NovelToon NovelToon

Stranger'S In Love

PROLOG 1.1

Hai reader's sebelumnya terimakasih sudah memilih cerita Strangers in Love sebagai salah satu daftar bacaan kalian. Jangan lupa beri like dan komen ya, happy reading :)

.

.

.

7 Tahun yang lalu

Boston

23.25 PM

Seorang gadis berusia lima belas tahun berlari secepat mungkin memecah keheningan malam di Kota Boston.

Kakinya terus melangkah, berlari entah kemana, perasaannya berkecamuk yang ada dipikirannya saat ini hanyalah sampai di bandara sebelum terlambat. Gadis itu berlari dan terus berlari tanpa berhenti sedetik pun, namun setelah cukup lama berlari ada sesuatu yang menghentikan langkahnya.

DOORRR!! Terdengar suara tembakan.

Langkahnya terhenti, gadis itu tersentak kaget. Ia menoleh ke kanan dan kiri dari tempatnya berdiri saat ini. Sepi, tak ada satu orang pun di sana selain dirinya. Ia mulai merasa takut, karena suara tembakan tadi terdengar cukup keras, itu berarti ada seseorang disekitarnya.

"Jangan!!!!" suara teriakkan lantang seseorang, setelah itu kembali terdengar suara tembakan.

Mendengar teriakan dan suara tembakan kali kedua membuat gadis itu semakin ketakutan, apa yang sebenarnya terjadi? Suara teriakkan siapa tadi? Kenapa ada suara tembakan di jalan tengah malam begini?

Gadis itu berusaha tetap tenang menghadapi situasi seperti ini, dari tempatnya berdiri tadi dekat pemberhentian bus ada sebuah gang sempit. Lalu ia berjalan perlahan menuju gang sempit mencoba mencari tahu apa yang sedang terjadi.

Mata gadis itu menerawang jauh menyapu seisi jalan di gang sempit itu. Ia gemetar hebat, matanya membulat dan tangannya menutup mulut tak percaya, syok melihat dua orang pria tergeletak tak berdaya berlumuran darah, sedangkan empat pria lainnya berdiri dengan pistol yang mereka genggam masing-masing.

Salah satu dari keempat pria itu menyadari kehadiran gadis yang berdiri mematung di depan gang, gadis itu berdiri gemetar menatap ke arahnya.

"Hey! Ada seseorang di sana" ucap pria yang menyadari kehadiran gadis itu sambil menunjuk pistol ke arah gadis itu.

'Oh tidak! Mereka melihatku!!' batin gadis itu menjerit.

Gadis itu semakin gemetar, matanya mulai berkaca-kaca ia benar-benar ketakutan setengah mati. Pikirannya kosong namun kakinya mulai melangkah berlari menjauh dari gang sempit itu.

Keempat pria itu saling bertatapan.

"Siapa dia? Bagaimana bisa ada bocah ingusan masih berkeliaran tengah malam begini?" tanya pria botak itu frustasi.

"Siapa pun dia, kita harus menangkapnya!"

"Kau urus dua mayat ini, sisanya ikut aku. Ayo kejar dia!!" titah pria berambut pirang.

Ketiga pria itu berlari mengejar gadis tadi, mereka berpencar agar lebih mudah menemukan gadis itu. Pria botak berlari ke arah kiri menuju persimpangan jalan, pria berambut pirang berlari menelusuri jalanan dekat pemberhentian bus, sedangkan pria dengan bekas luka di dagu berlari entah kemana.

Gadis itu masih terus berlari ia benar-benar takut dengan apa yang baru saja ia saksikan. Jalanan begitu sepi dan gelap hampir menguasai seluruh ruang jalanan. Rasa takut, lelah dan khawatir menyerangnya bersamaan sedangkan pikirannya masih memikirkan apa yang membuatnya harus berlari di jalanan tengah malam begini.

Di sisi lain, dari kejauhan si pria botak bisa dengan jelas melihat ada seorang gadis yang tengah berlari sekitar sepuluh langkah di depannya. Sepertinya dewi fortuna sedang perpihak pada pria botak karena berhasil menemukan gadis itu setelah beberapa lama dia berlari. Tanpa ragu, pria itu langsung mengarahkan pistol ke gadis itu dan.......

DOORRR!!

Gadis yang berlari itu seketika ambruk tergeletak tak berdaya, setelah satu tembakan tepat mengenai punggungnya. Kepalanya terbentur keras di atas trotoar, pandangannya mulai kabur dan rasa nyeri menyerang sekujur tubuh gadis itu.

"God! I won't to die right now!!!" batin gadis itu.

Lalu semuanya gelap, ia tak sadarkan diri.

PROLOG 1.2

Hai reader's sebelumnya terimakasih sudah memilih cerita Strangers in Love sebagai salah satu daftar bacaan kalian. Jangan lupa beri like dan komen ya, happy reading :)

.

.

.

Kesadaran mulai menghampiri gadis itu, ia mengerjap-ngerjapkan matanya. Rasa pusing yang hebat menyerang kepala dan rasa nyeri yang sakit begitu terasa di pungunggung gadis itu. Ia membuka lebar kedua mataya dan mendapati seorang wanita cantik yang kira-kira berusia dua puluh tahunan tengah duduk sambil menatap khawatir pada gadis itu.

“Kau sudah sadar?” tanya wanita cantik itu.

“Beritahu aku bagian mana yang sakit, aku akan panggilkan dokter”

“Apa kau merasa lebih baik?”

“Siapa kau? Dan dimana aku?” gadis itu balik bertanya.

“Namaku Alice, Alice Banner. Dan kau sedang dirawat di rumah sakit” jawab Alice ramah.

Gadis itu menatap Alice bingung dengan sejuta pertanyaan di benaknya. Apa yang terjadi padanya? Bagaimana bisa ia terbaring lemah seperti ini?

“Rumah sakit?” tanya gadis itu memastikan kesadarannya akan tempatnya berada saat ini.

Alice tersenyum hangat sambil mengelus rambut coklat gadis itu. "Iya, kau berada di rumah sakit. Tadi aku mendapatimu pingsan di pinggir jalan. Aku harap kau merasa lebih baik sekarang. Apa kau tidak ingat apapun?" jelas Alice.

"Apa yang terjadi denganku? Kenapa punggungku begitu nyeri dan kepalaku terasa berat?" tanya gadis itu sambil menyentuh perban di kepalanya.

Alice kembali tersenyum lalu meraih tangan gadis itu untuk tidak menyentuh perbannya.

“Saat itu, aku tengah mengemudi menuju rumah lalu di dekat persimpangan jalan aku melihatmu tergeletak berlumuran darah. Jadi aku menghentikan mobilku dan membawamu ke rumah sakit” jelas Alice.

“Apa kau benar-benar tidak mengingat sesuatu?” sambungnya.

Gadis itu diam sejenak, dia nampak berusaha mengingat sesuatu. “Ya, sepertinya aku mengingat sesuatu, tapi tidak begitu yakin. Semua terjadi begitu cepat dan aku sangat takut,” ucap gadis itu ragu-ragu.

“Apa yang kau ingat? Bisa kau ceritakan padaku? Aku ingin tahu apa yang terjadi padamu di tengh malam begini.” tanya Alice.

Gadia itu mengangguk lemah dan mulai menceritakan sedikit hal yang dia ingat.

“Aku sempat berlari, jauh, begitu jauh dan sudah sangat jauh. Aku menangis, aku ketakutan karena ada tiga pria yang mengejarku. Hiks..hiks…” jelas gadis itu sambil menangis, dari raut wajahnya jelas ia sangat ketakutan.

Alice mengelus pucuk kepala gadis itu, mencoba untuk menenangkannya.

“Kau aman disini, kau bisa menceritakan semuanya padaku. Lalu apa yang terjadi selamjutnya?” tanya Alice.

“Aku tidak ingat kenapa aku berlari sendiri di tengah malam dan kenapa mereka mengejarku, sampai akhirnya aku mendengar suara tembakan, aku terjatuh dan tubuhku merasa nyeri lalu semuanya gelap” jelas gadis itu.

Alice tertegun mendengar cerita gadis itu. Ia bertanya-tanya dalam benaknya, mengapa ada tiga pria yang mengerja gadis ini pada tengah malam? Mungkinkah gadis ini adalah korban penculikan?

“Alice” panggil gadis itu, membuyarkan lamunan Alice yang sedari tadi sibuk dengan pikirannya.

“Iya” sahut Alice yang kini menatap mata gadis itu.

“Apa kau mengenalku? Apa kau tahu siapa namaku?” Aku tidak bisa mengingat siapa diriku. Apa mungkin kau mengenalku? tanya gadis itu ragu.

Alice tersenyum hangat, lalu mengelus pucuk kepala gadis itu. Ia merasa iba, melihat gadis itu merasa ketakutan dan terancam. Dokter mengatakan bahwa gadis itu akan mengalami amnesia akibat shock dan trauma hebat yang dia alami karena insiden penembakan itu.

“Jangan khawatir, aku memang tidak mengenalmu tapi aku akan mendampingimu sampai kapanpun atau sampai ingatanmu membaik" ucap Alice.

"Benarkah?" tanya gadis itu meyakinkan ucapan Alice.

Alice menatap gadis itu dengan senyum ramahnya. "Iya, benar. Mulai sekarang kau adalah Irene Banner, nama yang aku berikan untukmu. Aku akan segera mengurus surat-surat pernyataan resmi bahwa kau adalah adik angkatku. Jangan khawatir karena mulai detik ini aku yang bertanggungjawab atas hidupmu, Irenne.” ucap Alice dengan tulus.

"Oh ya, apa kau tidak keberatan dengan nama Irene Banner?" tanya Alice ragu-ragu.

"Atau mari kita memilih nama yang kau sukai" sambungnya.

Gadis itu menatap Alice dengan wajah datar, detik kemudian ia tersenyum. "Irene Banner, nama yang cantik, aku suka. Aku suka nama pemberianmu, mulai detik ini aku akan selalu menyukai semua pilihan dan kepitusanmu untukmu,” ucapnya.

Alice tersenyum lalu memeluk Irene yang masih terbaring lemas dengan insuf di tangannya.

“Terimakasih, Alice”

.

.

.

Hei reader's untuk kalian yang penasaran dan membutuhkan visual dream untuk lebih berhalu ria, kalian bisa lihat di episode 72 ya....

1|AIRPORT

Hai reader's sebelumnya terimakasih sudah memilih cerita Strangers in Love sebagai salah satu daftar bacaan kalian. Jangan lupa beri like dan komen ya, happy reading :)

.

.

.

.

.

Visual :

Irene Banner

Alice Banner

.

.

.

7 tahun kemudian

Tokyo, Japan.

Sudah tujuh tahun sejak insiden penembakan Irene Banner di Boston malam itu, Alice memutuskan untuk pindah ke Tokyo. Hingga saat ini ingatan gadis itu tidak ada perubahan, mungkin karena Alice Banner dan Irene Banner tidak tinggal di Boston lagi semenjak Irene keluar dari rumah sakit. Padahal dokter menyarankan agar Irene tetap tinggal di Boston karena dengan begitu ingatannya mungkin akan membaik jika dia mampu mengingat beberapa tempat yang mungkin pernah dia datangi di Boston. Tapi Alice memutuskan untuk pergi jauh meninggalkan Boston karena ia khawatir jika tiga pria itu masih mengejar Irene.

Alice adalah anak yatim piatu, diusianya yang ke delapan belas tahun ia harus merasakan kepedihan yang begitu hebat. Kedua orang tua Alice meninggal dalam sebuah insiden kecelakaan pesawat, sejak itu hidupnya berubah. Alice dapat bertahan hidup hingga sekarang karena warisan dari keluarga Banner yang cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan ia juga mampu menjalankan bisnis keluarga Banner.

Setelah insiden yang merenggut nyawa kedua orang tuanya, Alice sangat terpuruk bahkan ia sempat ingin bunuh diri. Dua tahun setelah kepergian orang tuanya, ketika Alice genap berusia dua puluh tahun ia menyelamatkan nyawa seorang gadis yang kini telah menemaninya selama tujuh tahun, yaitu Irene Banner. Semenjak Alice hidup bersama Irene semuanya menjadi berubah, pandangan hidup dan arah tujuan hidupnya pun lebih jelas dan pasti. Alice berhasil kembali menemukan arti hidup yang sesungguhnya dan hidupnya menjadi lebih berwarna. Terimakasih Irene.

"Oh c'mon Alice! Kau mengirimku untuk bekerja di Seoul ?" tanya Irene memastikan.

"Bukankah itu adalah impianmu? Kau sudah dewasa dan kau harus mewujudkan mimpimu. Dan aku juga harus kembali ke Boston karena bisnisku di sana" jelas Alice.

Irene menghela napas panjang lalu berjalan menuju balkon dan Alice mengikuti di belakang. Irene menatap langit dan menikmati hembusan angin yang menerpa wajah cantiknya.

"Aku tahu kau marah, kau selalu diam seperti ini ketika kau marah" ucap Alice sambil menatap Irene yang tak mau menatapnya balik.

Alice sangat mengenal Irene, gadis keras kepala dengan sifat cuek dan dingin itu.

Alice menyentuh pundak Irene lalu menatapnya dengan tatapan memelas.

"Irene, ku mohon menurutlah. Yang perlu kau lakukan hanya hidup bahagia, tinggal dan bekerjalah di Seoul. Aku pasti akan mengunjungimu sebulan sekali atau bahkan dua minggu sekali dan kau tidak sendiri di sana. Aku akan mengirimmu bersama beberapa orang suruhanku, kau akan aman di sana dari pada kau ikut denganku kembali ke Boston" jelas Alice panjang lebar tapi Irene cuek saja.

Alice menghela napas panjang lalu memejamkan mata sesaat untuk meredam emosi yang mulai memuncak. Berbicara dengan Irene tentang hal seperti ini tidaklah mudah, gadis itu keras kepala.

"Irene, aku sedang bicara! Tidak bisakah kau mendengarku!" ucap Alice tegas.

Irene memutar bola mata malas lalu menatap Alice kesal.

"Alice! Aku rasa Boston tidak terlalu menakutkan untukku lagi. Aku bisa bekerja di Boston, dan kau bisa mengurus bisnismu di sana tanpa kita harus berpisah. Aku tidak peduli lagi dengan mimpiku untuk bisa bekerja di Seoul, jika kita harus berpisah, aku tidak mau" jelas Irene.

Alice mengusap wajahnya kasar, benar-benar Irene gadis yang keras kepala.

"Tapi aku khawatir jika-"

"Jika ingatanku membaik dan menemukan keluargaku yang sebenarnya lalu aku akan pergi meninggalkanmu begitu saja?" potong Irene, seolah tahu apa yang sebenarnya Alice takutkan jika mereka kembali tinggal di Boston.

Alice hanya diam tertunduk, apa yang dikatakan Irene benar. Sebenarnya itulah alasan kenapa Alice tidak ingin Irene kembali ke Boston, selain alasan karena kekhawatirannya terhadap tiga pria asing itu. Sedikitpun tak pernah terlintas di pikiran Alice, apa jadinya jika kelak ingatan Irene kembali dan ia pergi meninggalkan Alice? Hidup Alice pasti akan sangat hancur dan kembali terpuruk seperti dulu ketika ia kehilangan orang tuanya.

Irene menatap Alice yang sibuk berkutat dengan pikirannya. Irene mendekat lalu memeluk Alice begitu erat. "Don't be afraid, you're my sister and no one can change that" bisik Irene.

Mendengar itu, Alice menangis dalam pelukan Irene. Ia begitu menyayangi adik angkatnya itu. Alice berjanji tak ada satupun orang di dunia ini yang bisa memisahkan mereka, selain kematian.

Alice menghela napas panjang lalu menghapus jejak air mata di pipinya.

"Okey. Kita akan kembali ke Boston hari ini juga" putus Alice.

🍂🍂🍂

Boston Logan International Airport 10.45 pm

"I miss this place" ucap Alice ketika mereka tiba di bandara.

"I hate this place" sahut Irene.

Alice langsung melempar tatapan dingin pada gadis itu. Irene hanya membalas tatapan dingin Alice dengan senyum tanpa dosa.

"Just kidding, ma sist" ucap Irene memeluk Alice.

Di depan sudah ada supir yang menanti kedatang mereka. Jujur, Irene sedikit merasa takut kembali ke kota ini mungkin karena efek  dari ingatan masa lalunya yang kembali memutar bayang bayang ketakutan di malam yang gelap yang hampir menjadi saksi kematiannya.

Dan gadis itu mulai memikirkan, bagaimana ia akan menjalani hari-harinya di kota yang sangat ia takuti tujuh tahun yang lalu. Bahkan ingatan Irene sama sekali belum kembali, tidak ada yang ia kenal di kota ini selain Alice, kakak angkatnya.

"Aku akan merasa bosan karna tidak punya teman di Boston" keluh Irene.

Alice yang tengah sibuk membantu supir memasukan salah satu koper ke bagasi menghentikan kesibukannya lalu menatap Irene.

"Sebentar lagi kau akan bekerja jadi kau pasti memiliki banyak teman nantinya, jangan khawatir" hibur Alice.

Irene cemberut, lalu detik kemudian ia tersenyum seolah menemukan ide dalam pikirnya.

"Alice" panggil Irene dengan nada manja.

"Hm"

"Bisakah kau membiarkan aku pergi ke club barang sebentar? Aku benar-benar merasa sangat suntuk" pinta Irene dengan puppy eyesnya.

"No" ucap Alice tanpa pikir panjang.

Irene langsung memeluk Alice sambil merengek kecil.

"Ayolaaaa, Alice! Ijinkan aku pergi ke club, sebentar saja, ya, ya" rengeknya.

Sedangkan semua perhatian di lobby bandara itu tertuju pada mereka. Alice bisa merasakan mereka menjadi pusat perhatian karena tingkah kekanak-kanakan Irene.

"Irene, dengar! Kita baru saja sampai apa kau tidak lelah? Lagi pula ini sudah larut mal-"

"Aku berjanji, hanya sebentar. Kau bisa menelponku jika aku lewat dari dua jam" potong Irene cepat, jika ia tidak memotong pembicaraan Alice sudah pasti kakak angkatnya itu akan mengoceh sepanjang sungai nil.

Alice yang mulai risih dengan tingkah adiknya itu, akhirnya mengalah dan mengijinkannya pergi ke club.

"Baiklah, gunakan mobil ini dan aku akan naik tax-"

"Terimakasih, Alice!!" potong Irene cepat lalu masuk ke mobil, pergi meninggalkan Alice dan supirnya yang masih berdiri mematung dengan satu koper milik Alice yang belum ia masukan ke bagasi mobil.

Irene memang keras kepala dan pintar merengek, dua sifat inilah yang tak mampu Alice taklukan dari adik angkatnya itu. Namun, semenyebalkan apapun Irene, Alice tetap menyayanginya bahkan sangat menyayangi adik angkatnya itu.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!