...**Perkenalan Visual *...
Nama Asli: Kerem Busin...
sebagai Arlo Gerald - 32 Tahun, pemeran utama pria.
Nama Asli: Hu Yi Xuan
sebagai Eylaria Quinza – 30 Tahun, pemeran utama wanita.
Nama Asli: Miles Wei
sebagai Nicolas Smith – 29 Tahun, adik Nicole Smith, sepupu Arlo.
Nama Asli: Kim Kimberley
sebagai Nicole Smith – 30 Tahun, kakak Nicolas Smith, sepupu Arlo, sahabat baik Eylaria.
Nama Asli: Mark Prin
sebagai Bram White – 31 Tahun, suami Nicole Smith.
Nama Asli: Chen Zhe Yuan
sebagai Dave Walles – 28 Tahun, mantan pacar Eylaria.
Nama Asli: Hande Erçel
sebagai Megan Blossom – 29 Tahun, rekan kerja Arlo Gerald di kantor.
Eylaria merasakan air mengalir di tepian bibirnya, ia mengusap air itu dengan telapak tangannya, tanpa sadar itu adalah ilernya sendiri karena ia tertidur lelap dengan posisi terlungkup, kedua tangan mengapai bebas di atas kepalanya.
Matanya mengerjap, berusaha membalikkan tubuhnya yang terasa kaku, entah berapa lama ia sudah tertidur seperti itu, sepertinya sudah berjam-jam.
“Arghhhh...,” Teriak Eylaria puas merentangkan seluruh tubuhnya, masih dengan posisi terbaring, tapi sudah terlentang dengan benar, kepalanya sedikit berat, tapi tidak terlalu menyakitkan.
Eylaria melihat sekelilingnya, kamar itu didominasi warna abu-abu dan hitam, seketika sadar jika ia terbangun bukan di kamarnya...
Wait...
Eylaria hampir saja berteriak jika otaknya tidak dengan cepat memflashback apa yang terjadi kemarin malam...
Sabtu malam, Pukul 20.30 di CARROT Chill and Bar...
Eylaria sedang menghadiri acara lepas lajang Nicole, sahabat baiknya yang akan menikah 2 minggu lagi dengan Bram, pria yang baru ia pacari 2 tahun lalu.
Acara itu diadakan oleh kedua calon pengantin yang sengaja menyewa satu lantai atas bar itu untuk satu malam dan dihadiri oleh teman Nicole dan Bram.
“Mana Arlo?” Tanya Nicole pada Nicolas adiknya laki-lakinya.
“Otw katanya... Sabar, acara baru juga mulai.” Jawab Nicolas.
Yups, acara bertema suka-suka itu memang baru digelar setengah jam yang lalu, apalagi Nicole dan Bram sengaja merayakan lepas lajang mereka di Bar dan memilih waktu malam hari, namanya juga di Bar, baru seru jika malam hari bukan.
“Eylariaaa...,” Panggil Nicole pada Eylaria yang duduk di sebelahnya.
“Ya?” Tanya Eylaria mendekatkan telinganya pada Nicole karena suara musik yang lumayan kencang.
“Nanti Arlo dateng, gue kenalin yahhh... Kalau bisa langsung naksir dan jadian...,”
“Apaan sih loe Coleeee, gue kan udah punya Dave,”
“Iiihh, sama Arlo aja, orangnya ganteng banget!”
Eylaria tersenyum menanggapi omongan Nicole, ia tak heran lagi, ini sudah kesekian kalinya Nicole mencomblangkan dirinya dengan Arlo, sepupunya, meskipun Nicole sendiri tahu Eylaria sudah berpacaran dengan Dave selama 3 tahun.
Eylaria sendiri sudah pernah melihat foto Arlo di media sosialnya. Pria itu memang tampan dan aktif di berbagai kegiatan, tentunya juga mapan, dan Eylaria sadar diri, ia tidak sepadan dengan dunia pria itu, dan meskipun ia single tidak punya pacar sekalipun, rasanya mustahil untuk bisa menarik perhatian pria itu bahkan mendekatinya.
“Gak cukup apa gue jadi sahabat loe?” Tanya Eylaria.
Nicole menggelengkan kepalanya, “Enggak...”
Ya, alasan Nicole mau mencomblangkan mereka sangatlah simple, hanya karena ia ingin Eylaria menjadi saudara sepupunya.
“WUHUUUUUU~” Suara gemuruh seketika mengalihkan perhatian Eylaria dan Nicole ke arah tamu yang baru saja bergabung.
Tamu itu adalah seorang pria bertubuh tinggi dan kekar, dengan sedikit brewok halus di dagunya, tampak sangat mempersona, pantas saja para wanita histeris melihatnya.
Itu Arlo Gerald..., pekik Eylaria takjub melihat betapa tampan dan menggodanya pria itu, jauh lebih berkharisma daripada di foto.
Arlo berjalan melewati meja-meja yang berteriak histeris dengan kehadirannya. Gaya jalannya bak model international, wajar saja, Arlo yang merupakan keturunan Indonesia Jerman itu, memang besar dan kuliah di Jerman.
Sejak tiga tahun lalu ia memutuskan menetap di Indonesia untuk mengurus berbagai usaha perusahaan export import dan perkapalan milik keluarganya.
“Heyyy... Di sini tuan rumah kitaaa!! Congratulations Nicole, Bram...,” Ucap Arlo yang ternyata sangat fasih berbahasa Indonesia mengulurkan tangannya.
“Ahhh, sepupu terganteng akhirnya dateng jugaaaa...,” Sambut Nicole kegirangan, memeluk erat tubuh Arlo dengan sayang.
“Thanks Broo...,” Sambung Bram tulus.
“Duduk sini...,” Tarik Nicole menarik tangan Arlo dan mengarahkannya untuk duduk di samping Eylaria, wanita itu mendesis dan melototi Nicole yang menatapnya tanpa rasa bersalah.
Arlo menyadari wanita yang duduk dekatnya menatap tak suka pada Nicole, sepertinya sepupunya itu sengaja ingin mendekatkan mereka berdua.
“Arlo, kenalkan… Ini Eylaria, sahabat terbaikku…,” Ucap Nicole bersemangat menunjuk wanita yang sedang duduk terapit oleh dirinya dan Arlo. Eylaria memutarkan kepalanya dan tersenyum dengan canggung, terlihat memaksakan diri.
“Hai, Arlo…,” Ucap Arlo dengan santai dan disambut Eylaria dengan kikuk.
“Eylaria…,” Jawab Eylaria memperkenalkan namanya dan segera berpaling, tidak tertarik untuk berbincang lebih lanjut dengan Arlo.
Bagaimana mungkin ia bisa berbincang dengan pria itu, sedangkan jantungnya saja sudah berdegup cepat dan salah tingkah karena duduk bersampingan dengan pria tampan, apalagi semua mata sedang melihat ke arah mereka, tentu saja memuja-muja penampilan Arlo yang tampan dan tubuh atletisnya.
Arlo dengan santai meneguk minumannya, dunia malam, rokok, alkohol dan wanita adalah hal yang biasa baginya, terlebih ia besar di Benua Eropa dan sering berpergian keluar negri.
Arlo mengeluarkan kotak rokoknya, menyulut dan mulai menghisap sebatang, menghirup dalam lalu menghembuskannya asal. Eylaria yang tepat di sampingnya, menarik nafas dalam-dalam.
Asap yang dihembuskan Arlo semakin sering dan banyak, Eylaria tak tahan terus menahan nafasnya, spontan tangannya mengibas-kibasi asap rokok di hadapannya. Arlo yang melihat hal itu tentu saja menyadari, sedikit kaget, ternyata wanita itu tidak suka.
“Sorry…,” Ucap Arlo mematikan puntung rokoknya.
“It’s Ok, tapi asapnya jangan ke sini…,” Teriak Eylaria dengan jujur, membuat Arlo merasa lucu melihatnya, Arlo menghargai kejujuran Eylaria yang sesekali menggoyangkan tubuhnya mengikuti musik yang berdentum kencang dan mengasyikan.
“Ey…, hari ini mabuklah…,” Teriak Nicole pada Eylaria.
“Tidak…, gue bisa mati mabuk tanpa Dave…,” Jawab Eylaria menolak.
“Loe pulang sama gue hari ini, gue jamin aman…Cmonnnnn…,” Seru Nicole sambil menyodorkan segelas Cocktail. Eylaria dengan ragu menerimanya, ia yakin jika ia meminumnya, wajahnya akan memerah dan memanas seketika.
Eylaria sedang mempertimbangkan untuk meminum cocktail itu atau tidak, dan ketika suara seorang pria di sampingnya berbicara kepadanya mengagetkannya, “Segelas Cocktail tidak akan membuat mu mabuk Ey…” itu Arlo. Eylaria terkesiap dan menjadi kaku, tidak menyangka Arlo memperhatikannya.
“Hmm… yaaa..,” Hanya itu jawaban yang bisa ia lontarkan. Eylaria menyesap Cocktail itu dengan cepat, terasa manis dan pahit di saat yang sama, enak juga, ia pun menyesap hingga habis.
Nicole kembali menyodorkan segelas minuman kepadanya dan Arlo, calon pengantin itu terlihat sangat semangat dan lepas malam itu.
Eylaria merasakan panas menjalar di telinga dan pipinya, ia pasti akan mabuk. Dengan segera ia mengambil handphonenya, mengetik pesan kepada Dave bahwa ia akan menginap di tempat Nicole malam itu.
Nicole tahu Eylaria sudah mulai tipsy, dan itu sengaja ia lakukan. Ia terus menyodorkan minuman yang ia sebut Cocktail itu untuk membuat teman baiknya itu mabuk.
“Hukk…, stop Nicole…,” Protes Eylaria karena Nicole menyodorkan langsung gelas itu ke mulutnya sehingga membuatnya tersedak.
“I’m sorry babeee…,” Seru Nicole tersenyum, tanpa sedikitpun rasa bersalah melihat baju yang Eylaria kenakan basah terkena tumpahan Cocktail.
Eylaria berdiri, berniat ke toilet untuk membersihkan pakaiannya.
“Opsss… Sorry…,” Ucap Eylaria yang tak sengaja menyenggol tubuh Arlo saat akan melewatinya.
“Are you okay?” Tanya Arlo.
“Yesss…,” Jawab Eylaria memberikan kode Ok dengan jarinya.
Melihat tempat duduk di samping Arlo kosong, membuat seorang wanita cantik nan seksi menghampiri, sengaja ingin mendekati Arlo yang sudah membuka dua kancing kemeja putihnya karena panas alkohol.
“Haiii Arlo…,” Panggil wanita itu dengan menggoda.
“Yaaa…,” Jawab Arlo singkat sambil lalu. Ia terlihat sedikit tak tenang dan beranjak dari tempat duduknya.
“Maaf…Sorry…, I’m so sorry…, Permisi… Awww…,” Itulah yang sedari tadi keluar dari mulut Eylaria, ia sedang berjuang ke toilet di tengah keramaian pengunjung bar yang berjoget tanpa lelah.
“Huff… akhirnya…,” Seru Eylaria lega saat dirinya tiba di toilet.
Hoeekssss… Hoeekss… Eylaria menutup telinga dan hidungnya, ada yang sedang muntah di salah satu bilik toilet wanita itu. Eylaria dengan cepat menuntaskan buang air kecilnya, kemudian segera menuju wastafel untuk mengosok bagian baju yang terkena cocktail dengan tissue dan air.
“Ahh udah, gak bisa ilang lagi…,” Keluh Eylaria melihat bajunya sedikit meninggalkan bekas noda sembari melangkah keluar toilet.
Seeetttt… Arghh… Eylaria berteriak saat menyadari tangannya ditarik seorang pria, karena cahaya penerangan yang remang-remang, Eylaria tidak bisa melihat dengan jelas, tapi ia tahu pria itu mabuk berat.
“Guee dapet cewek brooo…,” Teriak pria itu kepada teman-temannya yang berseru tak jauh di sampingnya.
“Yooooooo…, gue juga mau broo…,” Teriak temannya lalu mengambil posisi di dekat pintu toilet wanita itu, menunggu wanita lain yang akan keluar dari dalam dan menariknya secara acak. Eylaria sedang menyimak apa yang sebenarnya terjadi, tapi dikagetkan dengan sentuhan tangan pada dagunya.
“Manis juga loee…,” Pria mabuk di depannya mendekatkan wajahnya.
Eylaria berusaha mendorong pria itu, tapi entah karena tenaga pria itu lebih kuat atau karena ia tipsy, terasa tidak
bergerak sama sekali.
Grappss…
Tangan Eylaria kembali ditarik seseorang dari samping, tarikan kali ini lebih kuat, membuatnya hampir hilang keseimbangan. Eylaria menatap siapa yang menariknya, Arlo, genggaman pria itu terasa kencang di pergelangan tangannya.
“Apaan loe broo??” Tanya pria mabuk itu tak suka.
“Dia bukan punya loe…, Ayo kita pergi…,” Arlo menarik tangan Eylaria dan menuntunnya pergi dari sana.
“Oiiii, itu cewek gueee… oiii…!!” Teriak pria mabuk itu, tapi Arlo tidak menggubrisnya.
Berkat Arlo, Eylaria tiba di mejanya dengan cepat dan aman, pria itu sama sekali tidak melepaskan genggaman tangannya hingga Eylaria duduk di tempatnya.
“Thanks…,” Ucap Eylaria berterima kasih.
Eylaria melihat Nicole yang tersenyum ke arah mereka, memberikan senyuman genit dan kedipan mata padanya.
Tak berhenti di situ, Nicole kembali menyodorkan segelas minuman, sedikit berbeda dari yang tadi, Eylaria yakin itu bukan Cocktail.
“No…,” Tolak Eylaria pada Nicole, memberikan tanda silang dengan kedua tangannya, ia baru saja merasa kesadarannya kembali, dan kini temannya kembali menyodorkannya minuman, jelas ia akan menolak.
Wajah Nicole terlihat kecewa, lalu tersenyum usil, ia pun tiba-tiba berdiri, masih dengan memegang gelas itu.
“Guysssss…,” Teriak Nicole ditengah keberisikan itu meminta perhatian temannya.
“Gelas ini, gue persembahin untuk temen baik gueeeee, Eylaria!!” Teriak Nicole lagi.
Shittt!! Eylaria membatin. Nicole tidak kehabisan akal untuk melancarkan niatnya.
“Minum minum…,” Seru teman yang lain meramaikan.
Eylaria menggelengkan kepala dan memberi kode tidak dengan tangannya, “Noooo…,” Teriaknya berusaha membela dirinya sendiri.
“Cmonnnn…, specially for you, my best friend, my soulmate…,” Bujuk Nicole berakting sedih.
Eylaria menghela nafas kasar, ia merasa tidak enak jika menolak Nicole, terlebih di hadapan teman-teman mereka. Eylaria menerima gelas itu dan meminumnya sedikit, terasa sangat pahit dan panas di tenggorokannya.
“Habisin… Habisin… Habisin…,” Seru Nicole dan teman-temannya.
“Ok, I’m DONE!” Seru Eylaria saat ia berhasil menghabiskan segelas alkohol itu diikuti seruan dan tepuk tangan teman-temannya.
Eylaria merasa tubuhnya kembali memanas, kepalanya terasa mulai pusing, pandangannya mulai berkunang. Ia menyandarkan badannya di sofa dan memejamkan matanya.
Eylaria tidak peduli lagi apa yang dilakukan teman-temannya di sana, dentuman musik masih terdengar memekakkan telinga dan gemuruh masih terngiang di kepalanya. Eylaria tak sadar berapa lama ia tertidur, tapi ia dapat merasakan tubuhnya terangkat dan melayang di udara menjauhi suara musik yang semakin malam semakin kencang.
Kaki Eylaria terasa kembali menyentuh tanah, padahal ia sangat menikmati bantal empuk yang ia peluk tadi.
“Ey…, gue balik dulu.” Teriak Nicole di telinganya.
“Gue ikut loeee…,” Ucap Eylaria setengah sadar.
“Enggak…, loe dianterin sama Arlo…,” Jawab Nicole lalu mendorong Eylaria ke tubuh Arlo, merasa nyaman dan kembali mendapatkan bantal empuk yang tadi Eylaria rasakan, ia pun merangkulkan tangannya ke leher pria tinggi itu.
“Nicole, what are you…,” Arlo baru akan protes, tapi Nicole mencondongkan tubuhnya dan berbisik ke telinganya.
“Tiduri dia broo, buat dia hamil…,” Ucap Nicole lalu tertawa cekikikan seperti nenek lampir dan segera ditarik oleh Bram untuk membawanya ke mobil mereka.
“What theeee…, Nicole!” Gertak Arlo kesal.
“Oh My God…,” Keluh Arlo saat tubuhnya semakin dipeluk erat oleh Eylaria dan Nicole pergi meninggalkan mereka berdua di parkiran.
Arlo menghela nafas kasar dan menuntun Eylaria ke mobilnya, mendudukkan sahabat baik sepupunya itu dengan hati-hati. Dan..., disinilah Eylaria akhirnya terbangun dan sadar.
.
.
.
.
.
To Be Continue~
Eylaria segera beranjak dari tempat tidurnya, merasa lega saat melihat baju yang semalam ia kenakan masih terpasang dengan sempurna. Wanita 30 tahun itu melangkah menuju pintu, tak lupa ia berkaca dan merapikan penampilannya terlebih dahulu. Kepalanya pelenga pelengo melihat suasana di luar kamarnya. Sudah ia duga, semalam Arlo yang membawanya ke sana, faktanya, ada Arlo dan seorang pria lebih tua sedang duduk berhadapan dengannya di ruang tamu.
“Yaa, kita bisa menggunakan cara itu. Tentu saja kita lihat apa bisa mendapatkan hasil maksimal. Jika hanya 60%, kita ganti ke Plan B…,” Arlo sedang mengajukan pendapatnya dengan tegas, pria yang berusia sekitar 50 tahunan di depannya menggangguk-anggukan kepala setuju dengan apa yang Arlo ucapkan.
“Keluarlah jika kau sudah bangun…,” Seru Arlo membuat Eylaria terdiam saat ia bermaksud menutup kembali pintu kamarnya dengan pelan.
Mata Eylaria bertemu pandang dengan kedua pria yang juga melihatnya dari ruang tamu, tak jauh letaknya dari tempat ia berada, menatapnya dengan kebingungan. Eylaria melangkah dengan ragu dan malu, kepalanya menunduk menghampiri Arlo.
“Siapa dia Arlo? Dan apa yang…, bisa kau jelaskan situasinya saat ini?” Tanya pria di hadapan Arlo dengan tenang tapi menuntut jawaban. Matanya memperhatikan Eylaria dari atas hingga bawah.
“Dia teman baik Nicole, Pa, semalam ia mabuk dan Nicole menyerahkannya padaku… Namanya Ey…,” Arlo melupakan nama wanita itu.
“Saya Eylaria Om… Maaf jika sebelumnya mengganggu dan tidak sopan.” Jawab Eylaria tidak enak hati apalagi saat tahu pria tua itu adalah Papa Arlo.
“Kalian bukan…,” Pertanyaan itu terpotong karena Arlo dan Eylaria sudah menjawabnya dengan cepat dan bersamaan.
“Bukan…,”
“Tidak…,”
“Tidak seperti yang Papa pikirkan…,” Lanjut Arlo lagi, membuat pria bijaksana di hadapannya tersenyum kecil, ia percaya anak keduanya itu tidak akan sembarangan meniduri wanita yang ia temui.
“Oke, Papa juga sudah selesai discuss sama kamu. Papa pergi dulu… Kalian, bicaralah…,” Pamit Papa Arlo sengaja memberi ruang pada Arlo dan Eylaria.
Eylaria merasa jantungnya berdegup berkali-kali lebih kencang, ia panik dan takut akan mendapat masalah dengan keluarga Arlo, syukurnya, Papanya terlihat tidak berpikir yang aneh-aneh terhadap dirinya.
“Kita sungguh tidak kan?” Pertanyaan itu seketika terlontar dengan berani dari Eylaria, ia hanya ingin memastikannya.
“Tidak…,” Jawab Arlo tegas, membuat Eylaria menghela nafas lega.
“Apa kau tidak bisa membedakannya jika ya dan tidak?” Tanya Arlo mengerutkan keningnya.
“Apa?? Kita sungguh Tidak kan??” Tanya Eylaria lagi, ia merasa panik dan melotot menatap Arlo menginginkan jawaban yang pasti.
“Tidak, tidak…, heii tenangkan dirimu… Aku sama sekali tidak menyentuhmu…,”
“Aku tidak takut kau menyentuhku, tapi aku justru takut aku yang menyentuhmu…,” Keluh Eylaria mendudukkan dirinya di sofa di mana tadi Papa Arlo duduk.
Ada rasa lega saat tahu tidak terjadi apa-apa antara dirinya dan Arlo. Lagipula, Arlo tidak akan mau dengan wanita sepertinya.
“Bagaimana aku bisa ikut denganmu? Apa aku yang merengek padamu?” Tanya Eylaria.
“Tidak…, Nicole yang mendorongmu padaku dan ingin kau pulang denganku.”
“Arghh, Nicoleee, awas saja dia, aku akan buat perhitungan dengannya. Sengaja membuat ku mabuk dan memaksamu membawaku, sungguh memalukan.”
“Sahabat baikmu itu memang gila…,”
“Yah, tapi ia tidak pernah melakukannya padaku. Entah demi apapun, dia sangat ingin menjodohkanmu denganku. Ku rasa kau juga mengetahuinya…,” Ujar Eylaria dengan jujur, ya, dia memang tidak suka berbasa basi dan juga tidak ingin Arlo salah paham dengannya.
Arlo terkesan dengan kejujuran wanita di depannya, sejak awal Eylaria tidak pernah sedikitpun untuk berusaha mendekatinya seperti wanita lain yang berusaha menggodanya. Jika wanita lain sangat berharap ditiduri olehnya, Eylaria justru terlihat tidak mengharapkan apa-apa darinya.
“Kau ingin membalasnya?”
“Apa? Membalas Nicole? Jika aku tahu caranya, aku sudah melakukannya…,” Jawab Elyaria geram. Arlo tertawa kecil menanggapinya, wanita ini lucu.
“Aku akan pulang sekarang. Terima kasih untuk semua bantuanmu dan maaf merepotkanmu. You helped me a lot…,” Pamit Elyaria dengan tulus.
“It’s Ok…” Jawab Arlo santai.
“Aku akan mengantarkanmu ke bawah…,” Lanjut Arlo saat akan membukakan pintu apartemennya.
“Tidak usah…,” Jawab Eylaria dengan cepat.
“Kenapa?” Tanya Arlo bingung.
“Aku bisa turun sendiri…,” Jawaban Eylaria membuat Arlo tersenyum kecil lalu ia mengeluarkan kartu apartemennya, membuat wanita di hadapannya mengerti dalam diam jika ia hanya bisa turun dari sana jika ada akses.
Arlo mengantarkan Eylaria hingga ke lobby apartemen, beberapa penghuni yang berlalu lalang, khususnya kaum hawa terlihat memperhatikan mereka. Eylaria merapikan rambutnya dengan canggung, apa penampilannya seburuk itu?
“Kau naik saja, terima kasih sudah mengantarku…,” Ucap Eylaria tidak enak hati karena Arlo akan ikut berjalan menemaninya ke depan lobby untuk mencari taksi.
“Hmm… aku berubah pikiran, aku akan mengantarmu pulang…, Ayo…,” Jawaban Arlo membuat Eylaria membelalakan matanya.
“Heii… tidak usah, aku bisa pulang sendiri…,” Jawab Eylaria terlihat tidak suka.
“Ayooo,” Ajak Arlo menarik tangan Eylaria tanpa izin.
Sebenarnya sejak awal Nicole mendekatkan mereka berdua, Arlo bertanya-tanya, apa yang istimewa dari Eylaria, karena secara penampilan wanita itu adalah wanita biasa yang berwajah manis. Tapi sejak pertemuan pertama mereka kemarin, sikap Eylaria yang seakan menolak dan menjauhi dirinya, membuat semakin besar rasa penasaran Arlo pada sahabat baik sepupunya itu.
Eylaria menyilangkan tangannya di dalam mobil mewah milik Arlo. Jujur ia kagum dengan mobil keren itu, tapi ia sama sekali tidak berharap Arlo akan mengantarnya pulang.
“Apa kau tidak sibuk?” Tanya Eylaria menatap bingung pada Arlo.
“Aku sibuk, tapi ini hari Minggu.”
“Kau pasti sangat sibuk meskipun hari libur, jadwalmu juga pasti padat. Jadi, kau bisa turunkan aku di halte bus depan, oke?”
“Apa kau tidak suka padaku?” Tanya Arlo heran, mengernyitkan keningnya.
“Tidak, maksudku aku tidak membencimu. Tapi, sungguh kau tidak usah repot-repot.”
“Hmm, kalau begitu, anggap saja aku mengantarmu karena kau teman baik Nicole.” Jawab Arlo mencari alasan.
“Apa Nicole yang menyuruhmu?” Tanya Eylaria curiga.
“Tidak…,” Jawab Arlo dengan cepat dan tegas.
“Kau tidak usah bersikap baik padaku hanya karena aku teman baik Nicole. Aku tidak akan mengadu padanya dan mengatakan hal buruk tentangmu, tenang saja…,” Sepertinya Eylaria salah paham dengan niat baik Arlo.
“Well…, kau belum makan sejak pagi kan? Ini juga sudah pukul 11 siang, mau sekalian mampir?” Tanya Arlo yang sekilas melihat jam tangannya, ia rasa ia perlu tempat dan waktu untuk berbicara lebih dengan wanita di sampingnya ini.
“Terserah kau saja…,” Jawab Eylaria kesal dan tidak peduli, tapi perutnya memang lapar. Eylaria berpikir sejenak, sepertinya benar kata orang-orang, orang kaya suka bertindak dan mengambil keputusan seenaknya.
Eylaria duduk dengan manyun meskipun Arlo membawanya ke restaurant bintang 4. Jika biasanya wanita akan kegirangan dengan kemewahan dan pelayanan seperti itu, wanita itu justru kesal dan mengerutu dalam hati.
“Kau mau pesan apa?” Tanya Arlo sopan, duduk di kursi di depannya, seorang waitress yang menuntun mereka masuk memberikan buku menu dan menunggu di samping meja mereka.
“Terserah, steak jika ada…,” Jawab Eylaria asal tanpa melihat menu.
“Beef or chicken?”
“Beef and orange juice…,” Lanjutnya lagi kemudian tiba-tiba berdiri dan meninggalkan Arlo bersama dengan waitress tadi di sana tanpa permisi, terlihat tidak sopan, tapi Eylaria tidak peduli.
Eylaria berjalan menuju ke toilet dan setibanya di dalam sana ia mengeluarkan wajah kesal seutuhnya yang sudah ia tahan sejak tadi.
“Apa-apaan dia? Pemaksa sekali! Sesuka hati menarik tanganku dan membawa ku ke sana ke mari. Apa aku terlihat semudah itu? Dasar pria kaya arogan!” Umpat Eylaria dalam hati.
Eylaria berdiri di depan kaca wastafel, melihat wajahnya yang masih pucat dan berantakan, apalagi ia belum mandi sejak semalam, bajunya pun sudah kusut.
“Apa maksudnya? Membawaku ke restaurant padahal aku sedang berpenampilan seperti ini?? Mau mempermalukanku heh??” Umpatnya lagi lalu menyisirkan rambut dengan jarinya, menepuk sedikit bedak pada wajahnya dan memoleskan lipstick di bibirnya, sekarang ia terlihat lebih hidup.
Arlo menunggu dengan sabar di mejanya, ia tahu Eylaria merasa kesal padanya, tapi anehnya ia justru menikmatinya. Jika selama ini ia selalu dipuja ke mana pun ia melangkah dan berada, kali ini ia bisa bertemu dengan wanita yang terang-terangan tidak suka padanya. Ia penasaran, Eylaria hanya gengsi atau benar-benar tidak menyukainya.
Arlo tersenyum kecil saat melihat Eylaria berjalan menuju meja mereka, wajah wanita itu terlihat lebih segar dengan polesan makeup tipisnya. Eylaria memilih untuk diam, tidak bertanya atau berbicara dengan Arlo sama sekali, ia masih kesal. Ia sibuk membalas pesan Dave dan wajahnya berubah panik saat tertera panggilan masuk di layar handphonenya.
“Hallo Dave…,” Jawab Eylaria berusaha tenang.
“Ahh yaaa, aku sedang makan siang.”
“Yaa, masih bersama Nicole dan ada sepupunya juga…, hmm, yaa, baiklah, byebye…,” Eylaria melihat Arlo saat mengucapkan kata “sepupunya”, yang juga sedang memperhatikannya.
“Kenapa? Apa yang ingin kau katakan?” Tanya Eylaria menatap galak pada Arlo.
Pria itu tersenyum kecil, sepertinya ia sudah terbiasa dengan keketusan Eylaria.
“Kau berbohong padanya, tidak ada Nicole di sini.”
“Lalu, apa masalahmu? Itu bukan urusanmu.”
“Kenapa tidak jujur saja?”
“Apa kau gila? Aku harus mengatakan jika aku menginap di rumah seorang pria dan makan siang dengan pria itu berdua. Apa yang akan pacarmu pikirkan? Apa dia akan percaya jika aku mengatakan tidak terjadi apa-apa, walaupun faktanya memang tidak ada apapun yang terjadi?” Ada nada kesal saat Eylaria mengutarakan pendapatnya.
“Tapi aku sepupu Nicole.”
“Dan kau tetap seorang pria…, walaupun kau tak akan tertarik padaku.”
“Tahu dari mana aku tidak tertarik padamu?”
Eylaria tertawa sinis, dia mulai muak dengan pria tampan di hadapannya itu. Eylaria tentu saja juga menyukai pria tampan, tapi pria sekelas Arlo, tentu saja jauh dari jangkauannya, apalagi ia sudah memiliki Dave, dia tidak terpikirkan untuk mencari yang lain.
“Tuan muda Arlo, aku cukup tahu diri seberapa cantik dan bagusnya diriku sendiri. Pria sehebat dan setampan anda, tidak mungkin tertarik pada wanita biasa sepertiku.”
“Permisi…,” Arlo baru akan membuka mulut menyela ucapan Eylaria saat waitress mendekat untuk mengantarkan makanan.
Hanya dentingan alat makan yang terdengar dari meja nomor 5 itu. Arlo sesekali memperhatikan Eylaria yang makan dengan lahap, jelas wanita itu kelaparan, pantas saja galak. Arlo tidak jadi melanjutkan pendapatnya tentang Eylaria, menurutnya itu terlalu awal untuk mengutarakan penilaiannya tentang sahabat sepupunya itu.
.
.
.
.
.
To Be Continue~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!