Keana Mauli (24 tahun), dia seorang gadis yang memiliki wajah Asia, berambut hitam panjang, berkulit kuning langsat dan tingginya 155 centimeter dengan berat badan ideal.
Keana biasa di panggil Ana, dia lulusan sarjana jurusan administrasi bisnis, setelah lulus kuliah dengan uang tabungan yang dimilikinya ia membangun bisnis restoran sendiri.
Ana anak pertama dari Farhan dan Marina, dia memiliki adik kandung laki-laki bernama Kenan Mauli (21 tahun) yang masih kuliah di jurusan manajemen bisnis semester empat.
Enam tahun yang lalu ibu Ana meninggal karena sakit ginjal, satu tahun setelah ibunya meninggal, ayah Ana menikah lagi dengan seorang wanita bernama Yurina, walaupun Ana menentang keras pernikahan itu namun ia tidak dapat menghentikan kehendak ayahnya untuk menikah lagi. Jadi, sekarang Ana memiliki dua saudara tiri, Rionardo Kevin (28 tahun) yang kini bekerja sebagai direktur utama di perusahaan ayahnya, dan, Rachel Maureen (22 tahun) yang masih kuliah di jurusan seni semester enam.
Kehidupan Ana tak ada yang spesial, sejak ibunya meninggal ia berusaha mandiri tanpa bantuan ayahnya. Walaupun cukup sukses dengan bisnis restorannya, Ana tidak pernah berniat untuk keluar dari rumahnya untuk tinggal sendiri, sekalipun ia membenci beberapa orang di rumah itu.
Kenan lah alasannya untuk terus berada di rumah itu, adik laki-lakinya itu masih butuh dukungannya dan juga ayahnya, Ana tidak bisa meninggalkan Kenan sendiri dirumah itu bersama ibu tirinya dan dua saudara tirinya.
Raymond Yuan Gavin (28 tahun), sejak umur dua puluh tahun ia harus menjadi seorang pimpinan perusahaan milik keluarganya, karena delapan tahun yang lalu saat dia baru berusia dua puluh tahun, ayahnya pergi meninggalkannya. Namun, usia bukan menjadi masalah baginya untuk melanjutkan perusahaan itu. Dengan usia yang masih terbilang cukup muda ia sangat cerdas dan lihai di dunia bisnis, sekarang perusahaan TNP GROUP menjadi perusahaan besar yang hampir melahap semua bidang bisnis.
Raymond atau yang biasa dipanggil Ray, dia anak tunggal dari Morgan Gavin dan Jessica Buana. Namun, pada umurnya yang ke sepuluh tahun, ia harus menerima kenyataan bahwa ayahnya berselingkuh dan menikah lagi dengan seorang wanita (Calista) yang sudah memiliki anak biologis dengan ayahnya. Saat itu tiba-tiba ayahnya membawa pulang seorang wanita dan seorang anak laki-laki berumur tujuh tahun, ayahnya berkata jika itu ibu keduanya dan anak laki-laki itu adalah adik tirinya.
Kesedihan Ray terus berlanjut sampai Ibunya meninggal saat Ray masih berusia remaja empat belas tahun lalu enam tahun kemudian ayahnya juga meninggal.
Sejak saat itu ia menjadi pria berhati dingin, semua masalah yang melanda keluarganya membuat Ray menjadi pria yang tidak tersentuh dengan kata baik sedikitpun. Dalam hidupnya ia hanya harus bekerja dan bersenang-senang. Namun faktanya ia masih sedikit baik karena mau menerima ibu tirinya tetap tinggal dirumah dan juga menerima adik beda ibunya - Alex Ivander Gavin (25 tahun) untuk bekerja di perusahaannya sebagai manajer pemasaran.
Sebenarnya Ray pria baik yang penuh kasih sayang, tapi tidak semua orang dapat merasakan sisi baik Ray. Hanya ibu dan malaikatnya, malaikat nya itu adalah gadis masa kecilnya yang tidak ia ketahui namanya. Gadis masa kecil itu adalah cinta pertama bagi Ray, seseorang yang memberinya kehangatan dan kesenangan di hatinya.
"Apa keuntunganku membantumu?" Pria itu masih sibuk meminum cocktailnya.
"Semua yang anda inginkan akan saya turuti" Mata pria itu menunjukkan bahwa ia sangat membutuhkan pertolongan dari CEO TNP Group itu.
"Semua?" Raymond - CEO itu menatap Rionardo yang sedang memohon padanya.
"Iya Ray" Ucap Rionardo dengan nada bergetar.
"Beraninya kau memanggil tuan Raymond dengan namanya saja, kau pikir kau ini siapa hah?!!" Ujar seorang pria berumur 30 tahun, dia asisten pribadi Raymond - Yohan.
"Sttt. Biarkan saja, lagipula dia teman masa SMA-ku dulu, benarkan Rio-nar-do?" Ray berkata seperti itu dengan nada yang penuh penekanan pada setiap suku katanya.
"Maafkan saya tuan Raymond"
Mendengar permintaan maaf dari Rio, Ray tertawa lepas, dirinya merasa puas karena hanya dengan kata-kata seperti itu mampu membuat seseorang begitu takut padanya.
"Maaf tuan, jadi— apakah anda bisa menolong departemen store keluarga saya?" Tanya Rionardo hati-hati.
"Menolong perusahaan kecil seperti itu bukan hal yang sulit bagiku, tapi aku bukan orang yang suka menolong"
Rionardo berlutut dihadapan Ray, ia menyatukan kedua telapak tangannya dan memohon agar Ray mau menolongnya.
"Saya mohon tuan, saya—"
"Kak Rio!" Seorang gadis dengan gaun malamnya memaksa masuk ruang VVIP club itu.
"Rachel?! Apa yang kau lakukan disini?" Rio yang masih berlutut dihadapan Ray, menatap adik kandungnya itu dengan tatapan penuh tanya.
Beberapa pria dengan badan besar berlari dari arah belakang Rachel.
"Maaf atas ketidaknyamanan anda tuan Ray, kami akan membawa perempuan ini pergi dari sini"
Mereka menarik lengan Rachel, memaksa gadis itu keluar dari ruangan.
"Lepaskan! Sudah aku katakan, disini ada kakak-ku! Lepas!"
"Lepaskan dia" Suara Ray menginstruksi para pria berbadan besar itu, mereka melepaskan lengan Rachel dan berjalan keluar meninggalkan ruangan VVIP itu.
Ketika pintu ruangan sudah tertutup kembali, tampak Rachel yang tersenyum puas mendapat pembelaan dari seorang Ray.
"Tuan Raymond, perkenalan saya Rachel, saya adik kandung dari kak Rio" Ujar Rachel, memperkenalkan dirinya sembari berjalan mendekat ke arah Ray.
Ray mengernyitkan keningnya, kemudian tersenyum miring memandang gadis itu.
"Dia adikmu?" Ray bertanya pada Rio yang masih setia berlutut padanya.
"Benar tuan, dia adik saya" Jawab Rio.
"Kalau begitu— aku akan mencoba untuk menolong perusahaan keluargamu. Tapi, dengan syarat" Ray tersenyum sinis kearah Rachel.
"Aku ingin dia menjadi wanita-ku, kau paham maksudku kan Rio?" Tanya Ray sarkastik.
Rio menatap Ray tak percaya, sejujurnya ia ingin menolak langsung tapi memikirkan kondisi departemen store keluarganya sekarang membuat Rio hanya bisa diam, tak mampu berkata-kata.
"Bagaimana jika syaratnya aku menjadi istrimu?" Perkataan Rachel membuat seluruh ruangan terdiam sejenak. Namun, pada detik berikutnya, terdengar suara tawa dan senyum merendahkan dari Ray.
"Kau pikir kau ini sesuatu yang berharga?! beraninya berbicara seperti itu pada tuan Ray!" Ujar Yohan, menatap Rachel tajam.
"Jangan meremehkanku assisten Yohan" Ujar Rachel dengan nada penuh percaya diri.
"Apa kualitasmu sehingga berani berkata seperti itu?" Ray menatap gadis itu rendah.
"Setidaknya aku mampu menghapus gosip antara kau dan asistenmu ini." Kata Rachel sembari duduk disamping Ray.
Melihat sikap Rachel yang bagi Yohan sudah kelewatan batas, pria itu rasanya ingin sekali menarik Rachel dan menamparnya, karena sudah berani menyentuh wajah tuannya yang begitu berharga. Namun sayangnya, keinginannya itu harus ia urungkan ketika melihat Ray yang memberinya kode untuk tetap diam.
"Gosip apa?" Suara Ray memecah keheningan yang terjadi beberapa saat.
"Gay" Satu kata itu membuat Ray tersedak saat dirinya sedang meminum cocktail-nya.
"Dari mana kau mendapatkan kata itu?" Ray menatap Rachel tajam.
"Apa anda tidak tahu tuan Ray? Media saat ini sedang heboh dengan perbincangan masalah anda dan assisten Yohan"
"Yohan! Apa itu benar?" Tanya Ray, langsung pada asistennya.
"Maafkan saya tuan. Apa yang dikatakan perempuan ini memang benar. Masalah saham yang sempat menurun waktu itu juga karena hal tersebut."
Bagus, jika dia masih mementingkan reputasinya, aku akan memanfaatkan kesempatan ini untuk keuntungan diriku - Ujar Rachel dalam hati.
"Apa sekarang anda percaya tuan?" Tanya Rachel.
"Tapi tuan, itu bukan hal besar karena kita masih bisa mengatasi hal tersebut." Ucap Yohan, pria itu tidak berharap jika tuannya akan tertipu oleh tipuan kecil perempuan licik ini.
"Bukan hal besar katamu? Assisten Yohan tidak pernah mendengar hukum sentimen publik ya? Ketika publik sudah tahu hal itu, lalu publik mulai mempercayainya, apa kau yakin tidak akan ada masalah besar jika relasi bisnis pentingmu di luar negeri mendengarnya?" Dengan penuh kelihaian dalam berkata-kata, Rachel mampu membuat assisten Yohan terdiam.
Dia bukan hanya seekor rubah betina tapi penyihir hidung panjang - batin Yohan yang mencebik kesal pada perempuan itu.
"Ck. Ternyata kau lumayan licik ya nona. Berdirilah Rionardo, aku setuju dengan saran adikmu ini." Kata Ray sembari tersenyum sinis pada Rachel.
"Tuan, tolong anda pikirkan lagi, itu hanya gosip saja, kalaupun relasi bisnis luar negeri mendengarnya kita hanya perlu menjelaskan kebenarannya." Yohan terus berusaha membuat Ray untuk tidak terpengaruh dengan penyihir cilik itu.
"Assisten Yohan, gosip seperti ini hanya akan hilang jika tuan Ray menikahi seorang wanita, benarkan tuan Ray?" Rachel masih gigih tak mau mengalah dari Yohan.
"Anda hanya perlu memiliki seorang kekasih untuk menutup gosip itu tuan, tak perlu menikahi perempuan ini" Rachel mendecih kesal mendengar Yohan yang terus menghalangi langkahnya menuju kejayaan.
"Tuan Raymond yang terhormat, apa publik akan percaya jika anda hanya memiliki seorang kekasih? Itu bukan senjata yang kuat untuk menutupi gosip seperti ini. Publik hanya akan berfikir itu setting-an belaka" Kata Rachel.
Wanita ini benar-benar mengingatkan ku pada seorang penyihir yang sekarang tinggal dirumahku, sangat rendah dan menjijikan, segala cara ia lakukan demi keuntungan pribadi. - batin Raymond
"Kau dengar kan Yohan? Mulut perempuan ini sepertinya selalu benar." Ujar Ray yang kemudian beranjak dari tempat duduknya, ia hendak melangkah keluar ruangan.
Rio yang masih belum mendapat kejelasan apakah Ray mau membantunya atau tidak, segera bergerak dan berdiri di hadapan Ray.
"Tuan Raymond, tolong beri saya kejelasan apakah anda bersedia membantu perusahaan keluarga saya atau tidak?"
"Yohan!"
"Iya tuan?" Jawab Yohan.
"Jadikan TNP Group investor utama di perusahaan keluarganya dan urus dokumen perjanjian yang berisi persyaratan tadi."
"Baik tuan"
"Terimakasih tuan Ray." Ucap Rionardo dan Rachel bersamaan.
"Dengar ya rubah kecil, aku memang akan menikahimu dan nantinya kau akan mendapatkan gelar istri dari CEO TNP Group, tapi bukan berarti kau bisa bertindak sesuka hati, karena kau hanya boneka ku saja. Tugasmu hanyalah berpura-pura menjadi istri yang baik untuk menutup gosip buruk tentangku. Jadi, jangan pernah berharap lebih dari itu." Kata Ray. Setelahnya, ia melangkah keluar dari ruangan itu.
Malam sudah sangat larut, Ana baru saja pulang dari restorannya, ia merasa lelah di sekujur tubuhnya, gadis itu melangkah masuk kedalam rumah. Namun, ketika kakinya baru saja melangkah memasuki ruang tamu, terdengar olehnya suara keributan dari arah ruang keluarga.
Ana menghela nafasnya sejenak, ia akan mencoba mengabaikan keributan itu, lebih baik baginya untuk ikut campur.
Gadis itu kemudian kembali melangkahkan kakinya, ia terus berjalan menuju tangga yang tak jauh dari ruang keluarga.
"Ana" panggil ayahnya, membuat Ana mengurungkan niatnya untuk menaiki tangga itu, ia kemudian menoleh ke arah sang ayah.
"Ada apa?" Tanya Ana.
"Kemari." Pinta sang ayah.
Ana melangkah lesu menghampiri ayahnya yang berdiri di dekat ibu tirinya, ia sangat malas berada satu tempat bersama ibu tirinya yang suka pilih kasih itu.
"Apa?" Tanya Ana lagi.
"Ya ampun. Lihat anak ini, apa kau sama sekali tidak peduli dengan departemen store ayahmu saat ini?! Kau bahkan tidak berbuat apapun." Ujar Ibu tirinya itu sembari menatapnya dengan tatapan sinis.
Ana hanya diam tak peduli dengan ucapan si ibu tiri, ia mengalihkan pandangannya kembali pada sang ayah.
"Ayah— apa ayah lupa? Kemarin malam Ana sudah mengatakannya pada ayah. Ana akan membantu perusahaan ayah dengan uang tabungan Ana."
"Ana, kalau hanya mengandalkan tabungan dan penghasilan dari restoranmu saja, itu tidak akan mencukupi semuanya. Kau tenang saja, kita sudah menemukan jalan keluarnya." Ujar Rio, si kakak tiri.
"Sudah menemukan jalan keluar? Secepat ini? Kau sedang tidak ditipu lagi kan?! Kak— kau harus ingat! departemen store ayah jadi down seperti ini karena kebodohanmu yang mudah tertipu oleh para investor palsu." Kata Ana.
"Ana! Lancang sekali berbicara seperti itu pada kakakmu." Bentak Ibu tirinya. Tapi, Ana hanya diam tak menghiraukan.
"Kali ini bukan perusahaan kecil atau palsu yang menjadi investor kita." Ucap Ayahnya yang mulai menjelaskan pada Ana.
"Lalu perusahaan seperti apa yang mau membantu departemen store yang sudah sepi pembeli? Perusahaan level menengah pun pasti akan berpikir dua kali." Kata Ana.
"Kau tenang saja Ana, perusahaan yang akan membantu kita adalah perusahaan yang memiliki pengaruh besar di dunia bisnis, TNP group, mereka akan menjadi investor utama perusahaan departemen store keluarga kita." Ujar Rio.
Departemen store keluarga kita? Dia pikir— sekarang perusahaan itu sudah menjadi miliknya? Enak saja! itu perusahaan milik keluargaku, sialan!
Eh, tunggu— dia bilang apa tadi? TNP group menjadi investor utama perusahaan yang hampir jadi debu ini? Yang benar saja?!
Ana memperlihatkan wajah terkejutnya saat menyadari nama perusahaan besar itu disebut oleh kakak tirinya.
"Kau bercanda? Perusahaan seperti itu tidak mungkin mau melakukannya, jangan bercanda." Ujar Ana masih tak percaya.
"Dia serius Ana, mereka akan menjadi investor utama perusahaan keluarga kita, tapi— "
"Tapi apa ayah? Aku yakin perusahaan seperti itu tidak mungkin dengan mudah memberi modal tanpa ada untung besar bagi mereka. Pasti mereka memberi persyaratan atau sesuatu yang sejenisnya, katakan padaku ayah, apa benar begitu?" Ana menggoyangkan lengan ayahnya. Farhan - ayahnya itu kembali menghela nafas beratnya.
"Itu yang sedang kita diskusikan, persyaratan dari CEO-nya itu, dia ingin Rachel menikah dengannya. Tapi— Kau tenang saja, CEO perusahaan itu bukan orang yang sudah tua atau berkeluarga, dia seumuran dengan kakak." Ujar Rio.
Tenang? Tenang kepalamu! Bagaimana mungkin hanya dengan menikah dia mau menolong perusahaan ayah. Apa dunia bisnis sekarang seperti permainan? Sangat tidak logis**. — Pikir Ana.
"Tapi pernikahan itu hanya untuk menutupi gosip tentang tuan Ray yang dikatakan gay. Rachel hanya akan mendapat status sebagai istri di mata publik, sedangkan bagi tuan Raymond dia hanya akan menjadi— " Rionardo menggantungkan kata-katanya, ia sebenarnya merasa tidak senang dengan syarat ini. Karena, bagaimanapun juga, Rachel adalah adik kandungnya, ia tidak ingin kehidupan adiknya menjadi sangat menyedihkan karena pernikahan ini.
"Menjadi apa?" tanya Ana yang masih menatap kakak tirinya itu.
"Menjadi mainan bagi tuan Raymond" Rachel menyambung kata-kata kakaknya tanpa merasa sedih sedikitpun, ia malah terlihat senang dengan apa yang akan terjadi padanya nanti.
"Kalian gila?! Tidak tidak, kalian harus batalkan perjanjiannya." Ujar Ana.
"Hei, kau pikir semudah itu membatalkannya?! Lagipula, aku dan kak Rio sudah susah payah berjuang mendapatkannya dan kau dengan mudahnya menyuruh kami untuk membatalkan perjanjiannya, itu tidak akan terjadi." Kata Rachel sembari tersenyum sinis ke arah Ana.
"Lagipula, kalau kita membatalkannya, itu sama saja kita sedang mempermainkan tuan Raymond, jika dia tersinggung kita bisa hancur Ana." Ujar Rio yang terus mencoba membuat Ana dapat mengerti situasi saat ini.
"Tapi itu persyaratan yang tidak masuk akal, keluarga kita hanya akan terlihat rendah baginya. Bagaimana bisa kau begitu tenangnya mendapat persyaratan seperti itu?! Pernikahan itu bukan permainan, itu hal yang sakral." Kata Ana.
"Kak Ana, aku yang mengusulkan saran itu pada tuan Raymond. Aku yang meminta dia menjadikanku istrinya. Kau memangnya tidak tahu ya? Betapa beruntungnya aku bisa menikah dengan seorang Raymond Yuan Gavin? Walaupun hanya menjadi boneka dan mainannya saja, itu bukan masalah bagiku."
Ana menatap Rachel tak percaya, dia kerasukan setan ya? Benar-benar sudah tidak waras. — Pikir Ana.
"Kau terlalu polos untuk hal seperti itu, lagipula itu sama saja seperti menyelam sambil minum air." Kata Ibu tirinya yang sedang membantu Rachel untuk beradu kata dengan Ana. Wanita paruh baya itu bahkan tidak terlihat sedih sama sekali, disaat anak kandungnya akan menjadi mainan orang lain, ia terlihat begitu santai.
Ana tak dapat berkata-kata lagi dengan pemikiran kedua wanita sedarah itu, mereka benar-benar ibu dan anak yang sama-sama gila.
"Lagipula jangan berpura-pura khawatir terhadapku, bukankah kau sangat membenciku? Jadi— tidak perlu ikut campur dengan urusan pribadiku. Aku akan menikah dengan siapa itu bukan urusanmu."
Benar juga yang Rachel katakan, dia menikah dengan siapapun bukan urusanku, kenapa aku harus merasa khawatir padanya? Ayolah Ana, itu bukan urusanmu. Tapi— masalahnya bukan itu! Ini juga menyangkut harga diri keluargaku. Kalau Rachel bersikap seperti itu, sama saja keluarga ini seperti melahirkan benih rendahan. Aku tidak mau.
Ana tampak kalut dengan pikirannya, terlihat dirinya berulangkali menghembuskan nafas kesal.
"Terserah kalian sajalah. Aku sudah mengingatkan kalian— dan terutama kau Rachel, jangan bertindak bodoh, jaga nama baik keluarga ini. Aku tidak mau nama keluargaku menjadi rendah karena ulahmu." Ujar Ana yang mulai menyerah dengan perdebatan ini.
Gadis itu kemudian pergi dari hadapan mereka. ia melangkahkan kakinya menaiki tangga dengan hati yang kesal, masuk ke kamarnya, menjatuhkan dirinya di atas tempat tidur, memejamkan matanya dan mencoba melupakan semua yang terjadi.
•••
"Tuan, semua yang anda perintahkan tadi sudah terselesaikan." Ray tersenyum puas.
"Bagus"
"Tuan, apa anda yakin akan menikah dengan perempuan itu? Kalau hanya ingin menutupi gosip— bukankah anda tidak harus menikah dengan perempuan itu? Atau— saya bisa mencari perempuan lain yang sesuai dengan anda." Kata Yohan yang masih terus merayu tuannya agar membatalkan persyaratan dari gila itu.
"Yohan." Reymond mengalihkan pandangannya pada sebuah lukisan singa yang sedang memburu mangsanya.
"Apa kau tahu kenapa raja singa di lukisan itu hanya memburu satu rusa itu saja, sedangkan di sana banyak rusa lain yang lebih dekat dengannya?" Tanya Ray.
"Maafkan saya tuan, saya tidak tahu"
"Itu semacam insting atau naluri."
"Apa tuan tertarik pada perempuan itu?" Tanya Yohan hati-hati. Ia berharap kalau Ray tidak menyukai perempuan rendahan seperti Rachel.
"Bukankah sudah kukatakan kalau ini adalah instingku! Aku merasa sesuatu yang menyenangkan akan terjadi jika mengikuti kemauan perempuan itu." Ray terdengar sangat kesal dengan Yohan yang masih belum paham dengannya.
"Maafkan saya tuan, maaf atas kebodohan saya."
"Lupakanlah maafmu itu. Aku juga tidak akan mencintai perempuan murahan dan rendahan seperti dia. Memiliki satu yang seperti itu dirumah saja— sudah membuatku merasa frustasi." Ujar Ray.
"Maksud tuan— ibu tiri tuan?"
"Jangan menyebutnya dengan kata ibu saat tidak ada media dan relasi bisnis pentingku. Apa kau belum paham juga?"
Yohan merutuki dirinya yang terus bertindak bodoh, ia merasa tidak seperti dirinya yang biasanya, padahal sebelumnya ia sangat pandai dan tidak pernah membuat tuannya itu marah ataupun kesal.
"Maaf tuan"
"Lupakan saja, ah iya! Tambahkan disurat perjanjian ini, kalau aku sebagai pihak pertama adalah raja yang harus dituruti semua perintahnya tanpa terkecuali, jika menolak maka departemen store mereka akan menjadi milik TNP group."
"Baik tuan"
"Gunakan kertas yang hanya terlihat tulisannya saat terkena air dan letakkan di akhir halaman surat perjanjian, katakan saja pada perempuan bodoh itu kalau halaman itu hanyalah kertas kosong yang akan diisi tentang kompensasinya jika terjadi perceraian."
"Baik tuan" Jawab Yohan yang di akhiri dengan senyuman, ia bersyukur, ternyata tuannya tidak sedang dibodohi, tapi tuannya itu sedang mencari target yang bagus untuk menjadi mainannya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!