NovelToon NovelToon

Berlian

01

Matahari mulai menyinari bumi, menyapa setiap insan yang ingin mengais rezeki. Begitu pula dengan Berlian, gadis cantik yang setiap pagi memulai aktifitasnya.

Rumah kecil yang ditinggalinya bersama suami dan putri kecil tercinta, berlian hanya menjadi ibu rumah tangga dan membuka warung nasi kecil didepan rumah mereka. Sedangkan Rehan sang suami hanya sebagai sopir pribadi di sebuah keluarga dokter di kota ini. Hidup sederhana yang dijalani keluarga kecil ini setelah keluar dari kota Jakarta.

"Mas, apa mas lelah menjalani ini semua ?" tiba-tiba sebuah pertanyaan keluar dari bibir mungil berlian. "kenapa kamu bertanya seperti itu ?" tanya Rehan terkaget dengan pertanyaan sang istri.

"Aku memang terlahir dari keluarga biasa mas, jadi aku sudah terbiasa menjalani ini semua. Sedangkan kamu, kamu berbeda dari aku mas. Kamu memiliki segalanya, yang bahkan banyak orang inginkan. Tapi kamu melepas itu semua" Jawab berlian dengan wajah sedikit sendu, yahh berlian memang dari awal telah mengetahui bahwa sang suami adalah anak dari keluarga sukses di kota Jakarta. Bahkan keluarga mereka memiliki lebih dari 1 perusahaan, termasuk Stasiun TV.

"Apa kamu lelah berjalan denganku seperti ini sayang ?" tanya Rehan sambil memegang tangan mungil istrinya. "Aku tidak pernah lelah bersamamu mas, tapi apabila kamu yang lelah, aku bersedia melepasmu". 3 tahun hidup berumah tangga bersama Rehan adalah anugrah terindah bagi berlian, suami yang tegas, penyayang, sabar dan bertanggung jawab.

"Berlian, tatap mata mas. Kamu tau kan, dalam agama kita pernikahan adalah sekali seumur hidup. Dan saat mas mengucapkan janji suci didepan pastor, saat itu juga mas yakin bahwa kamu adalah yang pertama dan terakhir. Mari kita lewati ini semua, kita pasti bisa. Kita akan menghadapi semua bersama-sama, kamu percaya dengan mas ?" Rehan memang sosok yang menyayangi keluarga, dia yang seharusnya menjadi CEO di Anggara Group sekarang lebih memilih hidup sederhana demi menghindari konflik perebutan kekuasaan di tengah keluarga besarnya.

Rehan adalah putra tunggal pasangan Selvi dan Bima, dan kekuasaan dalam Anggara group diperebutkan oleh Dimas sepupu dari Rehan yang merupakan putra dari tari dan Juna. Keluarga Dimas berambisi merebut Anggara group, oleh sebab itulah Rehan mundur dari perebutan kekuasaan ini. Keputusan yang diambil Rehan bukan tanpa pertimbangan, justru karena dia tau kemampuan sepupunya, makanya dia memutuskan itu semua.

"Baiklah mas, kalau itu sudah keputusan mas. Mari kita jalani bersama. Tapi saat nanti mas lelah, katakan saja dan jangan memendam semua masalah sendiri" jawab berlian dengan senyum tipisnya.

"mah....mah....mammam...mau....mammam" celoteh rili si imut yang selalu membuat keluarga itu ceria. "lihat itu princesmu sudah lapar, mas berangkat kerja dulu ya. Jaga diri kalian baik-baik dan kalau ada apa-apa cepat hubungi mas" ucap Rangga sambil mencium kening istrinya.

"siap bos" jawab berlian sambil mengangkat jempolnya. Rangga pun melangkah keluar rumah mengendarai motor bebek miliknya ke tempat kerja.

"sayangnya mamah yuk kita makan, hari ini mamah masak buat rili. Makan yang banyak biar rili cepet gede ya" Begitulah keseharian pagi berlian dengan putri kecilnya. Setelah menyiapkan segala kebutuhan rili, maka berlian akan mulai memasak untuk dagangannya. Yah, berlian akan buka warung jam 10 pagi, karena dia menyiapkan makan untuk pegawai di lingkungan tempatnya tinggal yang biasanya akan mencari makan siang sekitar jam 12 siang.

Bersambung......

02

Setelah menyiapkan semua keperluan putri kecilnya, berlian melanjutkan aktifitas memasaknya. "aku harus cepat, ini kan hari Jum'at dan pasti jam makan siang lebih cepat karena ada waktu shalat Jum'at" monolog berlian sambil memasak.

"mbak....mbak.... Mbak berlian, sudah ada yang Mateng belom ? Mau beli lauknya aja udah bisa mbak ?" teriak pembeli dari luar

"Bu siti Monggo, bisa Bu tapi baru ada beberapa macam aja Bu, belom komplit"

"Nggak papa mbak, yg ada aja. Anak saya siang ini ada latihan Pramuka, disuruh bawa makan, saya baru masak nasinya aja dirumah hehehehe"

"Nggih monggo Bu, mau apa aja. Sebentar ya, sebagian saya keluarkan dulu"

"Nggih mbak, saya tunggu"

Berlian kemudian melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah, mengambil beberapa masakan untuk di simpan di etalase depan. Riang, ramah dan tak pernah mengeluh itulah sifat berlian yang disenangi oleh orang- orang di sekitarnya.

Jam terus bergerak dan matahari mulai meninggi, begitu juga aktifitas orang - orang yang mulai memasuki jam istirahat. Satu per satu orang mulai berdatangan memasuki kedai kecil milik berlian, masakan ala rumahan dengan sajian sederhana dan pelayanan yang ramah membuat pembeli berlian tiap hari makin bertambah.

Pujian pun sering berlian terima dari para pembelinya, dan seperti biasa setiap pujian hanya ditanggapi senyum ramah oleh berlian.

Dilain tempat

Rehan seperti biasa menjalankan aktifitasnya sebagai sopir pribadi di keluarga dokter sandra.

"Mbok, tolong panggilin Rehan ya" perintah dokter sandra pada mbok inem pelayan di rumahnya

"njih Bu" kemudian mbok inem berlari kecil ke pos satpam depan, tempat dimana Rehan biasanya istirahat apabila tidak ada perjalanan keluar rumah untuk mengantar majikannya. "Rehan... Han... Rehan... dipanggil ibu didalam, buruan nanti ibu keburu ngomel-ngomel" teriak mbok inem

"Iya mbok, dimana ibu nya ? " jawab Rehan sambil menghampiri mbok inem. " ada di ruang keluarga, kayanya suasana hatinya lagi nggk bagus, makanya buruan temuin, nanti kamu kena omel lagi lhooo "

Rehan pun berlari memasuki rumah " Nggih Bu, apa ibu memanggil saya tadi ?"

"kamu lama banget sich kalau dipanggil ! sekarang saya mau keluar, siapin mobil. Saya bawa sendiri aja, nggk usah dianterin" jawab sang majikan dengan ketus

" Nggih Bu, saya siapkan sekarang " tanpa berlama - lama Rehan menuju garasi dimana mobil sang majikan berada.

Setelah mobil siap, Rehan memindahkan ke depan pintu utama untuk memudahkan sang majikan. " Saya pergi dulu, kamu jangan pulang dulu kalau saya belum nyampe rumah, ingat itu" ucap sang majikan kepada rehan sebelum mobil meluncur meninggalkan halaman rumah besar itu. ( Ingat ya.... besar bukan mewah, kalau mewah sudah pasti mewah rumah Rehan. )

Kehidupan seperti ini tak pernah Rehan pikirkan sebelumnya, dia yang dulunya dapat melakukan apa saja dengan sekali perintah. Bahkan sekarang dia harus rela dibentak - bentak oleh majikannya sendiri. Kadang dalam hati Rehan kasihan dengan berlian yang harus hidup susah bersama dengannya. Terutama putri kecil mereka yang sedang dalam masa pertumbuhan, tapi inilah hidup yang sekarang mereka jalani. Dan mereka harus dapat berdiri di atas kaki sendiri, berkali - kali tawaran dari orang tuanya datang, setidaknya mereka hanya ingin memberikan uang bulanan. Tapi lagi dan lagi selalu ditolak oleh Rehan.

Beberapa kali orangtuanya ingin memberikan sesuatu untuk cucu mereka, tetapi terus ditolak oleh pasangan suami istri ini.

Bersambung,

03

Beberapa kali orangtuanya ingin memberikan sesuatu untuk cucu mereka, tetapi terus ditolak oleh pasangan suami istri ini.

Yah.... Rehan memang meninggalkan kemewahan yang dia miliki, tetapi dia tidak memutuskan komunikasi dengan orang tuanya. Karena bagaimanapun juga keluarganya adalah penyemangat bagi keluarga kecil mereka. Begitupula dengan perusahaan yang sekarang masih dipegang oleh sang papa bima sebagai CEO nya, dan Dimas sebagai direkturnya. Pergerakan Dimas dalam perusahaan belum begitu bebas karena masih ada papa bima dan sang kakek. Sikap sang kakek yang sangat tegas bahkan membuat keluarga Dimas tidak dapat bergerak bebas.

Setelah tadi mobil sang majikan meninggalkan rumah, Rehan melangkah lagi ke pos satpam tempat biasa dia menunggu pekerjaan selanjutnya

"pulang malam lagi kamu Han ?" tanya pak Supri saat melihat Rehan mendekat ke arahnya

"Nggih pak, yah gimana lagi pak, namanya anak buah kan harus nurut sama majikan, Yen ngeyel mengko dipecat ( kalau ngeyel nanti dipecat ) makan apa anak istri saya nanti hahahahaha" jawab Rehan dengan ringan

"iya bener Han, orang kecil kaya kita ini nggk bisa banyak memilih, saya seandainya boleh milih, pengin pindah tempat kerja, tapi sekarang cari kerja kan nggk gampang" timpal pak Supri

"emang bapak kalau mau pindah kerja, penginnya kerja dimana ? Dijakarta mau ?" hampir saja Rehan keceplosan bahwa dia punya kuasa untuk membawa pak Supri kemanapun tempat kerja yang diinginkan pak Supri

"kalau gajinya gede ya pasti mau Han, apalagi kalau dapet majikan yang baik, ramah, pasti mau banget saya"

"anak istri gimana pak ? nggk papa ditinggalin ?"

"kalau majikannya baik, saya bawa anak istri saya, tapi kalau majikannya galak kaya dokter sandra ya nggk mau saya, masak keluar dari kandang macan trus masuk kandang singa, kan nggk lucu juga"

Obrolan santai seperti ini sering mereka lakukan, Rehan juga banyak mendapat ilmu tentang kehidupan dari pak Supri. 3 tahun bekerja bersama membuat mereka saling mengenal watak satu sama lain

"Han, saya titip pos dulu sebentar ya, saya mau sholat Azar dulu, kamu kan nggk sholat" pinta pak Supri kepada rehan, karena sebagai seorang muslim beliau memang harus menunaikan kewajibannya.

"siap pak"

Dalam lingkup kerja Rehan memang semua telah mengetahui bahwa Rehan beragama katolik, sama seperti majikan. Hanya bedanya Rehan dan keluarga kecilnya adalah katolik yang lurus plus dengan segala keterlibatannya dalam kepengurusan gereja, sedangkan sang majikan termasuk golongan katolik napas (alias natal-paskah) hahahaha.

Sambil menunggu sang majikan, Rehan membantu menyiram tanaman dihalam rumah yang lumayan luas itu. Waktu sudah sore menjelang malam, sampai hp Rehan berbunyi menandakan ada pesan WA yang masuk

"berlian rupanya, aku lupa ngasih tau dia kalau pulang telat" monolog Rehan sambil membuka Hp nya

"mas, masih dimana ? Pulang jam berapa hari ini ?"

"mas, masih dirumah dokter sandra, kemungkinan pulang malam sayang, soalnya tadi sebelum pergi ibunya ngomong, mas nggk boleh pulang dulu sebelum beliau datang" jawab Rehan, keluarga kecil ini memang penuh perhatian, sikap berlian yang tidak banyak menuntut yang selalu membuat Rehan merasa bersalah, karena membawa wanita baik ini ke titik terendah hidupnya

"baiklah, kalau begitu mas ati-ati dijalan. Pulangnya nggk perlu beli apa-apa karena dirumah sdh ada makan"

"siap sayang, nanti kalau mas mau pulang, mas kabarin kamu ya"

Bersambung .......

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!