Alina Tengah berdiam diri di ruang tamunya, ia tengah memikirkan sesuatu hal yang tidak penting dalam hidupnya, Apakah kalian tahu, apa kalian bisa menebak apa yang dia lamun kan sekarang?
"Kenapa kuda laut bisa mengandung, tapi kenapa yang menyimpan kandungannya itu suaminya bukan istrinya?" gumamnya sambil melihat langit-langit.
"Apakah aku harus meneliti kuda laut sekarang? Tapi itu tidak mungkin, Bagaimana aku bisa menemukan kuda laut di zaman seperti ini. Apakah aku harus mundur ke zaman dahulu dan mencari tahunya sendiri." pikirnya lagi yang tak henti-hentinya memikirkan hal itu.
"Alina Apa yang sebenarnya kamu sedang lakukan? bukannya membantu Kakak, kamu malah terbengong-bengong nggak jelas kayak gitu" ucap kakak nya sedikit berteriak dari arah dapur.
"Setidaknya aku tidak melamun kan hal-hal yang tidak penting disini." teriaknya kembali yang menyahuti teriakan kakaknya dari arah dapur.
"Apa, Apa yang sebenarnya kakak mau dariku?" Teriak nya lagi.
"Kakak kan sudah mengatakan nya padamu tadi, kenapa kamu pelupa sekali? Apa kamu sudah setua itu dari kakak?" Tanya nya lagi, yang tak henti henti nya berteriak dari arah dapur.
Mereka adalah kakak beradik, mereka akur dan tidak akur. Mereka tidak akur akan satu hal yang tidak sesuai dengan keinginan kakaknya, dan mereka akan akur seperti Saudara pada umumnya.
"Tadi kan kakak sudah bilang buat beliin kopi ke warung, kenapa kamu tidak mengerti dengan apa yang kakak maksud." ucapnya lagi.
"Aduh kak warung itu jauh, banyak cowoknya pula. Aku mana sanggup buat pergi ke sana sendirian. Biasanya juga Kakak yang pergi ke warung, atau enggak Ibu kenapa nggak kakak aja yang pergi ke sana sih. Kenapa harus aku coba." keluh Alina dengan semua keluhan yang keluar dari mulutnya.
"Oke.. Kakak bakal balik ke warung. Tapi kakak bakal balik Nanti sore, Semoga kamu bisa makan hari ini. kamu pikir kamu bisa masak? masak air aja kamu takut, apalagi masak sesuatu. Kamu ini cewek, masa iya nggak bisa masak sama sekali sih. menyedihkan.. " ucapnya lagi Seraya berjalan keluar menuju warung.
"Punya kakak gini amat dah. . Liat aja kak aku bakalan belajar masak dari ibu secepat nya. Aku akan membuktikan nya padamu." Ucap Alina tidak terima dengan pernyataan yang kakak nya berikan.
Alina Bagaskara adalah putri dari keluarga Bagaskara. Hidup nya tidak bisa di sebut Miskin ataupun Kaya, dia hanya gadis dari kelas menengah yang hidup tanpa banyak tingkah.
Ferdi Bagaskara dia adalah kakak sekaligus teman dari Alina, Semenjak orang tua mereka meninggal. Kakaknya lah yang menjadi tulang punggung untuk adik semata wayang nya itu.
"Ibu, Ibu lihat? Kakak jahat banget sama Alina, aku kan pengen bisa masak juga, tapi siapa yang mau mengajariku bu? Apa kamu meninggalkan sebuah resep atau apa untuk ku pelajari? Katakan padaku." Ucap Alina seraya memegangi selembar poto ibunya.
"Bu apa kamu tidak merindukan kita berdua? Bagaimana di sana?Apa ibu bahagia di sana ? Dan bagaimana dengan keadaan Ayah ? Apa dia baik baik saja?" Pertanyaan demi pertanyaan terus terlontar dari dalam mulutnya.
Ia tidak menangis melihat foto ibunya itu, ia malah tersenyum dengan sangat Tulus.
"Walaupun aku merindukan mu bu, aku tidak akan menangis untuk mu. Aku akan mengumpulkan uang, agar aku dan kakak bisa menegakkan keadilan untuk mu." Gumam Alina lagi.
......................
...Flashback...
lima belas tahun yang lalu, Alina dan Keluarga nya pergi untuk liburan. Ia dan semuanya sangat happy fun di dalam mobil.
Salah satu dari keluarga cemara yang orang orang impikan dalam kehidupan nya. Namun naas, semua nya telah berakhir...
"Saya melaporkan dari tempat kejadian, di duga kecelakaan ini di akibat kan oleh tabrak lari yang membuat mobil di depan nya kehilangan kendali dan menjadi kecelakaan beruntun. Polisi menduga ada Lima jiwa yang kehilangan nyawa nya." Ucap Reporter itu.
"Nak, Apa kalian baik baik saja? Jangan Khawatir, kami akan segera membawa kalian berdua ke rumah sakit. Bertahanlah" Ucap salah satu petugas di sana yang segera membawa Alina dan Kakak nya pergi.
Alina yang masih tersadar dan bisa mendengar apa yang di katakan petugas itu padanya. Lain hal nya dengan kakaknya, kakaknya terbaring tak sadarkan diri dengan semua luka yang ada di tubuh nya.
"Ka-Kak.." Ucap nya lirih seraya mengambil lengan kakak nya dan menggenggam nya sangat Erat. Tak lama setelah itu, semua pandangan nya berubah menjadi gelap gulita.
Alina harus menghadapi kenyataan yang sangat pahit. Kakak nya di nyatakan koma oleh dokter, mereka hanya bisa berdoa untuk kesembuhan nya. Setidaknya itu lah yang bisa mereka lakukan saat itu.
"Kakak bangun lah, aku merindukanmu, Nenek, Kakek mereka juga merindukan mu kak. bangun kak, mau sampai kapan kau akan terus tertidur seperti ini? Apakah kau tidak merindukanku Kak?" ucap Alina lirih melihat kakaknya yang tak bergeming sedikitpun. Ia menangis, ia tidak ingin kehilangan Kakaknya. sudah cukup,cukup hanya dengan kedua orang tuanya ia tidak ingin kehilangan yang satu ini.
"Alina.. Kenapa kamu menangis?" ucapan yang keluar dari mulut kakaknya mengagetkan semua orang, termasuk dokter yang berada di sana.
"Ini adalah sebuah keajaiban, Tuhan sudah mendengar semua doa yang sudah kita panjatkan untuknya. Saya akan melakukan tindakan lebih lanjut, saya akan menghubungi kalian lagi setelah semuanya selesai. Tolong tunggu di luar untuk beberapa saat." ucap dokter itu kepada Alina dan kakek neneknya.
Alina tidak mempunyai seorang Bibi maupun Paman, dia hanya mempunyai kakek dan nenek. Karena kedua orang tuanya adalah anak tunggal di keluarganya. Bahkan orang tua dari ayahnya Alina telah meninggal dunia beberapa tahun yang lalu.
"Saya sudah melakukan pemeriksaan lebih lanjut, Kondisinya sudah lebih baik sekarang. Kalian semua boleh menemuinya, Saya permisi dulu" ucap dokter itu Seraya pergi dari sana.
"KAKAK" teriakan juga tangisan yang Alina pendam selama sebelas bulan akhirnya keluar dengan sendirinya. Hampir satu tahun ia tidak sadarkan diri, dan itu sangat memukul batin dan jiwanya.
"Aduh kok adik kakak cengeng banget sih humm.. Kamu kenapa nangis kayak gitu? kan kakak nggak kenapa-napa, Lagian Kakak kan baik-baik aja kok kamu lebay banget nangisin kakak Sampek segitu nya? ada apa hum..?" tanya kakaknya dengan nada yang sedikit mengejek
"Ka-Kak.. Ja-jahat banget sama Alina.. Kata nenek kakak cuman tidur sebentar tapi kenapa sampai sebelas bulan?Kakak tahu Alina tuh takut kehilangan Kakak, udah Mah Aku kehilangan ayah sama ibu, masa Iya Ibu juga mau ngambil Kakak dari Alina. nanti Alina sama siapa dong kalau kakak nggak ada" ucapnya yang masih terisak dalam tangisan nya.
"Kamu nggak boleh ngomong kayak gitu dong, Harusnya kamu mendoakan dua orang tua kita biar mereka bahagia di sana." ucap kakaknya Seraya mencoba untuk tersenyum lembut kepada Alina.
"Kakek Tolong bawa Alina keluar dulu, Aku ingin berbicara dengan kamu berdua dengan nenek" mintanya pada kakeknya itu.
"Alina ikut Kakak sebentar yuk Nanti Kakak belikan es krim untukmu mau tidak?" Alina terlalu polos, dia bahkan tidak mengerti apapun terjadi pada hidupnya juga kakaknya, dan keluarga. Ia hanya tahu jika kakaknya tidak pergi meninggalkannya sendiri.
Setelah ia keluar bersama kakeknya ia mendengar kakaknya meraung-meraung seperti menangis kesetanan. Entahlah Alina tidak tahu kenapa kakaknya menangis sampai seperti itu, dia tidak mengerti untuk saat ini. Hidup nya antara bahagia dan tidak bahagia sekarang ini.
......................
"Coba aja kalo aku jadi orang kaya, Humm.. Bagaimana Yara melakukan nya? aku harus segera bertanya padanya, Agar aku bisa menjadi kaya juga dan mencari tau siapa yang membunuh kedua orang tua ku" Gumam Alina yang keluar dari rumah nya dan menuju ke tempat dimana teman nya berada. Hanya dialah yang dapat ia percaya saat ini.
Yara Evalia adalah salah satu sahabat yang ia punya saat ini. Sebenarnya masih banyak, hanya saja mereka semua sedang bekerja di luar kota. jadi Alina sulit untuk menemui mereka semua lebih tepatnya satu persatu.
" kira-kira Yara ada di rumah nggak ya?" tanyanya sambil menelusuri jalan yang panjang.
"Kalau sampai nggak ada, kebangetan sih Itu mah. udah mah jauh, nggak punya Ongkos, jalan kaki pula untung nggak serangan otot. Terus Kakak ke mana Dah Tadi katanya ke warung pas dia lihat ke warung nggak ada datang hidungnya sama sekali dia ke mana sih. udah mau punya adik belum makan lapar pula." omelnya di sepanjang jalan yang tak kunjung Berujung itu.
" Kenapa rumah dia jauh banget sih, Kenapa juga aku harus punya temen kayak dia? kita tuh deket sedekat Lem. tapi kenapa, rumah kita itu jauh banget kayak Afrika sama Amerika gini sih" keluhnya lagi.
yang kita dengarkan di sini hanyalah keluh kesah yang Alina buat sepanjang jalan, Dan jika saja ia tidak marah-marah pada Kakaknya tadi, dan menuruti apa yang dikatakan kakaknya mungkin sekarang ya sudah diantarkan oleh kakaknya ke rumah Yara.
' gini nih manusia kalau banyak ngeluh nya. nggak bakalan pernah sampai di Jamin'
setengah dari perjalanan pun telah dia lalui, hanya tinggal berbelok sedikit lagi dan ia akan sampai di rumahnya Yara. akan tetapi...
" sepertinya orang itu membutuhkan bantuan, Kenapa juga jalannya seperti itu? apakah dia terluka? Apakah dia sedang mabuk? aku akan menolongnya terlebih dahulu." ucap alina Seraya mendekatkan dirinya pada pria tersebut.
" Maaf om.. Apa kamu tidak apa-apa? Sepertinya kamu sedang terluka, Bolehkah aku membantumu?" tanya Alina sesopan mungkin padanya.
" Siapa yang kau panggil om hah? Apakah aku terlihat seperti itu Di Matamu, Apakah kau buta?" tanyanya dengan Ketus.
" Maaf om.. Eh maksud saya Pak.. eh gimana sih? harus manggil apa coba" tanya Alina yang bingung harus memanggil pria itu dengan sebutan seperti apa.
"Panggil saya Rayan, lagi pula sepertinya aku dua tahun lebih tua jadi mu. Dan berhentilah memanggilku seperti tadi" Ucap nya seraya
"Baiklah.. jangan bersikeras seperti itu. Aku bahkan tidak menggigit mu, aku kan Bukan anjing liar yang akan menggigit mu tolong diam dan duduk lah di situ Sebentar. aku akan melihatmu Kamu dulu." ucap Alina Seraya menuntun pria itu ke sebuah bangku yang ada di sana.
ketika ia hendak menyentuh luka nya, tiba-tiba saja pria itu mencengkram tangannya dengan sangat kuat.
"Adu-Duh, Sakit tau. Astagfirullah... tenang gan lagian ngga bakalan aku gigit juga. Udah di bilangin juga" Ucap Alina lagi yang mencoba melepaskan tangannya.
" Rayan lepasin dong, sakit nih mau aku gebuk apa gimana?" tanya Alina padanya.
" jika kau sampai macam-macam kepadaku, Aku pastikan kau akan menyesalinya." Ancam nya. namun Alina bukanlah cewek-cewek yang takut akan sebuah ancaman.
"Terserah.. tapi yang terpenting duduklah di sini dulu, aku akan membeli beberapa obat. Tolong jangan bergerak dan tetap diam" ucapnya Seraya berlari Pergi Meninggalkan Rayan sendiri di sana.
' itu cewek Kenapa dah, Luka kecil doang kok heboh banget sih, Lagian ini bukan pertama kalinya aku terluka, ada banyak begitu sayatan di punggungku tapi kenapa dia bisa spanik itu melihatku? lucu' pikirnya yang tanpa ia sadari ia tersenyum melihat tingkah yang Alina berikan padanya.
Ini baru pertama kalinya Rayan mendengarkan seseorang seperti ini. dalam hidupnya ia tidak pernah mendengarkan siapapun bahkan kedua orang tuanya, Ia hanya menjalankan bisnis seperti orang gila yang sedang mencari harta.
"Ma-Maaf.. Lam-Lama.. ya?" tanya Alina yang masih mengatur nafas nya.
" tentu saja bodoh, Kenapa kau lama sekali? aku sudah sangat kesal menunggu di sini." ucap rayan yang kembali menunjukkan sikap ketusnya kepada Alina.
"Bukannya Terima kasih, udah mah aku teh jauh-jauh lari ke Apotek buat beliin salep sama perban. eh ni orang malah kayak gini ke akunya." ucap Alina yang tidak suka dengan apa yang kalian katakan padanya.
Rayan bak singa yang meraung-raung kesakitan, ia sangat sulit untuk dikendalikan. bukan karena luka nya, tapi karena ia tidak mau disentuh oleh Alina. itu yang buat Alina sangat tidak tahan untuk menahan tawa nya.
"Hahaha.. Kamu ini kenapa sih? Aku kan nggak bakalan ngelecehin kamu, Kenapa kamu kayak gitu" tawa Alina pecah di sepinya jalan dia tidak sanggup lagi menahan tawanya itu.
"Diem" Ucap Rayan kesal.
"oke oke..aku bakalan diam. Ini obatnya, biar luka kamu cepat kering. sama ini salep kalau kamu mau ganti perban, Tolong obatnya diminum ya biar lukanya juga cepat kering." ucap Alina lagi Seraya memberikan sekantong obat kepada Rayan.
" Oh ya kenalin, aku Alina Bagaskara ngomong-ngomong salam kenal. dan maaf karena aku sudah lancang menyentuh luka mu tadi" ucap alinea yang mencoba berkenalan dengan Rayan.
"Rayan Wiratama itu adalah namaku, dan juga Berhentilah sok akrab denganku. Aku bahkan tidak mengenal mu dan pergilah dari hadapanku sekarang." kenal nya.
Alina sangat heran dengan cowok yang ia temui kali ini, bisa-bisanya dia ngusir dirinya seperti itu. di mana harga dirinya Alina.
"udah di tolongin bukannya berterima kasih ini malah ngusir" kesal Alina padanya ia tidak terima diusir olehnya begitu saja
...Rahang yang tegas, dengan proporsi tubuh yang sangat tinggi dengan jas kebesaran yang ia pakai di tubuh nya. ...
Ilustrasi yang Alina lihat
...Rayan Wiratama...
...Pria paling aneh dengan ribuan misteri yang tersembunyi di dalam nya....
" Ya udah sih Ya, kalau emang nggak mau berterima kasih nggak papa. orang kaya kamu emang nggak cocok buat bilang terima kasih sama orang lain" ucap Alina dengan sangat kesal.
"Halo?"
bukannya menggubris pertanyaan dari Alina, Rayan malah mengangkat teleponnya dan mengabaikan Alina begitu saja. itu yang membuatnya Alina semakin jengkel terhadapnya.
"Ampun dah" ucapnya lagi
"Tunggu, Berikan aku nomer line milik mu. Aku akan berterima kasih nanti." baru aja Alina hendak pergi dari sana, tiba-tiba saja Rayan berkata seperti itu terhadapnya. sontak saja itu membuatnya terdiam beberapa saat.
" Ih kamu ini budek apa bagaimana, aku tanya nomor line kamu mana? Punya kan?" Rayan padanya lagi.
" Iya aku emang budek, kenapa? nga suka Ya? udah sih Ya, hidup-hidup aku juga yang budek aku bukan kamu, kenapa kamu yang ribet. kamu tuh sama kayak Kakak aku tahu nga kamu tuh suka ngata-ngatain gak jelas padahal mah kamu nggak tahu aku tuh kayak gimana orangnya" si Alina bukannya ngasih line malah nyerocos nggak jelas.
"Dih, Lagian aku kan nanya nih ya. bukannya dijawab malah bengang-bengong gak jelas." Ucap Rayan lagi.
" siniin hp-nya, tadi kamu nanya? kamu bertanya-tanya kan? Nih aku kasih tahu ya" ucap alinea Seraya mengambil handphone yang ada di tangannya Rayan.
" kamu mau maling ya?! nggak punya HP apa gimana?" Tanya Rayan dengan datar.
" Sialan nih orang, kamu pikir aku serendah itu sampai mau maling harta orang lain? enggak kali, Lagian aku punya Hp. walaupun hp-nya itu ya nggak gede-gede amat sih, tapi itu bisa buat Naro Line doang mah" Rayan tidak habis pikir dengan wanita yang ia temui hari ini. kenapa hari ini wanita sangat aneh?
termasuk dia.
" nih udah ya, kalau mau ngasih pesan tolong sertain nama alamat sama kronologinya ya. soalnya aku suka lupa sama orang." Jelas Alina.
" kamu ini tukang paket atau apa? Kenapa juga harus Nyertain alamat sama semuanya?" tanya Rayan yang sebisa mungkin mencoba untuk menahan tawanya agar tidak pecah.
Alina sangat terkejut karena Rayan tersenyum begitu lembut padanya, itu adalah fenomena yang sangat langka baginya. Alina kira Rayan adalah orang yang dingin juga kasar, tapi siapa sangka ternyata dia bisa tersenyum semanis itu terhadap nya.
Alina masih tertegun menatap pria yang ada di hadapan nya. Ia tidak menyangka, pria sepertinya bisa tersenyum yang membuat candu pada ingatan nya.
"Apa kamu baru saja tersenyum Rayan? Kamu terlihat sangat tampan ketika tersenyum" Goda Alina padanya.
"Apa yang kau maksud hah? Aku tidak tersenyum sama sekali. Apa kau sudah buta?"
Bukan nya mengaku, Rayan malah menyangkal perkataan dari Alina. Bagaimana bisa seorang Rayan tersenyum.
"Dengar, Aku tidak tersenyum kepadamu. itu hanya halusinasi mu saja" Tegas Rayan padanya.
'Apa dia merasa malu dengan apa yang aku katakan padanya? Tapi jelas jelas dia tersenyum tadi.' Gumam Alina yang perlahan membuat senyuman kecil di sela pemikiran nya.
"Baiklah, Mungkin itu hanya halusinasi ku saja. Tidak apa, Aku akan melihat senyuman itu lagi nanti." Ucap Alina.
"Nanti? Apa kau pikir kita berdua akan bertemu lagi lain waktu?" Tanya Rayan yang heran dengan apa yang Alina pikirkan.
"Tentu saja, Apa kamu tidak ingin bertemu dengan ku lagi?" Tanya nya balik.
"Berhentilah bermimpi Alina, Kau bahkan tidak mengenal siapa aku. Aku tidak pantas untuk kau kenali dan jika kau mengenalku lebih jauh lagi, Aku takut kau akan terjebak du dalam nya." Jelas Rayan yang tak menghiraukan notifikasi yang terus berbunyi memenuhi ponselnya.
"Tapi kenapa? Aku senang bisa mengenalmu padahal. Kalau begitu, bagaimana jika kita berteman saja untuk pertemuan selanjutnya?" Tanya Alina lagi padanya.
Rayan mengernyitkan dahi nya, Ini hal baru dalam hidup nya. Dimana ada orang yang menyatakan pertemanan padanya seperti ini. Selama ini hanya orang orang yang ia percayai yang bisa dekat dengan nya.
Tapi, sihir apa yang Alina pakai padanya? Ramuan apa yang ia lontarkan pada Rayan? Bahkan Rayan tidak mempermasalahkan Alina sekalipun, Walau pun ia menyentuh nya tadi.
"Terserah kau saja. Jika itu mau mu, maka lakukan lah dan tolong jangan terlalu berharap padaku Alina" Ucap nya.
"Baiklah, Aku akan melakukan semua yang ku bisa agar aku bisa berteman dengan mu Rayan. Dan aku harap kamu tidak mendapat luka lagi nantinya." Ucap Alina seraya memberikan senyuman andalan nya.
"Berhentilah membuat senyuman seperti itu, Apa kau semurah itu ketika tersenyum?" Pertanyaan dari Rayan benar-benar membuat Alina sakit perut.
"Rayan dengar, Aku bukan lah barang maupun makanan atau pun aksesoris murahan. Aku ini manusia. Lihatlah, Aku bahkan bisa menari jadi tolong jangan berbicara seperti itu padaku." Jelas Alina, sambil sedikit menggoyangkan pinggul nya ke sana kemari.
'gila' Pikir Rayan sambil tersenyum melihat tingkah laku dari Alina padanya.
"Apa kau sedang menggodaku Atau semacam nya? Kenapa kau bertingkah seperti itu di hadapan ku? Apa otak mu baik baik saja?" Tanya Rayan padanya.
"Ini adalah salam pertemanan dariku, Biasanya kami akan melakukan ini dengan teman baru ataupun teman lama" Ucap Alina sambil terkekeh pelan.
"Kau sangat aneh Alina" Ucap Rayan padanya.
Alina tak henti hentinya membuat Rayan tertawa pada saat itu, sampai ia melupakan tujuan utama nya untuk pergi ke rumah Yara.
"Berhentilah, Aku akan pergi sekarang. Jaga dirimu baik-baik" Ucap Rayan seraya pergi dari hadapan Alina.
"Sampau jumpa Rayan, Tolong lebih ramah lagi ke depan nya ya. Aku menantikan pertemuan kita lagi." Ucap Alina sambil melambaikan tangan nya.
Alina bahkan tidak mendengar suara dari seseorang yang memanggil nya. Ia terlalu asik mengantar sahabat barunya itu pergi.
"Alina, Dasar payah. Kenapa kamu tidak mengatakan apapun padaku? Apa kamu ingin membuat kakak serangan jantung atau bagaimana?" Tanya nya. Yang tak lain dan tak bukan adalah Ferdi Kakaknya.
"Apaan sih kak, Ribut banget lagian. Aku kan cuman keluar sebentar, Gak sampai di culik sama alien juga. Kenapa kakak ribut sekali sih?" Tanya Alina yang terheran heran dengan perlakuan kakak nya itu.
Ferdi malah menarik Alina untuk pulang, bahkan dia tidak menjawab pertanyaan dari Alina.
"Kak Ih.. Astagfirullah, Aku kan bisa jalan sendiri. jangan main tarik tarik aja dong, kakak kira aku ini domba atau sejenis nya? Atau bagaimana?" Tanya Alina lagi.
"Siapa yang kamu temui tadi?" Tanya nya, dengan nada yang baru pertama kali ini Alina mendengar nya.
"Dia.. Rayan kak, Kenapa memang nya?" Tanya Alina lagi.
'Rayan? Terasa tidak asing di telinga ku' gumam Ferdi yang mendengar nama itu di telinga nya.
Ia tidak menyangka jika adik nya akan melakukan hal ceroboh seperti ini, Ferdi tau jika adiknya sudah dewasa. Tapi tetap saja ia takut jika adik nya mengambil langkah yang salah suatu hari nanti.
"Astagfirullah.. Alina dengarkan kakak, kamu tidak bisa seenak nya mengenal orang asing seperti itu. Jika mereka mempunyai niat tersembunyi terhadap mu bagaimana?" Ucap Ferdi padanya.
"Apaan sih kak.. Lagian dia tuh lagi terluka, masa ia aku biarin gitu aja. gimana kalau nyawanya tiba tiba saja melayang di hadapan ku? Bagaimana jika ada orang yang menuduhku sebagai pembunuh nya" Jelas Alina pada kakak nya itu.
Alina tidak mengerti sama sekali tetang apa yang kakak semata wayang nya pikirkan. Jika memang orang itu jahat, harus nya ia sudah di sandra oleh nya bukan? setidak nya untuk meminta tebusan.
Tapi kakak nya membuat tuduhan tak berdasar pada orang baru seperti ini, apa kah kakaknya tidak pernah berfikir dua kali dalam menilai.
"Tenang aja kak, Lagian aku aman disini. Kakak kan bakal melindungi aku dari semua bahaya, kakak kan yang paling hebat." Ucap Alina sambil tersenyum.
"Tetap saja dek, kakak tidak mau kamu bertindak gegabah seperti tadi. Kakak takut kamu kenapa kenapa. Itu saja. " Ucap Ferdi dengan wajah yang sangat sedih.
"Tutu.. Kak kok kakak kayak bayi panda aja sih?" Ucap Alina padanya.
"Jangan mulai dek, Kakak baru saja memaafkan mu kali ini." Kesal nya.
Alina hanya terkekeh pelan, Dia sangat beruntung karena tuhan tidak mengambil salah satu harta karun paling berharga di hidupnya.
'Kak aku sangat menyayangi mu, sungguh. aku berdoa agar kamu terus sehat seperti ini dan menghabiskan nafas terakhir mu bersama ku nanti' Ucap Alina seraya memandang bahu lebar milik Ferdi.
"Apa? Apa yang kamu lihat sekarang?" Tanya Ferdi yang terlihat masih kesal kepada nya.
"Tidak ada, Aku hanya sedang menghitung kadar oksigen di rumah ini. Itu saja" Ucap Alina sambil terkekeh.
"Jika kamu melakukan itu lagi, kakak tidak akan segan untuk menenggelamkan kan mu ke dasar sungai.
" Coba aja kalo berani.wewewe " Ledek Alina Seraya berlari menjauh dari kakaknya.
Alina maupun Ferdi tidak pernah sekalipun merasakan kesepian di dalam kehidupan yang mereka jalani saat ini. Mereka sempat akan di titipkan di panti asuhan namun kakek dan nenek nya nggak memperbolehkan hal itu. Jadi mereka lah yang merawat kedua nya sampai Nenek menghembuskan nafas terakhirnya dan meninggalkan kakek seorang diri.
"Alina jika kamu sudah selesai, tolong hantarkan makan ini pada kakek. Jangan lupa buat ngasih kakek obat setelah nya." Ucap nya.
"Baik kak" Patuh Alina terhadap nya.
Namun beda hal dengan tembok api di sebelah nya.
"Bagaimana Rayan? Apa kau menemukan siapa pelakunya?" Tanya Pria tua itu yang tengah membelakangi Rayan.
"Maafkan aku kek, dia berhasil melarikan diri. Tapi Kakek tidak perlu khawatir soal itu. Karena aku sudah memasang GPS pada tubuhnya." Jawab Rayan seraya menundukkan kepala nya hormat.
"Bagus, Tidak sia sia Kakek mencalonkan mu sebagai pewaris selanjutnya. Kamu memang sangat berbakat dalam hal ini, Kakek sangat bangga padamu Rayan." Ucap nya yang tak lupa memberikan senyuman penghargaan padanya.
"Itu tidak masalah bagiku, Selama kakek senang." Jawab nya.
'Aku harap kakek tidak melihat mu Alina. Karena jika sampai itu terjadi, itu bisa menjadi bumerang bagiku maupun untuk dirimu sendiri.' Pikir Rayan menatap ke arah kakek nya yang sedang terduduk.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!