NovelToon NovelToon

Cerita Yang Belum Selesai

Prolog

Atheya Alena adalah seorang anak perempuan yang berasal dari keluarga sederhana dengan didik kan dari orangtua yang menjunjung tata krama. Kesehariannya selain sekolah adalah membantu orangtuanya melakukan pekerjaan rumah. Ia merupakan anak rumahan. Di rumah ia jarang bergaul dengan anak seusianya apa lagi dengan anak laki - laki. Orangtuanya termasuk keras dalam mendidiknya bergaul dengan anak laki - laki. Anak perempuan di larang kesana kemari dengan anak laki - laki, di larang tertawa atau bercanda dengan anak laki - laki. Karena didik kan orangtuanya tersebut ia pun tidak mengenal cinta - cintaan atau cinta monyet yang teman - teman sekolahnya saja sudah mengalami hal itu di bangku kelas lima atau enam SD.

Hingga pada saat ia kelas dua SMA ia tumbuh menjadi anak gadis yang masih polos dan lugu belum pernah berpacaran sebelumnya. Ia sudah mulai bisa bergaul dengan teman laki - laki. Dan ada satu anak laki - laki yang membuat ia tertarik, namanya adalah Angga. Lelaki remaja itu suka menggodanya namun ia adalah anak yang baik. Suatu hari Angga menyatakan perasaannya kepada Atheya dan Atheya pun menerimanya. Akan tetapi Atheya yang tidak punya pengalaman berpacaran membuat ia tidak tahu harus berbuat apa. Apa yang di lakukan bagi anak seusianya jika pacaran. Mereka berdua pun menjalani pacaran mereka dengan kecanggungan satu sama lain. Mereka malu satu sama lain. Atheya merasa tidak nyaman dengan keadaan tersebut. Hingga pada hubungan mereka terhitung satu minggu Atheya memutuskan Angga. Sebenarnya bukan karena ia sudah bosan dengan Angga akan tetapi karena ia sebenarnya tidak tahu bagaimana berpacaran itu. Bahkan mereka belum pernah bicara hanya berdua secara langsung apalagi keluar berdua saja. Angga pun menerima saja keputusan Atheya, berpikir mungkin Atheya tidak bahagia dengannya. Angga memang mempunyai pemikiran yang lebih dewasa daripada Atheya. Namun Atheya juga tidak salah karena ia memang tidak di perbolehkan mengenal laki - laki sebelumnya oleh orangtuanya. Ia berani membuka hati untuk lelaki pun setelah ayahnya tiada. Ayah Atheya meninggal ketika ia kelas satu semester akhir. Setelah lulus sekolah ia tidak melanjutkan kuliah, ia pergi ke Kalimantan ikut dengan saudara sepupunya.

Di Kalimantan ia bekerja berpindah - pindah karena mencari yang lebih baik. Hingga suatu hari ia bertemu dengan seorang lelaki paruh baya yang ternyata adalah bos dari sebuah restoran terkenal di kota itu. Dan kebetulan restoran itu membutuhkan satu orang untuk di tempatkan di kantor yang bisa mengoperasikan komputer. Lelaki itu pun menawarkan kepada Atheya untuk mencobanya bekerja di kantornya selama satu bulan. Atheya pun mencobanya dan ia merasa cocok dengan pekerjaanya kali ini. Begitu juga dengan atasannya yang bernama pak Rudi, ia mendapat laporan dari manager restoran tersebut yang tak lain bernama Siska bahwa kinerja Atheya sangat bagus dan cepat mengerti. Hingga saat ini Atheya yang usianya sudah menginjak kepala tiga masih bekerja di tempat tersebut sebagai assistant manager.

Dari segi karir mungkin Atheya cukup beruntung namun tidak dengan hal percintaannya. Beberapa kali ia mencoba menjalin hubungan dengan lelaki selalu gagal. Baik yang seumuran ataupun yang umurnya masih di bawahnya. Setiap ada lelaki yang lebih dewasa suka pada dirinya tak juga membuatnya tertarik.

Dalam hidup Atheya ada fakta yang unik dan ia pun tak mengerti dengan hal tersebut. Atheya sering bermimpi dengan Angga yang merupakan cinta pertamanya di bangku SMA. Entah apakah karena rasa bersalah atau Atheya yang belum bisa move on dari Angga. Jika dikatakan belum move on kenyataannya Atheya menerima dengan baik berita pernikahan Angga dengan Dinda yang tak lain adalah teman satu sekolah semasa SMA. Memang Atheya dan Dinda tidak terlalu dekat sewaktu sekolah namun mereka berhubungan baik.

Mimpi Entah yang Keberapa

Di sebuah sekolah menengah atas, lalu lalang siswa siswi berseragam putih abu - abu.

"Atheya... ", sapa seorang pria remaja dengan senyum hangat ketika berpapasan dengan seorang gadis yang ia sukai.

" Hai... ", balas si gadis dengan senyum sumringah.

Mata Atheya terbuka, hatinya berdebar merasa lilung ternyata ia bermimpi masa SMA.

"Huh... ", ia membuang nafas.

Kemudian duduk meraih ponsel di meja samping ranjangnya, waktu menunjukkan pukul setengah lima pagi. Ia meletakkan kembali ponselnya di atas meja.

" Ya Tuhan mau sampai kapan aku memimpikannya ?", ucapnya sembari menyunggar rambut panjang lurusnya ke belakang dengan frustasi.

Mimpi yang ia alami pagi ini entah mimpi yang ke berapa kalinya. Mimpi di tempat dan waktu yang sama hanya situasi yang sedikit berbeda. Waktu semasa SMA, di sekolah, memakai seragam putih abu - abu.

Beberapa saat kemudian ia turun dari ranjangnya, menuju pintu untuk keluar mengambil air wudhu. Keadaan di kos-an masih lengang di jam tersebut.

Pukul setengah delapan Atheya bersiap untuk berangkat bekerja. Ia berjalan menaiki jalan berundak yang ada di samping kamarnya menuju keluar. Kamar kos-an memang berada di bawah sementara rumah atas di tempati pemilik kos-an.

"Berangkat mbak Theya? ", sapa mbak Rosmah yang merupakan pegawai di situ.

" Iya mbak Rosmah, yuk duluan! "

"Iya hati -hati"

Setiap hari pulang pergi bekerja Atheya menggunakan transportasi umum. Tempat ia bekerja tidak begitu jauh. Hanya sekitar lima belas menit jika tidak macet.

Sesampai di tempat kerja, ia langsung naik menuju lantai dua yang merupakan kantor tempat ia bekerja.

Lantai satu sendiri merupakan restoran.

Siang harinya, Atheya turun untuk beristirahat. Biasanya makan siang di bawah namun hari ini ia malas. Ia duduk di kursi depan kasir. Hanya ada beberapa tamu yang makan siang. Restoran ini di sebut juga restoran pusat. Di tempat ini tidak begitu ramai karena memang lebih fokus untuk kantor dan memasak, serta mess karyawan. Beda dengan di cabang yang lebih fokus untuk jualan, di sana lebih ramai. Di kota ini sendiri restoran cabang berada di beberapa mall. Sedangkan di beberapa kota lain juga ada cabangnya.

"Hei... kamu nggak makan? " tanya Nia kepada Atheya dengan posisi membungkuk lengannya di sandarkan pada meja.

"Kamu dari pagi ku perhatikan kelihatan kusut, seperti nggak semangat gitu. Nggak seperti biasanya ceria. Kenapa hm...? ", lanjut Nia sedang pertanyaan yang pertama saja belum di jawab Atheya.

" Aku lagi males"

"Males kenapa? Ada masalah? Ceritalah siapa tahu aku bisa kasih saran atau pendapat hehehe", kali ini Nia merubah posisi jadi duduk di kursi berhadapan dengan Atheya.

"Kamu pernah nggak mengalami mimpi yang berulang - ulang ? Di waktu yang sama, tempat yang sama hanya situasinya saja yang sedikit berbeda"

"Hm... sepertinya nggak pernah sih", Nia mencoba mengingat setiap mimpinya.

" Memang kamu mimpi seperti itu? ", lanjutnya.

" Iya"

"Mimpi apa?"

"Aku mimpi mantanku waktu SMA, aku sering mimpi kita masih sekolah"

"Kamu masih ada perasaan ya sama mantanmu itu? "

"Mungkin lebih ke arah merasa bersalah karena aku memutuskannya tanpa alasan yang jelas"

"Kok bisa begitu sih kamu... aneh? "

"Udahlah ceritanya lanjut nanti aja kalau aku udah waktunya pulang, biasanya kan jam segitu masih sepi"

"Iya sebisa kamu dan kalau aku nggak sibuk. O iya kamu makan gih! Nanti kamu kena lambung lo kalau telat makan. Aku ambilkan ya... mau menu karyawan atau yang lain? "

"Menu karyawan hari ini apa? "

"Tumis cumi"

"Ya udah itu aja sama minumnya air putih"

"Oke", Nia berlalu mengambilkan Atheya makan.

Nia adalah salah satu karyawan yang bertugas di dapur namun ia juga termasuk karyawan yang dekat dengan Atheya. Ia merasa senang berteman dengan Atheya karena menurutnya Atheya orangnya tidak sombong, baik, cantik pula.

Waktu berjalan hingga jam menunjukkan pukul lima sore dimana waktunya Atheya pulang. Sesuai kesepakatan dengan Nia tadi siang ia pun menceritakan apa yang menjadikannya tidak semangat hari ini.

"Bisa jadi sih itu mungkin karena rasa bersalah kalau aku dengerin ceritamu. Kamu minta maaf aja sama dia! ", saran Nia.

" Sudah, aku sudah minta maaf dan dia juga udah maafin aku"

"Kalau gitu berarti kamu dong yang belum bisa move on ? "

"Entahlah, yang pasti kalau aku belum bisa move on lantas kenapa aku biasa saja mengetahui dia yang menikah dengan orang yang satu sekolah denganku? "

"Apa? Maksud kamu mantanmu itu menikah sama teman satu sekolah denganmu ? "

"Iya"

"Kamu kenal? dekat sama perempuan itu? "

"Kenal. Dekat nggak terlalu sih tapi hubunganku dengan dia baik"

"Ya Tuhan..., dan kamu masih sering mimpi mantanmu sementara dia sudah menikah? "

"Hm, itu lah kenapa aku merasa lelah dengan mimpi ini. Aku nggak mengerti apa maksud mimpi ini? Kenapa berulang - ulang? Jika saja itu hanya sekali atau dua kali, itu wajar kan ? Tapi yang ku alami tidak begitu. Huh... jujur aku lelah Nia bahkan terkadang aku seperti tidak tahu arah tujuanku"

"Sabar ya...! ", Nia merangkul pundak Atheya. Ia merasa iba dengan yang di alami temannya itu.

Sampai di kos-an Atheya langsung pergi mandi, hari ini pulangnya agak telat karena ia tadi berbicara dengan Nia. Di luar kamar begitu ramai karena anak - anak kos berkumpul sambil menonton TV.

"Kalian pada ngomongin apa sih heboh banget? ", Atheya yang baru keluar dari kamar ikut bergabung.

" Eh kak Theya belum dengar ya? ", tanya Lia salah satu yang kos di situ.

Atheya menggeleng karena tidak tahu.

" Anaknya tante Rully yang di jakarta mau datang besok"

"Trus kenapa? "

"Kok 'kenapa? '. Eh kenapa ya? Nggak kenapa - kenapa sih hehehe"

"Dasar o'on lo " , sahut Nita sambil melempar Lia dengan bantal sofa.

"Hahaha", yang lain tertawa tak terkecuali Atheya.

Mereka yang saat ini berenam yaitu Lia, Nita, Tari, Yanti, Luluk, dan Atheya sedang penghuni kos yang lain berada di kamar.

" Hei, si Lia itu mau coba deketin anaknya tante Rully. Makanya dia heboh banget. Aku kasih tahu kamu ya Lia... anaknya tante Rully itu nggak bakal minat modelan kayak kamu", Yanti ceplas ceplos.

"Kenapa nggak, aku manis gini... imut lagi", Lia tidak mau kalah.

" Cih... ", Tari berdecih.

" Prett... " , Lulu dan Nita juga menanggapi bersamaan.

"Gedeg aku sama kamu Lia, PD mu selangit", ucap Yanti.

Atheya hanya tertawa melihat kekonyolan teman - teman satu kosnya.

Keesokan harinya seperti biasa ketika Atheya akan berangkat kerja ia melihat mbak Rosmah di bantu pak Yanto yang bekerja di situ juga sebagai tukang kebun yang berada di belakang rumah sedang menurunkan belanjaan dari mobil.

"Banyak banget belanjaannya mbak Rosmah? ", tanya Atheya.

" Iya mbak Theya, mau masak - masak buat menyambut kedatangan mas Saga"

"Saga? ", Theya baru mendengar nama itu.

" Itu lo anaknya ibu kos kita yang di Jakarta, yang di omongin Lia semalam tuh", sahut Yanti yang tiba - tiba muncul di belakang Atheya.

"Oh", Atheya baru tahu.

'namanya Saga', batin Atheya.

"Asyik makan gratis. Lumayan ngirit duit", ceplos Yanti.

" Yuk Thea jalan, kita naik angkot bareng! ", ajak Yanti.

" Kamu nggak bawa motor? "

"Bannya bocor. Males bawa ke bangkel"

"Eh Theya, kamu udah lama kos di sini tapi kok kayaknya nggak tahu Saga sih? O iya ya setiap Saga pulang kan kebetulan pas kamu pulang kampung juga. Lagian Saga juga jarang pulang", Yanti bertanya namun di jawabnya sendiri.

" Kayaknya aku aja yang nggak tahu Saga ya? "

"Sepertinya sih gitu. Tapi wajarlah kamu nggak tahu, dia emang jarang pulang kok. Sekalinya pulang pas kamu nggak ada di sini. Dia lebaran aja belum tentu pulang, padahal Jakarta - sini naik pesawat bentar aja"

"Hah... lebaran nggak pulang? Ke rumah orangtuanya sendiri loh? "

"Iya. Kalau dibilang nggak ada duit buat pulang nggak mungkin kan? Emang dasar orangnya aja yang begitu"

"Memang dia seperti apa orangnya? "

"Slow, cuek... ya gitu lah pokoknya. Susah di jelasin".

Setelahnya tak ada pembicaraan lagi di antara mereka.

Kedatangan Saga

Waktu menunjukkan jam satu lebih lima belas menit siang, sebuah taksi bandara berhenti di depan pagar sebuah rumah. Seorang lelaki tinggi, kulit putih, dan hidung mancung turun dari taksi ia melihat papan yang bertuliskan " Kos-an Putri Tante Rully" di sisi pagar rumah tersebut. Ia tersenyum miring kemudian berjalan masuk sambil menyeret koper yang ia bawa.

"Assalamualaikum... permisi bu kami dari yayasan ingin minta sumbangan? ", suara lelaki itu agak keras. Ia sengaja tidak memencet bel yang ada di samping pintu.

" Waalaikumsalam... ", suara dari dalam terdengar berjalan menuju pintu.

" Hei... bocah nakal kirain orang minta sumbangan betulan. Ibuk...mas Saga sudah datang" , teriak Rosmah pada majikannya yang di kenal dengan tante Rully.

"Lho lha piye tow (lho gimana sih) katanya sampai sini jam enam? ", tante Rully yang kaget menuju ruang tamu pasalnya sang putra memberitahu bahwa akan tiba di rumah sekitar pukul enam sore.

Tante Rully orang asli Jawa yang merantau di Kalimantan oleh sebabnya ia kadang masih menggunakan bahasa Jawa jika berbicara sehari - hari.

"Yah... nanti nggak kejutan dong ma ", jawab Saga sambil menjabat tangan ibunya mencium punggung tangannya kemudian berpelukan.

" Ayo masuk ke dalam! Rosmah antar kopernya Saga ke kamarnya! "

"Baik buk"

"Makan dulu ya... mama ambilkan? "

"Nggak ma, Saga masih kenyang sudah makan tadi sebelum terbang ke sini", sambil mengelus perutnya.

" Jadi gimana sudah positif kan kamu pindah kerja di sini? "

"Iya, kan mama yang minta"

"Lha wong kamu kalau mama nggak begitu, kamu malas pulang ke sini. Seperti nggak punya orangtua saja", sambil mencubit paha sang anak gemas.

" Aw... sakit ma"

"Umur kamu sekarang sudah berapa kelakuan masih kayak anak SMA hm...? "

"Baru dua tujuh belum genap"

"Baru dua tujuh? "

"Belum genap ma...belum genap"

"Ma, Saga baring di kamar dulu ya? "

"Ya sudah sana! "

Pukul lima lewat lima belas menit Atheya sampai di kos, sebelum masuk ke kamarnya ia melewati tempat yang biasa anak - anak kos berkumpul menonton TV atau santai. Di situ sudah ada Luluk yang sedang menonton TV dan Tari yang bermain ponsel.

"Cin... nanti malam di ajakin makan bersama tante Rully", ucap Tari tanpa melihat orang yang di ajaknya bicara.

Atheya mengernyit bingung siapa yang di ajak bicara.

" Kamu ngomong sama aku? " , Atheya bertanya sembari menunjuk dirinya dengan jari telunjuknya.

"Ya iyalah, emang sama siapa... kucing? "

"Siapa tahu sama Luluk? "

"Dia mah nggak perlu di kasih tahu, nggak penting", Tari melirik Luluk.

" Sialan lo ya", Luluk tidak terima.

"Ada acara apa kita di ajakin makan malam bersama? "

"Anaknya datang, Saga yang semalam di omongin itu lho. Sebagai penyambutan"

"O iya tadi pagi kan mbak Rosmah belanja banyak, aku lupa", Atheya yang baru ingat.

"Bukan penyambutan sih kalau aku bilang, tepatnya syukuran karena anaknya mau pulang. Hihihi", celetuk Luluk.

" Hush, kalau di dengar tante Rully nggak enak" , Tari memperingati sambil matanya melotot ke arah Luluk.

"Ups... maaf? "

"Hati - hati kalau bicara! ", lanjut Tari.

" Ya sudah makasih infonya Tar, aku ke kamar dulu! ", pamit Atheya.

"Siip"

Malam harinya pukul tujuh semua anak kos makan bersama dengan keluarga tante Rully. Banyak sekali makanan yang tersaji.

Mereka makan di bawah beralaskan karpet sebab jika di meja makan tidak akan cukup.

"Nih ya...tante itu seneng banget karena anak tante yang pertama mau pulang makanya tante ngadain makan bersama, sebagai rasa syukur tante", tante Rully yang tiba - tiba membuka suara di tengah - tengah acara makan.

Semua memperhatikan tante Rully dan mendengarkan apa yang di sampaikan.

Sementara Saga tidak memperdulikan yang di sampaikan oleh mamanya lantaran pandangannya fokus pada seorang perempuan berambut panjang lurus yang ada di sebrang.

'Siapa cewek itu? aku sepertinya nggak pernah lihat. Kalau yang lain aku masih ingat", batin Saga penasaran masih tidak mengalihkan pandangannya. Justru semakin dalam. Hingga ia di kagetkan suara yang berada di sampingnya.

"Bang makan, malah melamun! ", Rasya yang melihat kakanya tidak menyendok - nyendok makanan yang ada di depannya.

Orang yang di tegur tidak menjawab hanya melanjutkan makannya.

Selesai makan menu utama, mereka belum bubar karena masih menikmati makanan penutup seperti kue dan buah.

"Sya, siapa cewek rambut panjang itu? Aku nggak pernah lihat, anak baru ya? ", bisik Saga di dekat telinga adiknya.

" Yang pakai baju biru itu? ", Rasya memastikan.

"Hm"

"Itu mbak Thea. Dia bukan anak baru, udah lama kos di sini. Abang aja yang nggak pernah ketemu sama dia. Makanya bang kalau di suruh pulang itu pulang. Ini... enak di Jakarta enak di Jakarta heh... ", Rasya mencibir kakanya.

Namun yang di cibir tidak menggubris sebab masih fokus pada perempuan berambut panjang. Ia tidak telalu cantik, sedang saja. Kulitnya juga tidak putih, hidungnya juga biasa tidak mancung. Tapi wajahnya terkesan tegas dan dingin membuat penasaran Saga.

'namanya Thea', batin Saga.

Di sisi lain, siapa yang tahu di tengah - tangan acara makan ada seseorang yang sebenarnya tidak nyaman. Sudah tidak betah berada di sana. Hanya saja ia harus menghormati tuan rumah. Orang itu adalah Atheya. Ia merasa tidak nyaman lantaran Saga yang memperhatikannya terus dari awal Ia duduk hingga saat ini. Ia merasa seperti di telanjangi karena pandangan Saga yang fokus terhadap dirinya dengan sorot mata tajam.

'Ya Tuhan tolong cepat selesai acara ini. Aku sudah tidak tahan berada di sini', dalam hati Atheya berdoa.

Beberapa menit kemudian acara makan malam pun selesai namun mereka masih duduk - duduk.

"Permisi tante, saya undur diri dulu ya soalnya masih ada yang mau saya kerjakan? ", Atheya yang sudah tidak tahan akhirnya menjadi orang pertama yang meninggalkan tempat itu.

" O silakan! Makasih ya Atheya? ", jawab tante Rully.

" Sama - sama tante, saya yang makasih sudah di undang. Permisi tante, semuanya duluan ya? "

"Oke", serempak teman - teman kosnya.

" Huft... akhirnya", Atheya menghela napas lega. Seperti seseorang yang bisa lolos dari kejaran preman.

Ia buru - buru menuju kamar, kemudian duduk di atas ranjang begitu masuk kamar dan mengunci pintu kamar.

"Ada apa sih sebenarnya? kenapa lihatin aku kayak gitu? ", ia bicara sendiri.

Setelahnya ia mengambil ponsel yang sedari tadi di kantonginya. Ia mulai berselancar memainkan ponsel sambil berbaring dan akhirnya ketiduran. Ia lupa jika belum melaksanakan shalat isya'. Hingga jam menunjukkan pukul sepuluh lebih lima menit. Ia terbangun.

"Ya Tuhan aku belum shalat... ", pekiknya pelan.

Ia bergegas bangkit dari ranjangnya kemudian keluar untuk mengambil wudhu.

" Klek", suara pintu kamar Atheya yang di buka dari dalam.

Saga menoleh ke arah sumber suara, ia yang saat itu sedang berdiri merokok di rooftop. Ia melihat Atheya yang keluar dari kamar. Kebetulan yang menguntungkan, pasalnya posisi kamar Atheya terlihat dari rooftop. Desain kos-an tersebut memang terbuka di bagian depan kamar - kamar. Jadi tempat yang di gunakan anak - anak berkumpul menonton TV itu merupakan ruangan terbuka los. Jika ingin ke dapur atau ke kamar mandi sudah pasti melewati ruang tv. Di sebelah tempat TV terpasang ada tangga yang menuju ke lantai dua, lantai dimana pemilik kos tinggal. Lalu di dekat tangga tersebut ada pagar besi tinggi yang setiap malam di kunci sehingga orang tidak bisa asal keluar masuk area kamar penghuni kos. Jadi baik ruang TV atau tangga yang menuju lantai dua posisinya ada di dalam pagar besi yang desainnya celah - celah, dimana orang tidak bisa menerobos. Jangankan orang dewasa anak kecil saja tidak bisa masuk karena tidak muat di lalui badan.

"Jadi kamarnya di situ", gumam Saga sambil tersenyum misterius.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!