♥BAYU ANGGARA♥
Laki-laki dengan perawakan tinggi, ganteng serta berkulit sawo matang adalah seorang Staff disalah satu perusahaan seluler ternama di Indonesia. Dia penyayang dan jiwa sosialnya tinggi. Dia tinggal dan bekerja di kota Surabaya. Dia berasal dari keluarga yang berkecukupan, kedua orang tuanya adalah seorang PNS sebagai pengajar di sebuah sekolah menengah partama.
Dia mengalami trauma berkepanjangan saat tunangannya meninggal dipangkuannya saat mengalami kecelakaan bersama dia waktu dibonceng pakai motor gede. Sejak itu dia menjadi murung dan banyak diam.
Sampai suatu ketika, dia bertemu dengan AULIA NUR AFIFAH, seorang gadis yang profesinya sebagai penjaga toko buku. Disitu Bayu mulai menemukan kembali cinta barunya.
◇◇◇◇◇◇◇◇◇◇◇◇◇◇◇◇◇◇
♥AULIA NUR AFIFAH♥
Gadis manis berhijab dengan usia dua puluh tahun yang bekerja sebagai penjaga toko buku. Kalem dan keibuan adalah salah satu dari ciri khasnya. Dia dari keluarga sederhana yang Ayahnya hanya sebagai karyawan borongan di sebuah pabrik. Dia dua bersaudara sama adiknya yang baru kelas satu sekolah menengah atas.
Ibunya punya warung nasi meskipun kecil-kecilan, tapi bisa membantu suaminya membiayai sekolah anak-anaknya. Aulia lulus SMU tidak melanjutkan kuliah karena terbentur biaya. Tapi, dengan sekuat tenaga dia dan kedua orang tuanya akan menjadikan adiknya orang yang sukses.
Makanya dia dan kedua orang tuanya sepakat akan menyekolahkan adiknya sampai ke perguruan tinggi.
◇◇◇◇◇◇◇◇◇◇◇◇◇◇◇◇◇◇
♥ ADINDA LESTARI♥
Dinda adalah adik dari Dini tunangan Bayu yang meninggal itu. Usianya dua tahun dibawah Dini. Dia bekerja sebagai karyawan sebuah Bank swasta di kota Surabaya. Dinda memang sempat mengagumi sosok Bayu, tapi ketika Bayu lebih memilih Kakaknya, Dini. Dia buang jauh-jauh perasaan itu.
Tapi suatu hari dia berbohong sama Bayu, dengan berdalih dorongan Ayah Ibunya untuk meminta Bayu segera menikahinya. Ternyata itu inisiatif Dinda sediri sebab dia hamil karena dijebak dengan teman-temannya saat pesta ulang tahun.
◇◇◇◇◇◇◇◇◇◇◇◇◇◇◇◇◇◇◇
♥ IRWAN SETIAWAN ♥
Irwan adalah salah satu teman akrab Bayu yang sehari-harinya memang bersama Bayu. Baik di kerjaan maupun di rumah. Karena Irwan adalah tetangga sekaligus sepupu Bayu yang kebetulan satu kerjaan dengan Bayu.
Dia ternyata pernah naksir Dinda saat di sekolah. Ternyata, Irwan dan Dinda pernah dekat semasa SMU. Sedangkan Irwan masih menyimpan rasa itu sampai kini dan berusaha untuk mendapatkan Dinda lagi.
---------------------------------
Hari minggu adalah hari yang membahagiakan bagi seorang Bayu anggara. Karena di hari itu dia selalu mengajak motoran kekasihnya itu mengelilingi kota Surabaya.
Seperti halnya hari minggu sekarang ini, dia hendak mengajak Dini kekasihnya untuk berkeliling kota. Setelah tiba dirumah Dini, Bayu langsung disambut Dini dengan senyuman kesenangan. Bayu mendapati seolah ada yang aneh dalam diri kekasihnya ini.
Dini meminta untuk motoran kali ini dia ingin diajak keluar kota, dan menikmati jalanan yang diapit sebuah persawahaan yang hijau. Berarti Bayu harus membawa Dini ke sebuah desa yang mungkin dekat dengan kota Surabaya.
Akhirnya Bayu menyetujui permintaan kekasihnya itu. Bayu melajukan motornya kearah selatan. Dia menuju kesebuah daerah wisata Pacet yang terletak dikaki gunung penanggungan. Letaknya di Mojokerto.
Jalanan menuju wisata Pacet memang menanjak dan sempit. Samping kanan dan kirinya masih banyak persawahan, meskipun tidak sedikit pula pabrik dan Hotel juga sudah berdiri tegak di wilayah itu.
Bayu melajukan motornya dengan kecepatan yang tinggi. Karena memang biar cepat sampai. Tapi, ketika dipertigaan dia tidak mengetahui kalau ada mobil box dari arah kanan yang hendak masuk badan jalan, sedangkan Bayu tidak bisa mengendalikan motornya karena sudah dekat, alhasil mobil box itu menabrak dirinya, dan Dini yang dibonceng dibelakang langsung terpental jatuh sekitaran dua puluh meteran.
"Braaaak,!" suara mobil box benturan dengan motor gede Bayu terdengar jelas.
◇◇◇◇◇◇◇◇◇◇◇◇◇◇
Next...
Suara benturan itu sangat keras sekali sampai semua orang yang ada disekitar tempat kejadian langsung berhamburan menolong. Bayu melihat ada beberapa orang yang membopong dirinya kepinggir jalan.
Untungnya dirinya masih sadar dan hanya kakinya yang lecet dan mungkin juga memar karena tertindih motornya. Bayu mengedarkan pandangannya keseluruh penjuru, dia nggak mendapati Dini kekasihnya.
"Pacar saya, mana. Dia dimana, tadi saya boncengan sama, pacar saya.!" seru Bayu pada orang-orang itu.
"Maaf, Mas. Pacar mas disana, ditolong sama orang-orang juga." jawab laki-laki yang menolong Bayu.
"Antarkan saya kesana, Pak.!" ucap Bayu.
Bayu dituntun laki-laki itu menuju Dini yang kini lagi terbaring dikelilingi orang. Dini pelipisnya berdarah, dan salah satu dari mereka sudah menelponkan polisi dan Ambulans.
"Dini, sayang,! bangunlah, sayang. Ini aku disini,!" teriak Bayu sambil menepuk-nepuk pipi dengan meletakan kepalanya Dini dipangkuannya.
"Saya..ang,! kamu nggak apa-apa, kan?" ucap Dini dengan lemah.
"Kamu jangan banyak bicara dulu, kita akan segera ke rumah sakit, Ambulans nya sudah menuju kemari." jawab Bayu.
"Bay, aku sudah nggak kuat. Kepalaku sakit banget.!" ucap Dini pelan.
Tanpa disadarinya darah sudah mengalir dari belakang kepalanya. Ketika Bayu melihat kalau ada darah yang mengalir dari belakang kepala Dini dia langsung histeris.
"Pak, tolongin pacar saya.!" seru Bayu.
"Iya, Mas. Bentar lagi datang. Itu Ambulans nya lagi putar." jawab Bapak yang ada disebelah Bayu.
"Tahan, sayang. Itu bentar lagi, ya. Tahan ya?" ucap Bayu sembari mencium kening Dini.
Dini hanya menangis meringis kesakitan. Dia nggak kuat karena kepalanya terasa berat dan sakit sekali.
"Sayang, I LO..VE..YOU..!" ucap Dini lirih sambil memegang pipi Bayu.
Tak lama kemudian, tangan Dini perlahan jatuh dan terdiam. Seketika Bayu langsung teriak dan menepuk-nepuk pipi Dini.
"Sayang, bangun.! Tolong, jangan tutup mata kamu. Ayo bangung, sayang.!" Bayu teriak-teriak mencoba membangunkan Dini.
"Maaf, Mas. Coba Mas tenang dulu." ucap Bapak yang tadi sambil memegang pergelangan tangan Dini, kemudian dipegangnya leher bagian samping.
Lalu Bapak itu menatap kearah Bayu dengan menggelengkan kepalanya. Spontan Bayu membulatkan matanya dan berteriak.
"Diniii.,! jangan tinggalkan aku. Bangun, sayang?" teriak Bayu sambil mengguncang-ngguncang tubuh Dini yang masih dipangkuan Bayu.
Tak lama kemudian petugas Rumah sakit datang lalu mengecek keadaan Dini. Bayu masih terpaku menatap tubuh kekasihnya yang kini lagi ditangani pihak rumah sakit. Dan ternyata, hasilnya nihil. Dini sudah meninggal ditempat.
"Maaf, Mas. Istrinya sudah meninggal ditempat." ucap petugas rumah sakit itu.
Sejenak tubuh Bayu lemas dan pandangannya kosong menatap kedepan. Dia diam saja saat tubuh Dini diangkat petugas ke dalam Ambulans. Dia masih nggak bisa berkata apa-apa. Kemudian dia dituntun oleh petugas yang lain untuk masuk ke dalam Ambulans juga karena dia juga butuh pertolongan.
Sekitar tiga puluh menit kemudian mereka sampai di rumah sakit yang letaknya ditengah kota. Bayu kemudian nggak sadarkan diri.
.
.
.
Saat membuka mata, Bayu sudah berada diruangan. Dia masih belum percaya jika kekasihnya itu sudah meninggal. Kemudian suster mendekatinya.
"Maaf, Mas. Tadi polisi menanyakan nomor yang bisa dihubungi, tapi belum dapat karena saya nunggu Anda sadar." ucap Suster itu.
"Iya, Sus, Maaf. Ponsel saya ada dalam tas. Kalau boleh tahu, mana tas saya, ya?" tanya Bayu.
"Oh, iya. Tadi ada yang menaruh di Ambulans. Ini barusan saya mendapatkan dari petugas." jawab Suster itu sambil menyerahkan tas milik Bayu.
"Makasih Sus..," ucap Bayu sambil membuka tasnya.
Kemudian dia menghubungi keluarga Dini dan keluarganya. Setelah berhasil menghubunginya, Bayu meletakan ponselnya kembali kedalam tas.
"Sudah saya hubungi, Sus,!" ucap Bayu.
"Baiklah, Mas. Oh iya, untung kaki Mas hanya lecet dan memar saja, tidak ada yang patah. Sekarang saya tinggal dulu, ya?" seru Suster itu.
"Iya, Sus." jawab Bayu.
Kini dia merasa hidupnya ada yang kurang. Dini meninggal dipangkuannya dan itu juga semua gara-gara dirinya yang mengajaknya naik motor. Dia hanya menuruti keinginan Dini saja. Seandainya dia tidak menuruti kemauannya Dini, maka dia tidak akan kehilangan Dini seperti ini.
Bayu menangis sesenggukan ketika mengingat kejadian barusan. Padahal mereka merencanakan pernikahan dalam waktu dekat ini. Kini semua impiannya hilang semua bersama perginya Dini.
"Aku nggak akan memaafkan diriku. Semua ini tidak akan terjadi jika aku menolak keinginan Dini." ucap Bayu dalam hati.
(****)
Keesokan harinya, tepatnya dirumah Dini kini berkumpul termasuk keluarga Bayu. Setelah pemakaman Dini, kini dirumah orangtuanya diadakan tahlilan untuk mendoakan Almarhumah.
Bayu memang sudah sedikit tenang. Tapi, dia banyak diam. Dia sekarang lagi duduk sendiri dikamar Dini. Dia mengamati semua barang-barang dan foto-foto Dini yang masih terpajang lengkap di kamarnya.
Tak lama kemudian masuklah Ibunya Dini menghampiri Bayu yang lagi duduk sendirian. Dia masih nggak tega melihat Bayu yang masih sangat terpukul dengan kepergian Dini.
"Nak, Bayu. Ayo keluar, yuk. Kamu kan belum makan?" ucap Bu Heny.
Bayu masih terdiam dan nggak menjawab ajakan Ibunya Dini. Kini dia malah menjatuhkan tubuhnya dan tidur miring meringkuk sambil memeluk foto Dini. Bu Heny menyaksikan pemandangan itu langsung tak bisa membendung air matanya.
"Ayolah, Nak. Kamu harus kuat. Dini pasti nggak suka kalau melihat kamu seperti ini?" ucap Bu Heny sambil mengelus kepala Bayu yang masih terdiam.
Tak selang lama masuk pula Bu Santy Ibunya Bayu sendiri. Dia melihat anaknya yang seperti itu jadi takut dan sedih. Jika begitu terus, maka akan membahayakan dirinya sendiri.
"Bu Santy, saya sudah membujuk Nak Bayu untuk keluar dan makan. Tapi, dia diam saja nggak menjawab.!" ucap Bu Heny.
"Biar saya yang coba membujuk dia, Bu." jawab Bu Santy.
"Bay.,! Nak. Ini Mama. Ayo keluar, yuk.! Mama sama Papa mau pulang, lho. Kamu nggak ikut sekalian pulang?" tanya Bu Santy sambil memegangi tubuh Bayu.
Sejenak Bayu menoleh kearah sumber suara itu. Kemudian dia bangkit dan memeluk Mamanya erat sambil manangis sejadi-jadinya.
"Mama,! aku nggak bisa memaafkan diri Bayu sendiri, Ma. Ini semua salah Bayu, Ma,!" ucap Bayu sambil menagis.
"Sudah tenang, Nak. Iya Mama faham apa yang kamu rasakan. Tapi, kamu nggak bisa menyalahkan diri kamu sendiri." ucap Mamanya.
"Iya, Nak Bayu. Kamu nggak boleh menyalahkan diri kamu sendiri. Ini semua memang sudah takdir." sahut Bu Heny.
"Tuh, kan. Apa yang Mama bilang. Semua memang sudah takdir, sayang. Kamu harus kuat dan mendoakan Dini, biar dia disana tenang." ucap Bu Santy.
"Ayo keluar, Nak. Kita makan dulu." ajak Bu Heny.
Akhirnya Bayu keluar juga bersama dua wanita kuat yang sekarang menjadi penguatnya. Mereka keruang tamu berkumpul bersama keluarga yang lainnya. Pak Ridwan Papanya Bayu merasa lega melihat anaknya sudah mau keluar kamar.
"Bay, ayo makan. Papa, tadi sudah makan bareng sama Pak Arman." ucap Papanya.
"Bayu nggak lapar, Pa." jawabnya.
Akhirnya mereka melanjutkan ngobrol-ngobrol. Bayu masih diam saja, tapi setidaknya dia nggak menyendiri lagi. Ketika mereka lagi ngobrol-ngobrol, Dinda adiknya Dini keluar membawakan camilan buat mereka yang ada diruang tamu.
Bayu langsung melonjak kaget ketika melihat Dinda. Dia tidak pernah seperti ini kalau melihat Dinda. Sebelumnya kalau mereka ketemu ya biasa saja. Tapi, kali ini Bayu seraya melihat sosok Dini yang ada dalam diri Dinda.
"Dini, sayang.,!! akhirnya kamu pulang juga, sayang.!" teriak Bayu sambil berdiri lalu memeluk tubuh Dinda.
Dinda seketika kaget, keluarga besarpun kaget melihat sikap Bayu yang semakin mengawatirkan. Dinda nggak bisa berbuat apa-apa ketika Bayu memeluknya. Bayu hanya menangis dibahu Dinda.
Tak lama kemudian tubuh Bayu terasa lemas dan ambruk.
"Bayuu.,!!" teriak semuanya.
Next....
Hai para readers, ini karyaku yang ke-3. Mampir dan jangan lupa kasih like dan vot nya, ya.?"
tq
salam,
Author.
Seketika tubuh Bayu lunglai dan jatuh ke lantai. Papanya yang dibantu Ayahnya Dini langsung membawanya ke kamar Dini. Bu Santy dan Bu Heny langsung mengikuti suaminya masuk ke kamar melihat keadaan Bayu.
"Pa, apa sebaiknya nggak kita bawa ke rumah sakit, saja!" seru Bu Santy.
"Kita lihat dulu, Ma. Kayaknya dia ini masih syok makanya pingsan." jawab Pak Ridwan.
"Nanti, kalau sudah siuman kita langsung ajak pulang saja, Pa." ucap Bu Santy sambil memberi minyak gosok dihidung Bayu biar cepat siuman.
Semua keluarga masih panik karena Bayu nggak sadar-sadar. Apalagi Dinda, dia takut karena dirinya, Bayu jadi pingsan.
"Bu, Dinda takut, Mas Bayu kok gitu. Masak lihat Dinda dikiranya Mbak Dini." ucap Dinda.
"Kamu tenang dulu, Din. Bayu seperti itu mungkin kamu mirip sama Kakakmu. Maklum saja, dia masih syok dengan kepergian Kakakmu." jawab Bu Heny.
"Iya, Bu. Mungkin saja." jawab Dinda.
Tak lama kemudian Bayu sadar. Dia mengeluh pusing. Lalu Mamanya memberikannya air untuk minum. Setelah itu dia terdiam.
"Kamu sudah enak'an, kan?" tanya Mamanya.
"Sudah, Ma. Kita pulang aja, yuk!" ucap Bayu tiba-tiba.
"Iya, kita pamit dulu sama orang tuanya Dini dulu." jawab Bu Santy.
Setelah mereka pamit sama keluarga Dini. Bayu dan orang tuanya menuju mobil yang terparkir dihalaman rumah Dini. Pak Ridwan yang menyetir sendiri mobilnya, karena Bayu belum bisa untuk menyetir.
Jarak rumah Bayu dan Dini lumayan jauh, paling empat puluh menitan. Rumah Bayu ditengah kota. Sedangkan rumah Dini ada dipinggiran kota Surabaya.
Dalam perjalanan Bayu masih saja terdiam tanpa mengeluarkan suara satu pun. Mamanya berkali-kali mengajaknya ngobrol, tapi dia menjawab sepatah dua kata saja.
"Bay, kamu ambil cuti berapa hari?" tanya Mamanya.
"Belum tahu, Ma. Lihat nanti saja." jawabnya sambil matanya masih menatap keluar jendela.
"Oh, ya sudah." jawab Bu Santy.
Setelah melewati perjalanan yang lumayan macet. Akhirnya mereka sampai juga dirumah. Pak Ridwan memarkirkan mobilnya langsung ke garasi. Sedangkan Bayu dibantu Mamanya jalan masuk kedalam rumah.
Rumah Bayu nggak begitu besar, tapi dua lantai. Bayu anak tunggal, jadi yang tinggal dirumah itu hanya Bayu dan kedua orang tuanya. Ada pembantu tapi kalau sore dia pulang.
Karena orang tua Bayu kerjanya sebagai pengajar, jadi sore sudah ada dirumah. Oleh sebab itu Mamanya cari pembantu buat pagi sampai sore hari saja. Seperti hari ini Bi Surti masih dirumah.
Melihat kedatangan Bayu dan orang tuanya, Bi Surti langsung berlari mendekati dan membantu Bayu.
"Bibi buatin minuman, ya Mas Bayu?" tanya Bibi.
"Nggak usah, Bi. Saya mau langsung istirahat saja." jawab Bayu.
"Kamu bisa naik ke kamarmu, Nak?" tanya Bu Santy.
"Bisa, Ma. Bayu nggak apa-apa, kok." jawab Bayu sembari naik keatas.
Bu Santy memandangi anaknya yang naik ke lantai atas dengan sedikit nahan sakit. Tapi, dia mau naik sendiri. Bu Santy dan Bi Surti saling pandang dan tersenyum.
"Itulah Bayu, Bi. Keras tapi hatinya melo. Padahal dia naik tangga seperti itu, tapi nggak mau dibantu." ucap Bu Santy.
"Iya, Bu. Mas Bayu memang keras pendiriannya. Tapi, hatinya nggak tegaan." jawab Bi Surti.
"Saya jadi kasihan sama dia, Bi. Kepergian Dini membuatnya seperti itu. Mudah-mudahan ini hanya sebentar saja." ucap Bu Santy sambil duduk diruang tengah.
"Ibu mau Bibi buatin minum?" tanya Bi Surti.
"Boleh, teh hangat saja, ya Bi.?" jawab Bu santy.
Bi Surti melangkah kedapur untuk membuatkan minuman buat Bu Santy. Lalu Pak Ridwan ikut duduk di sebelah istrinya.
"Ma, gimana Bayu. Dia masih diam?" tanya Pak Ridwan.
"Masih, Pa. Sekarang dia ada dikamarnya." jawab Bu Santy.
"Ya sudah, biarkan dia istirahat dulu." jawab Pak Ridwan.
"Ting..tong..," suara bel didepan.
"Biar saya saja yang buka pintunya, Pak,!" seru Bi Surti dari dalam.
Tak lama kemudian masuklah laki-laki sebaya dengan Bayu. Dia berjalan dibelakang Bi Surti.
"Pak, ada Mas Irwan." ucap Bi Surti. Kemudian dia masuk ke dalam.
"Om, Tante. Gimana keadaan, Bayu?" tanya Irwan sambil menyalami kedua orang tua itu.
"Bayu sudah nggak apa-apa. Cuma dia sekarang lebih banyak diam." jawab Pak Ridwan.
"Mungkin, dia masih syok, Om. Oh iya maaf, saya nggak bisa ikut takziah ke rumah Dini. Dikantor banyak kerjaan." jawab Irwan.
"Kalau kamu mau ketemu Bayu, dia ada diatas, dikamarnya. Naik aja,!" ucap Bu Santy.
"Iya, Tan. Saya keatas dulu, ya?" ucap Irwan.
Kemudian dia naik keatas. Lalu diketuknya kamar Bayu. Tak lama kemudian pintu pun terbuka.
"Hay, kamu Wan. Masuk aja.!" seru Bayu.
"Kamu sudah enakan, Bay. Sorry aku nggak bisa ikut takziah. Kantor lagi banyak kerjaan." ucap Irwan.
"Sorry, Wan. Gara-gara aku nggak masuk kerja, kamu jadi keteteran." ucap Bayu sambil menepuk pundak sepupunya itu.
Bayu dan Irwan memang teman sekantor, Irwan sebagai anak buahnya Bayu dikantor. Selama ini meskipun dikantor Bayu selalu menganggapnya sebagai rekan kerja saja, dan bukan atasan dan bawahan.
"Nggak apa-apa, Bay. Itu memang sudah menjadi tugasku sebagai anak buah. Tenang aja. Kamu tenangin dan pulihkan dulu keadaan kamu." jawab Irwan.
"Oh iya, apa pesanku sudah kamu sampaikan ke Pak Richard. Aku jadi ambil cuti." ucap Bayu.
"Sudah tadi pagi. Dia juga sudah acc surat permohonan cuti, kamu." jawab Irwan.
Akhirnya mereka ngobrol-ngobrol sambil rebahan. Mereka berdua selalu seperti itu. Bayu sedikit terhibur dengan hadirnya Irwan sepupunya, itu terbukti dia menyambut baik kedatangan Irwan.
.
.
.
Malam harinya Bayu absen ikut ngaji dirumah Dini. Selain dia ingin istirahat, Bayu ingin sendiri aja dulu. Kalau ke rumah Dini dia mungkin akan teringat terus akan Dini.
Dia masih duduk-duduk diteras balkon kamarnya. Dia pandangi langit yang penuh bintang. Begitu indah ciptaan Tuhan kali ini. Meskipun kecil terlihat, tapi mampu menghiasi langit di malam ini. Dia masih memandangi langit yang begitu indah.
"Dini, istirahatlah disana, kamu akan tenang disisiNYA. Aku janji tidak akan melupakanmu. Aku sayang dan cinta sama kamu. Tapi, kenapa begitu cepat kamu meninggalkanku." ucap Bayu dalam hatinya.
Udara semakin dingin, malampun semakin larut. Bayu masih saja menyendiri diatas, bahkan makan pun diantar Mamanya keatas. Dia ambil laptopnya dan membukanya.
Banyak sekali kenangan-kenangan dia bersama Dini dalam laptop itu. Foto-foto saat berdua sama Dini tersimpan disitu semua. Lalu diputernya lagu yang ada didalam laptop tersebut.
Dia tak memyadari bahwa air matanya menetes dipipinya. Masih jelas di ingatannya saat Dini menghembuskan nafasnya yang terakhir dipangkuannya. Sebelum meninggal dia sempat-sempatnya menanyakan keadaannya bagaimana.
Bayu semakin larut dalam kenangan bersama Dini. Ada lagu kerispatih yang mengiringi dia sambil membuka foto-foto itu. Memang Dini ngefans sekali dengan group band Kerispatih.
Semasa hidupnya, mereka kalau melihati foto-foto dalam laptop itu selalu diiringi lagunya Kerispatih. Seperti halnya kali ini, dia melalukan hal yang sama seperti waktu ada Dini.
Air mata Bayu semakin deras saat mendengar lagunya Kerisatih yang MENGENANGMU..
"BIARLAH KUSIMPAN., SAMPAI NANTI AKU., KAN ADA DISANA., TEMANI DIRIMU DALAM KEDAMAIAN., INGATLAH CINTAKU., KAU TAK TERLIHAT LAGI., NAMUN CINTAMU ABADI.."
"DINIII...,!"
----------------------------------
Next....
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!