Warning! Sensitif Content about drugs and alcohol
Hahahahaha...
Tawa Ganes pecah, matanya terpejam menikmati bayangan yang terus berputar-putar di pikirannya, kupu-kupu biru yang mengerubungi sekitarnya, warna udara yang menjadi merah muda bening. Laki-laki itu membuka mata melihat sekitar kamarnya, poster-poster band yang seakan menertawakannya, alat musik yang berada di tempatnya berbunyi memberikan alunan merdu, foto-foto lama yang terus menghantuinya. Hingga pintu kayu itu terbuka, seorang laki-laki bertubuh tinggi tegap mengenakan seragam putih abu-abu masuk kedalam menghampirinya.
Tawa ganes berubah menjadi pilu, tangisnya pecah. Ganes menghampirinya dan memegang kakinya sambil terus menangis “Aaarrrggghhh shittt!!! Sejak lo pergi semuanya berubah bang...!.” teriak Ganes putus asa, tangannya terus menggenggam celana laki-laki yang berdiri di depannya dengan diam.
“Bang Galaksi!! Lo denger gue nggak sih! Balikkk!!! Gue nggak bisa sendiri! gue nggak bisa kayak gini!.” Seakan tidak mendengar jawaban apapun, Ganes melihat keatas berusaha memperhatikan wajah Galaksi yang semakin memudar dan berubah menjadi kupu-kupu biru, beterbangan di kamarnya membuat kepala Ganes semakin berputar.
Ganes berdiri mendongakkan kepalanya memperhatikan semua kupu-kupu yang terbang di langit-langit kamarnya. Tidak, kamar itu bukan seperti kamarnya, berubah menjadi taman yang sangat indah, banyak tanaman hijau dan bunga-bunga, hanya saja Ganes tidak merasakan bau apapun, pikiran dan matanya hanya melihat keindahan tanpa bisa merasakan.
“Wah... gue di surga sekarang?.” Di ujung penglihatan Ganes berdiri Galaksi dengan mengenakan seragam putih abu-abu berlumuran darah, darah itu mulai menyentuh tanah dan membuat sekitarnya yang hijau menjadi merah darah, langit biru menjadi gelap dan kemerahan, nafas Ganes tercekat, dia sangat takut dan gelisah dengan keadaan.
Mata Ganes terpejam, tubuhnya ambruk di atas ranjang. Sambil terus tertawa seperti orang hilang kendali, Ganes tertidur di ranjangnya dengan keadaan berantakan sepulang sekolah. Banyak bungkus plastik kecil berada di lantai, ada beberapa pil berserakan, di sana juga minuman keras di lantai sebelah lemari.
Ganesha Abraham, atau semua orang mengenalnya dengan nama Ganesha atau Ganes. Pemilik ALGAZA sekarang, lebih tepatnya ketua geng motor Algaza yang terkenal di kota A, walaupun geng motor bukan hanya satu tapi satu-satunya geng motor paling populer yaitu Algaza, isinya anak-anak SMA Nusantara, dari yang paling nakal hingga yang hanya pamer status saja.
Semuanya nampak berjalan sangat indah hingga kejadian yang tidak pernah diinginkan pun terjadi, kecelakaan tunggal yang menewaskan Galaksi Abraham, kakak kandung Ganesha Abraham. Kala itu Ganes masih kelas 3 SMP, sibuk dengan berbagai perlombaan renang, Ganes diciptakan sebagai atlet renang, dia selalu berharap akan mengikuti jejak kakaknya sebagai seorang Atlet nasional. Tapi itu hanyalah sebuah impian yang tidak akan pernah menjadi kenyataan. Setelah Galaksi meninggal, keluarganya pun berantakan. Ginna mengalami gangguan kejiwaan dan terus menyalahkan keadaan yang merenggut nyawa putranya, Ibu Ganes itu dirawat dirumah sakit jiwa, dia tidak pernah ingat kalau punya dua anak, Ginna terus menyebutkan nama Galaksi, menganggap boneka yang selalu berada di gendongannya adalah Galaksi saat masih bayi. Sedangkan Abraham tidak pernah lagi pulang kerumah, dia hanya bertanggung jawab sebagai kepala keluarga yang memberikan nafkah kepada Ginna dan Ganes, Abraham tetap menjadi wali dari Ganes tapi tidak pernah sekalipun datang ke sekolah saat guru memanggilnya karena Ganes mendapatkan masalah, Abraham selalu menyelesaikan masalah Ganes menggunakan uang, tidak pernah pula menemui Ganes hingga sekarang.
Saat matahari mulai menelusup masuk ditelan sang kegelapan, Ganes membuka matanya sambil memegang kepalanya yang masih terasa berat, mimpinya seperti kenyataan yang indah, Ganes menyukainya, menyukai banyak hal yang membuatnya kembali bertemu dengan sosok Galaksi serta kenangan keluarganya yang hangat. Laki-laki itu bangun dari ranjangnya, menyalakan lampu karena siang yang sudah berganti malam, dilihatnya kamar yang berantakan, banyak bekas obat-obatan terlarang yang dia beli. Ganes mengumpulkan bekas tersebut dan memasukkannya kedalam kantong plastik kemudian membawanya ke halaman belakang untuk dibakar. Dia tidak sebodoh itu untuk meninggalkan jejak kejahatan, satu-satunya yang bisa dia lakukan adalah membakarnya dan membersihkan bekasnya tanpa sisa.
Setelah kesadaran Ganes kembali sepenuhnya, dia berjalan masuk kedalam kamar dan melepaskan seragam sekolahnya kemudian pergi ke kamar mandi untuk membersihkan badan. Kegiatan lain yang harus dia lakukan adalah bertemu dengan teman-teman geng motornya, malam ini dia ada balapan liar yang hadiahnya lumayan banyak, Ganes tidak bisa membiarkan kesempatan itu hilang begitu saja, dia butuh uang untuk menyuplai Algaza.
Sebuah pesan masuk dari grup Algaza mengalihkan perhatiannya dari cermin, semua sudah berkumpul di area balapan. Jalanan sepi yang tidak pernah dilewati orang saat malam selalu digunakan anak-anak untuk melakukan balapan liar, selain jauh dari jangkauan polisi, mereka bisa bebas melakukan apapun disana.
SMA Nusantara dan Algaza adalah kenangan terakhir yang membuat Ganes selalu ingat dengan sosok Galaksi yang mulai pudar di bayangannya. Galaksi adalah mantan ketua Algaza dan juga bersekolah dan SMA Nusantara, Galaksi mengalami kecelakaan tunggal setelah pulang dari markas Algaza, bahkan dia masih mengenakan seragam sekolahnya. Tidak ada yang tau apa penyebab utama kecelakaan itu terjadi, tapi pihak kepolisian sudah mengeluarkan statement jika kecelakaan itu murni karena kurang fokus saat berkendara, tidak ada masalah apapun dari motor yang di kendarai maupun Galaksi sendiri dalam keadaan tidak dipengaruhi apa-apa. Tapi hingga sekarang Ganes tidak percaya jika kematian Galaksi tidak memiliki alasan apapun.
“Udah 3 tahun sejak lo pergi, semuanya berubah bang, rumah sepi, mama sakit, papa juga ikutan sakit, apalagi gue. Semua sakit sejak lo nggak ada, kenapa harus lo yang pergi bang? Kenapa nggak gue aja yang pergi. Apa semua bakal beda kalau yang pergi gue, bukan lo?.” Ganes melihat fotonya dengan Galaksi yang ada atas nakas sebelah tempat tidur, Frame yang selalu dia biarkan tertutup, tapi selalu Ganes buka jika dia ingin melihat wajah kakaknya kembali.
Ganes memakai jaket kulit yang bertuliskan Algaza di punggung, jaket yang sebenarnya bukan miliknya secara pribadi, jaket itu milik Galaksi. Ganes tidak mau memakai jaket Algaza miliknya sendiri, dia lebih suka memakai jaket milik Galaksi. Setelah siap dengan penampilan rapinya, Ganes mengambil kunci yang ada di atas meja kemudian meninggalkan rumah menggunakan motor custom miliknya. Sama seperti jaket, motor itu juga awalnya milik Galaksi, namun karena saat kecelakaan sudah lumayan hancur, Ganes memperbaikinya hingga bisa dipakai lagi sampai sekarang.
Banyak motor terparkir tanpa di matikan mesinnya, terlihat Yohan salah satu anggota Algaza tengah menarik uang pada seluruh orang yang ada di sekitar tempat balapan. Entah siapa yang akan menang, mereka hanya mengumpulkan uang dari orang-orang yang akan bertaruh untuk pemenang balapan malam ini.
“Hoii!! Bos!.” Teriak Yohan menghampiri Ganes yang baru saja datang, laki-laki itu menyunggingkan bibir sambil tertawa membawa lembaran uang di tangannya.
Ganes menyalakan rokok, menghisapnya dengan santai sambil duduk diatas motor. “Jangan sampai hari ini kena lagi, gue udah banyak persiapan.” Ucap Ganes pada Yohan, kejadian minggu lalu yang membuat balapan gagal adalah banyak polisi yang tiba-tiba datang dan membuat bubar semua orang, alhasil uang pun tidak didapatkan sama sekali.
“Tenang, yang sekarang aman bos.”
“Razor ikut?.”
“Nggak, ketuanya lagi bisulan hahahaha.”
“Hahahah ga seru.”
Perbincangan mereka terhenti saat balapan dimulai, Ganes akan turun paling belakang, setiap geng motor memiliki kesempatan berkali-kali sampai kalah, geng motor yang bertahan sampai akhir akan mendapatkan kesempatan memperebutkan finish dan menjadi pemenang utama. Baru beberapa motor turun, suara sirine polisi membubarkan kerumunan semua orang yang ada di sana, termasuk Ganes dan teman-temannya yang langsung cabut ke warung sekitar untuk cari aman agar tidak di ringkus polisi.
“Sialan!.” Kesal Ganes sambil mengendarai motornya menuju ke warung terdekat. Mungkin setelah ini Yohan akan kena semprot lagi karena tidak bisa menepati janjinya yang mengatakan aman malam ini.
Ganes baru saja bangun dari tidurnya saat suara alarm yang berkali-kali terdengar baru membangunkan tidur nyamannya, laki-laki itu turun dari ranjang sambil mematikan alarm yang ada di atas nakas kemudian mengambil ponselnya yang tergeletak di sebelah bantal. Jam yang sangat jelas menunjukkan pukul 8 pagi, gerbang sekolahnya ditutup jam 7 pagi, Ganes telat satu jam dan dia sama sekali tidak peduli dengan hal itu.
Ganes berjalan santai menuju ke kamar mandi, membersihkan tubuhnya dan memakai seragam sekolahnya yang baru selesai di laundry, masih berada didalam plastik. Dia punya banyak seragam sekolah jadi yang kotor kemarin bisa ditumpuk dan bawa ke tempat laundry an seperti biasanya. Rambut yang mulai sedikit lebat, serta beberapa luka di wajahnya karena banyak bertengkar karena hal sepele. Ganes memakai jaketnya kemudian meninggalkan rumah menuju ke sekolah, tujuan Ganes sekolah adalah bertemu dengan teman-temannya, tidak untuk belajar apalagi mendapatkan nilai bagus, dia selalu langganan peringkat terakhir.
Jam segini tidak mungkin Ganes bisa masuk ke dalam sekolah membawa motornya, Ganes selalu menitipkan motornya di warung belakang sekolah, warung yang juga menjadi markas Algaza. Beberapa motor anak Algaza juga ada disana, walaupun tidak banyak pasti mereka juga telat dan naik ke atas pagar sekolah yang ada di samping dekat pohon besar. Dari pohon besar itu bisa turun dengan mudah dan memang jarang ada guru yang lewat sekitar sana.
Ganes melihat ke sekitar, tidak ada siapapun, laki-laki itu melemparkan tasnya kedalam dan mulai naik ke atas pagar. Baru saja turun ke tanah, Ganes mematung saat seorang gadis memperhatikannya dengan tatapan dingin. Bahkan sejauh ini Ganes tidak pernah bertemu dengannya, rambut panjang, seragam putih abu-abu dengan cardigan biru muda, tas punggung berwarna pink pastel ada gantungan cinnamon roll biru putih. Wajahnya sangat cantik tapi dingin, tatapannya tajam dan seakan merendahkan, hanya sekilas karena gadis itu langsung melangkahkan kaki nya kembali.
Ganes mengambil tasnya dan memakainya kembali, baru beberapa langkah berjalan di lorong, dia langsung bertemu dengan Bu Aisyah, guru tata tertib yang super killer. Guru yang selalu Ganes hindari, tapi sepertinya hari ini bukan hari keberuntungannya.
“GANESHA!.”
“Hehehe bu Aisyah, pagi-pagi udah cantik aja.”
“Ikut saya ke ruang tatib sekarang!.”
“Bu Aisyah... gimana kalau hari ini saya langsung ke kelas aja?.”
“GA! TIAP HARI KAMU TELAT, IKUT SAYA SEKARANG!.”
“Iya iya, ikut nih. Jangan galak-galak dong bu, ntar kulit ibu cepat keriput.”
“DIAM KAMU!.”
Ganes berjalan di samping bu Aisyah menuju ke ruang tata tertib di dekat ruang kepala sekolah, saat melewati ruang kepala sekolah, terlihat dari jendela ada gadis yang bertemu dengannya saat baru turun dari pohon. Ganes melihat jelas tas punggung serta gantungan tas yang khas itu, tepat sebelum masuk ke ruang tata tertib, pintu ruang kepala sekolah terbuka.
Pak Bara keluar dari ruangan bersama dengan gadis itu, menyapa Bu Aisyah yang akan masuk kedalam ruang tata tertib bersama dengan Ganes.
“Pagi bu Aisyah, telat lagi?.” Tanya Pak Bara pada Bu Aisyah, terlihat Bu Aisyah yang menjawab ucapan pak Bara dengan malu-malu.
“Iya ini pak.”
“Gimana kalau hukumannya biar saya saja yang kasih bu?.”
“Boleh pak, saya juga sudah bingung mau kasih hukuman apa lagi.”
“Ganes, Sini!.”
“Iya pak.”
Ganes mendekat kearah pak Bara, namun beberapa kali pandangannya tertuju pada gadis yang berada di sebelah pak Bara, murid baru yang entah akan menempati kelas apa.
“Saya serahkan tanggung jawab ini ke kamu, hukumanmu adalah mengajak Alika keliling sekolah, kamu harus mengenalkan semuanya pada Alika. Oh ya, sekalian bawa dia ke kelas.”
“Saya pak?.”
“Emangnya siapa lagi yang kena hukuman kalau bukan kamu.”
“Kelas apa?.”
“Satu kelas sama kamu.”
“12 IPS 1?.”
“Iya, udah sana. kamu mau hukumanmu di ganti ngepel seluruh toilet di sekolah.”
“Siap, nggak pak.”
“Alika, kamu bisa ikut dengan Ganes, dia akan satu kelas sama kamu. Kalau ada apa-apa bisa ke ruang kepala sekolah atau kamu bisa bertanya dengan wali kelas kamu, tapi hari ini wali kelasmu belum bisa datang karena ada rapat di dinas.”
“Baik pak, terimakasih banyak. Saya permisi dahulu.”
“Semangat belajar.”
Ganes dan Alika berjalan menuju ke kelas 12 IPS 1, selama dalam perjalanan tidak ada yang Alika tanyakan pada Ganes. Toh Alika sama sekali tidak penasaran dengan hal umum karena dia sudah tau banyak perihal sekolah ini, Alika hanya ingin tahu perihal lain yang kemungkinan lebih seru dari beberapa kegiatan di sekolah.
“Gue Ganesha.” Ganes mengulurkan tangannya ingin menjabat tangan Alika.
Alika membalas jabatan tangan Ganes dengan dingin “Alika.” Singkat jelas dan padat.
“Kelas 12 ngapain pindah?.”
Alika menghentikan langkahnya mendengar pertanyaan Ganes, “Bukan urusan lo.” Jawaban dingin yang Alika katakan membuat Ganes sedikit kesal.
“Iya sih, ga salah juga.”
Mereka berdua sampai didepan kelas 12 IPS 1, Ganes mengetuk pintu dan membukanya. Sudah ada guru yang mengajar, walaupun bukan guru killer, tetap saja posisi Ganes telat masuk kelas. “Selamat pagi Bu Nia..., saya bawa murid baru disuruh pak Bara.”
“Oh murid baru, ya masuk aja. Tapi kamu ga boleh masuk, kamu tunggu di luar dan saya anggap absen di jam saya.”
“Siap, terimakasih Bu Nia.”
Ganes kembali keluar dan mengisyaratkan pada Alika untuk masuk. Setelah Alika masuk, pintu kelas ditutup. Sedangkan Ganes bisa dengan jelas melihat keadaan di dalam kelas tersebut.
“Anak-anak, kita kedatangan teman baru pindahan dari sekolah internasional, silahkan perkenalkan diri kamu.”
Alika melangkahkan kakinya satu langkah kemudian tersenyum tipis, sangat tipis sampai tidak terlihat sama sekali kalau dia tersenyum “Selamat pagi semua... sebelumnya maaf karena saya telat pagi ini, perkenalkan nama saya Alika Restaya, kalian bisa memanggil saya dengan nama Alika. Sekian, terimakasih.”
Kamu bisa duduk di bangku kosong yang ada di belakang, ada dua bangku kosong bersebelahan di barisan paling belakang. Alika berjalan kesana, sebenarnya banyak yang berbisik tentangnya, hal negatif yang dibicarakan anak-anak perempuan, sedangkan anak laki-laki tengah membicarakan kecantikannya, Alika mendengar semuanya dengan jelas, tapi dia berusaha menutup telinga.
Kabar tentang murid baru di kelas 12 itu menyebar dengan cepat, entah bagaimana rumor-rumor tentang Alika mulai tersebar, terutama rumor buruk yang tidak diketahui benar atau salah.
Selama berjalan mengelilingi sekolah, Ganes menjelaskan semuanya tentang lokasi dan sudut-sudut yang ada di sekolah. Walaupun sebenarnya Ganes tidak nyaman mendapatkan tatapan aneh dari semua orang yang tengah membicarakan soal Alika.
“Oke, jadi ada yang lo tanyain lagi ke gue?.” Tanya Ganes sambil menghentikan langkahnya.
“Algaza, gue mau tau soal Algaza.”
“Kalo lo mau tau soal Algaza, lo bisa dateng sendiri ke markasnya.”
“Lo kan sekolah di sini.” Alika memperhatikan jaket yang dipakai Ganes “lo juga anggota Algaza kan.”
“Bos!.” Suara panggilan pada Ganes membuat Alika dan Ganes menoleh secara bersamaan, disana ada Yohan yang memanggilnya serta dua temannya yang lain yaitu Calvin dan Antonio, inti dari Algaza yang juga paling dekat dengan Ganes.
“Lo ketua Algaza?.” Pertanyaan Alika membuat Ganes menoleh ke arah gadis itu.
Ganes, Calvin, Yohan, dan Antonio sedang duduk di markas Algaza sepulang sekolah. Nanti malam mereka akan balapan lagi di wilayah baru melawan Razor. Tapi keadaan sama sekali tidak baik karena sejak duduk di tempatnya, Ganes terus terdiam sambil melamun memainkan kertas-kertas yang di depannya tanpa sadar.
“Namanya Alika?.” Pertanyaan Calvin menyadarkan Ganes dari lamunannya.
“Apa?.”
“Anak baru di kelas lo namanya Alika?.”
“Iya.”
Yohan yang sedang memakan makanan ringan ikut mendekat kearah tempat duduk Calvin dan Ganes “Gue dengar dari anak-anak cewek katanya punya masalah di sekolah lama.” Mode rumpi Yohan di mulai, diantara Calvin yang dingin tapi care dan Antonio yang ambis tapi setia kawan, Yohan yang paling gila karena dia suka berteman dengan anak perempuan untuk bergosip.
“Masalah apa?.” Tanya Ganes dengan tatapan dingin, sejujurnya Ganes sudah mendengar tapi dia tidak percaya jika memang itu benar maka seharusnya Alika tidak bisa masuk ke sekolah ini dengan mudah.
“Dia bunuh temannya sendiri.”
“Ngaco lo han, mending lo kurang-kurangin nguping pembicaraan cewek-cewek.” Ucap Calvin, sama seperti Ganes, dia punya pemikiran yang realistis.
“Kalau emang Alika bunuh orang, seharusnya dia nggak ada di SMA Nusantara, tapi ada di lapas.” Ucap Antonio yang nimbrung pembicaraan karena merasa tidak nyaman kegiatan belajarnya di ganggu dengan rumor konyol.
“Gue percaya kalo Anton yang ngomong.” Jawab Yohan santai.
“Jangan kebanyakan dengerin rumor gajelas, otak lo bisa rusak.” Ucap Ganes pada Yohan.
“Tapi bos, kenapa lo sama anak baru tadi?.”
“Gue kena hukuman dari Pak Bara buat temenin Alika keliling sekolah, tapi kayaknya dia ga peduli juga gua kasih tau banyak.”
“Berharap apa lo sama anak kelas 12 yang mau lulus, gue kalo di posisi Alika juga ga butuh keliling, gue bakal belajar aja buat ujian.”
“Tapi dia tanya soal Algaza.”
“Orang biasa aja tau Algaza walaupun nggak tau SMA Nusantara.”
“Bener kata Calvin, emang Calvin pinter.”
“Gue bukan lo Han, jadi gue lebih pinter.”
“Ga boleh loh ngatain temen, ga baik.”
“Sejak kapan kita temenan.”
“Wah lo ngajak ribut ya.”
Ganes hanya menggelengkan kepalanya melihat Calvin dan Yohan yang selalu beda pendapat, laki-laki itu memilih keluar dari markas untuk merokok. Di Depan markas ada beberapa anak Algaza juga yang tengah membenarkan motor untuk balapan nanti malam.
Ganes menyalakan rokok dan menghisapnya sambil bermain game di ponsel, kegiatan yang selalu dia lakukan saat kosong. Dia bukan Antonio yang suka belajar, juga bukan Calvin yang suka bermain musik, atau Yohan yang melontarkan kalimat-kalimat lelucon nya. Ganes hanya lah orang yang tidak tau alasannya hidup apa, dia hanya ingin kebenaran tentang Galaksi terungkap, itu saja.
Malam ini adalah malam yang cukup panjang, motor-motor Algaza memasuki area balapan, jalan yang lebih aman dari sebelumnya. Di penuhi banyak anak Razor yang akan ikut balapan juga malam ini, lawan yang sebanding dengan Algaza.
Ganes melepaskan helm yang dipakainya kemudian melihat sekitar yang sudah sangat ramai, ada anak Algaza atau anak-anak geng motor lainnya yang berkumpul sesuai geng nya masing-masing. Di antara semua yang ada disini, yang sering bentrok adalah Algaza vs Razor. Bukan masalah besar tapi hanya berusaha mencari masalah agar bertengkar, kalau dibandingkan siapa yang lebih baik, sama saja keduanya, yang satu cari masalah yang satu meladeni permasalahan.
“Ganes!.” Suara perempuan memanggilnya membuat Ganes menoleh ke sumber suara, terlihat Rissa yang berlarian kecil menghampirinya.
Clarissa Mayadina atau semua memanggilnya dengan Rissa, salah satu anggota Algaza juga, Algaza memang geng motor tapi bukan berarti isinya hanya laki-laki saja, juga ada perempuan termasuk Rissa yang sudah bergabung dengan Algaza sejak awal. Dia termasuk angkatan lama di Algaza bersamaan dengan Ganes. Tapi Rissa hanya sekedar bisa mengendarai motor, dia lebih suka pakai mobil jika pergi kemana-mana karena takut kepanasan.
“Ris.” Sapaan singkat, jelas, dan padat. Ganes tau bagaimana Rissa menganggapnya, tapi sejauh ini Ganes tidak ingin ada hubungan apapun dengan wanita terutama Rissa, karena dia sama sekali bukan tipe Ganes.
“Lo turun malam ini?.”
“Kalo ga turun malah aneh kan. Gue kesana dulu.” Ganes meninggalkan Rissa yang baru saja mendatanginya, tapi bukan Clarissa namanya kalau tidak mengikuti Ganes kemanapun seperti ekor.
Ganes menyapa teman-temannya yang berkumpul di posisi sudut kiri jalan, paling ujung dan paling rame anggotanya. Tapi sekarang Razor juga lumayan rame, tidak seperti tahun lalu yang tidak banyak anggotanya, selain karena angkatan sebelumnya yang udah lulus dan belum ada anak baru yang masuk, sekarang terlihat banyak anak baru yang masuk geng motor tersebut.
“Hoi! Gue tunggu lo, kita 1 lawan 1.” Ucap Rayhan Wijaya, ketua Razor. Orang paling berkuasa dan menganggap dirinya Raja di Razor.
“Doa dulu biar nggak kalah.” Ucap Ganes menyindir, Rayhan bukan pengendara motor yang baik, dia hanya menang secara fisik saja jika sedang berantem makanya Razor suka mengajak ribut Algaza.
“Sumpah kalo inget itu gue ketawa lagi anjrit.” Yohan tertawa kecil mengingat kejadian Razor kalah dan merasa ada yang curang.
Balapan dimulai, suara hitungan dan bendera dikibarkan. Lokasi ini lumayan aman dari razia karena wilayahnya memang biasa digunakan untuk balapan liar, berbeda dengan jalan sebelumnya yang kadang ada patroli walaupun tidak selalu ada dan jarang ada.
“Semangat ya.” Ucap Rissa pada Ganes yang akan turun sebentar lagi melawan Rayhan.
Ganes hanya mengangguk kemudian membawa motornya menuju ke jalanan, garis start. Pertandingan antara ketua geng Razor dan Algaza adalah pertandingan yang paling ditunggu, banyak yang bertaruh atas kemenangan salah satunya, tentunya hal ini digunakan oleh Yohan untuk mengeluarkan uang dan mendapatkan uang.
3-2-1 bendera dikibarkan dan suara motor beradu di jalanan terdengar sangat keras. Jalanan panjang dan tikungan terus menemui motor Ganes dan Rayhan, sejauh ini Ganes memimpin di depan, sedangkan di belakangnya ada Rayhan yang terus berusaha menyalip. Tikungan terakhir sebelum finish, Rayhan berusaha menabrak motor Ganes, tapi bukan Ganesha namanya kalau dia kalah dalam balapan.
Suara teriakan para penonton di finish terdengar seru, motor Ganes lebih dulu melewati finish di susul motor Rayhan di belakangnya.
“Yes menang.” Yohan adalah orang yang paling antusias karena malam ini dia menang banyak karena kemenangan Ganes, tidak salah mendukung sahabatnya itu karena Ganes tidak akan mengecewakan Algaza.
Setelah pertandingan berakhir, terlihat Rayhan yang kesal kembali ke geng motornya. Mereka nampak membicarakan sesuatu hingga dengan tiba-tiba salah satu dari mereka memukul salah satu anggota Algaza. Keributan pun dimulai, hal yang selalu bisa Ganes tebak setelah mengalahkan Razor adalah bentrok, mereka seakan tidak mau kalah dan berusaha menang di bidang lain yaitu bertengkar.
“NGGAK USAH DI LADENIN! MUNDUR SEMUA!.” Teriak Ganes pada teman-temannya. Ganes langsung menghampiri Rissa yang ada di tengah kerumunan kemudian menariknya menjauh.
“Ganes?.”
“Mundur, ngapain lo disini. pergi sekarang!.” Teriak Ganes pada Rissa.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!