Jika mencintaimu adalah sebuah 'KESALAHAN' maka aku rela melakukan kesalahan itu terus menerus. Dan jika mencintaimu membuat aku di benci seluruh 'DUNIA' maka aku siap menghadapi dunia dengan segala isinya yang membenciku.
"Pergi dari sini... Sebelum polisi datang dan menangkap-mu" kata Ayya dengan bercucuran air mata melihat laki-laki itu yang malah terlihat tenang-tenang saja.
"Kenapa kau begitu peduli?" Tanya Delmond melihat sekilas gadis itu.
"Karena aku mencintaimu... Aku tulus mencintaimu, kau adalah malaikat penolongku, kau yang mempertemukan aku pada kedua orang tuaku, kau yang membawa cahaya dalam kehidupanku. Apakah berdosa jika aku mencintaimu?" Tanya gadis itu menatap lekat laki-laki di depannya.
"Kau wanita bodoh yang terlalu terbawa perasaan," jawab Delmond tenang tak ingin melihat mata gadis itu.
"Kau benar... Baik, katakan padaku, jika kau tidak mempunyai perasaan yang sama sepertiku! Ayo bilang sama aku! Katakan jika kau tidak mencintai ku!"
Delmond hanya diam tidak menjawab. Karena pada kenyataannya, perasaannya jauh lebih dalam untuk gadis itu. Tapi dia sadar diri, dia hanyalah seorang laki-laki yang masa kecilnya hanya tumbuh di jalanan.
Ia mempunyai masa kecil yang sangat tragis. Adiknya meninggal karena kelaparan.
Apa lagi hidupnya yang menjadi buronan. Ia tak ingin membuat gadis itu bersedih jika suatu hari nanti dia akan di tangkap dan di tembak mati karena sudah terlalu banyak kasus yang pernah ia lakukan.
"Jawab aku... Apa kau tidak mencintaiku?" Ayya kembali bertanya saat laki-laki itu hanya diam.
"Iya, aku tidak mencintaimu, jadi berhentilah terus mengejarku!" jawab Delmond menatap mata gadis itu.
Air mata Ayya semangkin deras sambil menggeleng. "Kau bohong.... Aku tau kau mencintaiku..." gadis itu memegang erat tangannya.
Tak berapa lama polisi akhinya menggedor pintu dari luar.
"Pergi!! Kumohon pergi.... Kau akan di tembak mati saat di penjara nanti, ku mohon pergi!" Ayya semangkin ketakutan dan memeluk laki-laki yang hanya diam tak bergerak sedikitpun.
"Ku mohon pergi....."
Delmond mengusap air mata gadis yang memeluknya. "Pulanglah, dunia kita berbeda. Tugasku untuk menyatukan kau dengan keluarga mu sudah selesai. Maaf jika aku melukai perasaan mu." Kata Delmond mendorong gadis itu agar menjauh darinya.
Singkat cerita Delmond pun di tangkap oleh polisi.
Ayya menangis histeris melihat laki-laki itu di bawa oleh beberapa orang polisi dengan bukti-bukti yang kukuh.
Arkan memeluk erat adiknya yang histeris melihat laki-laki yang dia cintai pergi.
Di mobil polisi. Delmond ternyata menjatuhkan air mata karena harus berakhir dengan cinta yang berada di dalam hatinya buat gadis itu, cinta yang tidak akan pernah ia ungkapkan sampai kapanpun. Karena setelah ini, ia pasti akan di tembak mati.
Ayya mulai melangkah masuk ke dalam kamar hotel tersebut. Di sana sudah ada seorang laki-laki yang terseyum puas karena wanita panggilannya sangat cantik.
"Hai, baby. Kemari" kata laki-laki itu menepuk-nepuk pahanya.
GLEK!
Demi apapun, gadis itu sangat ketakutan. Ia mulai melangkah mendekati laki-laki kekar yang tersenyum memandangi tubuhnya dengan buas.
Ya Allah... Aku tidak reda dengan semua ini... Aku tidak mau Ya Allah... Ku mohon selamatkan lah aku. Gadis itu masih berdoa dalam hati meski kini ia sudah berdepan langsung dengan hewan buas yang sebentar lagi akan menerkam-nya.
Ayya sudah berdiri di depan laki-laki itu. Dengan sigap sang laki-laki langsung menariknya dan mendudukkan gadis itu di atas pahanya.
"Kau sangat wangi baby." Menghirup aroma tubuh gadis yang berada di pangkuannya.
Tubuh Ayya benar-benar sudah gemetaran. Ia sangat takut.
Laki-laki itu mendudukkan dirinya di ranjang, kemudian membuka handuk yang ia pakai. Saat melihat pamungkas laki-laki tersebut yang begitu jelas di depan matanya.
Ia membola sambil menggeleng. "Arkhhhh!!!!!!!!!!!" Gadis itu berteriak ketakutan.
"****!!!" Umpat laki-laki itu kaget mendengar wanita di depannya berteriak.
Reflek gadis itu menendang pamungkasnya yang berdiri tegak dengan gagahnya.
"Arkhg" laki-laki itu menahan sakit yang teramat sangat sambil memegang pamungkasnya.
Ayya membuka pintu kamar dan berlari keluar sekencang mungkin. Aldi yang ternyata berjaga di luar melihat istrinya yang berlari.
"Gadis sialan!!!" Umpat Aldi mengejar istrinya.
Dengan sekuat tenaga Ayya terus berlari sehingga keluar dari hotel. Menyadari jika suaminya sedang mengejarnya, ia menambah kelajuan larinya.
Kedua kaki gadis itu yang tidak memakai alas di penuhi dengan luka-luka.
"Berhenti!!" Teriak Aldi mengejar istrinya.
Tiba-tiba............
KIKKK!!!!!
Sebuah mobil hampir menabrak gadis itu jika tidak di rem cepat oleh pengemudi.
Melihat mobil itu berhenti, Ayya buru-buru naik ke dalam mobil.
"Tolong aku Tuan... Tolong aku...." Kata Ayya mendongak dan melihat siapa laki-laki yang mengemudi itu.
Ternyata laki-laki yang menolongnya beberapa hari yang lalu.
"Tuan... Tolong... Jalankan mobilnya Tuan...." Kata Ayya memohon sambil memegang lengan Bos Delmond.
Laki-laki itu menoleh keluar melihat Aldi yang sudah mulai dekat dengan mobilnya.
"Ku mohon.... Tolong aku tuan....." Ayya benar-benar memohon sampai menggenggam tangan laki-laki itu.
Delmond masih diam dengan datar melihat Aldi yang berlari mendekati mobilnya.
Saat Aldi sudah mulai dekat. Delmond menekan minyak dan menabrak Aldi yang ternyata berdiri di depan mobilnya.
Aldi melompat cepat saat mobil itu hampir nabraknya. Ia tak tahu siapa pemilik mobil itu, karena Delmond sering mengganti setiap mobil yang ia pakai. Dalam sehari kadang ia memakai mobil dengan berbagai model mobil mewah sehingga beberapa kali.
,,,
"Turun!" Tegas laki-laki itu menyuruh gadis di sebelahnya turun dari mobil miliknya.
Ayya menggeleng. Tapi tak mengeluarkan sepatah katapun.
"Aku kata, turun!" Delmond menatapnya dingin menyuruh gadis itu turun dari mobilnya.
"T-tidak... Aku mohon, biarkan aku mengikuti anda tuan. Aku bisa bersih-bersih, aku bisa bekerja di rumah anda, Tuan. Yang penting jangan turunkan aku di sini... Aku takut... Aku tidak kenal siapapun di kota ini... Ku mohon..." Kata gadis itu memegang tangan Delmond sambil memohon dengan air mata yang bercucuran.
"Turunlah!" Delmond masih kekeh ingin gadis itu pergi dari mobilnya.
"Ku mohon..." Ayya tidak berputus asa dan terus memohon pada laki-laki di sampingnya.
Delmond menatap kedua bola mata gadis yang mengiba itu. Ia menarik tangannya yang di genggam oleh gadis itu.
Kembali menjalankan mobil mengarah ke sebuah butik.
Delmond memarkir mobil di depan butik tersebut. Ia turun dari mobil dan masuk kedalam membiarkan gadis itu tetap berada di mobil.
Hanya 10 menit saja ia sudah kembali dengan menenteng sebuah belanjaan.
Masuk ke dalam mobil dan langsung melempar belanjaan itu pada gadis di sebelahnya.
"Pakai itu." Singkat Delmond kembali mengemudi mobil.
Gadis itu membuka belanjaan yang di lempar ke arahnya. Ternyata sebuah gamis dengan jilbab labuh dan satu cadar.
"Cadar?" Tanya Ayya melihat ke wajah dingin laki-laki di sebelahnya.
"Jika kau ingin hidup tenang dari laki-laki tadi, lebih baik kau memakai itu." Jawabnya tanpa menoleh.
Gadis itu mengagguk pelan mengiyakan ucapan laki-laki di sebelahnya.
Tiba-tiba laki-laki itu memarkir mobil di tempat yang sunyi.
"Pakai baju itu." Titahnya pada gadis di sebelahnya kemudian turun dari mobil, ia memberi ruang pada wanita itu agar memakai baju yang dia beli, karena Ayya sangat terbuka dengan bajunya.
Barapa menit kemudian.
"Saya sudah selesai, Tuan." Kata Ayya memberitahukan pada Delmond.
Laki-laki itu kembali masuk ke dalam mobil dan mengemudi mobilnya ke suatu tempat. Jalanan yang di lewati juga bukan jalan tol.
Gadis itu merasa was-was. "T-tuan... K-kita mau kemana?" Tanya Ayya mulai ketakutan.
Delmond hanya diam tak menyahuti gadis itu. Ayya tiba-tiba melihat sebuah gerbang besar.
Auto gerbang itu langsung terbuka. Gadis itu melongo saat melihat sebuah istana megah yang berdiri kokoh. Di sekitar bangunan itu ada banyak bangunan-bangunan yang tak terlalu tinggi.
Di mana ini? Tempat ini seperti sebuah kota kecil yang mempunyai istana di tengah-tengah. Batin gadis itu.
Ternyata tempat itu adalah tempat persembunyian Delmond. di sanalah pusat narkoba dan berbagai obat-obatan yang di jual di pasar gelap. Pabrik narkoba dan sebagainya, bahan-bahan kimia yang di oleh menjadi bahan-bahan tersebut semua ada di sana.
Saat tiba di depan pintu rumah yang bak istana itu.
Ratusan pelayan laki-laki dan perempuan yang berjejer menyambut kedatangan Bos Delmond.
Delmond turun dari mobil dan ingin melangkah masuk ke dalam, tapi ia kembali menghentikan gerakkan kakinya saat gadis yang berada di mobil hanya diam di dalam sana.
"Turun!" Titahnya.
Gadis itu dengan ragu mulai membuka pintu mobil, saat menurunkan kakinya.....
"Arkh" ia meringis, karena luka yang berada di kakinya akibat berlari tadi, terasa begitu sakit.
Laki-laki itu membalik badan dan mendekati gadis belia yang berusaha berdiri. Tiba-tiba saja gadis itu merasa seperti melayang.
Ia sangat kaget saat melihat ternyata laki-laki tak ia kenal itu sedang menggendongnya ala bridal style, buru-buru ia meminta untuk di turunkan.
"T-tuan... Apa yang anda lakukan? Turunkan saya." Ayya berusaha menurunkan diri dari laki-laki yang sudah mulai melangkah kaki melewati para pelayan yang berjejer menyambut kedatangannya.
Delmond sengaja menggerakkan tubuh wanita itu seolah ia ingin membuangnya.
"Arkh" reflex Ayya berteriak dan mengalung kedua tangannya di leher laki-laki berewokan tipis itu.
"Jika kau tidak mahu diam, maka aku akan melemparmu ke dalam kolam buaya yang berada di belakang." Ancam Delmond dengan langkah lurus ke depan terus berjalan.
GLEK!
Wanita itu menelan kasar salivanya saat mendengar ancaman laki-laki tersebut.
Sedetik kemudian wanita itu menyerjit. Karena ia merasa langkah laki-laki itu cukup panjang, tapi kenapa mereka belum sampai-sampai juga di tujuan?. Pikir Ayya.
Bagaimana tidak, saking besarnya rumah itu, sehingga begitu lama laki-laki itu berjalan untuk tiba di dalam.
Tak sengaja gadis itu melihat rahang laki-laki yang di tumbuhi brewokan tipis. Ia melihat wajah itu dengan seksama. Dan memperhatikan setiap inci wajah laki-laki itu.
"Apa kau sudah puas melihatnya?" Tanya Delmond tiba-tiba bersamaan tubuhnya di turunkan dan di dudukkan di atas sofa empuk.
Mengerut. "Puas melihat? Melihat apa?" Tanya gadis itu tak mengerti arah pembicaraan laki-laki yang bertanya.
"Puas melihat wajah tampanku." Ucap Delmond datar seperti triplek.
Blush!
Gadis itu meringis dalam hati karena ketahuan sedang memperhatikan wajah laki-laki yang menggendongnya tadi.
Memalukan sekali!
Tiba-tiba saja pria itu bersimpuh di hadapannya dan ingin memegang kaki milik sang gadis.
Reflex gadis itu menarik kaki cepat. "Kau mau apa?" Tanya Ayya was-was.
"Ingin memperkaosmu!" Jawab Delmond kembali ingin menarik kaki gadis yang dia anggap sangat bodoh itu.
"Apa? Tidak! Aku tidak mahu!" Pekiknya menoleh melihat semua pelayan yang masih setia berdiri di kiri dan kanan.
Delmond mengangkat satu alis. "Kau tidak mahu karena di sini banyak orang maksudmu?" Tanya Delmond membuat gadis itu merinding.
"B-bukan, bukan itu maksudku...." Takut.
"Baiklah, kalau begitu di kamar saja,"
"Tidak! Aku tidak mahu! Jangan!" Teriak Ayya mulai membendung.
"Bodoh! Apa yang ada di otak mesummu itu!" Ucap Delmond menarik kasar kaki gadis di depannya kemudian menaikkan ke paha miliknya dan mulai mengoles kaki gadis itu dengan obat untuk mengobati kakinya yang terluka.
Ternyata Delmond hanya ingin mengobati kaki lukanya.
Ayya bungkam dengan wajah malu. Apa lagi Delmond mengatainya 'otak mesum' tentu saja gadis itu selalu waspada, mengingat apa yang sudah terjadi padanya baru-baru ini membuat gadis itu semangkin takut dan sering berpikiran negatif.
"Aku sudah tidak sabar untuk tiba di desa itu, Mas," kata Dara dengan bola mata berkaca-kaca bahagia.
Ternyata saat tadi Arkan membawa kabar jika sang adik yang sudah lama hilang kini berada di sebuah desa, Dara tak ingin menunggu hingga besok lagi, karena ia begitu antusias dan ingin sekali menemukan putrinya. Mereka semua tak tahu jika gadis itu sebenarnya sudah menikah dan berada di kota.
Bahkan gadis itu tak mungkin terlihat lagi, karena laki-laki yang menyelamatkan-nya menyuruh gadis itu memakai cadar yang membuat siapapun akan sangat sulit untuk mengenalinya.
"Mas juga, sayang. Mas juga sudah tidak sabar ingin menemui putri kita." Jawab Adam tersenyum kemudian memeluk sang istri.
Frey yang mengemudi mobil ikut tersenyum bersama dengan Arkan. Tak ada rasa lelah dari keluarga itu, karena yang berada di pikiran mereka. Mereka hanya ingin segera menemui sang adik yang tak pernah mereka bersitatap wajah dari gadis itu lahir lagi.
,,,
"Ya Allah, gelap sekali." kata Ayya saat di istana itu listrik padam. Di
Gadis itu meraba-raba mencari sesuatu yang bisa ia gunakan untuk menerangi.
"Tidak ada apapun di kamar ini." Gumamnya takut dan berpikir bagaimana jika ada hantu.
"Hei! Siapapun yang ada di luar! Di sini gelap sekali!" Panggil gadis itu.
Selesai makan malam tadi, ternyata Delmond menyuruh pelayan untuk mengantar gadis itu ke salah satu kamar tamu di istananya.
Tiba-tiba ada yang membuka pintu kamar gadis itu. Bukannya senang, gadis itu malah waspada. Ia takut jika ada seseorang yang masuk ke dalam kamar dan akan melakukan sesuatu pada dirinya.
"S-siapa?" Takut.
Cahaya itu semangkin dekat. "Kenapa kau teriak-teriak?" Tanya Delmond padanya.
Gadis itu langsung bernafas lega. Entah mengapa ia merasa seperti di lindungi berada di dekat laki-laki itu.
"A-aku takut... Ini sangat gelap," jawabnya.
Delmond mendekati gadis itu dan naik duduk di ranjang bersama Ayya.
"Kenapa kau belum tidur? Ini sudah larut malam," kata Delmond mengutak-atik ponselnya.
"Aku tidak bisa tertidur, tempat ini sangat asing bagiku," lirih gadis itu.
"Tidurlah, aku akan menemanimu," kata Delmond sama sekali tak melihat ke arah gadis itu.
Ayya membaringkan diri. Ada sedikit ketakutan pada laki-laki itu jika nanti laki-laki itu akan melakukan yang tidak-tidak padanya, tapi saat kembali mengingat pertama kali ia bertemu dengan pria itu, pikiran negatif yang timbul dalam hatinya pun sirna begitu saja.
Karena ia berpikir jika laki-laki itu memang menginginkan tubuhnya, dari awal lagi pria itu sudah merenggut kesuciannya. Tapi ini sebaliknya, pria itu terlihat sangat cuek dengan yang berada di sekelilingnya. Karakter laki-laki itu di ibaratkan cuek tapi peduli.
Tak berapa lama Delmond mendengar dengkuran halus dari bibir gadis di sebelahnya.
Ia beranjak dari ranjang, menghidupkan lampu di ponsel miliknya dan menyimpan ponsel itu di dekat Ayya, kemudian melangkah keluar menuju kamar miliknya yang ternyata hanya terletak di sebelah kamar Ayya.
,,,
Pagi hari, Arkan Frey dan kedua orang tua mereka baru saja tiba di desa tepat di depan rumah yang terbuat dari bambu, yakni rumah Buk Sukarni.
Dara terlihat sangat tak sabaran dengan meremas jari-jari miliknya.
"Assalamualaikum" wanita paruh baya itu memberi salam dengan nada yang bergetar menahan tangis bahagia ingin bertemu dengan sang putri yang sudah lama ia rindukan.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!