NovelToon NovelToon

Lucas

Tetangga Baru

Gemericik hujan terdengar cukup jelas dari dalam kamar kosan Anna. Suasana malam yang hening membuat indera pendengaran gadis itu jadi lebih tajam dari biasanya, dia terpaksa begadang lagi malam ini, tugas mata kuliah sastra Inggris dari Profesor Adam cukup banyak.

Biasanya, Anna setiap kali belajar atau mengerjakan tugas sambil mendengarkan lagu dari One Ok Rock. Salah satu band rock Jepang yang sudah dia gandrungi selama tujuh tahun terakhir.

Namun, entah kenapa hari ini dia justru tidak tertarik sama sekali untuk mendengarkan bahkan hanya satu pun lagu dari band favoritnya tersebut. Anna yang tengah fokus dengan apa yang dia kerjakan, nyaris terkejut saat dia mendengar suara aneh dari kamar kost sebelah.

Srek... Srek... Srek...

Samar-samar, Anna mendengar suara dari kamar sebelah. Seingatnya kamar tersebut baru ada penghuninya setelah enam bulan kosong, namun dia belum pernah bertemu langsung dengan tetangga barunya tersebut.

Menurut pemilik kos, tetangga Anna adalah seorang lelaki yang sangat tampan. Ketampanannya diibaratkan seperti artis Hollywood, tentu saja Anna yang lebih percaya apa yang dia lihat, tidak sepenuhnya menelan bulat - bulat ucapan Bu Martha.

Sreek... Sreek... Sreek...

Suara itu kembali terdengar, kali ini jauh lebih jelas. Jadi dia tidak mungkin salah. Maklum keadaan juga sedang hujan, bisa saja 'kan indera pendengarannya tidak berfungsi dengan benar.

Diliriknya jam beker yang terletak di atas meja belajarnya tersebut, waktu sudah menunjukkan pukul sebelas malam.

Srek... Srek... Srek...

Suara itu lagi, Anna mengira mungkin saja kamar sebelah sedang mengubah suai kamar. Mengingat tetangganya itu baru pindah rumah, jadi pasti banyak barang yang harus dia bereskan.

.

Sreek... Sreek... Sreek...

Sekali dua kali dia mendengar suara itu, Anna masih menganggap biasa saja. Memaklumi kondisi tetangga barunya, namun makin kesini Anna merasa suara yang dibuat oleh orang itu tak kunjung berhenti.

"Duh! Tuh orang harusnya berbenah tuh nanti saja, besok pagi atau saat siang hari. Malam-malam begini bikin keributan. Mengganggu orang lain saja," gerutu Anna.

Suara yang Anna dengar masih saja terdengar, jika didengarkan dengan lebih seksama, suara tersebut tidak mirip orang yang memindahkan meja ataupun kursi. Dari apa yang dia dengar, suara tersebut tidaklah terlalu berat maupun ringan.

"Kalau aku umpamakan suara tadi lebih mirip seperti manusia yang di seret. Tidak begitu berat jika benda yang di seret itu meja ataupun kursi. Apa lagi dipan. Sangat tidak masuk akal, suaranya seperti tadi. Ah, tidak mungkin. Masa tengah malam ada orang kurang kerjaan nyeret orang lain begitu. Mungkin aku saja yang terlalu banyak nonton film horor, mana suasana juga mendukung. Makin parno aja deh jadinya," gumam gadis berkulit putih bersih itu.

Anna menggeliatkan tubuhnya, rasa pegal setelah tiga jam berkutat dengan tugas-tugasnya membuat gadis itu hampir menjadi zombie hidup. Jangan ditanya bagaimana kondisi matanya, dark circle, nampak jelas. Hadiah karena tiga hari berturut-turut dia tidur selalu dini hari dan bangun jam tujuh pagi.

Dia hanya punya waktu empat jam untuk melepas lelah dan rasa kantuknya. Sedangkan setelah kesal selesai, Anna juga harus berangkat kerja sambilan. Uang beasiswa yang dia dapatkan tidak cukup untuk menutupi biaya hidupnya.

"Aku mau tidur saja deh, tinggal sedikit lagi, ku lanjutkan besok sebelum kelas dimulai."

Anna yang akhirnya memutuskan melambaikan bendera putih kepada monster bernama tugas sastra Inggris, memilih untuk tidur. Dia membereskan meja belajarnya dan beranjak menuju kamar mandi, rencananya untuk menggosok gigi dengan damai namun kenyataannya tidak seperti apa yang dia rencanakan.

Sreek... Sreek... Sreek...

Lagi-lagi suara aneh itu terdengar, kali ini jauh lebih jelas dari sebelumnya. Suara yang sekarang berpindah di sekitar kamar mandi juga, Anna tahu bukan karena sudah pernah kerumah tersebut. Hanya saja karena kost-an dimana dia tinggali itu struktur bangunannya hampir sama, jadi Anna dapat menarik kesimpulan tersebut. Ya, bukan hal yang aneh 'kan jika dia tahu dimana tempat suara itu berasal.

Apa lagi suara curah hujan juga terdengar semakin deras dari luar menambah suasana semakin mencekam. Tak ubahnya laksana film horor atau thriller yang dia tonton minggu lalu dengan Hellen.

"Kalau situasinya seperti sekarang, aku jadi merasa seperti pemeran utama di film thriller. Apa aku coba sekalian acting saja kali, yah?" gumam Anna dengan bodohnya.

"Haa! Aku jadi gila lama-lama, gara-gara suara aneh dan film yang ku tonton dengan Hellen, aku malah ngehaluin jadi bintang film. An oh An, kamu ini mikir yang bener kalo bayangin sesuatu, kalau Tuhan ngabulin kehaluanmu. Emang kamu sanggup?" tanya Anna pada dirinya sendiri. Besok aku coba tegur deh, atau kalau nggak aku akan bilang sama ibu Kos."

Setelah selesai dengan ritual di kamar mandi, Anna sudah siap untuk tidur. Gadis itu mengecek ulang pintu dan jendela kamarnya, jangan sampai dia lupa dan memberikan kesempatan kepada pelaku kejahatan untuk memasuki kamar kostnya dan melakukan aksi tindak kriminalnya.

Malam itu, Anna tidak dapat memejamkan matanya sama sekali. Perasaanya tidak tenang, apa lagi suara dari kamar sebelahnya itu masih terus terdengar. Entah apa yang tengah dilakukan tetangganya tersebut, tengah malam begini masih saja berisik.

Anna berusaha menutupi kedua telinganya dengan earbud, tapi tidak juga berguna. Bahkan gadis itu tidur menyamping dan menutup telinganya kembali dengan bantal. Anna mengira dengan begitu setidaknya dia dapat memejamkan mata meski hanya sebentar, namun lagi-lagi usahanya itu gagal total!

Sreek... Sreek... Sreek...

Suara terkutuk itu kian terdengar dengan sangat jelas. Anna sampai melempar earbud yang sebelumnya bertengger di lubang telinganya.

"Sialan tuh orang lagi ngapain sih, ganggu banget. Emang gak bisa dikerjain besok apa?" gerutu Anna.

"Dia itu bodoh atau emang sengaja ganggu orang tidur sih! Nggak tau apa sekarang sudah jam satu pagi! Percuma kalau aku mau tidur awal tapi ujungnya tetap tidur dini hari, dan kali ini semua karena salah tetangga baru yang tidak punya sopan santun tersebut.

Detik itu dia merasa menyesal karena memilih kost-an itu sebagai tempat tinggalnya. Bukan hanya dindingnya yang tipis, sehingga siapapun dapat mendengar aktivitas dari tetangga mereka.

"Aargh! Sialan! Woy, aku ngantuk! Kalian bisa diam tidak sih!!" teriak Anna dari dalam kamarnya, dia sangat yakin tetangganya itu dapat mendengar suara teriakannya barusan.

Sreek... Sreek... Sreek...

"ARRGHHH!! SIALAN!!"

"Nguji kesabaran banget sih tuh orang, kayak gimana sih tampang penghuni kamar kos sebelah itu? Sampai berani bertindak sesuka hati? Ini kalaupun aku lapor ke Madam Martha agar ditindak tegas, mana Madam Martha itu penyuka artis Hollywood!"

Walau merasa frustasi, Anna kembali mencoba untuk tidur. Dia menyiasatinya dengan mengenakan earphone dan mendengarkan lagu One Ok Rock dari playlist Spotifi-nya. Malam itu Anna tidak bisa tidur dengan nyenyak, suara yang samar-samar dia dengar terus mengusiknya.

Pertemuan Pertama

Bip...Bip...Bip...

Suara jam alarm yang menurut orang lain monoton dan menyebalkan, justru jurus terampuh bagi Anna untuk membangunkannya dari rasa malas beranjak dari kasurnya.

"Duh, kepalaku jadi pusing. Semalem kurang tidur gara-gara suara aneh itu terus menggangguku. Sebenarnya tuh orang sedang ngapain sih, masa semalaman mindahin barang nggak kelar-kelar. Ganggu orang banget," gerutu Anna.

Mau tidak mau dia beranjak juga, satu jam lagi kelasnya akan dimulai. Anna juga sudah berjanji dengan Ellie, sahabatnya dari bangku SMP untuk berangkat bersama.

"Mandi dulu deh, biar seger."

Gadis itu mengambil baju ganti, dan beranjak menuju kamar mandinya. Niatnya Anna urungkan tatkala dia mendengar suara aneh itu kembali terdengar. Kali ini suaranya berbeda dengan apa yang dia dengar semalam.

"Suaranya sekarang beda, apa ya, kaya orang sedang nahan sakit gitu? Wah! Nggak bisa dibiarin ini, lebih baik aku cepat datangi kamar orang itu. Aku tidak yakin kalau dia ini bukan orang baik-baik, mana ada orang baik yang tengah malem ganggu tetangganya, seperti itu," ucap Anna.

Setelah menggosok gigi dan mencuci mukanya, dia pun melangkah keluar dari kamar kostnya. Biarpun belum mandi, setidaknya dia tidaklah kucel banget dan yang paling penting juga bau nafasnya tidak berbau jigong. Dengan semangat yang membara, Anna menghampiri kamar kost disebelahnya.

"Mhm.."

"Mhm.."

"Mhm.."

Anna menempelkan daun telinganya di pintu kamar kost tersebut. Dengan cara itu dia dapat mendengar dengan jelas suara erangan yang dia dengar dari tempatnya barusan. Dari apa yang dia dengar saat Madam Martha bercerita tentang tetangganya itu, laki-laki yang tinggal disebelahnya ini tinggal sendiri. Sudah sewajarnya dong jika dia curiga dengan suara-suara aneh yang dia dengar sejak semalam.

Tok.. tok.. tok...

"Permisi, tolong buka pintunya!"

Tol... Tok... Tok...

"Permisi! Tolong buka pintu!"

"Kalau Anda tidak mau membuka pintu ini, saya akan menelpon polisi untuk meminta bantuan mereka!"

Beberapa kali Anna menggedor pintu tetangganya tersebut namun tetap tidak ada yang membukakan pintu untuknya, justru suara erangan yang dia dengar itu semakin kencang.

"Wah! Nggak bener nih orang! Apa yang dia lakukan di dalam sana!" gerutu Anna. Dia lalu mengambil HP dari saku baju tidurnya.

Ketika dia hendak menelpon nomor Polisi, suara seorang lelaki menghentikan niatnya.

"Apa yang kamu lakukan di tempatku?" Seorang lelaki bertubuh tinggi besar dengan suara baritonnya dan wajah yang sangat memukau, hampir mengalihkan perhatian Anna.

Maklum Anna belum pernah bertemu dengan orang yang memiliki pesona seperti orang itu. Bahkan teman lelaki di kampusnya tidak ada yang bisa menyaingi ketampanan pria yang berdiri disampingnya tersebut.

"Aku tanya, apa yang kamu lakukan di tempatku?" tanya pria itu lagi.

Anna tersadar dari lamunan singkatnya, dan menyadari bahwa tingkahnya bisa saja terlihat mencurigakan oleh orang lain. Mana ada orang yang menggedor-gedor rumah orang lain di pagi hari seperti ini, jika bukan dirinya?

"M..maaf, saya Anna. Tetangga sebelah anda. Saya kesini karena merasa terganggu dengan suara-suara yang Anda buat dari semalam dan pagi ini juga. Saya tidak tau apa yang anda lakukan atau apa yang terjadi pada anda, makanya saya datang kesini. Tapi berkali-kali saya mengetuk pintu, namun tidak ada orang yang membukakannya," tutur Anna.

Lelaki yang berdiri di depan Anna tidak merespon sama sekali, dia hanya mematung dan menatap dengan sorot matanya yang tajam.

Anna berusaha meluruskan masuk kedatangannya, dia juga tidak mau dianggap seperti orang aneh, apa lagi dituduh mengambil barang dari tetangganya itu.

"Oh begitu. Nama saya Lucas. Maafkan saya jika kegiatan memindahkan barang semalam mengganggu waktu istirahat yang Anda miliki. Anda tidak akan dibukakan pintu sampai saya datang, karena tidak ada orang lain selain saya," ucap pria yang memiliki nama Lucas tersebut. Sangat cocok dengan wajahnya yang manly itu.

"Lalu, suara apa yang barusan saya dengar tadi?" tanya Anna.

"Oh, suara itu mungkin berasal dari kucing saya," jawab Lucas singkat.

"Kucing?" Anna heran dengan jawaban tersebut, bukan karena pria itu memiliki kucing di kamar kostnya. Hanya saja, dia baru tahu kalau ada kucing yang mengeluarkan suara aneh seperti itu.

"Iya kucing. Ini saya baru saja membeli barang keperluannya."

Lucas menunjukan dua tentengan di tangannya. Satu pack makanan kucing, mainan, serta pasir yang biasanya ditaruh di wadah yang dikhususkan untuk jadi toilet kucing peliharaan.

"Tapi suaranya itu sangat aneh, bukannya kucing itu biasanya mengeong?" tanya Anna masih dengan rasa penasarannya.

"Hm, mari masuk. Akan saya kenalkan dengan Cloe."

Sesaat setelah Lucas membuka pintu kamar kostnya, kucing yang dia namai Cloe itu langsung berlari menghampirinya. Melihat hal itu Anna terpaksa percaya dengan apa yang dikatakan oleh Lucas, meskipun ekor mata Anna melirik sekilas kedalam kamar pemuda itu, dan sepertinya memang tidak ada apapun.

"Sekarang anda percaya 'kan?" tanya Lucas dengan nada yang sedikit rendah.

"Iya, maafkan atas perbuatan saya tadi. Kalau begitu saya permisi," kata Anna.

Baru juga beberapa langkah dia meninggalkan tempat itu, Lucas memanggil gadis itu.

"Anna, aku harap kedepannya kita bisa lebih akrab lagi," ucapnya sambil memamerkan senyumannya yang menawan.

"Sejak kapan kita jadi dekat sampai dia bicara formal denganku? eh tapi sepertinya dia jauh lebih dewasa. Ah udah lah biarin saja, aku harus bergegas sebelum ketinggalan bus!" gumam Anna, dia hanya mengangguk atas permintaan Lucas.

Anna berlari ringan menuju kamarnya. Maklum jarak kamar kosnya dengan Lucas hanya membutuhkan waktu dua menit saja.

Pintu kamar Lucas kembali terbuka, hanya cukup bagi seseorang yang sedang mengintip keadaan diluar. Lelaki itu memperhatikan Anna sampai gadis itu memasuki kamarnya. Tatapan mata Lucas tajam, setajam pisau yang baru diasah.

Setelah memastikan Anna tidak keluar lagi, dia kemudian menutup rapat pintu kamarnya. Sebuah senyuman khas seorang psikopat menghiasi wajah tampan Lucas.

Sementara Anna yang tidak ada waktu untuk mandi, hanya menyemprotkan minyak wangi ke beberapa bagian tubuhnya. Biar tidak kelihatan kalau dia tidak mandi juga, Anna yang biasanya hanya mencuci muka dan mengenakan suncsreen, hari ini gadis itu memoleskan make up tipis pada wajahnya.

"Aku rasa sudah cukup. Ayo berangkat, Ellie pasti sudah lama menungguku."

Anna menyambar tas ransel yang semalam sudah dia siapkan, dia lalu mengunci pintu kamar dan berjalan menuruni anak tangga dengan terburu-buru.

"Anna! Sudah mau berangkat?" Suara perempuan tua Pemiliki kost-an menyapanya.

"Iya, Madam Martha. Saya berangkat dulu, sudah hampir kesiangan."

"Kamu sudah bertemu dengan tetangga kamu itu? Gimana? Dia tampan 'kan?" Madam Martha memang suka sekali ngobrol dengan Anna, sebab hanya gadis itu yang betah menemaninya berbincang.

"Iya, Madam. Saya tadi pagi ketemu langsung. Nanti kita lanjutkan ngobrolnya ya, Madam. Sudah telat banget ini," ujar Anna.

"Ya sudah, kamu kuliah dulu. Nanti kita lanjutkan lagi ya."

Anna mengangguk dan dia kembali melanjutkan perjalanannya. Kali ini langkah kakinya berganti menjadi sebuah lari ringan. Bus yang akan mengantarnya hampir sampai dalam hitungan empat menit saja.

Sahabat

"Ellie, maaf kamu pasti nunggu lama, 'kan?" Anna hampir saja telat, gadis itu mengatur nafasnya sebab tadi dia sempat berlari untuk mengejar waktu.

"Nggak juga kok, kamu kenapa? Wajahmu pucat gitu?"

"Oh, nggak. Aku kurang tidur saja, ngomong-ngomong kamu sudah selesai tugas dari Profesor Adam?" tanya Anna.

"Belum sih, tapi dikit lagi kelar kok. Masih ada dua hari lagi 'kan sebelum waktu pengumpulan tugas?"

"Iya, kamu benar."

Keduanya mengalihkan topik obrolan mereka, saking asyiknya mengobrol tak terasa mereka sudah sampai di universitas tempat mereka menuntut ilmu.

"Ellie!" sapa salah satu mahasiswi.

"Hai, El!"

"Good morning, Ellie!"

"Ellie, makin hari makin cantik aja nih." Pujian seperti itu sudah sangat biasa diterima Ellie, maklum Primadona Kampus.

"El, kapan kamu ikut party dengan kita?"

Seperti biasa, Ellie yang menjadi primadona di kampus tersebut selalu dikelilingi oleh penggemarnya, tidak

heran jika dimanapun dia berada, dia menjadi pusat perhatian semua orang.

"El, nanti ada pesta penyambutan mahasiswa-mahasiswi baru loh, kamu pasti ikut 'kan?" tanya Helena, salah satu senior yang dekat dengan Ellie dan Anna.

"Entahlah, aku akan ikut kalau Anna juga ikut."

"Hm, begitu. Jadi gimana, An? You're coming right?"

"Maaf, Kak. Saya tidak bisa ikut, hari itu saya ada jadwal kerja sambilan," jawab Anna.

"Yaaa! Sayang banget, padahal anak-anak pada ngarepin Ellie dateng ke acara tersebut. Bahkan ada yang sengaja hadir cuman pengen ketemu dengan Ellie," keluh Helena.

"Maaf ya, Kak. Mungkin lain kali kita bisa ikutan, aku gak mungkin senang-senang sendirian sementara sahabatku nggak," ujar Ellie.

"Oke, deh. Mau bagaimana lagi 'kan kalau kamu sudah ngomong begitu. Aku pergi dulu ya, El. Kalau kamu berubah pikiran, just call me anytime you want," ucap Helena.

"Kamu yakin nggak mau ikutan, El? aku nggak apa-apa kok, kalau kamu mau pergi ke acara party itu, kamu pergi saja."

"Ish, nggak apa-apa kok, lagian aku juga nggak begitu suka dengan acara-acara begitu. Kamu juga tahu sendiri 'kan kalau aku nggak suka tempat yang banyak orang juga," ujar Ellie.

"Tapi, aku jadi nggak enak."

"Kalau gitu, saat kamu libur nanti, kita harus ngadain pesta penyambutan untuk kita berdua. Kita ngadain di apartemen ku saja bagaimana?" usul Ellie.

"Hm, oke deh." Anna tidak mau menolak keiinginan sahabatnya lagi, Ellie sudah banyak berkorban untuknya.

"Yes! Janji ya!"

Ellie memeluk tubuh Anna, tidak sabar menanti agenda mereka terwujud.

"Kalian dengar nggak, kasihan ya Ellie, dia nggak bisa bergaul dengan orang lain."

"Iya, kok bisa sih mereka berteman?"

"Aku dengar mereka sudah temenan dari dulu."

"Oh ya? Sejak kapan?"

"Kalau nggak salah sejak Junior high school."

"Walah, pantas saja. Mereka lengket banget."

"Tapi hubungan Ellie dan Anna itu toxic banget nggak sih, coba kalau nggak 'kan Ellie jadi bisa berteman dengan yang lainnya juga."

"Benar, aku juga mikir gitu. Padahal Ellie itu populer, tapi circle pertemanannya hanya Anna dan si Rey saja."

"Sst.. jangan keras-keras. Tuh si Anna bisa dengar."

"Maaf, aku lupa. Habis dia itu gak banyak bersuara sih."

Anna memang mendengar apa yang mereka bicarakan sedari tadi, tapi gadis itu mencoba untuk mengabaikannya. Sementara Ellie yang tengah mengajarkan materi yang tidak dimengerti oleh salah satu temannya.

Pemandangan orang yang selalu berbisik dibelakang Anna memang bukan kali ini terjadi, bahkan sudah sangat sering terjadi. Sehingga Anna sudah terbiasa dengan perilaku teman kuliahnya. Dia juga sudah lelah menjelaskan kalau dia tidak pernah melarang Ellie untuk bergabung dengan yang lain, kalau Ellie sendiri yang tidak mau, Anna juga tidak bisa berbuat apapun.

"Hey, girls! Ngomongin orang itu perbuatan yang nggak baik tau, kalian ini chicken banget bisanya kaya gitu. Kalau kalian berani, ngomong didepan orangnya langsung dong," suara lantang Rey Arnold, teman lelaki Anna dan Ellie mengakhiri sesi gosip beberapa mahasiswi yang tadi asik membicarakan hal buruk tentang Anna.

"Dih, apaan sih dia, sok jadi pahlawan banget."

"Tau tuh, cowok kok kelakuannya suka ikut campur urusan cewek aja."

"Sudah yuk, kita pindah saja. Bikin males aja kalau liat muka si Rey, sok kegantengan."

Empat mahasiswi itupun meninggalkan Rey dan Anna berdua.

"Woy, Rey! Kamu makin hari makin semangat saja ya, ngedeketin Anna. Padahal sudah ditolak juga."

"Woiya jelas dong! Pepet terus mumpung ayang beb belum ada yang memiliki," sahut Rey dengan senyum menggoda yang dia tujukan untuk Anna.

"Hahaha, semangat kalau gitu, Bro. Kalau kamu di tolak lagi, aku siap menghiburmu. Haha!"

"Thank's, Bro!"

"Rey, bisa nggak sih jangan panggil aku ayang beb ayang beb, risih tahu," tegur Anna.

"Risih kenapa? oh aku tahu! Kamu bukannya risih, tapi malu 'kan? iya 'kan?" Rey menaik turunkan alisnya, seakan dia paling tahu isi hati Anna.

"Terserah kamu, deh. Pusing aku dengerin ocehan kamu, Rey."

"Kamu pusing, Beb? mau aku pijat?" pijat plus-plus juga aku bersedia," goda Rey, masih belum puas mengusik gadis yang dia suka sejak dulu.

Walaupun cintanya bertepuk sebelah tangan dan Rey juga beberapa kali di tolak ketika dia menyatakan cintanya kepada Anna, namun pemuda itu pantang menyerah.

"Aduh! Please don't talk like that. Nanti orang-orang pada salah paham!" tegur Anna.

Pusing tujuh keliling Anna dibuat oleh Rey, ada saja tingkah Rey yang bikin dia kewalahan.

Ellie yang menyaksikan kedua temannya sedang beradu mulut, hanya tersenyum simpul. Rey adalah sepupunya juga, jadi dia sering sekali membantu agar Rey bisa lebih dekat dengan Anna.

"Yuk, masuk. Kelas udah mau mulai." Ellie menggandeng tangan Anna, ketiganya lalu duduk dibangku yang berdekatan.

Anna yang terlihat mengantuk menyita perhatian Ellie, "Kamu kurang tidur ya semalam?"

"Iya, semalam aku nggak bisa tidur gara-gara penghuni kamar sebelah itu berisik banget."

"Bukannya kamar itu sebelumnya kosong, An?"

"Iya, belum lama ini dia pindah. Mungkin dari semalam itu dia mengubah tata letak kamarnya, sampai pagi juga tuh orang berisik. Tapi ada yang aneh dengan suaranya," ujar Anna.

"Suara aneh apa?" Ellie mulai tertarik dengan apa yang akan diceritakan oleh sahabatnya.

"Gimana ya aku ngejelasinnya? suaranya itu aneh, kaya orang lagi mengerang, tapi juga bukan begitu. Aku sendiri juga nggak bisa menirukan dengan pasti," ucap Anna.

Anna lalu mencoba menirukan suara tadi pagi yang dia dengar, namun justru terdengar lebih lucu.

"Anehlah pokoknya, tapi pas aku negur orang tersebut. Dia bilang itu suara kucing. Emang sih ada kucingnya pas aku kesitu untuk menegurnya, tapi emang wajar ya kucing bersuara seperti itu?" tanya Anna.

Rey dan Ellie saling berpandangan, keduanya mencermati lebih dalam cerita yang diutarakan oleh Anna. Rey bahkan mengerutkan keningnya, seakan dia menyadari sesuatu.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!