Rindu... itulah yang dirasakan Aldric saat ini, rindu pada sosok yang saat ini terpasang pada wallpaper laptop didepannya.
Laptop yang terpasang di ruang rahasianya, di salah satu sudut kantornya, diluar ruang Direktur yang ditempatinya selama ini.
Ruangan lain yang berada di dalam gudang, ruang rahasia tempatnya berkumpul dengan anggota club menembak miliknya.
Siapa yang akan menyangka, Aldric seorang bos perusahaan besar, seorang CEO, juga seorang militer, yang karirnya melesat cepat dan tidak lama lagi mungkin akan menyandang gelar Jendral termuda.
Kini duduk termangu bahkan nyaris meneteskan air mata setiap kali memandang wajah seorang gadis yang kini terpampang didepannya, menjadi wallpaper laptopnya.
Rindu yang dirasakannya semakin menyesakkan dada, rindu pada senyuman manis itu, rindu yang tak bisa dijabarkannya.
"Mengapa?... mengapa?.. apa yang sudah kau lakukan padaku? apakah kau memakai pelet padaku? mengapa tak bisa melupakan mu? mengapa wajahmu selalu muncul di mataku? mengapa wajah menyedihkan itu selalu mampu memporak porandakan hatiku? mengapa setiap gerakan tetap terekam dalam jiwaku? ada apa dengan mu"? Gumam Aldric sembari mengacak acak rambutnya.
Lelaki yang semakin menunjukkan ketampanan dan keperkasaan itu nampak tak berdaya, jiwanya selalu resah ketika melihat wajah itu.
Terkadang, ia memutuskan tidak mengunjungi ruang rahasianya ini, agar bisa berkonsentrasi pada tugas tugasnya yang bertumpuk.
Tetapi tetap saja isi dikepalanya ini hanya wajah gadis itu...
"ah gadis... dia bukan lagi gadis... dia sudah menjadi wanita dewasa kini". Gumamnya lagi.
Bahkan terlihat lebih cantik diusianya yang 30 tahun. Aldric telah memperbaharui foto profilnya, wajah gadisnya telah dia sandingkan dengan wajah versi lama dan versi baru, saat usianya masih 15 tahun dan kini telah 30 tahun.
Aldric berdiri menatap keluar jendela. dari ruangannya ia dapat melihat setiap orang yang bergerak di lapangan sana. setiap satuan regu yang sedang latihan.
Suara derap langkah kaki dengan sepatu laras yang bergerak selaras dengan mulut mereka...
"Hu.. ha.. hu.. ha..." Begitu dinamis dan menunjukkan keperkasaan satuan regu tembak, namun sangat kontras dengan wajah salah satu petinggi satuannya ini. Wajah yang tegas dan berwibawa ditambah dengan ketampanan nya yang memang diatas rata rata.
Wajah itu nyaris sempurna dengan sorot mata elang dibawah lekukan alis yang tebal. sorot itu bisa begitu menghipnotis ketika tatapannya berubah teduh namun siapa sangka wajah itu disaat sendiriannya bisa menunjukkan wajah yang begitu menahan kerinduan dan ketidakberdayaan seperti saat ini.
Aldric meraih HP diatas meja dengan pelan, ia memencet satu kontak
"Siapkan pesawat jet, malam ini aku akan ke Korea". perintahnya seolah tak terbantahkan.
" Siap bos". Jawab suara diseberang tanpa ragu.
Bagaimanapun ini perintah dari bos nya yang tidak bisa ditolaknya, meski ia tahu tujuan dari bos gantengnya ini akan menyakiti keluarga nya sendiri.
Kepergian ini pasti akan melukai Jeng Hanum, Mas Rio, mbak Arin, istri dan kedua anak dari bosnya ini, andai mereka tahu siapa disana dan untuk apa perjalanan ke Korea ini.
"Hmmm.... " Bastian sang Asisten hanya menghela nafas, setelah meletakkan HP nya.
"Bos... bos... sampai kapan sampean terpuruk dan terjebak cinta pandangan pertama itu".?
Ia sungguh tak habis fikir, ada cinta sekuat itu, cinta dalam hati, cinta yang dipendam dan tidak pernah diutarakan.
Cinta yang disimpan sekian lama dibiarkan subur seperti tanaman yang dipupuk dan disiram setiap hari, tidak pernah di petik, tidak pernah disentuh, tidak pernah dihirup aromanya apalagi dicium dari dekat.
" Hehehehe... " si Bas terkekeh sendiri mengingat kelakuan konyol bos besarnya.
Hanya melihat fotonya, hanya meminta dikirimi kabarnya, hanya meminta dicari tau keadaan dan keberadaannya atau paling tinggi hanya melihatnya dari kejauhan... atau paling ekstrim... berpura pura menjadi orang salah sambung, salah nomor, salah kirim untuk bisa mendengar suaranya atau bercakap-cakap dengannya.
"Ck.. ck... ck.. ck... " Katanya itu cukup sebagai pengobat rindunya, sungguh luar biasa kekuatan cinta itu.
Dia masih anak anak ketika itu. Masih begitu ceria dalam kebahagiaan masa remajanya. Nyaris tidak mirip anak perempuan pada umumnya yang memakai rok. Ia memakai celana pendek, rambut sebahu dan kelakuan yang sangat konyol.
Dia memanjat semua pohon buah yang ada didekatnya. Pohon jambu biji, pohon mangga yang rendah, pohon Mente. Kelakuannya membuat neneknya berteriak kuatir dan sedikit jengkel.
" Turun nduk... nanti kamu jatuh".
dan Dia cuma tersenyum senyum dari atas pohon.
" Tanggung kek... buahnya lagi matang semua ini, sayang kalau tidak diambilin'
tapi beberapa saat kemudian
Aihh... ada ulat, teriak nya dari atas. Aldric melihatnya kehilangan keseimbangan dan segera bergerak ke bawah pohon. untung sekali ia tiba tepat waktu. gadis bandel itu sudah ada di tangannya. tepat setelah Ia tergelincir dan jatuh.
Mata itu masih terpejam. Ia baru saja merasakan kengerian karena akan segera merasakan sakitnya terbentur di tanah dari ketinggian 2 meter pohon jambu yang dipanjatnya.
Namun yang dirasakannya justru rengkuhan tangan yang kuat ditubuhnya. perlahan gadis culun berusia 14 tahun itu membuka matanya dan yang nampak didepannya adalah sorot mata menggoda yang seolah mengejeknya.
kedua alis mata Aldric bergerak naik seolah memberitahu..
Enak digendong? ... anak perempuan kok tidak ada kalem kalemnya.
Gadis culun itu cuma nyengir kuda sembari bergerak seolah minta diturunkan. Aldric masih betah menggendong.
eh..Mas... turunin... Rengeknya... Ia jadi malu karena tidak bisa membuktikan kehebatannya memanjat pohon
"ha... ha.. ha... suka ya kamu di gendong Mas Aldric? ejek Evi temannya, sekaligus adik sepupu Aldric.
hmmh... siapa dia Vi? bisik si culun pelan, takut kedengaran si Mas yang sudah menolongnya.
" tadi kita berangkat, dia tidak keliatan di mobil kan? bisiknya lagi
"emang, om Aldric berangkat sama Mas Bayu naik motor".Evi ikut berbisik.
Sepanjang hari di kebun seluas itu, banyak hal bisa mereka lakukan. melihat orang-orang memetik mente, memetik coklat dan memanjat cengkeh.
Aldric imut membantu memetik kelapa untuk mereka minum, sementara kaum perempuan sibuk menyiapkan bekal yang mereka bawa untuk makan siang.
Satu hal yang tidak bisa Aldric tinggalkan, matanya tidak bisa lepas memandang gadis culun yang ditolongnya tadi. Bila gadis itu jauh dari pandangannya, ia celingukan mencari. Entah mengapa ia begitu senang melihat tawa ceria gadis itu, juga sikap tomboy nya yang minta ampun. tidak ada manis manisnya sama sekali. duduk sembarangan di rumput, manjat setiap menemukan pohon buah dan berlari dan melompat tak ada habisnya. seolah tidak pernah kehabisan energi. lebih mirip gadis hiperaktif. Aldric tersenyum sembari geleng-geleng kepala melihat ulahnya. Dan tidak ada seorang pun yang menegurnya bahkan kakeknya hanya sesekali mengingatkan untuk berhati-hati.
Sangat jauh berbeda dengan Evi, adik Bayu, sepupunya. Evi sudah pandai berdandan dan berpenampilan menarik. Sungguh aneh, dua makhluk berjenis kelamin sama namun dengan orientasi gaya berbeda bisa begitu akrab bahkan bersahabat dekat. Aldric secara cepat sesuai jiwanya yang suka mendapat berita paling akurat. Segera saja informasi tentang gadis culun yang menarik hatinya itu ia dapatkan. Mereka bersekolah di tempat yang sama, tidak sekelas tapi teman sepermainan sejak kecil, hobi tidak sama, Evi suka nonton film romantis si culun suka film komedi. Evi senang makan yang pedas, si culun gemar manisan. Evi suka musik pop, culun penggemar musik klasik. Evi suka pakai dress, culun lebih sering pakai jeans utamanya yang sobek sobek dan semua perbedaan itu malah membuat mereka lengket seolah saling melengkapi. Hingga si Bayu pernah mencurigai orientasi **** kedua orang ini. Apa jangan jangan mereka?
"Tidak mungkin, Bay... aku akan membuktikan dugaan itu tidak benar" tegas Aldric yakin.
Aldric bangkit dari sebatang pohon tumbang tempatnya bersandar. mendekati dia makhluk manis didepannya. Meski jauh dari kata selera yang dimilikinya, diusianya 21 tahun ini, ketika ia dikelilingi banyak wanita cantik yang menginginkannya sebagai pasangan. Bahkan ia tidak mengingkari jika berciuman bibir sudah biasa baginya, meski ia tetap menahan diri untuk tidak lebih dari itu, mengingat mamanya yang terlahir di Indonesia dengan adat yang begitu dijunjungnya, tidak mengijinkan anaknya berlaku bebas. Dan Aldric sangat menyayangi sang mama hingga akan patuh atas apapun keinginan nya.
Dan kini, jiwa playboy nya tiba tiba-tiba muncul karena seorang gadis tomboy sekaligus culun, mungil dan sedikit aneh, menimbulkan rasa penasaran nya.
" Bikin apa dua gadis ini heh... Tiba-tiba ia duduk diantara keduanya dan tanpa permidi merangkul keduanya.
"Mas Aldric... bikin kaget ih" Evi merajuk manja
"temanmu manis juga yah Vi" komentar Aldric sok akrab
si culun mendelik dengan sorot mata terkejut. Si tampan menyebutnya manis, benarkah, fikirnya narsis.
tiba-tiba lagi Aldric meraih tangan dan jemarinya dan memberi kecupan cukup lama di sana, hingga si culun tidak sempat berfikir atau mengghindar.
Aihh... ihhh... Vi... tolongin nih...
Evi terkekeh...
"Tenang... mas Aldric... cuma bercanda" jawab Evi. Ia tahu mas Aldric tidak mungkin suka pada sobat konyolnya ini, mas Aldric punya banyak fans diatas rata-rata. Mas Aldric hanya sebel liat tingkahnya yang dari tadi seperti gasing, tidak bisa diam, tapi itulah sahabatnya, Evi tidak pernah keberatan karena mereka sudah berteman dari kecil.
Di Korea...
Pagi-pagi Aldric sudah berenang di hotel. Bastian sudah memberinya jadwal acara Evi bersama Alena, gadis culunnya. Tentu saja Alena bukan lagi gadis culun. Ia telah menyaksikan perubahan itu, meski hanya lewat layar HP atau di laptop nya, kiriman dari asisten-asistennya yang tersebar. Seperti hari ini, laporan kegiatan apa saja yang akan dilakukan kedua wanita muda itu, Aldric tentu sadar, keduanya wanita muda yang telah bersuami. Namun kadang-kadang, jiwa arogan sekaligus otak sedikit bergeser menurut Bastian itu enggan mengakui status Alena.
"hmmmh...Bastian menghela nafas panjang. Sejauh ini dirinya menurut saja dengan segala prilaku aneh Bos sekaligus sepupu dan juga sahabat baiknya itu. karena Aldric tidak pernah menunjukkan gejala gangguan kejiwaan yang berlebihan.
"Hehehe... Bastian hanya bisa nyengir kuda. Cinta yang aneh. tak ingin mendekati tapi tak bisa jauh, tak ingin memiliki tapi tak juga melepaskan.
Aldric sudah berada di sekitar area dimana Evi dan Alena menghabiskan waktu menonton pertunjukan di theater MyeongDong...tentu kehadirannya layaknya turis dengan outfit mirip baju hawaii yang full motif kembang-kembang dengan celana pendek selutut. Meski begitu tidak mengurangi ketampanan Aldric yang memang semakin macho karena aktifitas militer dan latihan fitness yang teratur, membuat kaum hawa yang melintas merasa sayang kalau tidak melihat kearah sosok berdarah campuran Eropa Asia yang tengah duduk dengan gaya cool di sebuah coffee Lounge di salah satu pusat pertokoan.
Musim panas sedang berlangsung di Korea, jadi sangat menyenangkan untuk berjalan-jalan ke beberapa tempat wisata. Aldric tahu ini pertama kalinya Alena mengunjungi Korea Selatan.
Yah apalagi kalau bukan untuk menemui Evi, lebih tepatnya Evi yang mengundang Alena. Evi sedang hamil muda, kandungannya memasuki Tri semester pertama dan ia kesepian karena, Robert, suami nya sedang mengikuti Konvensi di Swiss dan tentu saja ia belum bisa ikut mengingat kondisinya yang cepat kelelahan. dan tiba-tiba saja Evi begitu merindukan Alena, ia bahkan berubah haluan, dress cantik-cantik miliknya kini tergantung begitu saja di lemari. berganti dengan baju kaos kedodoran dan rok atau baju jeans sesuai gaya Alena. Tapi, itu gaya Alena yang dulu kan?10 tahun yang lalu. Evi mungkin tidak ingat. karena sudah lama mereka tidak berjumpa, hampir 5 tahun sejak Evi kuliah di Amerika lalu menikah dengan Robert dan suaminya itu tugas di Korea.
Dari layar ponselnya Aldric masih bisa membedakan kedua wanita ini. Meski bertukar gaya berbusana. Alena sejak 5 tahun ini telah bermetamorfosis semakin cantik dan elegan dengan dressnya. wanita itu sekarang senang dengan gaun-gaun panjang atau maxi dress dan midi dress, bahkan salah satu Pavorit Aldric adalah A line dress yang kerap dikenakannya, termasuk juga satu ketika Alena menghadiri sebuah pesta yang berhasil Aldric dapatkan gambarnya, meskipun ketika itu ia sedang berada diluar negeri, yaitu Empire waist dress yang menunjukkan sosok Alena bak seorang ratu.
Sejak Alena merubah penampilannya, anehnya Aldric ikut berubah. ia merasa perlu merubah outfitnya, disesuaikan dengan merk dan trend pilihan Alena. Selain baju wajib militernya serta baju jas-jas untuk pertemuan penting di perusahaan, baju-baju lamanya segera mengisi dus-dus dan segera diantarkan ke daerah untuk dipakai para pekerjanya di perkebunan. tentu saja tidak ada yang akan menolak. Wong itu baju masih bagus-bagus semua. Bastian saja sempat mengambil 2 lembar.
ck... ck... ck... Bastian jadi kasian pada Jeng Hanum. Apa wanita cantik dan baik hati itu tidak terlihat? bahkan istrinya tersebut sudah memberinya 2 orang anak yang cantik dan gagah. yang berumur 10 dan 8 tahun.
Tapi itulah cinta.... cinta seorang Aldric yang tersimpan jauh di dalam hatinya. tak terlihat kecuali oleh orang-orang tertentu, seperti Bastian. Karena Bastian lah yang harus repot oleh urusan cinta itu. Bastian hampir saja jatuh cinta pada Alena karena sering nya sosok itu ada di galerinya. Untung ia selalu menyadarkan dirinya. Cukup... cukup Aldric saja yang terjebak pesonanya. Hingga kini pun Bastian masih mencari dan menerka pelet jenis apa yang digunakan wanita itu. Polos dan murni kelihatan, namun ia mesti waspada dengan segala gerak geriknya, sedikit saja Bastian terlewat, mungkin saja Aldric akan jatuh dalam pelukan nya. Sungguh Bastian masih bernafas lega. kalau bukan karena kewaspadaan nya, mungkin keduanya telah lama menjalani yang namanya perselingkuhan atau cinta segitiga. itu sebelum Alena menikah. Kalau itu keterusan maka bisa menjadi cinta persegi empat dengan adanya, Dewa suami Alena. Bastian menggaruk kepalanya
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!