NovelToon NovelToon

Pura-pura Lugu Padahal Pemuas Nafsu

Sebuah Harapan

Plak!

Sebuah tamparan terasa begitu pedih saat mengenai kulit wajah tipis wanita itu. Bahkan saking kerasnya, tubuh lemah itu sampai tersungkur ke lantai dingin dikamarnya.

"Sudah kubilang hiduplah layaknya orang mati! Jangan sering menonjolkan dirimu jika putriku sedang berada didekatmu!"

Kalimat penuh amarah itu terlontar dari mulut wanita yang tadi menamparnya dengan segenap murka.

"Qeunby hanya berusaha membantu, Ma. Bukan maksud Qeun--Aakh!" rintih Qeunby.

Belum selesai wanita bernama Qeunby itu menjelaskan, sosok keji yang di panggil "Ma" kembali menjambak rambut panjang hitam Qeunby dengan sekuat tenaga, sampai dia mendongak secara paksa.

"Jangan berusaha membela diri! Karena sudah jelas apa yang kamu lakukan hanya membuat Kirey malu!" tuduh wanita yang tadi menampar Qeunby.

Kemarahan wanita itu bukan tanpa alasan, hal itu dikarenakan Qeunby sebagai anak tiri malah mendapat pengakuan dan pujian dari Klien Ibu tirinya saat menjelaskan tentang gaun rancangan yang diakui Kirey sebagai buatannya.

"Dia emang sengaja bikin Kirey malu, Mah. Dia nggak kasih tau Kirey secara detail tentang gaun itu," adu Kirey dengan amarah yang meluap karena sudah merasa dipermalukan.

Dari kaca mata pelanggan, jelas apa yang dilakukan Qeunby tidak lah salah. Sebab saat calon pembeli itu menanyakan perihal bahan dan detil gaun yang terlihat sulit, Kirey yang mengaku sebagai perancang malah tidak bisa memberi jawaban yang memuaskan.

Kontan Qeunby yang melihat reaksi dari calon pembeli itu khawatir mereka tidak jadi memesan gaun di Butik milik Ibunya. Qeunby yang merasa gaun itu adalah rancangannya tentu saja tak bisa tinggal diam, maka tanpa interuksi, Quenby maju dan menjelaskan secara terperinci atas apa yang ditanyakan calon pembeli, sampai akhirnya kesepakatan itu terjadi, Klien dari Ibu tirinya setuju untuk memesan di Butik mereka.

"Rancangan itu akan tetap atas nama kamu, Rey. Aku hanya membantu saja. Apakah masih salah?" lirih Qeunby yang sudah jengah dengan drama malam itu.

Bugh!

Kirey menendang perut Quenby sambil berkata, "Sialan kamu Qeun! Kamu benar-benar meremehkanku!" pekik wanita yang usianya hanya berbeda beberapa bulan saja dengan Qeunby. Dia terlihat berang dengan pernyataan itu.

"Sudah, Sayang ... sudah! Nanti kalau dia mati kita yang susah," cegah sang Ibu yang melihat kemurkaan putri kesayangannya yang semakin membabi buta.

Setelah itu, Quenby ditinggalkan seorang diri dengan tubuh meringkuk dan penuh lebam. Rasa sakit pada tubuhnya yang mendapati perlakuan seperti ini bukanlah hal baru. Dia tidak bisa berbuat apa-apa, karena memang dalam posisi dan kondisi yang tidak berdaya.

'Ya Tuhan ... jaga dan peliharalah aku dari orang-orang yang melakukan kekerasan. Berikan aku kekuatan untuk melawan semua rasa takut. Tuntunlah aku untuk sepenuhnya berserah kepadaMu. Aku percaya, suatu saat bala bantuanMu pasti akan datang," lirih Qeunby mengaminkan doanya segenap hati.

Drrt! Drrt!

Ditengah keheningan yang penuh harap, tiba-tiba saja ponsel Qeunby bergetar. Dengan susah payah menahan nyeri di sekujur tubuhnya, dia berusaha bangkit untuk meraih nakas, lalu mengambil ponselnya yang tergeletak diatas sana. Perlahan dia membukanya, lalu membacanya,

Undangan Reuni

|Kepada seluruh Angkatan...|

Mata bulat dengan netra madu itu terbeliak saat membaca kata demi kata yang tertulis pada surat elektronik diponselnya itu.

Bagaimana semua bisa kebetulan?

Saat dirinya berdoa penuh harap untuk meminta bala bantuan. Ternyata Tuhan secepat ini mengabulkannya.

Tentu saja Quenby tak akan melewatkan acara itu. Sebab ada seseorang yang dia harapkan dapat membantunya untuk membebaskan Qeunby dari jerat keluarganya yang toxic. Dan Quenby akan memakai alasan masalalunya untuk memaksa sosok itu berpihak padanya.

...----------------...

"Mommy tuh sudah pengang rasanya dengar berita-berita yang mengataimu impoten, Jo!"

Setiap kali mendengar keluhan sang Ibu, Jonas tak henti memaki pada setiap media yang selalu mengangkat pemberitaan itu. Semua prestasi yang diraihnya seolah tak berarti dan tenggelam begitu saja oleh panasnya berita yang mengatakan bahwa pria itu mengalami impoten.

Jonas Hermawan Sagala. Diusianya yang mencapai 31 tahun sudah dipercaya menjadi penerus dari Bisnis besar yang turun temurun dipercayakan pada setiap putra pertama.

Perawakan gagah yang dimiliki pria itu berasal dari latihan ketat dengan pola hidup sehat. Dan sepertinya Tuhan sangat memberkati diri Jonas. Lihatlah bagaimana paras tampan yang dimiliki pria itu, wajah blasteran yang diturunkan dari sang Ibu, membuat sosoknya semakin digilai banyak wanita.

Sayangnya ...

Kesempurnaan itu berbanding terbalik dengan nasib yang tengah menimpanya.

Kecelakaan yang dialami Jonas 3 tahun yang lalu telah membuat pria itu tidak lebih bernilai dari seonggok daging dengan tulang-belulang tak berdaya.

Untuk apa memiliki kekayaan berlimpah dengan segudang prestasi dan juga kesempurnaan fisik bak Dewa, jika nyatanya lelaki itu tak mampu menegakkan miliknya untuk mencetak penerus.

Dengan kata lain, Jonas Hermawan Sagala tengah mengalami disfungsi ereksi. Dan hal itu membuat rasa percaya dirinya sebagai lelaki runtuh seketika.

Dan ironisnya, keluarga pria itu tidak mengetahui fakta ini.

"Sekarang terserah kamu mau menikah dengan siapapun, Mommy tidak akan lagi mempersalahkannya. Asal wanita itu sehat dan bersedia melahirkan keturunan!"

Luisa--Ibu kandung Jonas akhirnya menurunkan kriteria calon menantunya. Yang terpenting bagi wanita berusia 55 tahun itu sekarang adalah sang putra satu-satunya bisa memberikannya banyak cucu.

Jonas semakin dilema, bukan perihal siapa wanitanya. Akan tetapi memang Jonas tidak dalam kondisi bisa untuk memberikan penerus, bagaimana mau menghamili istrinya, jika kelelakiannya saja tidak bereaksi lebih dari 2 menit.

"Akh! Sial!" maki Jonas sambil menggusak surau hitamnya. Dia benci dengan kondisinya yang sekarat.

Drrt! Drrt!

Ditengah kesendiriannya dalam merutuki nasib, tiba-tiba ponsel Jonas bergetar. Dia lantas meraih ponselnya yang terletak di meja nakas.

Undangan Reuni

|Kepada seluruh Angkatan...|

Sebuah notifikasi muncul di beranda ponselnya, Jonas langsung membuka dan segera membacanya.

Undangan Reuni tempat Jonas menghabiskan 3 tahun pendidikannya sebagai murid SMA, menerbitkan senyum berlesung pipi dikanan-kiri pria itu.

Mengingat segala kenangan bengalnya pada masa sekolah dulu, Jonas jadi merindukan sosok gadis yang menjadi pengalaman pertamanya dalam menyudahi gelarnya sebagai seorang Perjaka.

Dan mungkin ini adalah bala bantuan Tuhan agar Jonas bisa terlepas dari bayang-bayang skandal bengkoknya sebagai lelaki impoten.

Tentu saja Jonas tak akan menyia-nyiakan kesempatan ini untuk bertemu dengan gadis yang telah diperawaninya.

Selain Jonas masih berhutang kata maaf pada gadis itu. Dia pun berharap sosok itu dapat kembali membantu Jonas menjadi pria seutuhnya.

Dalam harapannya yang setipis tisu, Jonas sangat berharap bahwa gadis itu akan datang dalam acara reuni, yang telah menjeda pertemuan mereka, selama 12 tahun lamanya.

TBC

Malam Reuni

Suasana Ballroom di salah satu Hotel ternama terlihat begitu ramai. Dekorasi mewah dengan sajian yang menggugah tersedia melimpah di buffet prasmanan. Malam itu tengah diadakan acara reuni akbar dari salah satu sekolah bonafit yang ada di Jakarta. Rata-rata yang hadir disana adalah Pengusaha muda, dan tidak sedikit yang berprofesi sebagai Dokter, Pengacara, bahkan Musisi.

Mantan para pelajar berseragam abu-abu itu jelas terlihat berbeda. Bagaimana tidak? Setelah bertahun-tahun lamanya terhitung dari kelulusan, mereka kembali bersua. Tidak sedikit yang bertegur sapa untuk lanjut pada hubungan bisnis atau sekedar CLBK (Cinta Lama Belum Kelar).

Di sudut lain, tepatnya pada balkon Hotel itu berada. Tampak seorang wanita dengan balutan gaun hitam panjang yang begitu pas ditubuhnya yang molek, wanita bersurai hitam panjang itu berdiri seorang diri.

Kedua mata bulatnya sedang menatap ke arah dalam ruangan yang dipenuhi banyak alumni seperti dirinya. Akan tetapi pandangan Quenby hanya tertuju pada sosok pria yang terlihat asik bercengkerama dengan teman-teman seangkatan lelaki itu yang Quenby kenal sebagai para mantan Kakak kelasnya.

Ingin sekali Quenby melangkah mendekati sosok pria berpunggung lebar disana. Namun sayang, nyalinya tidak sebesar itu untuk bertegur sapa. Bagaimana jika sosok familiar yang selama ini menjadi pusat fantasinya itu ternyata lupa padanya. Ah, wanita itu belum siap menanggung malu.

Seperti sebuah magnet. Tiba-tiba saja sosok lelaki yang dia perhatikan sedari tadi menoleh ke arahnya dan kini memicingkan matanya. Kemudian dengan senyum yang mulai terukir, lelaki berkemeja hitam itu berjalan mendekati Quenby.

Deg! Deg!

Jantung Quenby berdegub kencang saat melihat sosok gagah dan rupawan itu semakin memangkas jarak. Langkah dan tatapan dari mata lelaki itu bagaikan mata elang yang sedang membusur mangsa.

"Kamu ... Quenby?

Bariton suara pria itu menggelitik telinga Quenby. Dia senang bahwa lelaki itu ternyata masih mengingatnya. Padahal sudah 12 tahun berlalu dari acara malam kelulusan.

"Jangan bilang kamu lupa?" Lelaki itu menampakkan wajah kecewanya saat Quenby tak merespon sama sekali.

Tentu saja Qeunby tidak lupa. Lelaki itu adakah tujuannya datang ke acara ini. "Qeunby cuma ragu. Tapi ternyata benar Kak Jonas," ujarnya riang.

"Aku senang kamu mengingat namaku. Kamu semakin bertambah cantik," puji Jonas dengan senyum tulus.

Tak sia-sia Quenby berpenampilan seperti malam ini. Walaupun gaun hitam panjang yang dikenakannya terlihat ketat, akan tetapi bisa dikategorikan sopan, sebab tak ada belahan tinggi yang memperlihatkan bagian tubuh sintalnya. Qeunby pun hanya memoles wajahnya dengan natural. Cukup bagian mata bulat dan bibir terbelahnya saja yang dia tonjolkan.

"Terimakasih Kak," sahut Qeunby dengan senyum khas gadis desa andalannya. "Quenby hampir tidak mengenali Kakak, tadi. Soalnya penampilan Kakak jauh berbeda." ujar Quenby yang memang sempat ragu diawal melihat sosok lelaki bernama Jonas itu.

Jonas tersenyum hangat mendengar penuturan wanita cantik didepannya. Dia tidak menyangka menemukan wanita ini dengan mudah di antara lautan Alumni yang hadir.

Dialah Quenby Agatha. Gadis pendiam dengan senyum manis itu masihlah sama menurut Jonas. Masih terlihat lugu dan lebih suka menyendiri. Namun, pesona adik kelasnya itu bukan main-main sedari dulu. Bahkan mantan adik kelasnya itu kini memancarkan aura pengikat yang lebih kuat dibanding dulu saat masih menjadi murid SMA.

Tentu saja hal itulah yang membuat Jonas akhirnya nekat mengambil keperaw*nan gadis bermata madu itu ketika usianya masih 17 tahun. Dan Jonas tidak melakukan pemaksaan, Akan tetapi dirinya berhasil merayu sang adik kelasnya untuk memberikannya secara sukarela.

"Bagaimana kabarmu?" tanya Jonas.

"Sekarang menjadi baik," sahut Qeunby yang membuat Jonas mengerutkan keningnya.

"Jadi sebelumnya tidak baik-baik saja?" Jonas serius dengan pertanyaannya.

"Bertemu dengan Kakak malam ini, membuat Qeunby senang," ujar Qeunby.

Bagaimana tidak senang jika sosok yang sering dia impian akhirnya muncul dihadapannya. Terlebih Quenby yakin, bahwa sosok ini adalah bala bantuan yang dikirim Tuhan atas doanya.

"Kakak sendiri bagaimana kabarnya?" Melihat Jonas yang terpaku membuat Quenby bertanya hal yang sama. Dia benar-benar penasaran dengan kehidupan lelaki itu. Sudah belasan tahun sejak kelulusan. Qeunby tak pernah mendengar lagi kabarnya.

"Apa ada hal baik dari seorang lelaki lajang yang--"

"Hai, Bro! Aku mencarimu dari tadi"

Ucapan Jonas terpenggal oleh suara seorang Pria yang datang mendekatinya.

Jonas menoleh. Dan dia melihat teman kerjanya menghampiri. "Ah, Ndrew. Kenalkan, dia adik kelasku dulu" Jonas tanpa kikuk mengenalkan lelaki bernama Endrew pada Quen yang terlihat menyelidik.

"Dia bukan bagian dari sekolah kita," jelas Jonas yang dia yakini bahwa Quen merasa asing dengan temannya. "Dia teman kerjaku. Aku memintanya ikut datang ke acara ini," jelasnya yang membuat Quenby mengangguk paham.

"Panggil aku Endrew" Sosok lelaki dengan penampilan metroseksual itu mengulurkan tangannya ke arah Quen.

"Quenby," sambutnya dengan membalas uluran tangan lelaki itu yang terbilang halus untuk seorang pria.

"Ayo, kita sudah ditunggu," bisik Endrew yang masih terdengar ditelinga Quenby.

"Ah, aku minta maaf, Quen. Setelah ini aku ada acara dengan teman-teman kantorku," Jonas terlihat menyesal setelah melihat jam ditangannya.

Tapi mau bagaimana lagi, janjian dengan teman-teman kerjanya malam ini sudah di agendakan jauh sebelum undangan resmi reuni sekolah mereka terkirim. Jonas pun tidak bisa berbuat banyak.

"Ya, tidak apa-apa. Acara ini pun cukup membosankan, bukan?" Quen tersenyum kecut. Dan tentu saja ada makna lain dari kalimatnya ini. Quen mengatakan secara halus agar Jonas mau membawanya. Begitulah makna terpendam dari apa yang Quen katakan barusan.

Mendengar ucapan dari wanita didepannya, Jonas segera menyerahkan sebuah kartu nama. "Hubungi aku besok. Aku masih ingin banyak mendengar tentang kehidupanmu,"

Jonas berkata jujur, dia memang penasaran dengan kehidupan wanita itu selama 12 tahun tak bertemu. Dan tentu saja ini adalah alasan kenapa Jonas mau hadir dalam acara seperti ini.

Mempertemukan dua orang yang memiliki kisah belum usai adalah salah satu tujuan bagi mereka yang datang ke acara-acara seperti halnya reuni 'kan?!

"Baiklah. Quenby janji akan menghubungi Kakak besok. Quenby akan simpan nomor ponsel Kakak." Quen berusaha menahan senyum bahagianya saat mendapatkan nomor kontak lelaki itu.

"Sure! Itu yang aku harapkan," Setelah mengatakan itu, Jonas mengecup pipi Quen dengan lembut. "Aku tunggu telponmu, bye!"

Setelah mengatakan perpisahan yang diakhiri dengan kecupan bak anak puber, Jonas pun pergi bersama temannya yang bernama Endrew. Dan meninggalkan Quen sendirian di balkon atas dengan senyum getir.

Setelah melihat punggung lebar Kakak kelasnya menghilang, Quenby menyentuh pipinya yang tadi dikecup. Ada sensasi beda yang dia rasakan saat kecupan itu jatuh pada pipi kananya.

Apakah lelaki tadi sudah tak punya rasa padanya?

Ataukah kini sosok Qeunby sama dimata pria itu, hanya sebatas mantan adik kelas biasa.

TBC

Takdir Macam Apa?

Suara musik yang menghentak keras tidak serta merta menutupi berbagai suara erotis di dalam kamar mewah di sebuah Villa pribadi yang ada di kawasan Puncak.

Suara-suara sensual itu berhasil menarik perhatian seorang lelaki yang masih duduk dengan tenang melihat secara live perbuatan gila didepan matanya.

Pertunjukkan itu hanya ditatap datar oleh pria yang duduk seorang diri di sofa single. Tanpa ekspresi dan tanpa reaksi. Apalagi ereksi.

"Tuan Sagala, anda tidak mau mencobanya bersama kami?"

Suara lembut penuh rayuan sengaja diucapkan oleh wanita yang memakai topeng setengah wajah yang hanya memperlihatkan kedua matanya saja, tapi tidak dengan tubuh sintalnya yang terekspos hampir sepenuhnya.

"Lihatlah lebih dekat, Tuan Sagala. Aku pastikan milikmu akan mendapatkan kenikmatan dari sini" Wanita tadi kembali berbicara sambil menunjukan sesuatu yang seharusnya tidak diumbar murah.

Akan tetapi pria yang masih betah duduk dengan pakaian lengkapnya tidak terpancing sama sekali. Padahal suasana di kamar itu sudah tak karuan. Akan tetapi tak juga membuat hasrat lelaki itu menggebu.

Dia adalah Jonas Hermawan Sagala. Pria berusia 31 tahun dengan wajah tampan menawan. Keturunan darah campuran dan anak lelaki satu-satunya dari pasangan pengusaha tambang dan properti yang namanya sudah dikenal di kancah Asia. Namun sayang, beberapa tahun ini penerus kerajaan bisnis dari keturunan pasangan Sagala itu memiliki rumor negatif. Bahwa pria itu IM.PO.TEN dan memiliki kelainan seksual.

"Sial!"

Jonas bangkit dari duduknya dengan perasaan kesal. Dia keluar dari kamar panas dimana aksi asusila itu masih berlangsung. Sudah cukup, pikirnya. Percuma mengikuti ide gila Endrew yang katanya bisa membantu dirinya untuk bisa turn on. Nyatanya, junior miliknya masih bergeming dan seperti mati rasa.

Apakah ini karma?

...----------------...

Dimalam yang sama. Disebuah Rumah mewah yang terletak di Jantung Kota, tepatnya dikawasan cluster Elit dengan pengamanan lumayan ketat. Terdengar suara raungan kesakitan dari sudut kamar kosong yang lebih mirip disebut gudang.

Seorang wanita tergeletak tak berdaya dilantai marmer yang dingin dengan sudut bibir lebam serta darah segar yang tercetak jelas di wajah sendunya.

Setelah pulang dari acara reuni yang kelewat malam. Sang Ibu membantai habis tubuh dan wajah anaknya itu sampai babak belur.

"Mau belajar jadi Jal*ng, hah?!"

Wanita paruh baya yang bergelar Ibu itu kembali mendekat, dan kali ini menarik paksa rambut panjang hitam anak perempuannya sekuat tenaga sampai kepalanya mendongak. Bahkan beberapa helai rambut panjang itu terlepas paksa dari kulit kepalanya.

"Sekali lagi berani pulang larut! kupatahkan kakimu menggunakan golok!" ancamnya lagi. Dan setelah itu dia hempaskan kepala anaknya sampai membentur lantai.

Anak itu adalah Quenby Agatha. Wanita berusia 29 tahun yang kesehariannya membantu usaha sang Ibu menjaga salah satu butiknya. Anak perempuan kedua dari tiga bersaudara yang diperlakukan berbeda.

Entah apa yang merasuki jiwa sang Ibu, sehingga tega berbuat kekerasan pada anaknya sendiri. Dan yang membuat Quen tak terima, bahwa perlakuan kasar itu hanya dilakukan padanya saja.

Dia pernah ingin kabur dari rumah mewah yang lebih mirip disebut penjara. Bahkan mungkin penjara masih lebih baik menurut Quenby. Tapi sayang, niat melarikan diri itu terganjal karena dia tak memiliki tabungan.

Berbeda dengan dua saudara lainnya yang selalu mendapat transferan dengan nominal fantastis dari sang Ibu tiap bulan. Bahkan sang Kakak yang sudah menikah dan memiliki suami pun masih mendapat transferan rutin di tiap bulannya. Padahal hanya Quenby yang bekerja keras. Ironisnya, malah hanya dia yang tak mendapat imbalan sepeserpun dari hasil kerja kerasnya.

Dalam gelapnya ruangan yang dipenuhi debu itu, Quen terisak. Dia menangis dalam diam. Rasa sakit ditubuhnya tidaklah seberapa dibanding perlakuan berat sebelah sang Ibu dalam memperlakukannya. Bahkan itu sudah terjadi saat dia masih kecil.

"Papa ..., Quenby kangen" ucapnya sesenggukan menahan perih.

...----------------...

Beberapa hari setelah kejadian dimana sang Ibu memukulinya. Pagi ini Quenby kembali bersiap-siap untuk memulai aktivitasnya.

Ya. Aktivitas kerja rodi, maksudnya.

"Mau ke Butik dengan wajah lebam seperti itu?!" tegur sang Ibu saat melihat putrinya hendak masuk kedalam mobil.

"Sudah dua hari Quen tidak ke Butik, Ma. Hari ini ada jadwal dengan Klien, Kami butuh bertemu langsung untuk membicarakan desain yang mereka ajukan" jelas wanita itu. Jadwal bertemu Klien hari ini memang tidak bisa diwakilkan.

"Terus nanti kalau orang-orang disana pada tanya kenapa dengan wajah kamu? kamu akan nuduh Mama? Begitu?!" urat saraf pada leher sang Ibu terlihat menonjol saat mengatakannya.

Ya, seandainya saja bisa, Quenby mungkin akan lebih memilih untuk melapor ke kantor polisi saja atas semua tindakan kasar Mamanya.

"Nanti Quen tambahkan cushion agar lebamnya tertutupi. Sudah ya Mah, takut telat, tidak enak kalau sampai Klien yang menunggu" Setelah itu Quenby masuk ke mobilnya dan berlalu meninggalkan sang Ibu yang masih memasang wajah sangar.

Diperjalanan menuju Butik yang berada di kawasan Darmawangsa. Tepatnya di dalam mobil Sedan yang dikendarai oleh Quenby sendiri, wanita itu melirik pada kaca spion tengah yang tergantung untuk melihat kondisi wajahnya yang masih meninggalkan memar.

"Selalu aja gitu, tidak mau disalahkan!" gerutu Quenby pada sikap Ibunya yang dinilai aneh. Harusnya sang Ibu mengikatnya di gudang saja sampai bekas lebam itu hilang. Jadi tidak perlu khawatir dicurigai orang.

Tiba-tiba lampu merah menghentikan laju kendaraan Quenby yang memang tidak cepat. Karena kondisi lalu lintas di Jakarta selalu padat merayap. Padahal sudah jam 9 pagi. Waktu yang seharusnya dimana kendaraan mulai menipis, tapi tetap saja padat merayap.

Kedua netra madu wanita itu menangkap sebuah kartu nama yang tergeletak di dashboard mobilnya. Dia sampai melupakan niatnya untuk menghubungi orang yang telah memberikan kartu itu padanya.

Jemari lentik Quenby terulur untuk meraih kartu nama berwarna hitam itu. Dia membaca tulisan yang diukir dengan warna silver yang tertera disana. "Jonas Hermawan Sagala, Direktur Utama PT Bawera Sagala." Wanita itu tersenyum penuh makna.

Sudah dua hari sejak janjinya ingin menghubungi mantan Kakak kelasnya. Namun belum juga dia lakukan. Dia tidak mungkin bertemu dengan Jonas dalam kondisi wajahnya yang babak belur kan? Apa kata pria itu nanti?

Dengan mantap akhirnya Quenby mengambil ponselnya dan memasukan nama Jonas ke dalam kontak. Namun setelah tersemat nomor ponsel sang mantan kakak kelasnya, Quenby terkikik geli. Dia mentertawakan dirinya sendiri yang dengan lancang menuliskan nama sang mantan Kakak kelasnya dengan sebutan itu di kontak telponnya.

To My Jonas

[Hai, Kak Jonas ...]

Pesan pun terkirim.

Quenby mengetuk-ngetukkan jari telunjuknya pada gagang setir. Dia benar-benar berharap lelaki itu segera membalas pesannya.

Ting!

Dengan segera dia melihat notifikasi disana. Akhirnya kecemasan yang Quenby rasakan luruh seiring sebuah pesan dari 'My Jonas' yang tersemat pada ponselnya. Dia menunggu beberapa saat untuk membuka pesan itu. Quenby tidak ingin lelaki itu beranggapan bahwa dirinya memang sedang menunggu balasan.

Setelah hampir 25 detik, Qeunby akhirnya memberanikan diri mengetuk ruang percakapan dan mulai membacanya.

From My Jonas

[Kamu Quen?]

Quenby tersenyum membaca itu. Dia tidak menyangka ternyata pria yang pernah menjadi Kakak kelasnya bisa menebak bahwa dirinyalah yang mengirim pesan. Padahal Qeunby tidak menyebutkan identitasnya saat mengirim pesan pada lelaki itu barusan.

Bolehkah Quenby berasumsi bahwa lelaki itu masih menganggapnya sebagai orang yang spesial?

Entahlah. Quenby akan kembali mencoba peruntungannya. Kali ini dia akan mencoba mengikat sang mantan Kakak kelas untuk masuk dalam hidupnya agar dapat menarik keluar Qeunby dari neraka yang dibuat sang Mama.

TBC

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!