NovelToon NovelToon

SWEET REVENGE

Revenge 1

Balas dendam terbaik menurut Kiara Sasmita adalah menjadi seseorang dengan versi terbaik yang tidak akan bisa diikuti atau bahkan melebihi ekspektasi orang-orang yang menyakitimu dan kalimat itu sudah berhasil dia terapkan sekarang. Jika di tanya apakah dia puas? Tentu saja belum puas, balas dendam pun bahkan belum di mulai.

Siapa yang tidak mengenal wanita misterius bernama Kiara Sasmita yang berhasil membangun kembali hotel-hotel hampir bangkrut dan menjadikan hotel itu kembali kemasa jayanya tanpa menghilangkan ciri khas dari masing-masing-masing-masing hotel itu. Ya nama Kiara Sasmita cukup terkenal selama 5 tahun sebagai pebisnis yang cukup dicari oleh pemilik beberapa hotel yang hampir bangkrut untuk membangun kembali masa jaya hotel-hotel tersebut dan dalam 5 tahun ini Kiara telah berhasil mengembalikan hotel-hotel hampir bangkrut itu menjadi 7 dengan hotel miliknya sendiri.

Setelah 5 tahun berlalu, akhirnya Kiara memutuskan untuk menunjukkan sosoknya yang selama ini hanya diwakilkan oleh temannya Dimas Prakoso Adiputra.

____________________________________________

Kiara mematut dirinya di depan cermin, ini sudah gaun kesekian yang dia coba untuk acara malam ini yang akan berlangsung 2 jam lagi. Malam ini semua harus sempurna, dia harus tampil sempurna di penampilan pertamanya di depan umum. Bukankah kesan pertama itu penting jika ingin mengambil hati banyak orang yang melihatmu?

“Aku sudah berhenti menghitung gaun yang kau kenakan setelah hitungan ke 5..” Kiara hanya mengabaikan komentar pria yang sedang bersender di ambang pintu ruang dresser miliknya.

”kau benar-benar akan mengabaikanku? Kalau begitu aku akan membawa kembali ini..” Kiara sedikit tertarik melihat kotak besar yang pria itu kenakan “kau tahu seleraku bahkan lebih bagus darimu..”

Kiara tanpa pikir panjang mengambil kotak itu dan membukanya, wajahnya langsung cerah melihat dress? berwarna Maroon dengan kain beludru. Bagian belakangnya yang rendah membuat Kiara semakin tersenyum.

“Bagaimana? Kau suka?”

Kiara hanya tersenyum, bagaimana dia tidak -menyukai dress yang sangat cantik ini. Bahkan warnanya sesuai dengan tema pesta malam ini. Kiara melirik pria yang kini sudah berdiri di belakangnya, terkadang Kiara bingung apakah pria ini memang seorang dokter? Karena dia lebih paham tentang pakaian di bandingkan Kiara yang hanya menerima pakaian dari Brand yang mengirimkan pakaiannya kerumahnya.

“Pakai ini, dan buat mereka semua terpesona.” Kata pria itu memegang bahunya dan menekannya sedikit “jangan takut karena aku akn selalu membantumu.”

Pria itu lalu keluar dari ruang dresser Kiara dan pergi keruangannya sendiri untuk bersiap. Ya pria itu punya ruangannya sendiri karena dia tinggal satu rumah dengan Kiara. Apakah mereka bersaudara? Tidak, mereka bukan saudara. Mereka hanya 2 orang yang bertemu secara tidak sengaja dan dia menjadi orang yang sellau mengikuti Kiara ke manapun. Well pada intinya mereka tidak menikah juga, dan mereka tidak dalam hubungan romantis, mereka hanya memang tinggal di satu rumah.

2 jam kemudian,

Dimas nama pria yang tinggal satu rumah dengan Kiara itu keluar dari ruangannya denga pakaian formal yang dia gunakan. Jas hitam dengan kaos itam alih-alih kemeja. Dimas ingin santai malam ini, karena acara ini memang untuk wanita yang sebentar lagi akan keluar dari ruangannya.

“Kau sudah lama menunggu Dimas?”

“Tidak, aku juga baru…” Dimas langsung terdiam melihat Kiara yang keluar dengan dress yang memang dia belikan tadi siang

Untuk beberapa saat Dimas tidak bisa berkata apapun, Dress yang Kiara pakai sangat pas di tubuhnya, rambut Kiara di gulung ke belakang dan menyisakan sedikit dan di gelombang kan dekat kedua telinganya. Makeup yang Kiara pakai juga bagus dan lebih terlihat natural dengan bibirnya yang di pakaikan lipstik merah muda.

“Aku aneh?” Tanya Kiara lalu berputar dan Dimas menelan ludahnya melihat punggung Kiara yang jelas terekspos cukup banyak dan sepertinya dia menyesali memilih gaun yang terbuka seperti itu “wajahmu menunjukkan kalau…”

“Kau cantik Kiara, dan…” Dimas tidak bisa lagi mendeskripsikan wanita di depannya itu selain kata cantik

Kiara tersenyum, setiap pujian yang keluar dari mulut Dimas adalah sebuah kejujuran karena percayalah Dimas tidak pernah memuji siapapun kecuali dirinya sendiri.

“..dan semua mata akan memandangmu takjub malam ini.”

Mereka pun kini sedang dalam perjalanan menuju pesta ulang tahun hotel pertama miliki Kiara yang kini sudah berusia 5 tahun. Ternyata sudah 5 tahun sejak Kiara memberanikan diri membuka kembali hotel yang dulunya sempat tidak dilirik siapapun lagi. Hotel itu mungkin berusia 5 tahun walaupun sebenarnya hotel itu sudah berdiri hampir 50 tahun. Hotel yang sebenarnya di berikan untuk Kiara.

“Kau yakin bahwa semua sudah siap seperti yang kita rencanakan?” Tanya Kiara tidak mengalihkan matanya dari pemandangan diluar yang sudah gelap karena matahari sudah terbenam

“EO(Event Organizer) sudah memastikan mereka mendapatkan email balasan untuk kehadiran para tamu dan salah satunya mereka tapi kalau ada perubahan di menit-menit terakhir aku tidak bisa memastikan Kiara.”

Kiara hanya mengangguk mengerti, saat ini jantungnya berdegup sangat kencang. Bagaimana tidak, akhirnya setelah 5 tahun sejak hotel ini di buka Kiara tidak pernah menunjukkan sosoknya, dia bekerja dari rumah dan semua di wakilkan oleh Dimas. Semua orang yang mengenal Dimas pasti bingung kenapa pria yang di gadang akan sukses menjadi seorang dokter kini malah menjadi seorang pebisnis, di tambah Dimas yang membantunya mengelola hotel yang bahkan bukan miliknya, pada intinya Dimas tidak akan mendapatkan apapun.

Dimas memasuki pintu belakang hotel yang memang disediakan jika untuk keadaan darurat, well salah satu keunggulan hotel ini semua privasi tamu tetap diutamakan. Jadi jika ada seseorang tamu memerlukan jalan keluar yang tidak memungkinkan diketahui orang lain, maka hotel milik Kiara ini menyediakannya kecuali untuk para tahanan, buronan yang dicari polisi karena setiap tamu akan di di periksa tanpa diketahui oleh tamu yang mungkin akan membuat mereka tidak nyaman. Tenang saja seluruh data tersimpan dengan baik dan akan terhapus otomatis jika tamu sudah keluar dari hotel. Kenyamanan dan keamanan nomor satu yang di pilih Kiara dan juga Dimas.

“Lift ini akan langsung membawa kita keruanganmu, jadi nanti aku akan memanggilmu baru kau keluar.” Kata Dimas menjelaskan yang akan mereka lakukan nanti

Kiara hanya mengangguk, dia tidak meragukan sedikitpun Dimas. 10 tahun mengenal pria ini adalah hal terbaik yang pernah terjadi di hidupnya di balik banyaknya kesialan yang sudah terjadi dalam hidupnya. Dimas keluar dari ruangan itu dan Kiara bisa melihatnya dari layar televisi yang memantau acara. Suara musik mengalun saat Dimas memasuki ruangan pesta dan di sambut oleh beberapa tamu yang hadir, sampai akhirnya Dimas berhenti di sebuah meja yang sudah duduk si pemiliknya. Ada 4 orang yang duduk di meja itu, sepasang suami istri yang sudah cukup berumur, menyalam tangan Dimas dan sepasang kekasih yang hanya tersenyum pada Dimas. Kiara mengambil minuman dan mengangkat gelasnya melihat pada salah satu tamu yang ada di dalam ruangan pesta.

“Ini pasti akan sangat menyenangkan.” Bisiknya.

Kiara bisa melihat Dimas melanjutkan perjalanan menuju panggung kecil yang ada di tengah ruangan, berarti ini kode untuk Kiara untuk bersiap. Saat ketukan pintu terdengar Kiara menarik nafasnya dalam dan dia berjalan menuju pintu ruangan.

“Selamat datang ibu Kiara.” Kata penjaga pintu ruangan pesta dan kemudian membukanya.

Lampu sorot langsung menyorotinya, Kiara mengulum senyumnya. Akhirnya setelah 5 tahun banyak yang penasaran dengan wajah asli pemilik hotel tempat mereka berada, kini mereka bisa melihat sendiri. Kiara berjalan anggun melewati para tamu yang menaikkan gelas minuman mereka untuk menyambut dirinya, tapi ada 1 yang wajahnya tidak sesenang para tamu yang lain. Wajahnya lebih tepat shock melihat Kiara, tapi sesuai rencana Kiara melihatnya sebentar menyunggingkan senyumnya tepat hanya pada 1orang itu dan kemudian kembali menuju panggung dimana Dimas sudah menunggu disana.

Dimas mengulurkan tangannya dan langsung di sambut Kiara.

“Sesuai janjiku sebelumnya saat mengundang kalian, hari ini aku akan memperkenalkan pemilik asli the GreatHotel, Kiara Sasmita.”

Para tamu yang hadir bertepuk tangan. Dimas mundur selangkah dan membiarkan Kiara mengambil alih mic yang ada di atas panggung.

“Selamat malam semuanya, perkenalkan aku Kiara Sasmita. Mungkin kalian tidak mengenalku, tapi aku mengenal kalian semua yang hadir disini. Terima kasih sudah mau datang ke acara ulang tahun hotel ini yang tentu saja masih sangat muda dan jauh dari kata sukses, tapi berdirinya kembali hotel ini tidak lain dan tidak bukan atas kerja sama yang luar biasa dari para investor, para tamu dan tidak lupa para staf yang luar biasa dalam mendedikasikan diri mereka saat bekerja disini. Ah aku hampir lupa,” Kiara sedikit berbalik dan melihat Dimas “aku juga berterima kasih pada Dimas yang sudah bersedia menggantikanku saat bertemu dengan kalian semua, dan aku mohon maaf jika sifatnya sedikit menjengkelkan.”

Kiara bisa melihat para tamu tertawa mendengar candaannya, “aku harap kedepannya kerja sama ini akan membuat keuntungan untuk kita semua. Selamat datang di pesta ini, terima kasih sekali lagi sudah datang ke pesta ini.” Kini giliran Kiara yang menaikkan gelasnya.

Dimas menghampiri Kiara dan merangkul pinggangnya, “kau melakukan dengan baik Kiara.” Bisik Kiara

Kiara hanya bisa tersenyum aneh mendengar pujian ‘lagi’ keluar dari mulut Dimas, ini dua kali dalam sehari Dimas memujinya.

Suara musik kembali mengalun, dan para tamu mulai berbaur satu sama lain. Dimas menuntun Kiara turun dari panggung dan menghampiri satu persatu tamu yang hadir yang tentu saja dikenal Kiara dengan baik dan sampailah Kiara pada tujuannya.

“Pak Brahmawijaya.” Dimas menepuk punggung seorang pria yang cukup berumur.

Pria yang cukup berumur itu berbalik dan senyumnya langsung terkembang melihat Dimas dan Kiara yang berdiri di depan mereka.

“Selamat malam pak Brahmawijaya.” Kali ini Kiara yang bicara

“Kau mengenalku?” Tanya pria itu dengan tatapan antusias

“Tentu aku mengenal investor utama hotel ini, bagaimana aku bisa tidak mengenal anda? Maaf aku baru bisa langsung bertemu dengan anda setelah kerja sama kita 5 tahun ini.” Kiara memberikan gelas champagne yang dia ambil dari staf yang berkeliling membawa minuman

“Yang terpenting dari sebuah bisnis adalah keuntungan nona Sasmita, dari awal melihat proposal yang kau buat saja sudah membuatku yakin kalau kerja aja ini akan berhasil.” Ujar pak Brahmawijaya menerima minuman yang diberikan Kiara dan melirik wanita di sampingnya “bahkan istriku sendiri merasa takjub dengan proposalmu, aku masih ingat wajahnya 5 tahun lalu.”

Wanita di sampingnya yang juga sudah berumur tapi nampak masih sangat cantik itu ikut tersenyum, “proposalmu memiliki tujuan yang jelas nona Sasmita.”

“Terima kasih ibu, dan aku mohon panggil aku Kiara.”

Pembicaraan antara Kiara dan Dimas dengan investor utama hotelnya yaitu pak Brahmawijaya terus berlanjut.

“Pa..” seorang wanita berusia 20 tahunan bergabung dengan mereka berempat dengan menggandeng seorang pria.

“Nadia..” sebut pak Brahmawijaya “perkenalkan ini pemilik the GreatHotel yang memberikan banyak sekali keuntungan untuk keluarga kita sayang.”

“Aku tahu pa, hai aku Nadia dan ini tunanganku Kiano.”

Dimas dan Kiara hanya tersenyum dengan pria di samping Nadia putri satu-satunya investor Kiara itu. Sementara pria itu hanya membalas anggukan dengan wajah yang terlihat sangat shock. Kiara tahu tapi mengabaikannya karena memang itu yang dia inginkan. Setelah itu mereka kembali berkeliling.

“Apa dia masih memperhatikan kita?” Dimas sedikit melirik dan kemudian kembali mendekat ke Kiara

“Aku yakin dia tidak akan berhenti memperhatikan kita Kiara, memperhatikanmu lebih tepatnya.” Kiara tersenyum

“Kalau begitu, rencana selanjutnya.” Dimas mengangguk dan melepaskan rangkulannya dari pinggang Kiara

Kiara sempat melirik kearah pria yang menjadi tunangan dari anak investornya, lalu seakan memberi kode dia keluar ruang pesta dan menuju toilet. Di dalam toilet Kiara sengaja menghidupkan air keran dan memandang dirinya di kaca, semuanya masih bagus, dari makeup hingga pakaian yang dia gunakan. Yang berantakan adalah hatinya, ternyata bertemu dengannya lagi tidak semudah pikirannya, walaupun Kiara berhasil menutup kemarahan yang dia rasakan tapi saat ini rasanya dia sangat ingin menjerit tapi dia mengurungkan niat itu, karena kalau dia melakukan itu maka semua pertahanannya 10 tahun ini akan sia-sia.

Setelah merasa cukup lama di dalam toilet, Kiara keluar toilet dan tiba-tiba saja tangannya di tarik oleh pria yang seharusnya saat ini ada di dalam ruangan pesta. Kiara menolak, dia mencoba melepaskan tangan kekar yang menariknya tapi kekuatan pria yang menariknya lebih kuat. Pria itu membawanya menuju pintu darurat yang ada di setiap lantai dan barulah dia melepaskan tangan yang dia tarik itu.

“Apa yang sedang kau lakukan dengan menarikku?” Tanya Kiara dengan ekspresi marah

Pria di depannya tidak lagi berekspresi shock tapi kini ekspresinya marah, “apa yang sedang kau lakukan disini? Kiara? Namamu Kiara? Kau pikir kau bisa membodohi ku seperti kau membodohi seluruh tamu didalam ruangan itu?”

Kiara hanya diam.

“Oh kau akan terus berpura-pura menjadi Kiara?”

“Kenapa aku harus berpura-pura menjadi Kiara? Sebenarnya apa yang sedang anda lakukan disini Kiano? Apa kita pernah saling mengenal?” Tanya Kiara berpura-pura tidak mengenal pria di depannya walaupun sebenarnya dia sangat mengenalnya

Pria bernama Kiano itu tertawa, “wah setelah selamat dari … hem.. bagaimanapun juga kau bukan Kiara dan aku tahu itu.”

Kali ini Kiara yang tertawa, “aku tidak mengenalmu, aku mengenalmu sebagai tunangan dari Nadia. Kau bersikap seakan mengenalku dan bahkan menyebutku bukan Kiara? Memangnya aku siapa? Wanita mana yang membuatmu seperti ini Kiano?”

Kiano diam sesaat mulai terlihat bingung, Kiara ingin tersenyum tapi dia menahannya. Dari dulu mudah sekali mengubah pikiran pria ini, tapi bedanya dulu mungkin dirinya yang tidak bisa mengendalikan pria di depannya ini.

“Aku tidak mungkin salah…” ucapnya pada diri sendiri lalu berbalik “..atau aku memang salah? Harusnya wanita itu sudah mati, dia tidak mungkin selamat…”

“Aku akan memaafkan dan merahasiakan apa yang sudah kau lakukan padaku saat ini Kiano, tapi sekali lagi kau melakukan ini aku akan melaporkannya langsung pada tunangan dan keluarga tunanganmu itu.”

Kiara meninggalkan Kiano sendirian dan dia akhirnya bisa tersenyum..

“Kau masuk perangkap ku, Kiano.”

—————————————————————————————————————————————————————————————

Revenge 2

Pria itu melihat makanan yang ada di atas lantai hanya ada sepiring nasi dan tahu serta segelas air putih. Dia melihat wanita di depannya yang sudah duduk dengan kepala tertunduk tidak berani melihatnya.

“Apa ini?” Tanya pria ini melihat makanan yang ada di lantai “bukankah kau sudah memberikanku makanan yang sama selama 7 hari ini?”

“Ha..hanya ini yang tersisa mas…”

“Tersisa? Kau memberikanku makanan sisa? Bukankah aku sudah memberikanmu uang minggu lalu? Kenapa kau memberikanku makanan tidak layak seperti ini?” Pria itu mencampakkan piring membuat seluruh isinya berhamburan di lantai

Wanita itu hanya bisa tertunduk, tubuhnya bergetar. Dia menutup perutnya yang sudah membesar ketakutan. Melihat itu pria itu langsung tertawa.

“Oh aku tahu, kau memakai uangku untuk anak yang ada di dalam kandunganmu itu kan?”

“A..anak kita mas. Ma..maafkan aku mas ta..tapi aku membeli vitamin untuk anak kita ini mas.”

Pria itu memandang tidak percaya wanita di depannya itu, “anak kita? Dari awal aku sudah bilang padamu aku tidak ingin anak itu.”

Wanita itu melihat suaminya tidak percaya, ini sudah 6 bulan sejak kehamilannya dan dia sudah mendengar keengganan suaminya terhadap anak yang dia kandung. Pria itu berdiri dan mulai menggeledah isi laci dan lemari yang ada di dekatnya.

”ap..apa yang sedang kau lakukan mas?” Tanya wanita itu

“mencari vitamin itu tentu saja.”

Wanita itu langsung panik, dia langsung menahan kaki suaminya yang sedang mencari.

”mas aku mohon mas, anak kita butuh vitamin itu. Dari awal hingga sekarang kita tidak pernah memeriksakan anak kita. Aku tidak mau…”

“KALAU KAU MAU ANAK ITU KAU BISA MENCARI UANG SENDIRI.” Kata pria itu tidak peduli, bahkan walaupun kakinya di tahan istrinya yang sedang hamil dia menyeret wanita itu

“Mas.. kenapa kau bicara seperti itu? Ini anak kamu juga..”

“AKU TIDAK MENGINGINKANNYA INDAH!” Suara pria itu sudah semakin meninggi “SEKARANG BILANG PADAKU DIMANA VITAMIN ITU? AKU AKAN MENGEMBALIKANNYA DAN MEMINTA UANGKU KEMBALI. KAU PIKIR MENCARI UANG ITU GAMPANG?”

“mas… aku mohon jangan…”

Kini pria itu masuk ke kamar dan mulai menggeledah isi kamar yang bahkan tidak punya banyak barang di dalamnya. Saat wanita bernama Indah itu melihat suaminya mendekati lemari plastik yang berisi pakaiannya dan suaminya itu dia semakin panik.

“Mas.. jangan mas. Aku ingin anak kita lahir dengan baik..”

“CIH..” pria itu bahkan meludahi lantai mendengar ucapan istrinya yang memohon padanya “AKU TIDAK PEDULI ANK ITU LAHIR DENGAN BAIK ATAU TIDAK , BAHKAN AKU TIDAK PEDULI JIKA ANAK ITU LAHIR DENGAN SEMPURNA ATAU BAHKAN CACAT. AKU INGIN UANGKU KEMBALI. AKU SUDAH LAPAR INDAH!!!! PINGGIR KAU…”

Pria itu menendang istrinya yang menahan kakinya dengan kuat sampai pegangan wanita bernama Indah itu terlepas dan wanita itu terbanting ke belakang. Kepalanya terantuk dengan pinggiran meja kayu yang ada di dekat lemari plastik dan wanita itu tergeletak tak sadarkan dirinya.

“Akhirnya ketemu..” kata pria itu setelah membongkar isi lemari plastik itu dan menemukan sebuah botol kecil “kau pikir bisa menyembu…”

Pria itu langsung menutup mulutnya saat melihat wanita yang beberapa detik lalu masih menahan kakinya sekarang sudah tergeletak di lantai dengan darah yang mengalir dari belakang kepalanya.

“Ya.. Indah..” pria itu menyentuh tubuh istrinya dengan ujung kaki untuk memeriksa keadaan wanita itu

Tubuh wanita itu tidak bergerak, darah terus saja mengalir. Keringat di dahi pria itu mulai keluar, bagaimana ini? Sekali lagi dia menyentuh tubuh wanita itu dengan ujung kakinya dan wanita itu benar-benar tidak bergerak. Akhirnya pria itu memutuskan untuk melangkahi tubuh wanita itu dan kabur dari tempat ini.

“Kiara?”

Kiara tersadar dari lamunannya, Dimas sudah berdiri di sampingnya tampak khawatir.

“Kau baik-baik saja?” Kiara tidak menjawab

Dimas menghela nafasnya, “muncul lagi?”

Kiara hanya menjawabnya dengan sebuah senyuman dan itu sudah cukup untuk membuat Dimas mendapatkan jawaban atas pertanyaan itu. Kiara tidak tahu harus mengatakan apapun, lamunan tadi padahal tidak pernah muncul cukup lama karena Kiara merasa sudah menghapus semua kenangan menyakitkan itu dalam tapi pertemuannya dengan pria itu lagi sepertinya membuat kenangan itu naik untuk mengingatkan Kiara apa yang sudah di perbuat pria itu dalam hidupnya.

“Sebaiknya kau pulang saja Kiara, biar aku yang mengurus semuanya.”

“Bagaimana rapatnya? Maaf aku merepotkanmu kembali..”

Kiara ingat harusnya tadi dia memimpin rapat di hari pertamanya bekerja resmi sebagai pemilik asli hotel ini tapi rupanya lamunan tadi mampu menyita semua konsentrasinya. Padahal banyak sekali yang ingin dia sampaikan tadi.

“Aku sudah memberikan penjelasan tentang semua yang kau rencanakan dan kau tuliskan sesuai yang kau mau. Mereka akan melapor langsung padamu setelah ini.”

“Terima kasih Dimas sepertinya aku harus menaikkan gajimu 2 kali lipat mulai dari sekarang.”

“Aku mohon lakukanlah ibu direktur.” Kiara hanya tersenyum mendengar ucapan Dimas

Tiba-tiba tangan Dimas terletak di dahi Kiara, membuat Kiara sempat terkejut tapi dengan cepat mengatur wajahnya kembali.

“Kau terlihat pucat, tapi tidak demam. Bagaimana dengan makanan manis sebelum kau memulai rapat lainnya dengan manajemen SDM?”

Kiara mengangguk setuju. Dimas lalu langsung pergi meninggalkan Kiara di ruangannya sendiri. Kiara memeriksa dokumen dan hasil rapat yang seharusnya dia pimpin tadi dan membaca laporan Dimas yang tentu saja lengkap dan mudah di mengerti. Salah satu kehebatan Dimas yang membuat Kiara kagum adalah bagaimana seorang dokter bisa memberikan laporan materi meeting dengan sangat lengkap dan mudah di mengerti seperti Dimas yang membuatnya karena Kiara tidak punya latar belakang pendidikan bisnis sama sekali.

Sebuah ketukan menarik perhatian Kiara, sekretarisnya muncul dan mendekati meja Kiara.

“Maaf bu, tapi ada seorang pria di lobi yang ingin bertemu dengan ibu.” Kata sekretarisnya

“Pria? Siapa?” Siapa pria yang akan menemuinya sepagi ini? Apa Dimas lupa mengabarinya tentang janji temu dengan seseorang?

Ponsel Kiara diatas meja berbunyi dan nama Dimas muncul di display ponselnya itu, Kiara mengangkatnya.

“Rencanamu ternyata terjadi lebih cepat dari yang kau perkirakan. Dia disini.” Dia? Untuk sesaat Kiara bingung dengan dia yang di sebut oleh Dimas, tapi mengingat ucapan Dimas yang lain Kiara bisa menebak siapa dia.

Kiara mematikan panggilan dari Dimas dan melihat lagi sekretarisnya, “bilang pada pihak lobi biarkan dia naik, dan minta bagian keamanan untuk menghidupkan semua CCTV yang ada di ruanganku.”

Sang sekretaris mengangguk, dan dia keluar. Tidak butuh waktu lama, 10 menit kemudian pintu ruangan Kiara kembali diketuk dan sekretarisnya masuk kembali dengan seorang pria yang sedikit ragu untuk masuk kedalam ruangannya itu. Sekretaris Kiara kembali menutup pintu ruangan Kiara kembali saat dia keluar, membuat pria yang kemarin menariknya ke tangga darurat berdiri disana tanpa bergerak.

“Kau datang hanya untuk berdiri di ruanganku? Aku terlalu sibuk menanggapi orang iseng sepertimu” Kiara berpura-pura mulai bekerja seakan dia sedang sibuk

“Ak..aku kesini ingin minta maaf..” ucapnya dan Kiara tersenyum mendengar permintaan maaf yang keluar dari mulut pria ini “..ku kehilangan kendali ku, aku pikir kau…maksudku kau sangat mirip dengan…”

“Apa wajahku ini pasaran?” Mendengar itu pria itu mulai panik

“Bukan…bukan begitu maksudku nona Sasmita. Aku…wajahmu mengingatkanku pada wanita yang menghancurkan hidupku..”

Apa? Menghancurkan hidupnya?

Kiara menahan emosinya mendengar ucapan pria bernama Kiano ini, tangannya bahkan sudah terkepal kuat namun dia sembunyikan di balik meja kerjaku.

“Maafkan aku…” ucap Kiano lagi cepat “aku tidak bermaksud menyamakanmu dengan wanita itu. Kau jelas berbeda dari wanita itu…”

Kiano memberanikan dirinya melihat Kiara, “kau jauh sangat berbeda dari wanita itu.” Ucapnya mengagumi Kiara

Kiara mengulum senyumnya walaupun hatinya terpaksa melakukannya, dia harus bertahan. Saat ini dia sudah setengah jalan, dan akan sia-sia semuanya jika Kiara hanya memikirkan emosinya sendiri.

“Duduklah…” Kiara mempersilahkan Kiano untuk duduk, dan Kiara berdiri berjalan menuju pantry ruangannya dan menyiapkan minuman untuk pria itu.

“Aku punya wine, gin, vodka, dan beberapa vermouth, tequila dan …”

“Maaf tapi apa aku boleh minta air putih saja? Aku sudah berhenti minum beberapa tahun ini.” Kiara tersenyum dan mengangguk

Kiara mengambil gelas dan menuangkan air putih kedalam gelas itu dan meletakkan di atas meja di depan Kiano.

“Apa aku memang sangat mirip dengan wanita itu?” Air yang Kiano minum langsung tersembur keluar dari mulutnya, untung saja Kiara tidak duduk di depannya “ah..maafkan aku Kiara, aku tidak sengaja..” Kiano mengambil beberapa helai tisu dan mengelap meja yang sudah basah karena semburannya.

“Maafkan aku Kiara, aku hanya terkejut kau bertanya tentang wanita itu lagi.”

Kiara tersenyum, “aku penasaran dengan wanita itu. Apa kami memang terlihat sangat mirip sampai kau mengira kalau aku ini adalah wanita itu. Apa dia sangat berarti bagimu? Aku pikir Nadia cinta pertamamu karena kalian berdua sangat serasi..”

Kiano tidak langsung menjawab, dia tertunduk. Kiara bisa melihat matanya sedih.

“Dia wanita yang spesial..” Kiano mulai bercerita dan Kiara mendengarkannya. “..sebenarnya Kiara, aku malu untuk menceritakan ini padamu. Kita baru mengenal, tapi entah kenapa aku merasa sudah sangat mengenalmu sejak lama.” Kiara sekali lagi tersenyum mencoba terlihat tersanjung dengan ucapan pria ini “aku pernah menikah sekali..”

Kiara tertegun sesaat mendengar ucapan Kiano, kenapa dia tiba-tiba berbicara jujur setelah semua Kebohongan yang dia ucapkan.

“Nadia tahu, aku tidak ingin menyembunyikan apapun dari tunanganku…”

“itu bagus Kiano. Kau memang harus melakukan itu jika ingin membangun komitmen dengan seseorang yang kau inginkan.”

“Aku sedang mengusahakannya,” kata Kiano “walaupun aku tidak yakin apa Nadia memang yang aku inginkan.” Lanjutnya berbisik

Kiara mendengarnya, here we go. Kiara mencoba tidak tersenyum.

“Lalu ?”

Kiano melihat Kiara bingung, “lalu apa lanjutan ceritamu? Kau kesini tidak hanya untuk mengatakan kalau kau pernah menikah kan?”

“Oh itu, ya aku pernah menikah. Aku menikah dengan wanita yang aku cintai.” Senyum Kiara menghilang digantikan wajah datar mendengar cerita pria bernama Kiano ini “aku melakukan semuanya untuk wanita ini, awalnya kami bahagia..”

Benarkah kau bahagia?

“Tapi…” kemudian wajah Kiano berubah sedih sementara Kiara hanya menatap datar menunggu cerita yang sedang pria di depannya bicarakan “..dia mengkhianati ku. Di saat aku bahagia menanti kelahiran anak yang aku pikir adalah anak kami, ternyata anak itu bukan anak kami.”

Kiara menahan dirinya untuk bereaksi, emosinya meningkat. Jadi seperti ini rasanya mendengar langsung cerita karangan pria ini yang membuat wanita tersenyum dan merasa simpati padanya.

“..dia kabur dengan selingkuhannya yang lebih banyak uang, meninggalkanku yang saat itu masih berjuang..” Kiano menaikkan wajahnya melihat Kiara dan Kiara langsung membuat wajahnya sedih seakan cerita itu menyentuh hatinya “tapi dia tidak hanya meninggalkanku dengan pria lain, beberapa bulan aku mencari keadaannya tapi ternyata hari dimana dia kabur dia dan kekasihnya itu kecelakaan dan istriku mati…”

”oh maafkan aku Kiano..” suara Kiara langsung merendah, dia bahkan langsung duduk di samping Kiano mengelus tangannya. “…kau pasti sangat kehilangan. Kenapa wanita itu bisa meninggalkan suami sebaik dirimu.”

“Mungkin karena saat itu dia terlalu lelah hidup dengan pria miskin sepertiku.” Ucapnya dan Kiara bisa melihat setetes air mata jatuh dari mata pria ini dan Kiara langsung mengusap itu

Kiano refleks menyentuh tangan Kiara yang ada di pipinya membuat mereka saling memandang sebentar, “aku yakin Nadia akan bisa menjadi obat penghibur, dan obat penyembuh lukamu.” Ucap Kiara

Diam sesaat, karena Kiano masih memandang Kiara.

Kiara berusaha agar wajahnya tetap sama karena saat ini rasanya dia ingin menampar wajah pria di depannya ini dan menjerit sekeras mungkin. Kenapa ada pria sebreng*ek ini?

“Aku merasa ada yang aneh saat pertama kali bertemu denganmu Kiara..maafkan aku tapi aku boleh memanggilmu Kiara kan?” Kiara mengulum senyumnya lembut dan mengangguk sekali “..aku merasa kau seperti mantan istriku tapi dalam versi lainnya.”

Ketukan pintu mengejutkan Kiano dan wajah Dimas masuk membuat Kiara langsung lega. Dimas masuk disaat yang tepat untuk menyelamatkan Kiara berada lebih lama dengan pria ini yang sudah membuatnya muak tapi Kiara tetap harus bertahan agar semua bisa berjalan dengan baik

“Maaf kalau aku mengganggu, tapi Kiara kau ada jadwal rapat 5 menit lagi dan para staf sudah menunggumu di ruang rapat.”

“Ah aku baru ingat. Maafkan Kiano, aku ada hal penting yang harus aku lakukan saat ini.”

Kiano langsung berdiri dan wajahnya langsung merasa bersalah, tapi melirik Dimas dengan tajam. Dimas menyadarinya tapi dia tidak peduli.

“Aku yang harusnya meminta maaf karena mengganggu waktu orang sibuk sepertimu dengan ceritaku yang tidak terlalu penting.”

Lagi-lagi Kiara terpaksa mengulum senyumnya, “tidak, kau sama sekali tidak menggangguku, aku malah senang bertemu denganmu.”

“Ayo Kiara kita harus rapat.” Kata Dimas lagi

“Maafkan aku, tapi aku harus pergi Kiano.”

Ayo lah pergi sekarang, apa kau tidak bisa membaca situasi kalau saat ini kau sedang diusir ? Kata Kiara dalam hati

“Ehem…” Kiano berdeham “..apa aku boleh meminta nomormu? Tapi kalau tidak boleh juga tidak apa-apa..” kata Kiano cepat

“Nomorku?”

”maafkan aku Kiano,” Kiara dan Kiano melihat Dimas yang tiba-tiba masuk kedalam pembicaraan mereka “Kiara di tunggu oleh staf yang lain karena ini hari pertamanya bekerja, jadi banyak sekali yang harus Kiara lakukan. Aku akan menghubungimu untuk memberikan nomor Kiara.”

Kiara melihat Kiano kembali dan tersenyum, sementara Kiano melihat Kiara ingin membantah ucapan Dimas.

“Dimas akan menghubungimu dan memberitahu nomorku. Maaf tapi aku harus rapat sekarang.” Ucap Kiara yang lalu melewati Kiano menuju meja kerjanya mengambil asal dokumen diatas meja

“Baiklah, kalau begitu aku pergi.” Kata Kiano lalu dia berhenti di depan Dimas “segera hubungi aku!” Ujarnya seperti memerintah

Kiano berbalik dan kembali tersenyum pada Kiara setelah itu baru pergi. Saat pria itu sudah hilang dari ruangan Kiara, dia langsung menghela napas lega, senyumnya sudah hilang.

“Akhirnya dia pergi juga..” kata Kiara kembali menuju sofa dan duduk

Dimas ikut bergabung di sofa dengan Kiara, “apa yang dia katakan?”

Kiara mengingat apa yang di dengarnya keluar dari mulut pria itu beberapa saat lalu, “cerita kebohongan yang selalu dia katakan pada orang lain.”

“Cerita versi yang mana dia ceritakan padamu?” Tanya Dimas lagi

“Cerita dimana dia sangat mencinta istrinya yang kabur dengan pria lain disaat hamil dan meninggal karena kecelakaan.”

Dimas melirik Kiara ingin melihat bagaimana reaksi wanita ini mendengar cerita itu, karena sebenarnya ada banyak kali versi cerita pria itu yang dia umbar pada orang lain.

“Aku sempat berfikir dia menyesali perbuatannya saat dia bilang dia mencintai istrinya.” Kata Kiara memandang kosong ke depannya “tapi ternyata cerita selanjutnya membuatku semakin ingin menghancurkannya Dimas.”

———————————————————————————————————————————————

Revenge 3

KEBAKARAN…KEBAKARAN…

Suara hiruk pikuk mengganggu gendang telinga Indah. Dia membuka matanya dan dia terbatuk. Dia mencoba bangun tapi kepalanya terasa sangat sakit..

KEBAKARAN…

CEPAT TOLONG, AMBIL AIR…SIRAM…

“UHUK…UHUK…”

Indah mencoba berdiri tapi kepalanya terlalu sakit, dia menyentuh belakang kepalanya dan dia melihat darah di tangannya. Apa yang sudah terjadi kenapa… ah dia ingat, dia bahkan ingat saat suaminya pergi begitu saja setelah mendapatkan vitamin yang dia beli untuk anak dalam kandungannya beberapa saat lalu.

“To..tolong..” ucapnya “uhuk…”

Asap terus mengumpul di dalam rumah. Indah tidak bisa melihat depan karena rumahnya sudah di penuhi dengan asap.

Indah hanya bisa merangkak dan berdoa agar bisa keluar dari dalam rumahnya, mencoba menutup hidungnya agar tidak menghirup asap yang akan mempengaruhi kandungannya.

“To..tolong..mas…tolong….ak..aku disini…” katanya serak yang tentu saja tidak ada yang mendengar

CEPAT PANGGIL PEMADAM KEBAKARAN

CEPAT SIRAM..

Indah masih terus mendengar suara banyak orang dari luar rumahnya.

“Rumahku!!” Suara yang Indah kenal terdengar membuat Indah tersenyum lega

“Mas…tolong….ak…aku disini…”

“IISTRIKU DI DALAM…” jeritnya

Mendengar itu Indah menangis, suaminya mengkhawatirkannya dan kejadian suaminya yang meninggalkan diriny tadi hanya salah paham. Buktinya suaminya itu kembali dan terlihat panik sekarang.

Indah mendekati jendela, berharap akan ada yang melihat dirinya dari jendela itu atau mungkin suaminya itu akan melihatnya dan menyelamatkannya.

”AKU HARUS MASUK.. AKU HARUS MENYELAMATKAN ISTRI DAN ANAKKU!!” Jerit suaminya lagi

“Mas…aku disini…”

Dengan kepala yang masih sakit Indah merangkak mencoba menggapai pinggiran jendela, “uhuk..mas…tolong aku…”

Indah berhasil menggapai pinggiran jendela, menahan beban tubuhnya agar dia bisa berdiri dan saat dia berhasil berdiri dia bisa melihat banyak sekali orang yang sudah berkumpul di halaman rumahnya. Mereka sibuk mengambil air, ada beberapa yang sibuk memerintah untuk menyiram di sana sini tapi Indah hanya mencari satu orang, suaminya.

“Ma..mas aku..” Indah langsung diam saat melihat suaminya mundur beberapa langkah dan menyunggingkan senyuman melihat bara api yang semakin besar di atap rumahnya.

***

Dert…dert…dert…

Kiara akhirnya membalikkan ponselnya yang sudah bergetar terus-terusan sejak setengah jam yang lalu. Ingin sekali rasanya dia mematikan ponsel itu agar tidak mendapatkan panggilan dari pria bernama Kiano itu. Sejak Dimas memberikan nomor ponsel Kiara pada pria itu sehari setelah dia datang ke hotel ini, sejak itu pula pria itu menghubunginya setidaknya 3 kali satu hari dan ini sudah hari ketujuh dan dia terus melakukannya. Tidak ada hal yang penting saat dia menelpon Kiara, pertama kali dia menelpon dia bilang hanya memastikan kalau nomor yang di berikan Dimas memang nomor Kiara, panggilan kedua di hari yang sama beberapa jam setelah panggilan pertama pria itu menanyakan apa Kiara sudah selesai bekerja? Apa dia boleh menjemput? Apa dia tidak sadar kalau dia itu tunangan seseorang?

“Dia lagi..” Kiara hanya mengangguk mencoba kembali fokus dengan layar laptopnya yang menunjukkan laporan keuangan bulan ini “..kenapa tidak kau matikan saja?”

“Kalau aku melakukannya, dia akan menganggap aku menghindarinya..”

“Apa bedanya dengan tidak mengangkatnya Kiara?” Tanya Dimas mengambil ponsel Kiara yang kembali bergetar dan menunjukkan pada Kiara bahwa pria ini akan terus menelponnya jika tidak diangkat

Kiara tersenyum, “aku bisa bilang kalau aku sibuk walaupun sebenarnya aku memang menghindarinya.” Kiara mengambil ponselnya yang ada di tangan Dimas dan memasukkannya kedalam laci di mejanya “hotel ku lebih berharga dari pada pertanyaannya aku lagi apa? Atau udah makan? Apa menurutnya aku tidak bisa makan dengan sendiri kalau aku lapar?”

Dimas hanya bisa memaklumi sifat wanita di sampingnya ini. Kiara melewati hari ini dengan menghadiri semua rapat yang harusnya di jadwalkan untuk Dimas karena selama 5 tahun ini Dimaslah yang di kenal sebagai pemimpin hotel selama Kiara menyembunyikan dirinya di balik layar. Dimas juga mengajak Kiara melihat beberapa proposal hotel yang hampir bangkrut untuk di bangkitkan kembali oleh Kiara. Kiara sangat sibuk hari ini, bahkan dia tidak sempat memegang ponselnya yang Dimas yakin entah sudah berapa banyak panggilan tak terjawab dari pria itu.

Ini hari ketiga Kiara bekerja tapi Kiara sudah mengerjakan setengah dari pekerjaan yang harus di selesaikan sampai minggu ini, bekerja secara langsung dan di belakang layar ternyata berbeda. Kiara lebih cepat memahami sistem laporan yang di berikan padanya di bandingkan dia harus melihatnya melalui email yang menjadi sarana komunikasinya selama ini dengan kepala manajemen di hotelnya.

Kiara menguap membuat Dimas sadar kalau sepertinya dia terlalu keras mengajari wanita ini. Bahkan Dimas tidak sadar langit sudah gelap.

“Kita hentikan disini saja, ayo kita pulang Kiara.” Kiara setuju dia memang sudah lelah, dia tidak tahu kalau bekerja langsung ternyata sangat melelahkan

“Kenapa kau tidak pernah bilang kalau ini melelahkan?” Tanya Kiara saat mereka berada di depan lift

“Kau hanya belum terbiasa Kiara..” Dimas hanya bisa tersenyum mendengar keluhan Kiara

“Maksudku kenapa kau tidak pernah bilang kalau kau lelah Dimas, aku memintamu melakukan ini bukan untuk memaksa dirimu menjadi kelelahan.” Dimas bisa melihat Kiara dari pantulan pintu lift yang masih tertutup “kalau aku tahu selelah ini, harusnya dari awal aku yang turun tangan.”

Dimas berbalik sebentar dan melihat wanita yang sudah di temaninya selama 10 tahun ini.

“Aku seorang dokter Kiara, aku bisa menjaga diriku sendiri lagipula…” Kiara hanya diam melihat Dimas “…dari awal aku sudah berjanji untuk membantumu sebisa mungkin, anggap saja ini caraku menebus kesalahanku dimasa lalu.”

“Dimas..”

Belum sempat bicara, lift akhirnya tiba dan terbuka.

“Ayo kita pulang..” Dimas tersenyum memberikan tangannya.

“Kiara…”

Dimas dan Kiara melihat ke pintu lift yang terbuka di depan mereka dan pria tidak diundang ada di dalam sana. Pria itu melihat Kiara dan Dimas. Dimas dengan cepat menurunkan tangannya sebelum pria itu melihatnya.

“Kiano…” Kiara berusaha terdengar kaget melihat kemunculan pria yang sudah dia hindari sejak pagi panggilannya.

“Apa aku mengganggu sesuatu?” Kiano melihat Dimas dan Kiara bergantian

Kiara melirik Dimas yang berdiri di depannya tidak menjawab pertanyaan Kiano dan memilih masuk ke dalam lift. Kiara mengikuti Dimas masuk kedalam lift dan mau tidak mau berdiri di samping Kiano.

“Apa yang sedang kau lakukan disini?” Tanya Kiara menekan tombol lift

“Mencarimu, tentu saja.” Suara Kiano terdengar senang “aku pikir terjadi sesuatu denganmu, kau tidak mengangkat ponselmu sejak pagi.”

“Kiara cukup sibuk hari ini, apa kau tidak punya pekerjaan sampai menelponnya satu harian ini?” Dimas bersuara tanpa membalikkan badannya membuat Kiara hanya bisa tersenyum meminta pengertian Kiano dengan ucapan Dimas.

“Ah maaf aku tidak tahu, aku pikir kau menghindari ku..”

Ya aku memang menghindari mu, apa sulit sekali menyadari itu? Kiara hanya tersenyum sementara hatinya sedang bicara sendiri

“Aku sangat sibuk Kiano, lihat saja aku dan Dimas baru menyelesaikan pekerjaan dan baru bisa pulang sekarang.”

Kiano melirik Dimas tanpa bicara. Dimas yang bisa melihat dengan jelas wajah pria yang sedang menatapnya dari belakang ini memandangnya seperti Dimas adalah pengganggu.

“Kalau begitu, bagaimana kalau kita makan malam?” Kiano kembali melihat Kiara penuh harap.

“Makan malam?” Kiano mengangguk cepat an penuh harap

Kiara mulai memutar otaknya mencari alasan untuk menolak ajakan pria ini. Dia tidak mau mengiyakan ajakan pria ini secepat itu, bukan itu rencana yang dia pikirkan. Sialnya kenapa dia sempat bilang bahwa pekerjaannya sudah selesai tadi?

“Kiara tidak bisa makan selain masakan rumah.” Dimas mengambil alih setelah Kiara diam dan tidak bisa mendapatkan alasan apapun.

“Apa kau tidak bisa diam? Aku bertanya pada atasanmu bukan padamu..” Kiano beralih pada Dimas yang tidak peduli “kau mau kan Kiara?”

“Maafkan aku Kiano…” Kiara mengubah wajahnya meminta maaf “..yang Dimas katakan benar, aku tidak bisa makanan luar. Biasanya aku makan masakan yang dimasak orang rumahku atau Dimas.”

“Dimas?” Kiano melirik Dimas dan bisa melihat Dimas menyunggingkan senyumnya dari pantulan pintu lift

“Terima kasih ajakanmu, tapi aku akan pulang dan beristirahat.”

Lift sampai di lantai 1 dan Kiara bersama Dimas keluar meninggalkan Kiano yang masih bertanya-tanya. Kenapa Dimas memasak untuk Kiara? saat pintu lift akan kembali tertutup Kiano menahannya dan keluar menyusul Kiara yang ternyata menunggu di depan hotelnya sendirian.

“Kiara..” panggilnya membuat Kiara berbalik dan tersenyum “..apa tidak bisa aku yang mengantarkanmu pulang?”

Kiara tersenyum lembut, “maaf Kiano, apa yang sedang kau lakukan sebenarnya?” Tanya Kiara

“Apa Mak..”

“Apa yang kau lakukan disini? Kau tidak ingat kalau kau tunangan anak pak Brahmawijaya? Apa kau ingin membuat permusuhan antara aku dan pak Brahmawijaya?” Kiano bisa melihat senyum Kiara menghilang, wanita yang beberapa hari ini bicara dengannya dengan senyuman manis kini tidak lagi tersenyum.

“Aku…

“Maafkan aku, Dimas sudah datang.” Kata Kiara yang sudah ingin cepat pergi dari sini.

“Aku sepertinya menyukaimu Kiara..” Kiara berhenti tapi tidak berbalik “..sejak awal aku melihatmu, kau selalu mengganggu pikiranku. Aku tidak bisa berhenti memikirkanmu.”

“Lalu tunanganmu? Apa kau juga seperti ini saat ingin bersamanya dulu?” Kiara melihat Dimas melalui jendela mobil Dimas yang kini sudah berhenti di depannya ”aku tidak ingin di bilang sebagai perusak hubungan orang. Jadi pergilah berhenti datang ke sini lagi.” Kiara membuka pintu mobil Dimas dan siap untuk menaiki mobil itu.

“Kalau aku memilih untuk berpisah dengan Nadia, apa kau akan bersamaku?”

Kiara tersenyum melihat Dimas yang melihatnya, bahkan alis Kiara naik sebelah. Kiara lalu berbalik menghilangkan senyumnya dan melihat Kiano sebentar sebelum akhirnya naik ke mobil dan pergi meninggalkan Kiano tanpa jawaban.

“Lalu bagaimana selanjutnya?” Tanya Dimas

“Kita lanjutkan ke rencana selanjutnya.

***

Berita putusnya hubungan pertunangan antara Nadia Brahmawijaya dengan Kiano Atalarik menjadi topik hangat beberapa hari kemudian. Kiara dan Dimas yang sedang menikmati sarapan mereka hanya menikmati berita itu tanpa bicara apapun karena cepat atau lambat memang ini yang di harapkan mereka berdua. Selama beberapa hari ini Kiano tidak pernah muncul di hotel Kiara atau menghubungi Kiara, sepertinya ucapan terakhir Kiara sangat melekat di kepalanya.

“Entah kapan dia akan puas..” komentar Kiara saat berita hangat itu selesai.

Kiara mematikan televisi yang memberitakan berakhirnya hubungan pasangan yang sempat akan menggelar pernikahannya 3 bulan lagi.

“Kau tidak merasa bersalah? Nadia sepertinya sangat menyukai pria itu..”

Kiara hanya menggeleng cuek, dan mengambil cangkir kopinya, “aku menyelamatkan Nadia dari pria itu, kenapa aku harus merasa bersalah?”

“Tapi saat ini Nadia pasti sangat terpukul kehilangan pria yang dia cintai..”

“Nadia sangat cantik Dimas, dia bisa mendapatkan pria yang sangat jauh lebih baik dari pria breng” Kiara menarik nafasnya dalam, menenangkan dirinya agar tidak merusak pagi indahnya dengan mengumpat seseorang yang sudah tidak pantas di umpat “Nadia akan lebih baik tanpa pria itu, dia bisa mendapatkan pria seperti dirimu.” Ujar Kiara melirik Dimas yang masih menikmati sarapannya

Bicara tentang pasangan, Kiara baru sadar kalau dia tidak pernah melihat satu wanita pun dekat dengan Dimas kecuali dirinya. Dimas tidak pernah membawa teman perempuannya, atau memperkenalkan rekan kerjanya sewaktu masih menjadi dokter dulu sebelum akhirnya memutuskan membantu Kiara mengelola hotel. Tidak mungkin jika tidak ada yang menyukai pria seperti Dimas. Wajahnya tampan, dia seorang dokter yang handal dalam mengobati, dia cuek tapi sebenarnya sangat perhatian, dia pintar memasak, dia tidak pernah menghabiskan waktunya di luar setelah pulang kerja, bukankah Dimas bisa di bilang hampir sempurna? Tapi kenapa tidak ada satu wanita pun yang menyukainya.

“Apa kau pernah menyukai seorang wanita Dimas?”

Uhuk…uhuk…

Makanan yang baru saja masuk kemulut Dimas kembali keluar dan hampir saja menyembur mengenai Kiara. Reaksi Dimas itu malah mengundang tawa kiara yang langsung di balas tatapan tajam Dimasa.

“Kenapa kau tiba-tiba menanyakan hal itu?” Dimas mengambil minumnya

“Aku hanya penasaran, karena aku tidak pernah melihatmu dengan wanita. Selain aku.” Dimas hanya menggeleng mendengar jawaban Kiara. “lalu? Apa jawabannya? Kau pernah menyukai seorang wanita? Atau kau…” Kiara membelalakkan matanya dan menutup mulutnya

“Kiara jangan berpikiran yang aneh, aku tidak seperti itu…” Kiara lalu tertawa lagi melihat Dimas yang terlihat kesal karena dia terus menggoda pria ini “..dan ya aku pernah menyukai wanita, jika itu yang ingin kau tahu.”

Wajah Kiara nampak antusias dan Dimas yakin kepala Kiara kini sudah di penuhi dengan banyak sekali pertanyaan yang ingin dia lontarkan, “tapi aku tidak akan menjawab pertanyaan lanjutan yang akan kau tanyakan padaku.”

Mau tidak mau Kiara harus kecewa karena Dimas sudah berdiri dari tempatnya duduk dan membawa piring sarapannya yang sudah kosong. Kini Kiara mulai penasaran dengan wanita yang disukai Dimas, karena 10 tahun ini Dimas tidak pernah sekalipun menghilang dari pandangannya kecuali saat dia sedang bertugas menjadi dokter. Jadi kapan kira-kira Dimas dan wanita yang disukainya itu bertemu ? Apa salah satu dokter juga dirumah sakit tempat dia dulu bekerja?

Seorang pekerja Kiara muncul dari arah pintu dapur dengan sedikit tergesa-gesa, Dimas yang juga baru masuk kembali ke ruang makan melihat Kiara bertanya dan dibalas Kiara dengan mengedikkan kedua bahunya.

“Maaf ibu, tapi di depan ada yang mencari..”

Kiara melirik Dimas, “apa aku ada janji? Atau kau lupa membuat janji dengan seseorang hari ini? Sepagi ini Dimas?”

“Aku tidak membuat janji untukmu hari ini Kiara, ini hari minggu.” Bantah Dimas “apa kau menanyakan namanya?” Kini Dimas beralih pada pekerja dirumah Kiara ini

Pekerja itu tak langsung menjawab, dia terlihat berfikir.

“Ah…” ujarnya sepertinya sudah mengingatnya “..namanya Raynaldi Brahmawijaya ibu..”

Mendengar nama itu Kiara maupun Dimas saling memandang.

“Apa yang sedang dilakukan ayahnya Nadia disini Kiara?”

———————————————————————————————————————————————————————-

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!