NovelToon NovelToon

Because I'M Muslim

BAB 01 : Penculikan.

Di salah satu rumah sakit di Kota Semarang, terlihat 2 orang dewasa berpakaian biasa berjalan cepat di lorong rumah sakit, salah satu dari mereka mengendong bayi yang begitu tenang dalam tidurnya. Mereka berdua pun keluar dan segera masuk ke dalam mobil sedan hitam yang terparkir yang masih dalam area rumah sakit.

"Ayo cepat, sebelum kita ketahuan." ucap pria yang sedang mengendong bayi yang sangat kecil, sudah dipastikan bayi itu baru lahir sehari atau 2 hari yang lalu. Dia berkelamin laki-laki, warna kulitnya putih bersih dan kemerahan. Bayi itu pun terlihat perlahan menggeliat, tapi dia kembali tenang.

"Tenang, bro. Ini juga mau jalan." balas temannya yang sudah menyalakan mobilnya.

Mobil sedang yang mereka tumpangi pun berjalan keluar dari area rumah sakit. Setelah beberapa menit pergi, bayi itu masih tetap tenang dalam tidurnya. Entah mengapa dia merasa nyaman.

"Hei, apa bayi ini masih hidup ?" ucap pria yang sedang fokus menyetir. Karena dirinya tak mendengar suara rengekan atau tangisan bayi yang mereka culik.

"Aku nggak punya pengalaman. Punya anak juga nggak, aku menikah juga belum." balas pria yang mengendong bayi ini kebingungan.

"Aku juga sama."

"Huhh.., kalau saja bukan misi dari bos, mana mungkin aku mau culik nih bayi." lanjutnya.

"Iya, sama aku juga." balasnya.

Tak lama kemudian si bayi menggeliat. Pria yang menggendongnya memperhatikannya, dia mencoba menenangkan bayi itu. Da benar saja, dia kembali tenang dan terlelap tidur.

"Tidurnya tenang sekali, apa dia nggak kerasa kalau lagi dirinya lagi diculik."

"Bodoh, dia masih bayi. Mana mungkin dia paham dengan keadaannya sendiri." temannya memaki sambil fokus mengendarai mobilnya.

Pria yang menggendong si bayi menatap kesal ke arah temannya, dia tak membalas. Mereka berdua akhirnya pun sama-sama diam, setidaknya mereka telah menjalankan misi dengan baik.

.....

Perjalanan sudah memakan hampir 1 jam lebih. Hari memang sudah malam mendekati jam 10. Mobil sedan itu telah akan memasuki area Kabupaten Batang. Ya, misi dari kedua pria itu, membawa si bayi ke tuannya. Bayi itu entah apa yang akan nantinya oleh tuannya, mereka tidak peduli, mereka berdua cukup menjalankan misi, dan mendapat bayaran.

Baru saja akan memasuki Kabupaten Batang, pria yang menggendong bayi itu meminta temannya untuk berhenti setelah melihat plang SBPU.

"Kau mau apa ?" tanyanya.

"Aku kebelet nih." balasnya sambil menahan perutnya yang tak begitu nyaman dan ingin mengeluarkan isinya.

"Tahan."

Sontak membuat pria itu melotot. "Yang benar saja. Ini udah di ujung tombak. Kau mau aku b3rak di sini."

Mendengar ucapan temannya, salah satu sudut bibirnya berkedut. Akhirnya dia membelokkan mobilnya masuk ke dalam SPBU, setelah terparkir, kedua pria itu keluar dari mobil. Pria itu langsung menyerahkan bayi kecil itu ke temannya, dan langsung berlari untuk mencari toilet.

Temannya mendengus kesal dan menatap si bayi yang masih tertidur tenang di gendongannya, entah kenapa tak menangis, seakan-akan dirinya akan baik-baik saja meski dalam bahaya. Dan dia merasa aneh dengan bayi yang baru lahir ini, kenapa terlihat tenang-tenang saja, padahal setahunya, tidak baik membawa bayi baru lahir berpergian jauh.

Tapi tuannya meminta dirinya dan temannya menculi bayi ini dalam keadaan hidup. Sudah ada 3 menit dia menunggu temannya yang masih belum keluar dari toilet, dan juga ia menatap sekeliling SPBU yang begitu sepi, memang benar juga karena waktu sudah di jam 11 malam lebih. Tiba-tiba dirinya tak merasa nyaman.

Ya, dia mendapat panggilan alam dari perutnya, yang tak lain dirinya juga harus ikutan setoran ke toilet seperti temannya yang belum keluar juga. Sudah 5 menit menunggu, tapi temannya belum keluar juga. Dengan terpaksa, ia meletakkan si bayi ke dalam mushola tanpa melihat sekelilingnya yang karena perutnya sudah tak tahan, lalu ia segera berjalan cepat mencari ruangan toilet yang kosong.

.....

Hampir setengah jam lebih, salah satu dari mereka berdua keluar dari toilet. Dia tersenyum lega karena telah berjuang keras membuang kotoran di dalam toilet. Dia berjalan ke arah mobil sedannya, lalu ia menyenderkan punggungnya ke pintu mobil.

Tak lama kemudian, temannya juga berjalan keluar dengan senyuman lega. Dia melihat pun melihat temannya yang sudah bersender di mobilnya, ia berjalan cepat ke arah temannya. Mereka berdua pun segera masuk ke dalam mobil, dan pergi meninggalkan SPBU.

.....

Setelah mobil sedang itu berjalan dan mungkin sudah cukup jauh dari SPBU, kedua pria itu sama-sama diam, entah mengapa mereka merasa ada yang tertinggal. Mobil mereka pun berhenti mendadak, mereka berdua saling menoleh dan manatap dengan kedua mata terbelalak.

Dengan segera mobil mereka berputar balik arah. Ya, bayi yang mereka culik tertinggal. Mereka berdua pun saling menyalahkan.

"Gimana sih kamu ?" ucap si pria yang mengendarai mobilnya dengan cepat.

"Bukannya aku sudah menitipkannya ke kamu ?" jawabnya dan bertanya.

"Aku meletakkannya di mushola." jawabnya.

"Kamu ke menaruhnya di mushola, kok malah tanya ke aku."

"Aku juga kebelet. Jadi aku menaruhnya di mushola, mana mungkin aku buang air sambil menggendong bayi."

"Kamu yang menaruhnya di mushola, kenapa kamu malah tanya aku ?"

"Aku keluar dari toilet, aku sudah nggak melihat bayi itu di mushola, aku mikirnya kamu sudah membawanya."

"Mana ada, aku nggak melihat apapun di mushola."

"Ini salahmu mengajakku memakan seblak..!!"

"Jangan salahkan aku, kamu sendiri malah ikut-ikutan makan seblak."

Setelah lama saling berdebat, akhirnya mereka mereka diam. Beberapa lama kemudian, mereka berdua telah sampai di SPBU yang sebelumnya mereka datangi. Dengan segera mereka turun dari mobil dan mencari keberadaan bayi itu. Dan benar saja, si bayi tidak ada. Tak ada niatan mencari ke seluruh tempat, kedua pria itu memilih kembali berdebat saling menyalahkan.

Mereka pun terdiam, karena tiba-tiba mendengar salah satu hp mereka berdering. Dengan rasa gelisah, ia melihat temannya, temannya yang dilihatnya itu memberi perintah untuk mengangkatnya.

"Halo, bos."

Rupanya tuan mereka yang menelefonnya.

"Bagaimana ?"

"....."

Tak ada jawaban dari buahnya, dia bertanya lagi. "Bagaimana ? Kenapa diam ?"

"Hmm, begini bos. Bayinya meninggal." jawabnya asal. Sedangkan temannya, dia melongo seperti orang bodoh setelah mendengar temannya menjawab pertanyaan dari tuan mereka.

Di seberang sana, Tuannya yang mendengar jawaban dari salah satu bawahannya, dia mengerut dahinya. "Meninggal ?"

"Ya."

"Kenapa bisa meninggal ?" tanyanya dengan suara datarnya.

"Saat kami sedang dalam perjalanan. Bayi ini sudah tak bernyawa. Mungkin karena baru lahir, bisa saja bayinya tidak kuat dalam perjalanan jauh." jawabnya menjelaskan, dan benar saja temannya yang mendengar masih mendengar, ia menganga atas jawaban temannya yang menurutnya tidak disangka.

Diseberang sana, tuannya pun berfikir dengan jawaban bawahanya. Dalam benaknya mengatakan. "Benar juga." dia tersenyum, karena bayi dari keluarga yang dibenci sekaligus saingan perusahaannya itu telah tiada.

"Ya sudah buang jauh-jauh mayat bayi itu. Jangan sampai ada yang tau. Aku akan menansfer uang ke rekening kalian."

Tutt...

"Huhh...," merasa lega setelah respon dari tuannya.

"Bagaimana ?" tanya pria kepada temannya.

Temannya tersenyum. "Beres. Misi kita berhasil."

"Terus ?"

"Tentu saja, kita mendapat bayaran. Misi kita telah usai. Lagi pula bayi yang kita culik juga hilang entah kemana ?"

"Maksudmu, kita nggak perlu mencarinya ?"

"Benar, lagi pula bayi itu sudah nggak ada. Kita nggak perlu repot."

Mereka berdua pun akhirnya pergi meninggalkan SPBU tanpa ada rasa bersalah sama sekali.

BAB 02 : Pulang Dan Awal Mula.

17 tahun kemudian.

Langit akan sore, dan waktu jam juga sudah menunjukkan pukul 14.55 wib. Salah satu desa kecamatan di Semarang, terlihat seorang laki-laki remaja berjalan kaki sambil menggendong tas ransel di punggungnya dan menyeret koper mendekati rumah keluarganya berukuran yang tidak besar dan tidak kecil, dan terdapat garasinya.

"Assalamualaikum.." Lelaki remaja itu mengucapkan salam sambil tersenyum melihat seorang pria dewasa berumur 48 tahun yang dimana dirinya sedang bersantai di depan rumah itu sambil membaca koran dan di temani secangkir teh hangat.

"Wa'alaikumussalam." jawab pria itu lalu pandangannya beralih ke arah seorang remaja yang datang mendekatinya. "Masha Allah, kamu sudah pulang, nak ?" lanjutnya sambil berdiri dari duduknya.

"Iya, abi, aku pulang." jawab lelaki remaja itu yang tak lain anak laki-lakinya.

Dia pun menyalami dan mencium tangan ayahnya, dan sang ayah langsung memeluknya. "Kenapa kamu nggak menelfon abi kalau akan pulang." ucapnya sambil melepaskan pelukannya.

Fatih hanya tersenyum. Lalu sang ayah membawa putranya ke dalam rumah dan memanggil istrinya dan mengatakan putra kecil mereka telah pulang. Istrinya yang berada di dapur segera datang, dan dia langsung berjalan memeluk putranya itu.

"Assalamualaikum ummi." salam Fatih sambil memeluk ibunya.

"Wa'alaikumussalam, kamu sehat nak ?" tanyanya ibunya yang memakai baju muslimah.

"Alhamdulillah, sehat ummi." jawab Fatih, kedua pun melepas pelukannya.

Mereka memang terlihat seperti lama tak bertemu, walaupun terakhir mereka bertemu 6 bulan yang lalu saat sepasang suami istri itu datang mengunjungi putra merekanya ini, yang saat itu mereka datang setelah berkunjung ke rumah saudara mereka yang tinggalnya di masih satu Kota dengan putranya.

Mereka bertiga segera duduk di sofa ruang tamu. "Fatih, kenapa nggak menelfon abi, atau kakakmu untuk menjeputmu di terminal ?" tanya sang ayah.

Fatih tersenyum. "Aku nggak mau mengganggu kesibukan kalian di rumah. Hehe." ucapnya sambil tertawa kecil.

Ayah dan ibunya yang mendengar jawaban putranya itu tersenyum sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

Tak beberapa lama kemudian, terdengar suara Azan. Ya, sudah waktunya sholat Ashar. Ayahnya pun bangkit dari duduknya dan berpamitan untuk pergi ke masjid, dan meminta Fatih sholat di rumah saja, karena ia khawatir anaknya itu kelelahan. Namun Fatih malah ingin ikut sholat di masjid bersama ayahnya.

Ayahnya berangkat terlebih dahulu, sedangkan Fatih, dia mau menyimpan barang-barangnya dulu di kamarnya yang sudah lama kosong. Sejenak ia melihat kamarnya, begitu rapi, karena ibunya rutin membersihkannya. Setelah pulang nanti dari masjid, ia akan membereskan barang-barangnya. Ia pun berpamitan kepada sang ibu untuk menyusul ayahnya.

Muhammad Al-Fatih, itulah nama lelaki remaja itu, dan semua orang memanggilnya Fatih. Di usianya yang masih sangat muda, dia terkenal tampan, murah senyum, dan bawaannya selalu tenang. Dia anak ketiga dari pasangan suami istri yang bernama Alif dan Nana, mereka berdua sama-sama menjadi Guru SMA di sekolah yang sama.

Namun sebenarnya Fatih bukan anak kandung mereka. 17 tahun lalu sewaktu bayi, dirinya di temukan di mushola di salah satu SPBU Kabupaten Batang. Abi Alif saat itu dalam perjalanan pulang, ia datang ke Batang bersama temannya untuk memenuhi undangan di acara kenalannya. Mobil yang dibawa abi Alif masuk ke SPBU itu karena untuk mengisi bahan bakar mobilnya.

Selagi mengisi bahan bakar, abi Alif pergi ke toilet untuk buang air kecil. Setelah selesai, ia berjalan keluar, lalu mendengar suara tangisan bayi di dari dalam mushola. Abi Alif pun mengajak temannya untuk menemani bayi itu dan menunggu, barangkali orang tua si bayi sedang di kamar mandi.

Abi Alif ingin menasehati orang tua si bayi, karena telah meletakkan anaknya yang masih terlihat sangat kecil itu sendirian, dan tak ada yang menjaga. Namun setelah 15 menit tak ada yang datang untuk mengambil bayi itu, akhirnya dirinya dan temannya membawa bayi itu, karena sudah merengek menangis.

Lagi pula, SPBU itu sangat sepi, apa dasarnya memang sepi atau karena memang sudah akan tengah malam. Abi Alif dan temannya segera masuk ke dalam mobil, dan pergi dari SPBU. Mereka akan membawanya ke di salah klinik Semarang terdekat terlebih dahulu, karena ia menduga bayi yang ia gendong ini baru lahir.

Setelah sampai di salah satu klinik terdekat. Dan benar saja, setelah bayi itu diperiksa, rupanya ada kemungkinan di bayi baru lahir 2 hari yang lalu. Bayi itu pun diberi susu formula. Abi Alif dan temannya merasa tenang dan damai melihat bayi itu. Abi Alif merasakan ada rasa ingin mengasuhnya, dan ia pun teringat istrinya masih menyusui anak keduanya.

Abi Alif pun menghubungi istrinya di rumah dan memberitahu semua yang ia alami. Setelah menelefon dan mendapat persetujuan istrinya. Ia senang karena istrinya juga ingin mengadopsi si bayi. Di tambah mendapat kabar dari sang istri bahwa anak pertama mereka sangat senang karena akan memiliki adik lagi.

Akhirnya, abi Alif akan membawa bayi itu ke tempat tinggalnya di Semarang. Dan benar saja, istrinya dan anak pertamanya sangat senang kehadiran bayi itu, sedangkan anak kedua mereka hanya menatap kebingungan. Bayi itu pun diberi nama atas permintaan anak pertama mereka yang sangat menyukai kisah sejarah dari tokoh islam yang bernama Muhammad Al-Fatih.

Ya, nama bayi itu yang tak lain ialah Muhammad Al-Fatih, yang kini sudah menjadi remaja tampan, murah senyum. Dia semenjak lulus dari SD, Fatih ingin masuk pondok pesantren seperti kedua kakaknya, namun pondok pesantren yang ia inginkan adalah pondok pesantren atas rokumendasi dari gurunya.

Awalnya satu keluarga tak setuju, karena pesantren tujuan Fatih berada di Surabaya, mereka memintanya untuk masuk pesantren dimana kedua kakaknya juga mengabdi disana, dan juga masih dalam area Semarang. Tapi dengan segala usaha Fatih memohon, akhirnya mereka mengizinkannya, asal dia harus rutin memberi kabar, dan Fatih pun senang.

Ya, dari umur 12 tahun hingga 17 tahun, Fatih mengabdi dirinya di salah pondok pesantren di Surabaya. Sudah 6 tahun Fatih belajar dan mengabdi di sana, dan kini ia resmi manjadi alumni pondok pesantren tersebut. Dan sekarang ia kembali pulang ke rumah orang tua yang sudah mau mengadopsinya.

Ya, dia sudah tau kalau dirinya adalah anak angkat. Fatih mengetahuinya ketika dirinya masih duduk di kelas 5 SD, ia mendengar pembicaraan ibu-ibu tetangga. Lalu ia menanyakan kebenaran tentang dirinya kepada abi Alif dan ummi Nana.

Bukannya kabur karena merasa kecewa setelah mendengar kebenarannya, justru ia menerima hal itu, karena menurutnya untuk apa merasa kecewa sementara keluarga yang mengadopsinya sangat menyayanginya. Selalu berperlaku adil dan tak membeda-bedakan semua anaknya.

Ini salah satu keistimewaan dari seorang anak kecil berumur 10 tahun yang sudah berfikir layaknya seorang dewasa. Masa lalu tetaplah masa lalu, karena di masa kini harus bisa membuat sesuatu yang bisa berguna di masa depan kelak.

Kedua kakaknya yang bernama Ali Nur Hidayat dan Liana Fatmawati, mereka berdua juga sayang kepadanya. Terutama kakak keduanya, Liana sangat sayang kepada Fatih, meski bukan saudara kandung, tapi mereka sudah mahram karena mereka satu ibu persusuan. Meski anak adalah anak angkat, keluarga abi Alif tetap menyayanginya.

__________________________________

Visual Tokoh.

Muhammad Al-Fatih.

.....

Ali Nur Hidayat.

.....

Liana Fatmawati.

BAB 03 : Kerja Di Minimarket.

Abi Alif dan ummi Nana tidak pernah sekali pun membeda-bedakan Fatih dengan kedua anak kandungnya, mereka berperilaku adil. Ali yang kini berumur 22 tahun dan ia sudah satu tahun menjadi Guru SD yang tak jauh dari rumah dan sebentar lagi ia akan mengikuti tes CPNS. Ali memiliki cita-cita seperti kedua orang tuanya.

Sedangkan Liana, kini ia seorang mahasiswa di semester 4. Dia sudah berumur 19 tahun. Liana bercita-cita memiliki usaha kuliner. Sedangkan Fatih, ia masih bingung setelah lulus dari pesantren, karena abi Alif dan umi Nana menyarankannya untuk kuliah. Tetapi Fatih masih membutuhkan waktu untuk mengambil keputusan.

Hari masih sore, Fatih dan abi Alif berjalan pulang ke rumah setelah pulang dari masjid. Setelah sampai di depan rumah, mereka berdua melihat Ali yang berdiri di depan rumah. Lalu dia berjalan mendekati Fatih dan abi Alif, ia mengucapkan salam terlebih dahulu, lalu dijawab oleh keduanya.

Setelah mendengar salamnya dijawab, Ali langsung merangkul adiknya yang masih berdiri di samping abi Alif.

"Kenapa kamu nggak menelfonku untuk menjemputmu, hah." ucap Ali gemas.

Fatih yang lehernya di rangkul oleh kakak laki-lakinya terkekeh. "Aku cuma nggak mau mengganggu waktumu, mas."

"Dasar anak ini." sahut Ali sambil mengacak-acak rambut adiknya.

"Sudah-sudah, ayo masuk." ucap abi Alif, lalu menatap ke arah Ali. "Kamu sudah sholat ashar ?"

"Sudah abi, tadi di sekolah sebelum pulang." jawab Ali sambil mengangguk kepalanya, lalu ia melepas rangkulannya.

Mereka bertiga pun berjalan masuk ke dalam rumah dan mengucapkan salam. Salam mereka pun dijawab oleh ummi Nana dan Liana yang sudah pulang dari kampusnya.

Sama dengan Ali, Liana langsung memeluk adiknya. Fatih pun juga membalasnya. "Dasar bocil, nggak pernah pulang, pulang-pulang pun nggak bilang." ucapnya sambil melepas pelukkannya. Fatih hanya tertawa kecil.

Fatih memang begitu, jarang pulang ke rumah. Kalau dirinya pulang itu pun hanya setahun 3 atau 4 kali bila sedang libur. Bahkan abi Alif dan ummi Nana datang datang ke Surabaya untuk menengok putranya itu. Meski jarang pulang, Fatih tak lupa selalu rutin seminggu 2 kali menelfon orang-orang rumah untuk memberi kabar.

.....

Hari telah malam, semua telah selesai sholat isya. Keluarga kecil abi Alif kini sedang makan malam. Di sela-sela makan bersama, Ali menatap Fatih. "Fatih, rencanamu setelah ini bagaimana ?"

"Aku masih bingung mas. Antara mau kerja atau kuliah." jawab Fatih.

Abi Alif menelan makanannya, lalu ia bersuara. "Apa nggak kuliah dulu. Abi senang kalau kamu kuliah, terlebih lagi kamu kuliah di satu kampus dengan kakak-kakakmu." ucapnya memberi saran.

Sejenak Fatih terdiam, ia terlihat berfikir. Abi Alif berkata lagi. "Abi tidak memaksa kalau kamu mau kuliah, kalau kamunya mau kerja dulu juga gapapa. Mungkin kamu ingin mencari pengalaman dulu sebelum kuliah."

Fatih tersenyum, lalu saat ia akan menjawab, ummi Nana pun bersuara. "Sudah, selesaikan makannya dulu. Untuk soal rencana Fatih mau kuliah atau mau kerja, nanti bisa pikirkan lagi."

Mereka pun melanjutkan makan malamnya. Hingga makan malam selesai, Fatih berpamitan masuk kamarnya lebih dulu, dia ingin beristirahat. Sedangkan abi Alif dan ummi Nana menonton acara tv di ruang tengah bersama anak gadis mereka. Dan Ali sendiri juga masuk kamarnya, karena ia harus memeriksa tugas murid-muridnya.

.....

1 bulan kemudian.

Hari demi hari dan waktu terus berjalan. Tak terasa sudah 1 bulan setelah Fatih lulus dari sekolah pesantrennya. Di pagi hari, jam 6 pagi, Fatih kini berjalan keluar dari rumahnya setelah berpamitan. Kini dirinya sudah bekerja, ia kerja sebagai karyawan di salah satu minimarket yang tak begitu jauh dari rumahnya.

Tempat kerjanya cukup memakan jarak yang tak sampai setengah jam bila berjalan kaki. Fatih sudah bekerja disana selama 2 minggu. Sebelum ia menjadi karyawan minimarket, ia menyibukan di rumah, seperti membersihkan rumah, mengantarkan ummi Nana ke pasar setelah sholat subuh, kadang ia juga ikut membantu memasak.

Kalau semua orang pergi, ia hanya di rumah untuk berjaga sampai semua orang pulang. Ketika ia mendengar lowongan kerja di minimarket, Fatih segera membuat surat lamaran kerja. Ia ingin membuktikan bahwa seorang remaja yang merupakan lulusan pesantren juga bisa langsung bekerja.

Sungguh rezeki Allah, begitu Fatih mendaftar, besoknya langsung di wawancarai oleh pemilik minimarket. Dan Alhamdulillah, setelah di wawancarai, esoknya Fatih sudah bisa langsung bekerja. Dia diposisikan di gudang. Ia langsung di beri seragam kerja oleh sang pemilik. Fatih tidak ingin melepaskan kesempatan ini.

Awalnya abi Alif dan ummi Nana merasa sedikit keberatan setelah Fatih memberitahu bahwa besok ia langsung bekerja. Karena Fatih harus bekerja menjadi karyawan minimarket. Dan menurut mereka lulusan pesantren kurang cocok menjadi karyawan minimarket. Terlebih lagi yang mereka khawatirkan bila Fatih bertemu dengan pelanggan perempuan atau karyawan perempuan, yang jelas-jelas bukan mahramnya.

Akan tetapi Fatih menyakinkan mereka, karena ia tak sendiri, karena ia karyawan bagian gudang. Jadi aman-aman saja, lagi pula karyawan gudang semua laki-laki dan ia akan tetap istiqomah menjalankan hal semestinya seorang muslim. Lagi pula, pemilik minimarket paham dengan Fatih yang ingin berjaga jarak dengan lawan jenisnya, jadi Fatih di tempatkan di gudang.

Fatih masih berjalan kaki sambil membawa tas punggungnya yang berisi sarung, sajadah, dan peci kesayangannya, serta pakaian ganti dan sabun mandi. Dan tak lupa ia membawa bekal. Wajah tampan dan kulit putihnya pasti membuat orang yang melihatnya mengira dirinya bukan karyawan gudang. Terlebih lagi, ia selalu membalas senyuman dan salam kepada orang-orang yang menyapanya.

Awalnya Ali menawarkan dirinya untuk mengantarnya dengan motornya, karena dirinya juga akan berangkat ke sekolah, tetapi Fatih menolak, karena ia ingin berjalan kaki. Sedangkan Liana, ia sibuk membersihkan rumah, dan dirinya tidak ada jam kelas, dia lebih memilih berdiam di dalam rumah.

Tak lama kemudian, Fatih telah sampai di depan minimarket. Minimarket itu cukup besar, dan tak begitu terkenal, karena tak memiliki toko cabang lainnya, dan hanya satu-satunya. Meski begitu sudah punya banyak pelanggan, karena harga barang-barang yang tersedia memang bersahabat. Terlebih lagi ukuran bangunan minimarket itu bisa dibilang lumayan besar.

"Assalamualaikum." ucap Fatih sambil membuka pintu minimarket.

"Wa'alaikumussalam, sudah datang kamu, Tih." jawab seorang laki-laki yang sedang menyapu. Dia adalah karyawan seniornya Fatih bernama Radit.

"Iya, bang." sahut Fatih lalu ia berjalan permisi melewati Radit, ia menuju ruang karyawan untuk absen. Dan juga meletakkan tas serta jaketnya.

Fatih pun juga mengambil sapu, ia juga akan membantu seniornya. Ya, persiapan minimarket setengah jam sebelum buka mereka rutin membersihkan hampir seluruh ruangan. Tak lama kemudian ada seorang karyawan lain yang juga masuk, lalu beberapa saat kemudian ada beberapa karyawan lagi yang masuk secara bergantian.

Sebelumnya total karyawan minimarket itu ada 14 orang. Kini menjadi 15 orang setelah Fatih masuk. 8 laki-laki dan 7 perempuan. Karyawan perempuan di minimarket diwajibkan berhijab, kecuali mereka yang non muslim. Meski begitu sang pemilik tidak membeda-bedakan semua karyawannya. Bagian Fatih di bagian gudang bersama keempat karyawan seniornya.

Untuk 10 orang lainnya ada area penjualan, 4 dibagian kasir. Dan 6 orang bagian menata barang atau display, terkadang mereka berenam secara bergantian membantu kasir mempacking belanjaan pelanggan. Sebenarnya total karyawan ada 30, hanya saja sebagiannya lagi masuk di shif siang.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!