikan dirinya untuk bertanya kepada wanita yang ada disampingnya itu, sejak tadi wanita itu menangis tanpa henti. Dibanding ada kesalahan pahaman, Kimora memutuskan untuk bertanya, siapa tau wanita itu benar benar salah orang.

"Non? Ada apa dengan non?, udah jelas jelas itu nama non Rivera. Rivera Ellmora Mackenzie, itu nama non, masa non lupa dengan nama sendiri?." Ucap wanita itu dengan nada sangat khawatir, ia khawatir putri majikannya itu kenapa kenapa.

"HAH??." Kimora kini duduk dengan tegap, ia menghempas rasa sakit dan lemas yang ada di badannya. "Bentar bentar, apa maksudnya?."

"Nama anda adalah Rivera Ellmora Mackenzie, keluarga dari Mackenzie. Non Rivera kenapa? Non mana yang sakit?, non Rivera amnesia? saya panggilkan dokter dulu non."

"Bentar." Ucap Kimora sambil memegang pergelangan tangan wanita itu, ia mencekal lengan wanita itu agat tidak memanggil dokter.

"kaca."

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!