NovelToon NovelToon

Legenda Naga Emas

BAB 1. Keputusasaan

Wu Linyan yang terlahir sebagai Putra orang terkuat dengan Keluarga yang hormanis dan kehidupan yang sempurna membuatnya sangat bahagia.

"Ibu! Ayah! Yan'er berhasil! Yan'er berhasil membuat terobosan!" teriak Wu Linyan.

"Itu bagus sekali. Ayah percaya suatu hari nanti kau pasti akan menjadi orang yang hebat, Yan'er!" ucap Wu Sheng.

"Hehehe.... Ayo, masuk! Sudah waktunya makan malam!" ungkap Bai Guangyao.

"Ya, Ibu! Kami datang!" balas Wu Linyan dengan senyum ceria.

Wu Linyan yang merasa jika dirinya adalah anak yang sangat beruntung pun tersenyum ceria mengantar kepergian Ayah dan Pamannya menjalankan misi dari Kaisar Rong.

"Jaga dirimu, Ibumu dan Kakek dengan baik! Ayah dan Paman akan segera kembali setelah semua urusan selesai!" pesan Wu Sheng lembut.

"Jangan khawatir, Ayah, Paman! Serahkan saja padaku! Aku adalah anak laki-laki Keluarga ini dan aku pasti akan menjaga Kakek dan Ibu!" jawab Wu Linyan percaya diri.

Beberapa bulan berlalu, Wu Linyan yang baru saja kembali dari Hutan tiba-tiba melihat sebuah kereta kuda dengan Lambang Keluarga Kekaisaran.

Wu Linyan yang berpikir bahwa Ayah dan Pamannya yang telah kembali tapi tidak disangka akan mendapatkan berita yang sangat mengejutkan.

"Saya datang ingin menyampaikan pesan dari Yang Mulia Kaisar bahwa beliau merasa sangat sedih dengan menghilangnya Tuan Muda Wu Sheng dan Tuan Muda Wu Lei!"

"Untuk menunjukkan kesungguhannya, Yang Mulia Kaisar telah mengirimkan sesuatu. Mohon untuk diterima!"

"Tidak! Tidak mungkin! Ayah dan Paman tidak mungkin menghilang! Semua berita itu pasti bohong!' teriak Wu Linyan sambil berlari pergi.

Bai Guangyao yang sangat sedih mendengar berita mengejutkan itu tidak bisa menyerah begitu saja sehingga memutuskan untuk menguatkan Putranya yang sedang terpukul.

"Yan'er! Ibu tau jika kau sangat sedih tapi kau tidak boleh larut dalam kesedihanmu!"

"Ayah dan Pamanmu pasti kembali dengan selamat! Ibu akan pergi membawa mereka kembali!"

"Oleh karena itu, teruslah berlatih dan tunjukkan pada kami bahwa kau akan menjadi Juara dalam Pertandingan Generasi Muda Keluarga Wu!" ucap Bai Guangyao.

Bai Guangyao yang berhasil menenangkan Wu Linyan memutuskan untuk bergegas menyusul Wu sheng pun meminta bantuan Wu Shanghe untuk menjaga Wu Linyan.

"Ayah! Aku akan segera kembali. Tolong! Tolong jaga Yan'er untukku!" ucap Bai Guangyao serius.

"Kau tak perlu meminta hal itu pada Ayah. Yan'er adalah cucuku tentu saja Ayah akan membantumu!" tegas Wu shanghe.

Wu Linyan yang tidak menyangka jika orang-orang yang dipikir sangat peduli padanya akan menkhianatinya dengan begitu mudah.

"Jika kita berhasil menjebak Bai Guangyao dan melukai Wu shanghe maka keberuntungan Keluarga Wu akan menjadi milik kita!"

"Jangan khawatir! Kita telah merencanakan ini sangat lama dan ini adalah saatnya!"

"Kita akan segera bergerak dan puncaknya adalah Pertandingan Generasi Muda Keluarga Wu!"

"Aku setuju!"

"Kami juga setuju!"

Wu Linyan yang mengikuti Pertandingan Generasi Muda Keluarga Wu tidak menyangka jika semuanya telah membuat konspirasi besar.

Wu Linyan yang tidak bisa berkonsentrasi dalam latihan dan dengan mudah menerima sesuatu dari orang lain telat menyadari bahwa ada sesuatu pada minumannya.

"A-apa yang terjadi padaku? Kenapa Energi Qi di dalam tubuhku tak bisa keluar? Kakak Tang, minuman apa yang kau berikan padaku?" tanya Wu Linyan bingung.

"Hahaha.... Dasar bodoh! Dalam situasi seperti ini, kau masih saja percaya padaku!" sindir Wu Tang.

"Minuman yang aku berikan bukanlah air untuk memberikanmu Energi Qi yang lebih tapi untuk menutup aliran Energi Qi milikmu!" jelas Wu Tang.

"Ke-kenapa kau melakukan ini padaku, Kakak Tang? Bukankah kita adalah saudara?" tanya Wu Linyan.

"Hahaha... Kau ini sungguh bodoh, Wu Linyan! Tentu saja karena aku ingin merebut kekuasaan Keluarga dari Keluargamu!" tegas Wu Tang.

Wu Linyan yang kesulitan percaya akan ucapan Wu Tang berusaha untuk tetap berpikir positif tapi ternyata itu tidak cukup karena kekuatannya masih lemah.

"Kau dan Ayahmu tak akan bisa mengambil posisi Kepala Keluarga! Saat Ayah, Ibu dan Pamanku kembali, mereka pasti akan menghukum kalian semua!" tegas Wu Linyan polos.

"Kembali? Apakah kau masih belum bangun dari mimpi indahmu?" sindir Wu Tang.

"Ayah dan Pamanmu tak akan pernah kembali karena mereka berdua menghilang tanpa jejak bahkan tempat yang mereka datangi telah hancur menjadi reruntuhan sekarang!" ungkap Wu Tang.

"Ibumu tentu saja akan kembali tapi kembali dalam keadaan koma dan kakek tercintamu pasti saat ini telah pingsan!" jelas Wu Tang.

"Lalu saat aku membuatmu cacat maka Keluarga Wu sepenuhnya akan menjadi milikku dan Ayahku bahkan Para Tetua mendukung kami!" ucap Wu Tang tersenyum licik.

"Rasakan ini, Pukulan Tapak Hitam!" teriak Wu Tang sambil mengarahkan telapak tangannyan yang telah dikelilingi Energi Qi berwarna hitam.

Wu Linyan yang sangat terkejut dengan setiap kalimat yang diucapkan Wu Tang akhirnya tak bisa merespon serangan dengan cepat hingga membuat serangan itu mengenai tubuhnya dengan telak.

"Aaaarrgghhhh!"

Wu Tang yang tak berhenti menghajar Wu Linyan menggunakan jurus yang diajarkan khusus kepadanya lalu menghancurkan kultivasi Wu Linyan dalam sekejap.

"Rasakan ini! Selamat menjadi cacat, Wu Linyan!" teriak Wu Tang tertawa bahagia.

"Aaarrgghhhh!" teriak Wu Linyan yang terlempar keluar Arena Pertandingan menabrak dinding.

"Tidak! Tuan Muda!" teriak Nu Pong yang langsung berlari menyelamatkan Wu Linyan.

Wu Linyan yang masih sadarkan diri dapat merasakan rasa sakit pada seluruh tubuhnya dan rasa sedih dan sakit hati ternyata jauh lebih sakit daripada luka yang dialaminya sekarang.

Wu Linyan yang melihat sendiri dengan matanya bahwa semua orang bersekongkol untuk menghancurkan keluarganya merasa tidak berdaya.

"Pemenang dalam Pertandingan ini adalah Wu Tang. Oleh karena itu, Wu Tang yang akan menjadi Pewaris Keluarga Wu di masa depan!"

"Kehilangan Kepala Keluarga membuat Keluarga Wu dalam masalah karenanya sebagai Tetua, kami memutuskan untuk mengangkat Wu Feng Tu sebagai Kepala Keluarga Wu yang baru!"

Wu Linyan yang kehilangan kesadarannya tiba-tiba terbangun di tempat yang asing lalu bergegas keluar mencari Kakeknya yang dikatakan Wu Tang jatuh pingsan.

"Kakek!" teriak Wu Linyan.

Nu Pong dan Nu Ping yang berjaga di rumah sederhana itu bergegas menjelaskan semua yang terjadi pada Wu Linyan.

"Tuan Muda tenanglah! Tuan Besar ada di kamar lain. Ikutlah denganku!" ungkap Nu Pong.

"Kakek....!" panggil Wu Linyan pelan dengan air mata mengalir.

"Tuan Muda tak perlu khawatir. Tuan Besar hanya jatuh pingsan dan dirinya baik-baik saja hanya saja karena umurnya yang telah tua membuatnya menjadi semakin lemah!" jelas Nu Pong.

"Lalu Ibuku? Dimana Ibuku? Apakah Ibuku sudah kembali?" tanya Wu Linyan khawatir.

"Nyonya telah kembali tapi saat ini sedang terluka parah dan kehilangan kesadarannya. Nyonya seperti tenggelam ke dalam alam bawah sadarnya!" jawab Nu Ping.

Wu Linyan yang sangat marah dan berniat membalas dendam akhirnya jatuh ke dalam keputusasaan karena saat dirinya adalah anak yang sangat tidak berguna.

Wu Linyan yang mengurung diri di dalam kamarnya mencoba mengalirkan Energi Qi ke dalam tubuhnya tapi Meridian yang rusak membuat Energi Qi yang masuk menjadi racun.

Wu Linyan yang tak bisa menahan rasa sakit di dadanya pun terjatuh ke lantai dan memuntahkan darah segar lalu tiba-tiba sebuah kalung giop giok tersebut dengan tangannya yang penuh darah tiba-tiba melihat warna yang sangat terang keluar dari dalam kalung giok.

"Argh, silau sekali!" gumam Wu Linyan sambil menghadang cahaya dengan lengannya.

Wu Linyan yang memejamkan matanya lalu membuka matanya kembali saat cahaya terang itu telah meredup lalu tiba-tiba mendengar suara asing dan cahaya kecil muncul tak tau darimana masuk ke dalam tubuhnya.

"Sungguh lemah dan menyedihkan!"

"Aku tak ingin melakukan ini tapi karena kontrak yang telah aku buat maka terpaksa aku harus melakukannya!"

"Hei, anak lemah, berterima kasihlah pada Ayahmu yang telah memberikanku sebagai Penjagamu!"

#Bersambung#

Suara dan cahaya apa itu? Akankah sebuah harapan baru muncul dalam keputusasaan? Tebak jawabannya di BAB selanjutnya ya...

BAB 2. Tiga Belas Meridian Terbuka

Wu Linyan yang tersadar di ruangan yang gelap setelah tersilaukan dengan cahaya yang keluar dari Giok menjadi sangat bingung.

“Dimana aku? Apa yang sebenarnya terjadi?” tanya Wu Linyan yang tak dapat melihat apapun di sekitarnya.

Wu Linyan yang kesulitan untuk mencari jalan keluar dari kegelapan yang mengelilinginya tiba-tiba melihat sebuah cahaya di depannya.

Wu Linyan yang terus berlari mengejar sumber cahaya tersebut ternyata tetap tidak bisa mencapai sumber cahaya meski telah berlari selama tiga jam.

‘Sial! Apa ini? Kenapa aku yang telah berlari sangat lama tetap tidak bisa mencapai sumber cahaya itu?” tanya Wu Linyan dengan wajah bingung dan tubuh yang lelah.

Di saat Wu Linyan telah mulai menyerah tiba-tiba sebuah suara terdengar dan cahaya yang jauh itu mendekat membuat Wu Linyan bergegas memasang posisi waspada.

“Kau tak perlu bersikap waspada seperti itu padaku karena aku tidak berniat untuk menyakitimu!” ucap cahaya tersebut yang membuat Wu Linyan semakin curiga.

“Siapa kau sebenarnya? Tempat apa ini? Kembalikan aku tempat asalku sekarang juga!” teriak Wu Linyan dengan tubuh yang tegap dan tangan yang bergetar takut.

Cahaya yang melihat Wu Linyan pura-pura berani di hadapannya padahal sebenarnya takut tidak bisa menahan tawanya.

Wu Linyan yang ditertawakan pun menjadi kesal dan melompat-lompat untuk menggapai cahaya tersebut untuk menghajarnya tapi apapun yang dilakukan Wu Linyan tak satupun berhasil.

“Dasar bodoh! Apakah kau pikir kau bisa memberiku pelajaran dengan tubuhmu yang hancur itu?” sindir cahaya dengan nada menghina.

“Kau tak akan pernah bisa menggapaiku apalagi menyakitiku dengan tubuh yang hancur itu!” ungkap cahaya itu lagi yang membuka luka lama di hati Wu Linyan.

Wu Linyan yang menyadari titik kelemahannya adalah dirinya yang telah menjadi sampah karena Meridiannya telah rusak hanya bisa menahan kemarahannya dengan tangan terkepal erat.

Cahaya yang melihat Wu Linyan dapat mengendalikan emosi dan egonya yang tinggi membuat Roh Pertapa yang berwujud cahaya itu merasa kagum.

“Kau memiliki mental yang kuat dan tekad yang besar jadi aku putuskan untuk membantumu!” ucap Roh Pertapa dengan suara yang datar.

“Aku memulihkan Meridianmu yang rusak dan menjadikanmu Muridku!” ucap Roh Pertapa tersebut dengan percaya diri.

Wu Linyan yang mendengar bahwa dirinya masih memiliki kesempatan untuk menjadi Kultivator dan membalaskan dendamnya kepada orang-orang yang telah jahat padanya membuka matanya lebar-lebar.

Wu Linyan yang melihat perubahan pada sekitarnya yang seperti berada di dunia lain dan tak lagi di ruangan hampa yang gelap menjadi bingung.

“Ke-Kegelapan itu menghilang.... Di-Dimana aku sekarang? Apakah aku telah berpindah dimensi lagi?” tanya Wu Linyan dengan pandangan mata yang terus mengamati perubahan di sekitarnya.

Wu Linyan yang kemudian melihat cahaya yang ada di depannya perlahan berubah menjadi seorang wanita yang memegang sebuah kipas di tangannya tak bisa menahan ekspresi datarnya lebih lama.

“Si-Siapa kau? A-apakah kau hantu?” tanya Wu Linyan dengan wajah yang takut.

Roh Pertapa yang disamakan dengan hantu sebagai Arwah Gentayangan yang meninggal penasaran menjadi kesal lalu memukul kepada Wu Linyan dengan kipasnya dengan sangat keras.

Wu Linyan yang merasakan sakit di bagian atas kepalanya pun meringis kesakitan sambil memegang atas kepalanya dengan kedua tangannya.

“Dasar anak tidak diri! Siapa yang sebut hantu?” teriak Roh Pertapa dengan wajah kesal.

“Aku bukanlah hantu. Aku adalah Roh Pertapa yang telah mencapai tubuh Immortal!” tegas Roh Pertapa dengan wajah kesal.

“Tapi sayang Tubuhku saat ini terluka parah karena serangan orang jahat tapi aku berhasil mempertahankan nyawaku dengan tekhnik khusus memisahkan roh dari tubuh sehingga aku bisa meminta bantuan untuk menyembuhkan tubuhku!” ungkap Roh Pertapa dengan tangan terlipat di dada.

Wu Linyan yang tidak menemukan perbedaan dari cerita yang dikatakan oleh Roh Pertapa diam-diam tetap menganggap Roh Pertapa adalah Hantu sehingga membuat Roh Pertapa semakin kesal.

“Hmmm, apa bedanya itu? bukankah itu sama saja dengan menjadi hantu?” gumam Wu Linyan dengan wajah yang polos.

“Dasar anak br*ngsek! Apakah pukulanku masih belum cukup keras menghajar kepalamu?” sindir Roh Pertapa dengan satu tangan terangkat dengan ekspresi wajah yang marah.

Wu Linyan yang merasakan ancaman yang akan membahayakan nyawanya dengan cepat meminta maaf.

“Ti-Tidak! Ja-jangan lakukan itu! Pukulanmu yang pertama sudah sangat sakit, jika kau lakukan lagi bisa-bisa aku jatuh pingsan untuk yang kedua kalinya!” ungkap Wu Linyan dengan wajah memelas.

Roh Pertapa yang menyadari bahwa tidak ada gunanya berdebat dengan Wu Linyan pun memutuskan untuk membuat perjanjian dengan Wu Linyan.

“Hah! Sudahlah. Tidak ada gunanya bagiku untuk marah padamu!” ucap Roh Pertapa dengan wajah yang pasrah.

“Kau adalah Putra dari orang itu. Darah Naga dan Darah Phoenix mengalir di dalam tubuhmu dan aku yakin kau pasti bisa membantuku!” ungkap Roh Pertapa dengan tatapan mata yang tajam.

Wu Linyan yang tak mengerti maksud ucapan Roh Pertapa hanya bisa membuka matanya dengan lebar menahan rasa penasarannya.

Roh Pertapa yang telah menemukan Partner untuk membantunya mencapai tujuannya pun memberikan penawaran kepada Wu Linyan.

“Hei, Nak! Aku akan memberikanmu satu kesempatan untuk menjadi Kultivator kembali!” ucap Roh Pertapa dengan wajah serius.

“Aku akan mengembalikan Meridianmu yang rusak seperti semula bahkan membetuk Meridianmu sampai batas maksimal dan menjadikanmu Kultivator terkuat di tiga Daratan ini tapi....!” ucap Roh Pertapa yang tiba-tiba menghentikan kalimatnya di akhir.

“Tapi aku ingin kau membantuku menemukan tubuhku dan menyembuhkannya agar Rohku bisa kembali ke dalam tubuhku!” ucap Roh Pertapa dengan tatapan lurus ke depan.

Wu Linyan yang tak tau betapa sulitnya hidupnya di masa depan jika menerima tawaran Roh Pertapa membuat Wu Tang membuat keputusan tanpa berpikir.

“Aku bersedia! Aku bersedia menerima perjanjian ini asalkan aku bisa membalas dendam kepada orang-orang itu, menyembuhkan Kakek dan Ibuku serta menemukan Ayah dan Pamanku. Maka apapun akan aku lakukan!” ucap Wu Linyan dengan percaya diri.

Roh Pertapa yang kagum akan keteguhan hati Wu Tang pun tersenyum puas lalu memberikan peringatan terakhir sebelum dirinya benar-benar membantu Wu Tang.

“Apakah kau yakin untuk menerima tawaranku karena jalanmu setelah ini tidak akan pernah mudah? Kau harus berusaha sepuluh kali lebih dari sebelumnya dan rasa sakit saat membentuk Meridianmu yang rusak akan membuatmu berpikir lebih baik mati!” ucap Roh Pertapa tanpa jeda.

“Aku sudah membuat keputusan dan aku tidak akan pernah mengubahnya! Aku akan mengambil resiko apapun demi bisa mengembalikan semuanya seperti semula!” tegas Wu Linyan dengan tekad yang kuat.

Roh Pertapa yang sangat puas dengan jawaban Wu Tang pun menggunakan tiga perempat kekuatannya yang ada untuk membentuk tubuh Wu Linyan.

“Baiklah! Aku akan memulainya sekarang tapi bagaimanapun hasilnya tergantung usahamu apakah kau bisa berhasil atau tidak!” tegas Roh Pertapa.

“Jika kau berhasil mengembalikan Meridianmu maka aku akan menerimamu sebagai Muridku dan aku akan membantumu menjadi Kultivator yang terkuat!” teriak Roh Pertapa yang suaranya perlahan menghilang.

Wu Linyan yang melihat sebuah cahaya terang masuk ke dalam tubuhnya pun merasakan sakit di seluruh tubuhnya.

Wu Linyan yang terus berusaha menahan rasa sakit itu perlahan tapi pasti merasakan Meridiannya yang dingin menjadi hangat dan tiga belas titik Meridian yang awalnya hanya bisa terbuka tujuh kini perlahan satu per satu.

“Aarrrgghhh!! Aaarrgghhh! Aaaarrgghhh!”

Wu Linyan yang tak bisa menahan rasa sakit itu pun jatuh pingsan saat titik ke tiga belas Meridian terbuka sempurna hingga membuat Wu Linyan terakhir kembali dengan Meridian yang baru.

“Aaaarrgghhh!”

Bersambung

Bagaimana kelanjutan ceritanya? Akankah Wu Linyan sungguh berhasil mengembalikan Meridiannya yang rusak? Tebak jawabannya di kolo komentar ya...

BAB 3. Jurus Tubuh Immortal

Wu Linyan yang tersadar di lantai kamarnya dengan cepat mengalirkan Energi Qi ke dalam tubuhnya dan Wu Linyan yang berhasil merasakan kembali Aliran Energi Qi merasa sangat bahagia.

“Aku berhasil! Aku berhasil memperbaiki Meridianku yang rusak!” ucap Wu Linyan dengan wajah yang ceria.

Roh Pertapa yang berhasil keluar dari dalam Giok setelah membuat Perjanjian dengan Wu Linyan pun menunjukkan keberadaannya di depan Wu Linyan yang sedang bahagia.

Wu Linyan yang akhirnya percaya dengan ucapan Roh Pertapa yang ada di depannya langsung berlutut memberikan hormat sebagai seorang Murid.

“Wu Linyan memberi hormat kepada Guru! Murid berjanji akan berlatih dengan keras dan menjadi orang yang kuat lalu membantu Guru mendapatkan tubuh Guru kembali!” sumpah Wu Linyan.

“Hmmm, aku menerima hormat dan sumpahmu! Mulai hari ini kau adalah Muridku dan aku akan mengajarimu semua yang aku ketahui!” ucap Roh Pertapa.

Rong Yanxue yang tak bisa mengawasi Wu Linyan berlatih sementara waktu pun memberikan beberapa petunjuk latihan sebelum dirinya tidur dalam waktu yang cukup lama.

“Namaku Rong Yanxue karena aku telah menggunakan tiga perempat dari kekuatanku untuk mengembalikan Meridianmu maka aku harus tidur kembali untuk beberapa waktu untuk mengembalikan kekuatanku!” ucap Rong Yanxue serius.

“Aku akan memberikanmu jurus ini! Kau harus bisa melatihnya selama aku tertidur dan aku ingin kau mendapatkan semua barang yang ada di dalam daftar ini!” ucap Rong Yanxue tanpa memberi Wu Linyan kesempatan bicara.

Wu Linyan yang tak bisa bertanya apapun hanya bisa mengendalkan dirinya sendiri setelah Rong Yanxue kembali masuk ke dalam Giok yang ada di tangannya.

Wu Linyan yang mengingat ucapan Rong Yanxue sebelum dirinya membuat perjanjian pun membulatkan tekadnya untuk menjadi kuat.

“Terima kasih, Ayah! Aku tidak tau ini adalah keberuntungan atau malapetaka tapi satu hal yang pasti bahwa aku tidak akan pernah menyia-nyiakan kesempatan yang Ayah berikan padaku!” ucap Wu Linyan dengan tangan terkepal erat.

“Aku pasti akan menjadi kuat dan membalas mereka semua yang serakah lalu membawa Ayah dan Paman kembali!” ucap Wu Linyan lagi dengan wajah optimis.

Sementara itu, Wu Feng Tu yang membenci Wu Sheng karena telah mencelakai Putranya hingga membuat Putranya depresi hingga bunuh diri memutuskan untuk membalas dendamnya.

‘Fang’er, Putraku! Kau sudah tenang sekarang karena Ayah telah mewujudkan mimpi kita dan membalaskan dendam ini!’ ucap Wu Feng Tu dalam hati.

Wu Feng Tu yang baru mengetahui bahwa dirinya memiliki Putra lain selain Wu Fang memutuskan untuk membesarkannya dan menjadikannya pengganti Wu Fang.

Wu Tang yang ditemukan oleh Wu Feng Tu dalam keadaan yang memprihatinkan merasa sangat senang saat mendapatkan keluarga baru yang sangat diinginkannya.

Wu Tang yang bersumpah akan menjadi anak yang berbakti dan dapat dibanggakan oleh Wu Feng Tu berlatih siang dan malam hingga akhirnya menarik perhatian Ketua Sekte Tao.

“Putramu, Wu Tang memiliki potensi yang besar. Aku akan menjadikannya Murid Intiku tapi aku tidak ingin Murid yang berada di bawah bayang orang lain!” ucap Ketua Sekte Tao.

“Oleh karena itu, aku ingin kau mengambil alih posisi sebagai Pewaris Keluarga Wu dan aku berjanji akan mengulurkan tangan untuk membantumu mencapai posisi itu!” tegas Ketua Sekte Tao.

Wu Feng Tu yang tak ingin kesempatan emas memiliki sekutu yang kuat yang juga membenci Wu Sheng hilang dengan cepat menerima tawaran tersebut.

Wu Feng Tu yang terus menunggu sebuah kesempatan datang langsung bergerak cepat saat kesempatan emas ada di depan matanya.

Wu Feng Tu yang ingin membalikkan keadaan dengan cepat mendapatkan dukungan dari Para Tetua yang serakah akan kekayaan Wu Sheng dan dengan bantuan Sekte Tao, Wu Feng Tu berhasil membuat Wu Shanghe jatuh pingsan dan Bai Yo dalam kondisi koma.

“Sekarang adalah kesempatanmu. Hancurkan Wu Linyan dan kau akan menjadi Pemimpin Keluarga Wu di masa depan dan menjadi Murid Inti Ketua Sekte Tao!” ucap Wu Feng Tu kepada Wu Tang dengan wajah serius.

“Jangan khawatir, Ayah. Aku telah mempersiapkannya dengan sangat baik!” tegas Wu Tang degan ekspresi wajah yang dingin.

“Aku telah memberikan Wu Linyan obat sakit perut dan saat Pertandingan Wu Linyan pasti akan kalah lalu aku akan menghancurkan Meridiannya sama seperti yang dilakukan Ayahnya pada Kakakku!” tegas Wu Tang dengan percaya diri.

“Bagus! Kau adalah Putraku yang hebat!” puji Wu Feng Tu dengan senyum puas.

Wu Feng Tu yang berhasil mencapai tujuannya yang selama ini diinginkannya memutuskan untuk tidak meninggalkan bibik masalah di masa depan.

‘Aku harus segera menyingkirkan Wu Shanghe, Bai Yao dan Putranya yang cacat itu!’ pikir Wu Feng Tu dengan kebencian yang terlihat jelas di mataya.

‘Tapi aku tidak bisa bersikap gegabah karena aku tidak bisa menyinggung Menara Alkemia, Menara Formasi dan Sekte Langit! Aku harus mencari kesempatan yang bagus untuk mengakhiri semuanya!’ pikir Wu Feng Tu lagi.

Wu Feng Tu yang tidak hanya takut dengan tiga kekuatan besar yang masih melindungi Wu Linyan meskipun Wu Sheng tidak ada ternyata juga menginginkan kunci dan lokasi dimana Wu Sheng menyimpan semua keberuntungannya selama ini.

‘Sebelum aku menghabisi mereka, aku harus menemukan lokasi dan kunci untuk membuka tempat harta karun milik Wu Sheng!’ ucap Wu Feng Tu dalam hati.

Beberapa hari berlalu, Wu Linyan yang terus berlatih jurus yang diberikan oleh Rong Yinxue kepadanya sejak matahari terbit hingga matahari akan segera tenggelam membuat Nu Pong dan Nu Ping cemas.

“Apa yang sebenarnya dilakukan Tuan Muda? Kemana Tuan Muda pergi beberapa hari ini?” tanya Nu Pong dengan ekspresi wajah yang penasaran.

“Aku tidak tau tapi kita tidak bisa mengikutinya tapi aku harap Tuan Muda tidak melakukan hal yang membahayakannya!” ucap Nu Ping dengan ekspresi wajah yang khawatir.

Wu Linyan yang tinggal di rumah sederhana di pinggir Kota selalu pergi memasuki Gunung Tianghe dan berjalan menuju air terjun di tengah hutan yang tak sengaja ditemukannya.

“Aku akan melanjutkan latihanku lagi hari ini! Aku harus bisa melatih Jurus Tubuh Immortal yang diberikan guru dan Jurus Pembentuk Naga Biru!” ucap Wu Linyan optimis.

Wu Linyan yang kembali duduk bersilah di atas batu di tengah derasnya air tejun pun mulai memejamkan matanya menahan setiap tekanan yang datanng dari air terjun.

Wu Linyan memutuskan menggunakan cara yang ekstrim untuk bisa mencapai tujuannya lebih cepat memilih menahan semua rasa saki dalam prosesnya.

“Aku telah tiga hari berlatih dengan cara ini dan aku sudah merasakan perbedaannya! Aku harus segera mencapai Tahap Pertama dalam Jurus Tubuh Immortal!” gumam Wu Linyan.

#Bersambung#

Apakah cara ekstrim yang dilakukan oleh Wu Linyan akan berhasil membuatnya mencapai Tahap Pertama dalam Jurus yang dilatihnya? Tebak jawabannya di kolom komentar ya...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!