NovelToon NovelToon

Rain & Sunny

Bagian 1

Happy Reading!

Pagi yang cerah bertemankan dengan hiruk-pikuk dan kebisingan kendaraan. Maklumlah, kota metropolitan. Kota yang nyaris tidak pernah beristirahat meski hanya sehari saja karena kesibukannya.

Akan tetapi, hal itu tidak membuat seorang pemuda tampan bermata musang ini mengeluh sedikitpun.

Sebagai seorang pemuda lajang yang mandiri dan disiplin serta rajin menabung dan berinvestasi, investasi saham, bukan investasi yang lain, membuat pemuda itu sudah terlatih untuk bangun pagi dan mengurus dirinya sendiri.

Namanya Rain Steve Jonathan. Putra dari pasangan Antonio Jonathan dan Vincentia Jonathan. Seorang putra konglomerat pemilik kerajaan bisnis di bidang properti.

Berkat kejeniusannya kini ia menjadi pewaris tunggal, dan ia telah mampu mengembangkan perusahaan menjadi lebih besar hingga sampai luar negeri.

Tak heran jika ia disegani dalam dunia bisnis, karena kepiawaiannya dalam berbisnis. Bahkan sekarang beberapa perusahaan kecil berada di bawah naungan perusahaannya.

Selain itu, Rain adalah seorang pebisnis bertangan dingin, pantang mengenal kata tidak, arogan, suka mengatur, tetapi pantang diatur.

Egois? Memang

Tidak suka? Silahkan angkat kaki dari hadapannya.

Bukankah kalian pernah mendengar, “Jika kalian memiliki banyak uang, kalian bisa menjadi apa pun yang kalian inginkan?"

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Rain yang sudah selesai dengan ritual kesehariannya, Rain bersiap untuk bekerja, di depan rumahnya sebuah mobil Mercedez Benz e-class sudah menanti.

“Selamat pagi, Tuan Muda," sapa supir pribadinya.

“Hmm... pagi," balas Rain singkat padat dan jelas.

Mobil melaju membelah jalanan kota yang padat. Berbagai kendaraan disertai suara bising khas mesin mobil dan motor sudah menjadi pemandangan yang biasa dilihat oleh Rain.

“Bagaimana pagi hari Anda, Tuan?" tanya supir.

“Pagiku, ya begitu saja seperti biasanya, tidak ada yang spesial. Memang kau mengharapkan apa, pagi yang manis disambut dengan kecupan istri begitu?" jawab Rain dengan nada sinis, namun matanya tak lepas dari berkas-berkas laporan perusahaan, yang dikirimkan sekretaris.

“Maaf, Tuan. Bukan begitu maksud saya," ucap sang supir dengan hati-hati.

Perjalanan menuju kantor pun dilanjutkan, suasana menjadi kaku dan dingin hanya diisi oleh keheningan.

Saat sedang serius memeriksa berkas laporan, Ponsel Rain berdering. Ternyata sang Maharatu Jonathan. Segera saja ia mengangkatnya dari pada hidupmu berakhir saat itu juga.

“Ya, mommy," sapa Rain.

“Honey, kamu sudah berangkat, jika sudah jangan lupa membeli sarapan, okay?" tanya mommy-nya diseberang telepon.

“Kalau aku ingat," jawab Rain sekenanya.

“YAK! Yaampun dosa apa aku mempunyai anak sepertimu? Suamiku, anakmu itu benar-benar."

Rain hanya memutar bola matanya dengan malas. mommy-nya itu memang sedikit hiperaktif.

“Putraku adalah putramu juga, sayang. Mereka keluar dari rahimmu, tidak mungkin aku, aku hanya bisa menanamkan bibit unggul untuk menjadi para penerus keluarga Jonathan nantinya. Jika kau lupa, aku bersedia mengingatkan prosesnya," jawab daddy Rain.

“Kau kakek tua, kaupikir sudah berapa usiamu? Kasihan anak kita, dia tidak paham dengan hal seperti itu," sahut sang istri.

“Ah, benarkah? Kau betul juga, dia tidak akan paham dengan pembicaraan kita, otaknya tidak akan sampai, tapi aku tidak yakin," ujar Antonio, sang Baginda raja Jonathan.

“Oh, ayolah. Sebenarnya apa inti dari pembicaraan kalian, mengapa mommy meneleponku?" ujar Rain merasa kesal.

“Mommy hanya ingin mengingatkan, jangan lupa sarapan pagi ini. Kau tahu lambungmu sudah tidak baik."

“Hanya itu saja?" tanya Rain.

“Memang apa lagi?" balas mommy-nya.

“Tidak, tidak ada. Baiklah Aku akan membeli sarapan nanti," jawab Rain.

“Ha-ha-ha.... Mommy hanya bercanda, semangat untuk hari ini sayang, jangan terlalu garang dengan para pegawaimu, nanti mereka akan kabur semua jika kau seperti itu,"

“Aku tidak garang. Aku hanya tegas saja pada mereka," elak Rain.

“Jangan kau kira mommy tidak tahu, perilakumu di kantor," ujar mommy-nya.

“Hmm..." Rain hanya bergumam tak jelas.

“Ya sudah mommy tutup teleponnya, bye honey."

“Bye mommy," jawab Rain.

Sambungan terputus, Rain menghela nafas. Mommy dan daddy-nya memang ada-ada saja.

Rain terjebak dalam kemacetan. Dia menghela nafas untuk kesekian kalinya. “Apa kita masih lama?"

“Mungkin masih lama, Tuan," jawab supirnya.

“Apa kita tak bisa mengambil jalan alternatif lain?" tanya Rain lagi.

“Maaf Tuan. Saya rasa tidak bisa karena keadaan jalan sangat padat pagi ini," jelas sang supir.

“Jika seperti ini Aku bisa terlambat. Sebaiknya Aku menelepon dia," ujar Rain.

Rain men-dial nomor sekretarisnya. Dia berdecak karena respon yang lambat dari sang sekretaris. Sesaat kemudian, teleponnya sudah tersambung.

“Halo, YAK RAIN, INI SUDAH JAM BERAPA, KENAPA KAU BELUM SAMPAI?!" tanya sang sahabat yang merangkap menjadi sekretaris pribadi.

“Gajimu, akan kupotong karena terlambat mengangkat telepon dariku," ucap Rain datar.

“Apa? Oh ayolah, Rain jangan kejam begitu," protes sahabatnya di seberang telepon.

“Kau tahu bahwa Aku tidak suka menunggu terlalu lama?"

“Lalu kaupikir itu salah siapa jika bukan salahmu, huh? Datang terlambat itu salah satu contoh ketidakdisiplinan, Presdir. Sehingga aku yang mengerjakan tugasmu yang terbengkalai itu," ujar sang sahabat sembari menyindirnya.

“Sudah selesai pidato singkatnya?" tanya Rain.

“Sudah, Presdir. Jika Anda ingin bicara waktu dan tempat, saya persilahkan," jawab temannya sambil bersungut-sungut, tapi percuma, Rain tak bisa melihatnya.

“Aku terlambat, karena Aku sedang terjebak kemacetan, jadi untuk saat ini, tolong handle tugasku sampai aku tiba!" ujar Rain dengan nada perintah.

“Baiklah, Presdir, akan saya laksanakan, ada lagi yang ingin Anda sampaikan?" tanya sekretarisnya.

“Siapkan aku menu sarapan dan secangkir kopi hitam," jawab Rain lagi.

“Tunggu! Kenapa kau tak membelinya sendiri saja saat dalam perjalanan kemari?" tanya temannya heran.

“Menolak perintahku gajimu kupotong 50%," ujar Rain tegas.

“ARGHHHH IYA-IYA AKAN KUSIAPKAN, ASAL JANGAN POTONG GAJIKU, DASAR MANUSIA MINIM EKSPRESI MENYEBALKAN!" umpat temannya diseberang telepon sambil marah-marah.

Rain menutup teleponnya dengan seenak jidatnya, tak peduli orang yang dihubunginya sedang mengeluarkan kata-kata mutiara yang indah untuk dirinya.

Di sebuah kantor...

“Dasar si hujan petir menyebalkan, seenaknya saja dia menutup teleponku, belum lagi aku harus menyelesaikan berkasnya, ditambah menyiapkan sarapan untuknya. Cih! dia pikir aku istrinya?" sang sahabat masih sibuk menggerutu.

“Ah lebih baik aku segera menyiapkan saja, eh tapi, kan aku tak bisa memasak. Aish, Bodoh sekali!" umpatnya lagi.

Hei Bung, kau lupa jika di kantor ada office boy atau office girl?

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Setelah bergelut dengan kemacetan jalan yang sangat memakan waktu, Rain akhirnya tiba juga di kantornya. Ia keluar dari mobil mewahnya itu. Kaki jenjangnya melangkah dengan tegas.

Beberapa pegawai yang berpapasan dengan dirinya seketika memberi hormat dan salam, yang dijawab sekenanya oleh Rain.

Para kaum hawa pasti akan menoleh dua kali hanya untuk melihat salah satu ciptaan Tuhan yang amat sempurna itu.

Dengan tinggi 185 sentimeter, wajah kecil, mata setajam musang, hidung mancung dan jangan lupakan bibir hati yang terpahat sempurna, membuatnya terlihat tampan bagai dewa.

Ditambah badan yang tegap dan kekar dibalik jas dan kemeja mahal yang ia kenakan. Tubuh yang atletis dengan kulit warna tan yang eksotis, membuatnya nampak terlihat sexy bagai model papan atas.

Sifatnya yang cenderung tegas dan dingin justru menambah daya tarik dirinya di mata kaum hawa.

Ia tiba di depan sebuah lift khusus. Apa, Lift khusus?

Ya, kalian memang tidak salah dengar, di kantornya memang ada lift khusus yang memang dikhususkan untuk dirinya.

Bukankah semua lift itu sama saja?

Hei, kau pikir seorang Rain Jonathan itu suka berbagi?

Dia itu terlalu perfeksionis, dia tak ingin kenyamanannya terusik dengan adanya orang lain.

“Terlalu banyak orang dalam satu ruangan sempit, memungkinkan kuman berkembang biak lebih cepat," begitu katanya.

Maka dari itu, ada tempat yang harus benar-benar disterilkan hanya untuknya.

Saat ini ia sudah berada di dalam sebuah lift yang membawanya ke lantai di mana ruangannya berada.

Ting.....

Lift sudah berhenti, Rain keluar dari lift tersebut begitu pintu lift terbuka dan langsung melangkah menuju ruangannya.

Setibanya di ruangan, Rain disambut oleh suara yang sangat menyebalkan menurutnya.

“Selamat pagi, Presdir kesayangan kami yang tampan, tapi masih tampan diriku ini," ucap sang sekretaris memberikan salam.

“Kau salah minum obat hari ini?"

“Tentu tidak, Presdir," jawab sang sekretaris.

Perkenalkan sekretaris kesayangan Rain sebut saja namanya adalah Galaksi. Ya, Galaksi Andromeda Danendra. Itu nama lengkapnya.

Si pria Cassanova yang berkulit putih seputih porselen, mempunyai senyum yang dapat membius kaum hawa, tapi sayang jidatnya terlalu lebar. Meski begitu, tidak membuatnya mengurangi ketampanan yang terpancar dari wajahnya.

Galaksi ini adalah sahabat Rain semasa kuliah, karena malas mencari sekretaris perempuan, akhirnya Rain menunjuk dia untuk menjadi sekretaris sekaligus tangan kanannya.

“Di mana sarapanku?" tanya Rain.

“Ini Presdir. Silahkan dinikmati!" ucap Galaksi.

Rain menyantap setangkap roti bakar, dan menyeruput secangkir kopi hitam pesanannya. Indera pengecapnya mulai bereaksi.

“Kopinya terlalu manis, kau ingin membuatku diabetes?" tanya Rain.

“Eh, sungguh?" tanya Galaksi.

“Siapa yang membuatnya?"

“I-itu, aku yang membuatnya," jawab Galaksi.

Rain hanya menghela nafas, beruntung Galaksi yang melakukan kesalahan jadi dia bisa memaklumi karena dia tak ingin rugi jika sampai sahabatnya ini hengkang.

Jika tidak sudah pasti ia akan membanting cangkir dan memecat orang yang membuatnya.

“Sudahlah lupakan, Aku ingin melanjutkan pekerjaanku Menyingkir dari sana!" hardik Rain, seketika Galaksi menyingkir dan melanjutkan pekerjaannya.

Visualisasi tokoh

Rain Steve Jonathan

Galaksi Andromeda Danendra

TBC

Bagian 2

Happy Reading!

Rain sedang duduk di kursi kebesarannya, matanya terfokus pada laptop yang menampilkan deretan angka, yang mampu membuat tebal kantongnya.

Galaksi hanya melihat sahabatnya yang mirip dengan robot itu. “Dasar robot pekerja," pikirnya.

“Mengapa kau berdiri di sana?" tanya Rain.

“Baru saja aku mendapat telepon, dari pihak Adijaya Group ingin membuat janji makan siang denganmu."

“Tolak saja, aku tidak berminat, dia ingin aku menanamkan saham di perusahaannya plus menjodohkan anaknya yang mirip dengan ulat bulu itu denganku," jawab Rain.

“Wah! Padahal dia sangat cantik dan sexy, tapi kau menolaknya, Dude," ujar Galaksi.

“Dia bukan seleraku lagi pun keluarganya berada jauh di bawahku, apa lagi tujuannya jika bukan asetku dan keluargaku?" jawab Rain. Galaksi hanya mengangguk saja. Alasan sahabatnya sangat masuk akal.

“Ada lagi?" tanya Rain kembali.

“Sebenarnya nanti siang ada ajakan makan siang untukmu, dari seorang wanita, ehmm siapa namanya tadi, ah Audrey, ya dia membuat janji denganmu, kan?"

“Batalkan!" jawab Rain.

“Huh, apa? Tidak-tidak janji ini sudah lama dibuat, Rain," desah Galaksi.

“Aku bilang batalkan!"

“Kau sudah bilang kau akan membiayai, pemotretan untuk produk kosmetik ini," jelas Galaksi.

“Aku tetap membiayai, tapi untuk janji makan siang, bisa kau batalkan saja?" pinta Rain.

“Kau tahu dia seperti gadis sakit jiwa, membuat janji dengan memaksa, dan dia sampai hati membentakku," jelas Galaksi.

“Itu bukan urusanku, dan kau bilang kau dibentak oleh perempuan seperti itu? Satu lagi, aku tidak percaya bahwa dia masih seorang gadis," jawab Rain.

“What the— dari mana kau bisa bilang begitu?" tanya Galaksi.

“Feeling-ku tak pernah salah, jika kau tak percaya, kau bisa mencobanya, mungkin," jawab Rain.

Galaksi mendengus, memang harus ia akui jika sahabatnya ini memiliki insting yang tidak main-main.

“Lalu aku harus menghubunginya begitu?" tanya Galaksi.

“Jika kau masih bertanya, lalu apa tugasmu sebagai sekretaris sekaligus tangan kananku?"

“Sialan, bibi itu seperti monster, Rain. Aku tak ingin menjadi korban bentakannya yang kedua kali," keluh Galaksi.

“Itu resiko yang harus kau tanggung. Sekarang keluarlah, Aku harus bekerja!" usir Rain.

“Tunggu dulu!" tahan Galaksi.

“Apa lagi?"

“Kau harus bertemu dengan Mr. Osaki malam ini. Beliau ingin barangnya diambil hari ini. Nanti ia akan datang bersama anak buah di pelabuhan xxx" jelas Galaksi.

“Hmm... Kalau begitu siapkan anak buah kita juga, pastikan dia membawa nominal uang yang sesuai, jika tidak, mungkin kita akan memberikan sedikit pertunjukan!" perintah Rain pada Galaksi.

“Okay, baiklah," jawab Galaksi.

Galaksi keluar dari ruangan Rain dan kembali ke mejanya.

Sepeninggal Galaksi, Rain memijit pangkal hidungnya. Hidupnya sudah terbiasa dikelilingi banyak wanita, tapi hingga saat ini belum ada yang mampu menarik perhatiannya.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Galaksi berusaha mati-matian untuk tidak mengucapkan kata-kata terlarangnya pada sang klien. Salahkan Rain yang seenak jidatnya membatalkan janji padahal sudah dibuat lama.

“Ya itu sudah menjadi keputusan Presdir, kami mohon maaf." ujar Galaksi sebelum akhirnya memutuskan sambungan teleponnya.

“Huh, benar-benar mengerikan, kuharap tidak membuatku beruban setelah menerima telepon dari bibi-bibi itu," gumam Galaksi.

Ia segera melanjutkan pekerjaannya dan mengatur untuk pertemuan malam nanti disebuah pelabuhan.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Rain keluar dari ruangannya, ia berkeliling bermaksud, mengecek kinerja para karyawan. Seperti biasa, saat sedang jam kerja, ada yang serius dalam bekerja ada pula yang hanya menggosip saja, terutama kaum hawa, meski pun kaum Adam juga ada yang suka bergosip di jaman sekarang.

Rain merasa geli sekaligus jengkel, bisa-bisanya mereka tidak dengan giat hanya mulut saja yang bekerja, tapi tangan tidak. Ah, tangannya pun juga bekerja tapi hanya untuk makan snack.

“Ekhm... Aku menggaji kalian untuk bekerja, bukan untuk makan camilan dan bergosip saja, jika aku masih melihat kalian dalam mode malas bekerja, aku tidak segan-segan untuk memecat kalian, mengerti!" ucap Rain dengan tegas.

“Siap. Mengerti. Kami minta maaf, Presdir," ucap para karyawan. Mereka langsung bergerak cepat untuk fokus ke layar komputer masing-masing, dan mengerjakan tumpukan dokumen.

Rain hanya berlalu ketika mendengar jawaban dari para karyawannya.

“Mereka selalu membuatku sakit kepala, setiap hari," gumam Rain.

Semua gerak-gerik Rain ternyata tak lepas dari pandangan salah satu karyawan yang menatap penuh minat ke arahnya.

“Tampan sekali, benar-benar tipe idealku. Aku harus mendapatkannya!" gumam karyawan itu.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Pada siang hari tepatnya hampir istirahat siang, Galaksi dikejutkan dengan kedatangan seseorang wanita. Tatapannya yang tajam dengan alis yang menukik, menandakan ingin memuntahkan amarah.

“Selamat siang, Nona. Ada yang bisa dibantu?" tanya Galaksi yang masih mengindahkan sopan santun.

BRAAAAK....

“YAK, APA MAKSUDMU MEMBATALKAN JANJI MAKAN SEENAKNYA SEPERTI ITU, BUKANKAH JANJI ITU SUDAH LAMA DIBUAT, HUH?!" ujar seorang tamu dengan tidak sopannya.

Galaksi sudah menduga jika model tersebut pasti tidak terima janjinya dibatalkan secara mendadak, tapi ia tidak pernah memperkirakan kedatangan model cantik yang sedikit tidak waras tersebut.

Galaksi mengambil nafas dalam-dalam dan mengeluarkan kembali sebelum menjawab, “Saya minta maaf sebelumnya, tapi saya hanya menjalankan perintah langsung dari Presdir."

“APA KAU TIDAK BISA MENAHANNYA AGAR DIA TIDAK MEMBATALKAN JANJI?!" tanya model tersebut.

“Saya sudah berusaha agar beliau tidak membatalkan janji, tapi tetap tidak bisa, karena keputusan beliau adalah mutlak," jawab Galaksi.

“BERSIKAP PROFESIONAL SAJA TIDAK BISA, DASAR SEKRETARIS TAK BECUS!" umpatnya pada Galaksi.

Mendengar suara keributan membuat Rain mengerang sakit kepala. Ia kemudian keluar dari ruangannya.

“Ada apa ini?" tanya Rain.

“Maafkan saya atas ketidaknyamanan Anda karena keributan ini, Presdir, tapi model ini masih saja bersikeras. Beliau tidak terima Anda membatalkan janji makan siang," lapor Galaksi.

Rain hanya menatap remeh sembari menyeringai.

“Beginikah standar perilaku seorang model papan atas?" tanya Rain. Meski pelan, tapi nada bicaranya sangat meremehkan.

“Kupikir setelah mengenyam pendidikan tinggi dan memiliki karir yang bagus dapat membentuk attitude seseorang menjadi lebih berkelas, tapi ternyata aku salah," kata Rain lagi.

Model itu hanya terdiam bak patung, melihat aura Rain yang menakutkan, tak mampu membuatnya berkutik. Tubuhnya serasa menggigil tiba-tiba.

“Mengapa kau datang ke mari, bukankah semua sudah jelas bahwa permintaanmu kutolak?" tanya Rain lagi.

“Akan tetapi, mengapa?" tanya model itu, atau kalian bisa memanggilnya Audrey.

“Mengapa, apanya yang mengapa?"

“Mengapa kau menolaknya, Rain?" tanya Audrey.

“Karena aku memang tidak ingin, jadi untuk apa aku menerimanya, dan lancang sekali mulutmu hanya memanggil namaku, seolah kita sudah lama mengenal?" jawab Rain dengan pertanyaan sekaligus menyindir.

“Bukankah seseorang yang telah berjanji itu harus menepatinya?" tanya Audrey lagi. Rain hanya tersenyum remeh.

“Dengar Nona, yang terpenting aku tetap akan menanggung biaya pemotretan untuk produk nanti, bukan? Ah, atau kau harus memilih aku akan makan siang denganmu, tapi aku tidak jadi membiayai peluncuran produknya?—"

“—sebagai dampaknya mungkin kau akan putus kontrak kerja dan citramu akan buruk karena dianggap tidak profesional, lalu karirmu akan hancur, begitu?" ujar Rain.

“Kau tidak bisa melakukan ini padaku!" pekik Audrey.

“Tentu saja aku bisa. Aku adalah penyumbang dana terbesar untuk peluncuran produk ini, jika kau berbuat nekat, aku bisa membatalkan kerjasamanya, dengan alasan model yang mereka pakai membuat kegaduhan di perusahaanku. Kira-kira mana yang akan mereka pilih?—"

“— mempertahankan model dengan attitude buruk sepertimu, atau mempertahankan aku sebagai penyumbang dana terbesar?" tanya Rain.

Audrey bungkam seketika, seharusnya ia sadar siapa yang tengah menjadi lawannya saat ini.

“Jika kau tak ingin beritamu tersebar dan mendapat malu, silahkan angkat kaki dari tempat ini!" perintah Rain tegas.

Audrey yang sudah terlanjur malu pun segera keluar meninggalkan kantor milik Rain, hal itu membuat Galaksi menghela nafas lega.

“Aku sudah bilang bukan dia itu sakit jiwa," ucap Galaksi sambil terduduk di kursi dan memijit pelipisnya.

“Itu semua tetap salahmu mengapa kau tak bisa menangani atau bahkan mengusir pasien rumah sakit jiwa." sahut Rain kemudian berjalan memasuki ruangannya.

“ITU KARENA AKU BUKANLAH DOKTER SPESIALIS JIWA, SIALAN!" umpat Galaksi memaki Rain.

Helena Audrey

TBC

Bagian 3

Happy Reading!

Memasuki jam istirahat, para karyawan lantas beranjak dari meja kerjanya menuju kantin untuk mengisi tenaga mereka.

Begitu pun dengan seorang wanita yang sedari tadi duduk di salah satu meja sesekali melihat arlojinya sambil berdecak.

“Dia ini, selalu saja tidak pernah tepat waktu jika membuat janji untuk bertemu, ck!"

Kegiatan menggerutu serta berdecak mulai teralihkan kala dua orang manusia tampan memasuki area kantin.

“Ah, itu dia Presdir! Apa aku coba mengajaknya untuk bergabung makan siang denganku saja, ya?" gumamnya.

Saat Rain dan Galaksi akan duduk di salah satu meja, wanita ini mencoba peruntungan dengan menyapa terlebih dahulu, “Selamat siang Presdir dan Pak Galaksi."

“Siang hmm?"

“Aurora, Pak," jawab wanita tersebut.

“Ah, iya. Jika aku tidak salah, kau dari divisi humas, bukan?" tanya Galaksi.

“Betul, Pak," jawab Aurora lagi.

“Sendirian saja, tidak bersama yang lain?" tanya Galaksi setelah melihat sekitar wanita itu.

“Ah, sebenarnya saya masih menunggu teman saya, tapi sepertinya dia tidak datang, apakah Presdir dan Pak Galaksi bersedia makan siang bersama?" tanya Aurora penuh harap.

“Ba—"

“Tidak!" ucapan Galaksi langsung dipotong oleh Rain dan menolak ajakannya.

“Eh, t-tapi kenapa?" tanya Aurora. Dia merasa shock sekaligus sedih ajakannya ditolak oleh orang yang disukainya.

“Haruskah, kau bertanya?" tanya Rain balik dengan mata memicing.

Aurora menunduk takut akan tatapan tajam dari Rain. Rain kemudian langsung pergi mencari meja lain yang masih kosong, diikuti oleh Galaksi yang sudah meminta maaf tanpa mengeluarkan suara pada Aurora.

Aurora hanya mengangguk lemah pada Galaksi, tapi tiba-tiba saja.

“Kakak, maaf aku baru datang sekarang. Apa aku terlambat?" tanya seseorang pada Aurora.

“Sudah tahu, masih bertanya. Hei, kau ini sudah sangat terlambat, apa jam yang kau punya itu adalah jam karet?" tanya Aurora kesal.

“Maafkan aku, jangan marah. Salahkan saja kendaraan lain yang menutupi jalanku dan membuat macet."

Aurora menghembuskan nafas kesal, “Sudahlah, lupakan!"

“Kakak kenapa sih, marah-marah terus. Aku, kan baru sampai?" kesal teman Aurora.

“Aku sedang tidak bersemangat," jawab Aurora.

“Kalau begitu kenapa Kakak mengundangku ke sini?"

“Oh, diamlah Sunny, aku butuh teman untuk berbagi kisah," ujar Aurora.

“Tahu begini aku tidak akan datang," batin Sunny.

“Lalu kakak ingin bercerita apa?' tanya seseorang bernama Sunny itu.

“Aku baru saja ditolak oleh seseorang yang kusuka," bisik Aurora pada Sunny.

“Apa, jadi itu yang membuat kakak galau dan berwajah muram sekarang, memangnya siapa dia, berani-beraninya menolakmu?!" pekik Sunny dengan suara keras, hingga atensi pengunjung kantin tertuju pada mereka.

Aurora tersenyum kecut dan merasa salah tingkah sekaligus malu. Dia berdiri dan meminta maaf kepada para pengunjung kantin.

“Sunny, jangan berteriak. Kau membuatku malu," cicit Aurora pada Sunny.

“Maaf," ucap Sunny menunduk dengan bibir mengerucut.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Di sebuah meja yang berada paling pojok belakang, tepatnya dekat dengan jendela yang ditempati oleh dua manusia tampan, satu diantaranya sedang terfokus pada suatu objek yang mampu menarik atensinya.

“Senang dengan pemandangan yang kaulihat, Rain?" tanya Galaksi.

“Siapa dia, apa dia pegawai kita?" tanya Rain ingin tahu.

“Wow, aku tak percaya ini. Apa dia berhasil menarik minat dan perhatianmu?!" tanya Galaksi sangat antusias, pasalnya sahabatnya itu tak pernah sekalipun membahas seorang wanita, sehingga ia menjadi sedikit khawatir karenanya.

“Jawab saja," ucap Rain.

“Apa Raincondamu terbangun hanya dengan pandangan pertama?" tanya Galaksi usil.

Rain hanya menatap Galaksi tajam, tak lama kemudian sebuah sendok melayang dan tepat mendarat di kening indah Galaksi.

“Auch! Dasar kau sangat kejam bagai ibu tiri Cinderella," gerutu Galaksi. Hal itu menjadi tontonan gratis untuk para pengunjung kantin, mereka berusaha menahan tawa agar tidak meledak saat itu juga.

“Perlu kau ketahui. Aku masihlah seorang pria dan belum berubah gender, itu berarti aku bukanlah ibu tiri Cinderella. Dasar bodoh!" ujar Rain.

Rain memanggil pelayan untuk membawakan sendok yang baru, karena sendok yang sebelumnya sudah tidak higienis katanya setelah mendarat dengan mulus di kening sang sahabat.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

“Kakak, siapa mereka, kenapa malah membuat keributan kecil di kantin perusahaan?" tanya Sunny.

“Hm... itulah yang ingin kuceritakan padamu. dia adalah lelaki incaranku kau tahu?" jelas Aurora pada Sunny.

Sunny hanya berdeham malas. Mantan kakak kelasnya ini memang sangat aneh, jika perempuan ingin lelaki yang perhatian dan murah senyum, Aurora justru memilih tipe lelaki yang dingin tak tersentuh.

“Dia yang baru saja menolakmu begitu?" tanya Sunny polos.

Mendengar kata penolakan membuat wajah Aurora muram kembali.

“Dia menolak ajakan makan siang denganku, aku sungguh sedih dibuatnya," jawab Aurora.

“Aku sudah berkali-kali bilang padamu, cintailah seseorang yang tulus mencintaimu. Laki-laki yang hangat, murah senyum, dan memperlakukanmu seperti seorang ratu, tapi kakak malah tidak memedulikan ucapanku," kata Sunny panjang lebar.

“Justru tipe yang kau sebutkan itu adalah tipe yang sangat membosankan, tidak ada tantangannya," jawab Aurora.

“Akan tetapi setidaknya kau tak merasakan sakit hati karena penolakan secara terang-terangan," balas Sunny.

Skakmat perkataan Sunny membuat Aurora terdiam.

“Yah Sunny, kenapa kau selalu membalas ucapanku?!" pekik Aurora kesal.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Rain kembali fokus dengan pekerjaannya setelah istirahat usai. Tiba-tiba terdengar ketukan pintu.

Tok... Tok... Tok...

“Masuk!" jawab Rain dengan nada perintah.

Tampaklah pemuda jangkung dengan tinggi kira-kira 190 sentimeter.

“Bicaralah!" perintah Rain.

“Bagaimana kau tahu bahwa itu aku?" bingung pemuda itu.

“Instingku terlalu kuat, Bambi," jawab Rain.

Pemuda itu merengut. Hei, dia ini sudah besar, bisa tidak Rain tidak memanggilnya bambi (rusa)?

“Ayo bicaralah!" pinta Rain.

“Uang yang kita pinjamkan pada Mr. Lee sudah jatuh tempo, tapi sampai sekarang beliau tidak bisa dihubungi dan tidak diketahui keberadaannya," lapor pemuda itu.

“Beri dia sedikit waktu untuk bersenang-senang, aku ada urusan malam nanti, sebaiknya kau juga ikut, Bambi," jawab Rain.

“Memang ada apa?" tanya si pemuda.

“ Aku akan menemui Mr. Osaki malam nanti, kau dan Galaksi bersiap dengan orang-orang kita," jelas Rain.

“Padahal aku punya acara sendiri nanti malam," jawab si pemuda.

“Memangnya apa acaramu, cinta satu malam lagi?" tanya Rain.

“Kau kira aku adalah Galaksi yang suka tebar pesona dengan banyak wanita?" sungutnya.

“Kau dan Galaksi itu 11-12, Bambi," jawab Rain sekenanya.

“Bisakah kau tak memanggilku Bambi? Aku ini punya nama, Namaku adalah Richardo Jupiter Angkasa, atau kau bisa memanggilku Jupiter si manusia tampan, gagah bagai ksatria," ucap Jupiter.

Rain hanya tersenyum kecil kala melihat wajah kekanakan Jupiter.

“Sungguh?" tanya Rain dengan nada meledek.

“Oh ayolah, Kak. Aku bukan anak kecil lagi, jangan perlakukan aku seperti itu," rengeknya.

Rain hanya tersenyum tipis, Jupiter sudah dianggap seperti adiknya sendiri. Maka dari itu dia sering menggodanya.

“Omong-omong kantormu miskin sekali, tidak adakah makanan yang bisa kumakan?" tanya Jupiter tak tahu malu.

“Apa gaji yang kuberikan tak cukup untuk membeli makanan?" tanya Rain.

“Itu cukup sayangku, bahkan untuk beberapa tahun ke depan, tapi yang namanya makanan gratis itu selalu lebih lezat rasanya dibandingkan beli sendiri kau tahu?" jawab Jupiter.

Rain hanya mendengus, si Bambi ini benar-benar, hanya modal tampang saja yang ia punya meskipun otaknya jenius tapi itu semua percuma, otaknya hanya akan bekerja dengan lancar jika ada makanan tersedia di depan matanya.

“Carilah di lemari pendingin, semoga saja kau menemukan apa yang kau cari, dan jangan lupa lacak keberadaan manusia sampah itu selagi kita memberikan ia waktu untuk bersenang-senang!" perintah Rain.

“Terima kasih kakakku sayang, Aku mencintaimu! Soal manusia tak tahu diri itu santai saja nanti akan kubereskan, tak perlu khawatir, muachhh." ujar Jupiter sambil beranjak meninggalkan Rain dan menuju lemari pendingin, tak lupa ia memberikan flying kiss pada Rain.

“Ah yaampun sepertinya aku salah memilih kawan," ujar Rain merasa pening.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Matahari telah kembali ke peraduannya digantikan oleh malam yang kelam. Rain beserta orang-orangnya telah sampai di sebuah pelabuhan tempat janji temu dengan Mr. Osaki.

Rain sengaja menemui kliennya itu hanya bersama dengan Galaksi dan Jupiter tetapi ia tetap merasa waspada dan menyuruh orang-orangnya berjaga-jaga di tempat yang tak diketahui kliennya.

“Selamat malam Mr. Shadow, senang bertemu dengan Anda," ucap Mr. Osaki.

Perlu kalian ketahui bahwa dalam bisnis gelap, Rain tak pernah menggunakan nama asli, bahkan kliennya pun tak ada yang mengetahui nama dan wajah Rain, karena Rain selalu menutupi wajah aslinya. Ia hanya mengenakan topeng dan topi saja.

“Sepertinya Anda baik-baik saja Mr. Osaki, apa ada hal baik yang terjadi pada Anda hari ini?" tanya Rain dengan suara yang disamarkan menjadi lebih berat dan lebih dalam.

“Itu, tidak ada apa-apa hanya hal kecil yang mampu membuatku senang, karena dengan memiliki senjata darimu, aku mungkin bisa mengalahkan musuhku dalam bisnis," jelas Mr. Osaki.

“Penjelasan Anda seperti orang yang baru saja lepas dari keputusasaan Mr. Osaki, apa rival Anda dalam bisnis termasuk orang yang kuat?" tanya Rain.

“Dia kuat sekali, bahkan sangat kuat, dia bahkan kerap memenangkan tender-tender besar, kuakui dia sangat jenius walaupun masih sangat muda, namun aku tak begitu menyukai sifat angkuh dan otoriternya," jelas Mr. Osaki lagi.

“Dia seorang pebisnis muda?" pancing Rain.

“Ya dia seorang pebisnis muda, tapi dia begitu sukses karena kejeniusannya dalam berbisnis, tapi sayangnya dia begitu sombong dan terlalu memandang rendah orang-orang, sehingga aku muak melihatnya," jawab Mr. Osaki.

Galaksi dan Jupiter hanya mampu menahan tawa hingga mereka rela sampai perut mereka sakit. Tentu saja mereka berusaha mati-matian menahan tawa mereka agar tak meledak, karena mereka mengetahui siapa yang dimaksud.

“Karena kita sudah bertemu dan tanpa perlu basa-basi lagi, serahkan barang pesananku," ujar Mr. Osaki.

“Tidak bisa, serahkan dulu uangnya baru aku akan menyerahkan barangnya," tolak Rain.

“Bagaimana jika diserahkan bersamaan?" Galaksi memberi usul mengambil jalan tengah.

Dan sepertinya disetujui oleh kedua belah pihak, tetapi saat mereka hendak menyerahkan koper tersebut Rain memberikan kode pada anak buahnya. Tiba-tiba saja terdengar suara.

DOR...

DOR...

DOR...

Satu peluru anak buah Rain langsung melesat ke arah anak buah Mr. Osaki dan menumbangkan beberapa anak buah Mr. Osaki.

Hal itu membuat Mr. Osaki geram dan memerintahkan anak buahnya untuk melancarkan serangan balasan.

Terjadilah adegan baku tembak di pelabuhan itu, cukup lama mereka saling menyerang satu sama lain hingga akhirnya pertarungan pun dimenangkan oleh pihak Rain yang mampu melesatkan pelurunya tepat para titik organ vital Mr. Osaki.

Dan pelakunya adalah Rain sendiri.

“Wow, aku tak percaya kita membuat kekacauan ini!" ucap Jupiter.

“Dengar kalian semua, cari orang-orang yang tersisa dan ringkus mereka, bawa mereka ke markas kita, sisanya urus jasad-jasad itu, buang mereka ke laut, termasuk pimpinan mereka. Pastikan lakukan dengan rapi dan bersih tanpa meninggalkan satu jejak pun, sekali pun itu sidik jari kalian—"

“— dan apabila kalian gagal dalam misi ini. Nyawa kalianlah yang menjadi gantinya, Paham, kalian?!"

“Paham, Bos!" jawab para anak buah Rain.

Rain, Galaksi, dan Jupiter meninggalkan pelabuhan. Tentu saja diikuti oleh beberapa anak buah yang merangkap sebagai bodyguard.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Di dalam sebuah mobil meledaklah tawa Jupiter dan Galaksi.

“Sungguh yang tadi itu lucu sekali. Ha-ha-ha.." ujar Galaksi sambil tertawa dan memegangi perutnya.

“Dengan penuh semangat ia menjelaskan ciri-ciri musuh tanpa tahu bahwa yang ia sebutkan adalah musuh yang ia maksud, benar-benar bodoh," sambung Jupiter.

Sementara Rain hanya berdecak kesal. Bisa-bisanya manusia sampah itu ingin membunuh dan mengalahkannya.

“Aku akan pulang, dan nanti lanjut ke club, aku butuh minum untuk menyegarkan pikiran," ujar Rain.

“Kalau begitu kami ikut!" ucap Galaksi dan Jupiter.

Mobil terus melaju menuju kediaman pribadi Rain. Mereka akan melepas penat malam ini.

Visualisasi Jupiter, Aurora, dan Sunny

Amanda Aurora Devina

Sunny Adelia Sullivan

Richardo Jupiter Angkasa

TBC

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!