Di sebuah sekte aliran hitam, terlihat seorang anak muda berusia tujuh belas tahun sedang berlatih salah satu teknik tombak terkemuka, yaitu teknik Tombak Penghancur Bumi.
Akan tetapi teknik tersebut sangat sulit untuk bisa di kuasai, karena belum memiliki senjata tombak yang bisa menerima energi besar yang akan disalurkan ke batang tombak tersebut.
Setiap tombak yang pemuda itu gunakan, selalu hancur sebelum energi qi yang disalurkan sudah sesuai dengan harapannya.
Fan Tian, itulah nama sosok anak muda tersebut yang terlihat tidak puas dengan pelatihan yang sedang dia lakukan.
"Sial! Jika seperti ini, bagaimana aku bisa menguasai secara sempurna teknik Tombak Penghancur Bumi ini!?" Fan Tian menggerutu karena tombak terakhir yang dia miliki, kini telah hancur berkeping-keping.
"Tian'er! Beristirahatlah dahulu untuk bisa memulihkan tenaga mu!" Teriak seorang wanita yang terlihat berusia lima puluh tahun.
Wanita itu adalah Bi Yao, sosok yang membesarkan Fan Tian serta yang juga mengajarkannya ilmu bela diri sejak dirinya masih berusia 5 tahun.
Tidak hanya wanita itu saja, melainkan ada juga seorang pria yang berusia sedikit lebih tua darinya. Dan dia adalah Chu Ji, suami dari Bi Yao.
Fan Tian telah di latih oleh keduanya untuk menguasai beberapa teknik aliran hitam. Akan tetapi mereka berdua melarangnya untuk menunjukkan kepada khalayak luas jika ia menguasai teknik tersebut, sebab dirinya pasti akan di musuhi oleh para pendekar aliran putih.
Sedangkan satu - satunya teknik aliran putih hanyalah Tombak Penghancur Bumi yang tidak bisa digunakan jika tidak memiliki senjata tombak yang berkualitas tinggi.
"Tian'er, ayo kesini...benar yang ibumu katakan itu." Panggil Chu Ji.
"Baik ayah..." Sahut Fan Tian yang segera menstabilkan energi qi miliknya dan selanjutnya berjalan mendekati kedua orang yang memanggilnya.
Meskipun Fan Tian bukan anak kandung mereka, namun keduanya sudah menganggap seperti anak mereka sendiri, begitu juga sebaliknya dengan Fan Tian yang sudah menganggap kedua sosok itu sebagai orang tuanya.
"Tian'er, kau harus memiliki senjata tombak pusaka terlebih dahulu agar kau bisa menyempurnakan teknik tersebut." Ucap Chu Ji memberikan petunjuk kepada Zhao Yun.
"Terus, dimana aku bisa mendapatkan senjata tombak pusaka yang bisa menerima energi qi yang akan aku salurkan!?" Balas Zhao Yun menanggapi.
"Ayah juga tidak bisa memberitahukan dimana kau bisa menemukan senjata tombak tersebut." Jawab Chu Ji jujur.
"Saat ini, untuk bisa memiliki senjata pusaka, itu sudah sangat sulit, sebab hanya orang tertentu saja yang bisa memilikinya. Itu pun karena pusaka peninggalan leluhur mereka." Sambung Bi Yao menjelaskan.
"Jika demikian, terus sampai kapan aku baru bisa menggunakan teknik tombak tersebut?" Tanya Fan Tian lagi.
"Tian'er, kau masih bisa menggunakan teknik tombak itu untuk bisa melindungi diri dari setiap lawan yang hanya sebagai pendekar di ranah dasar tanpa menyalurkan energi qi milikmu." Jelas Chu Ji.
"Dan jika kau berjodoh, pasti kau bisa menemukan tombak pusaka yang kau inginkan itu." Ucap Bi Yao menghibur.
"Yang terpenting disini adalah, kau telah memahami teknik itu, sehingga tidak akan sulit untuk bisa menguasainya jika telah memiliki sebuah tombak pusaka." Lanjut Bi Yao.
"Baiklah! Kalau begitu, aku akan menunggu waktu itu tiba, agar aku bisa menjadi seorang pendekar yang sangat disegani di dunia persilatan ini!" Seru Fan Tian penuh semangat.
"Ayah...ibu...ada hal yang selama ini ingin aku tanyakan juga kepada kalian berdua...dan aku harap bisa mendapatkan jawabannya!?"
"Apa yang ingin kau tanyakan kepada kami? Silahkan kau tanyakan saja...ayah dan ibu pasti akan memberikan jawabannya jika kami bisa menjawabnya."
"Ayah...ibu...selama ini aku sudah menganggap kalian berdua seperti orang tua ku sendiri...."
"Aku juga sangat berterima kasih atas kebaikan kalian selama ini kepadaku...dan tentunya itu tidak bisa aku balas, karena apa yang kalian lakukan selama ini, tidak ternilai harganya..."
"Akan tetapi aku juga tidak mungkin terus hidup seperti ini dan tidak bisa menemukan keluarga ku satu - satunya yang tersisa yaitu kakakku..."
"Aku juga masih memiliki harapan jika kedua orang tua ku selamat dari peristiwa kelam itu sehingga masih tetap hidup..."
"Untuk itu, saat ini aku ingin bertanya kepada ayah dan ibu...apakah aku sudah boleh turun gunung untuk bisa menemukan keberadaan keluarga ku!?" Tutup Fan Tian bertanya dengan penuh harap.
"Memang hal inilah yang selalu menjadi beban dalam pikiran kami berdua selama ini...itu karena kami berdua tidak ingin berpisah denganmu, sebab hanya dirimulah harta berharga yang kami miliki selama ini."
"Meskipun demikian, kami berdua juga menyadarinya sehingga tidak bisa berpikir egois untuk selalu bisa bersama denganmu, karena akan tiba waktunya kau merindukan keluarga mu yang sebenarnya."
"Tian'er, ayah dan ibu sudah mempersiapkan hati kami berdua untuk melepaskan dirimu yang memiliki kerinduan untuk mencari keberadaan keluarga mu...."
"Namun ayah dan ibu hanya bisa selalu mengingatkan dirimu agar tidak menggunakan teknik aliran hitam yang telah kami berdua ajarkan kepadamu di tempat umum atau ditunjukkan kepada siapapun, sebab itu akan mendatangkan masalah yang sangat serius bagi dirimu...."
"Seluruh pendekar aliran putih di dunia persilatan pasti akan memusuhimu serta akan terus memburumu jika mereka melihat teknik milikmu itu...."
"Tetapi, bagaimana jika aku sudah berada dalam keadaan terdesak? Apa yang harus saya lakukan?" Sela Fan Tian bertanya.
"Memang hal ini berat bagimu. Namun tidak ada cara lain yang bisa kamu lakukan selain menghindari pertarungan dengan siapapun. Menurutku ilmu meringankan tubuhmu sudah sangat mumpuni, sehingga kau bisa melepaskan diri dari pendekar di ranah master sekalipun" Jawab Chu Ji.
"Bagaimana jika aku sudah tidak bisa melarikan diri atau menghindari orang yang ingin menyakitiku?" Fan Tian kembali bertanya.
"Di dunia ini ada orang yang bersifat baik dan juga ada orang yang bersifat buruk. Namun keduanya tidak bisa berdiri sendiri, karena itu akan menjadi tiada..."
"Apa maksud perkataan ayah itu?" Sela Fan Tian lagi untuk bertanya.
"Tian'er, di dunia ini semuanya diciptakan saling berpasang-pasangan, ada baik, pasti juga ada buruk...jika tidak ada hal buruk, bagaimana bisa kau menilai sesuatu yang baik. Begitu juga sebaliknya."
"Sebab kebaikan akan menjadi tolok ukur bagi yang buruk dan sebaliknya keburukkan akan menjadi tolok ukur bagi kebaikan. Dan jika tidak ada kebaikan, tentu saja tidak akan ada keburukkan."
"Kedua hal itu hanya bisa dibedakan dari hasil yang masing-masing kita pikirkan serta dari setiap penilaian orang lain."
"Untuk itu, apa pun yang baik menurut penilaian mu, itulah yang seharusnya menjadi pilihanmu untuk kau jalani dan kau lakukan kedepannya."
"Tian'er, yang perlu kau ingat, setiap manusia pasti memiliki takdirnya serta karmanya sendiri, sehingga apapun yang nantinya akan kau lakukan, itu sudah menjadi jalan takdirmu sendiri."
"Tetapi, agar kau bisa lebih leluasa untuk melindungi dirimu sendiri, ada baiknya kau mencari sebuah sekte atau perguruan ilmu bela diri aliran putih untuk masuk menjadi bagian didalamnya." Tutup Chu Ji.
"Ayah, terima kasih atas petunjuk dan pencerahannya! Tetapi ada satu pertanyaan lagi yang ingin aku tanyakan." Fan Tian menanggapi.
"Apa itu?" Tanya Chu Ji.
"Apakah ayah dan ibu mengetahui dimana letak Lembah Pengobatan?"
Mendapatkan pertanyaan itu, keduanya langsung bisa mengerti maksud Fan Tian mempertanyakan hal itu.
Keduanya pun segera menjelaskan dimana letak Lembah Pengobatan.
Setelah mendengar penjelasan dari kedua orang tua angkatnya, Fan Tian pun merasa sangat senang karena dia akan pergi ke tempat tersebut untuk mendapatkan petunjuk.
"Ayah dan ibu tidak perlu khawatir, sebab meskipun aku sudah menemukan keluargaku, tetapi aku pasti akan datang untuk menemui kalian berdua lagi..."
"Kebaikan serta perhatian kalian berdua selama ini adalah suatu hal yang sudah membuatku selalu merasa bahagia..."
Setelah mengakhiri kebersamaan mereka, akhirnya Fan Tian pun pamit untuk membersihkan tubuhnya dan setelah itu mulai mempersiapkan apa yang akan dia bawa nanti.
Keesokan harinya, sebelum Fan Tian meninggalkan Lembah Neraka, Chu Ji dan Bi Yao memanggilnya.
"Tian'er, kami hanya bisa memberikan benda ini agar dapat membantu untuk mempermudah perjalananmu." Ucap Chu Ji seraya menyerahkan sebuah kantung yang terbuat dari kulit macan.
Kantung itu adalah benda pusaka yang sangat sulit untuk bisa ditemukan. Karena fungsinya itu sebagai tempat penyimpanan segala benda apapun.
Didalamnya sudah terisi beberapa keping perak dan beberapa keping emas untuk bisa dia gunakan saat di perjalanannya nanti untuk mencari keberadaan keluarganya.
Fan Tian pun menerima kantung tersebut dengan sikap yang biasa saja. Karena dia tau bahwa benda itu berisi barang yang bisa dia gunakan dalam perjalanan.
"Tian'er, masukkan saja semua barang-barang mu ke kantung itu!" Perintah Chu Ji.
"Apa? Bagaimana mungkin aku memasukkan semua barang-barang ku ini ke kantung sekecil ini?" Pikir Fan Tian dengan bingung.
"Itu bukan kantung biasa, sebab kantung itu bisa menampung setiap benda yang ingin kau masukkan." Tutur Chu Ji menjelaskan.
Fan Tian sangat terkejut setelah mendengar penjelasan dari ayah angkatnya itu dan mencoba melakukan apa yang dia perintahkan.
Dan benar saja, sebuah barang-barang miliknya bisa masuk kedalam kantung itu.
Fan Tian sangat bahagia menerima pemberian orang tua angkatnya itu.
"Terima kasih ayah! Terima kasih ibu! Kalian berdua adalah orang tua yang terbaik bagiku!" Seru Fan Tian sambil bersujud didepan keduanya.
Setelah itu, meskipun merasa berat untuk berpisah, akan tetapi Chu Ji dan Bi Yao tetap mengikhlaskan untuk melepas kepergian Fan Tian.
Dengan bermodalkan pembentukan otot tubuh yang sempurna, kualitas tulang yang sangat baik, kecepatan serangan serta telah menjadi seorang pendekar ahli dan telah menguasai elemen petir, Fan Tian dengan rasa percaya diri yang tinggi, memulai petualangannya didunia persilatan yang penuh misteri itu.
Fan Tian pun segera pergi ke tempat dimana Lembah Pengobatan berada untuk mencari keberadaan kakak dan keluarganya.
~Bersambung~
Saat memasuki hutan yang adalah jalan untuk bisa tiba di Lembah Pengobatan, Fan Tian kini bisa merasakan jika ada sesuatu yang saat itu sedang mengawasinya.
"Sial! Mengapa aku merasa ada yang tidak beres dengan hutan ini? Apakah ini benar adalah jalan untuk menuju ke Lembah Pengobatan?" Pikir Fan Tian yang mulai waspada dengan kemungkinan buruk yang akan dia hadapi.
Setelah beberapa saat memasuki wilayah hutan itu, Fan Tian pun di kejutkan dengan seekor serigala yang berdiri tepat didepannya seakan ingin menghalanginya.
Serigala itu pun langsung melolong panjang. Dan beberapa saat kemudian belasan ekor serigala sudah mengelilingi dan siap menerkam dirinya.
"Ternyata tidak mudah juga untuk bisa tiba di Lembah Pengobatan...baiklah, tidak ada salahnya jika aku merenggangkan otot-otot ku terlebih dahulu sebelum tiba di Lembah Pengobatan." Gumam Fan Tian sambil bersiap untuk menghadapi belasan serigala tersebut.
Fan Tian segera bersiap dengan teknik Cakar Petir Iblis miliknya untuk segera menghabisi belasan serigala tersebut.
Energi petir berwarna merah kehitam-hitaman mulai berderak - derak menyelimuti kedua tangannya, dimana terlihat kuku-kukunya telah memanjang dan mengandung racun yang sangat mematikan.
Teknik tersebut adalah salah satu teknik yang sangat ditakuti didalam dunia persilatan, sebab jika terkena serangannya, bisa membunuh siapapun dalam waktu yang singkat meskipun tanpa di kolaborasi dengan energi elemen petir.
Seorang pendekar diranah master saja, jika terkena serangannya dan tidak segera di obati, itu akan mengantarkan mereka ke tanah kuning.
"Ayo, silahkan keroyok aku...aku akan mencoba sehebat apa teknik terlarang ini." Gumam Fan Tian dengan sikap waspada.
Seekor serigala segera melesat untuk mencoba menerkam dirinya.
Agar menghindari serangan dari arah belakang, Fan Tian dengan cepat melangkah maju dan menghindari terkaman serigala itu seraya melepaskan cakarnya ke leher makhluk itu.
Tindakan tersebut sangat tepat dilakukan oleh Fan Tian. Jika tidak, dia bisa terkena terkaman beberapa serigala dari arah belakangnya.
Setelah dapat menyarangkan serangan cakarnya, Fan Tian dengan cepat langsung berbalik dan kembali mengayunkan kedua cakarnya sambil menghindari terkaman beberapa serigala yang lain.
Serigala yang menjadi korban pertama serangan cakarnya langsung terbaring ditanah dan sudah tidak bergerak lagi.
Beberapa saat kemudian, satu persatu serigala yang menyerang Fan Tian mulai roboh dan sudah tidak bernyawa lagi hanya dengan satu serangan cakarnya saja.
Hanya dalam beberapa gerakan saja, Fan Tian kini telah membunuh delapan ekor serigala.
Melihat kawanannya satu persatu mulai menjadi korban keganasan mangsa mereka, akhirnya kawanan serigala yang tersisa langsung melarikan diri.
"Hmmmphh...ternyata teknik ini memang sangat mengerikan, sebab bisa membunuh makhluk-makhluk ini dalam satu serangan saja." Gumam Fan Tian dengan perasaan yang sangat puas.
"Sepertinya sangat wajar jika tidak menggunakan teknik ini, sebab aku bisa membunuh siapapun hanya dalam satu serangan saja."
"Mulai saat ini, aku tidak akan sembarangan menggunakan teknik ini. Dan alasannya itu bukan lagi takut untuk dimusuhi dan di buru oleh para pendekar aliran putih, melainkan karena dampaknya yang tidak memiliki pengampunan sedikitpun." Fan Tian membantin.
Dirinya kemudian mengambil sebatang kayu yang bisa dijadikannya sebagai tombak untuk memberikan perlawanan jika ada sesuatu yang akan menghadang jalannya lagi.
Hari pun mulai gelap. Akan tetapi Fan Tian belum juga sampai ke tempat yang menjadi tujuannya.
Pemuda itu pun segera mencari tempat yang nyaman dan aman menurutnya agar bisa dia gunakan untuk beristirahat malam itu.
Setelah beberapa jam melewati malam, di jarak sekitar puluhan meter didepannya, terlihat sepasang mata menatap tajam kearahnya dan perlahan mulai bertambah.
Menyadari hal itu, Fan Tian langsung menatap tajam kedepan dan mulai menyadari jika kawanan serigala itu telah kembali untuk memangsanya.
"Perjalanan ini ternyata tidak semudah dengan apa yang aku pikirkan...aku pikir hanya manusia saja yang akan menjadi hambatannya." Fan Tian menggerutu dan kembali bersiap untuk bertarung.
Setelah beberapa saat, Fan Tian kini bisa merasakan ada energi besar yang terpancar dari seekor serigala yang berdiri didepannya.
"Apakah energi ini berasal dari makhluk didepanku ini?"
"Jika itu benar, berarti makhluk didepanku ini adalah makhluk yang sudah memiliki batu permata yang sebentar lagi akan menjadi seekor siluman..."
"Apakah makhluk ini adalah raja dari kawanan serigala yang aku hadapi sebelumnya!?"
Fan Tian terus berpikir sambil meningkatkan kewaspadaannya.
Dia tidak bergeser sedikitpun dari tempatnya yang saat itu sedang bersandar di sebuah batang pohon yang besar.
"Sepertinya yang bisa aku lakukan saat ini hanyalah bertahan disini dan menunggu makhluk itu menyerangku..."
"Dan aku harus memilih momentum yang tepat untuk bisa melepaskan serangan kearahnya."
Belasan pasang mata serigala kini sudah berada di dekat Fan Tian. Namun mereka belum juga mulai menyerangnya.
"Aku harus menutup mataku untuk bisa menghadapi mereka saat ini, jika aku hanya mengandalkan penglihatanku, itu akan menjadi mimpi buruk bagiku." Fan Tian membantin dan segera menutup matanya sembari mempertajam indera pendengarannya.
Dan benar saja, saat Fan Tian menutup matanya, dua ekor serigala langsung menerkamnya.
Dengan tenang Fan Tian menghindari terkaman itu dan segera melepaskan kedua cakarnya ke tubuh dua serigala tersebut.
"Rasakan ini!" Teriak Fan Tian.
Seekor serigala yang mengeluarkan suatu energi dari tubuhnya segera menyusul untuk menerkam Fan Tian.
Pria berusia tujuh belas tahun itu segera menyambutnya dengan kedua cakarnya untuk bisa merobek kulit makhluk itu.
Akan tetapi tindakannya itu tidak membuahkan hasil yang sesuai dengan harapannya, sebab serangan kedua cakarnya tidak bisa melukai makhluk itu.
Fan Tian segera melompat dan mencoba menaiki punggung serigala itu. Namun tindakannya bisa diantisipasi oleh makhluk itu yang kembali menerkamnya.
Fan Tian segera menendang rahang raja serigala itu dan menggunakan momentum dari tendangannya untuk bisa melesat ke udara dan bertengger di sebuah cabang pohon.
"Sial! Ternyata kulit serigala itu tidak dapat ditembus oleh serangan cakar ku. Aku harus meningkatkan kekuatan data serangan ku agar bisa melukainya." Fan Tian menggerutu dan menggerakkan giginya.
Pendekar muda itu segera meningkatkan daya serangnya dan kembali melesat ke bawah untuk melukai raja serigala tersebut.
"Cakar Petir Iblis!" Teriak Fan Tian.
Blaaarrr
Bunyi ledakan pun memecahkan keheningan malam di hutan itu.
Tubuh raja serigala itu langsung terhempas setelah terkena serangannya.
Fan Tian tidak ingin memberikan kesempatan kepada raja serigala itu untuk kembali bangkit. Dirinya segera melepaskan lagi serangan susulan ke tubuh raja serigala itu.
Duuuaaarrr...duuuaaarrr
Dua ledakan secara beruntun kembali terjadi saat serangan kedua cakar Fan Tian menghujam tubuh raja serigala itu.
Namun beberapa serigala segera menyusul Fan Tian untuk menerkamnya dari belakang.
Fan Tian pun segera mementingkan tubuhnya ke udara untuk bisa menghindari terkaman beberapa serigala tersebut.
Namun, seakan tidak ingin memberikan kesempatan bagi Fan Tian, dua ekor serigala juga segera melesat kearahnya.
Fan Tian langsung menyambut dengan tendangannya yang diarahkan ke kepala kedua serigala itu.
Duuuaaarrr...duuuaaarrr
"Sial! Mereka benar-benar sangat mahir dalam hal bekerja sama untuk melumpuhkan mangsa mereka...aku harus lebih berhati-hati lagi." Fan Tian membantin kemudian kembali bertengger di salah satu cabang pohon.
Melihat sang raja serigala sudah tidak bergerak lagi, Fan Tian pun mempertajam penglihatannya untuk bisa menemukan batu permata milik makhluk itu.
Setelah bisa memastikan letak batu permata tersebut, Fan Tian pun segera melesat turun dan dengan kekuatan penuh segera menghujam dahi sang raja serigala itu untuk mengambil benda tersebut.
Belasan serigala tidak membiarkan hal itu terjadi, sehingga secara bersamaan mereka menyambut Fan Tian dengan terkaman taring-taring tajam mereka.
Penyambutan beberapa serigala itu menggagalkan tindakan Fan Tian dan membuat dirinya merubah arah serangan kedua cakarnya ke arah beberapa serigala yang menyambutnya.
Blaaarrr
Ledakan tersebut membuat beberapa serigala itu langsung terhempas ke segala arah dan kehilangan nyawanya.
Beberapa serigala yang masih tersisa segera meninggalkan tempat itu karena merasa takut dengan kekuatan Fan Tian.
Ia pun kini dengan leluasa kembali berjalan mendekati tubuh raja serigala yang terbaring itu untuk bisa mengambil batu permata didahinya.
~Bersambung~
Setelah mendapatkan batu permata milik sang raja serigala, Fan Tian pun segera berjalan meninggalkan tempat itu untuk mencari tempat yang aman dan nyaman lainnya yang bisa dia tempati untuk beristirahat, apa lagi dirinya telah mengeluarkan energi qi yang tidak sedikit saat bertarung.
"Saat melanjutkan perjalanan, aku akan menyempatkan diri untuk mengambil setiap sumber daya yang akan aku temui agar bisa dijadikan ramuan untuk mengembalikan enerqi ku yang baru saja terkuras." Pikir Fan Tian sebelum beristirahat dan bermeditasi.
Dirinya juga memakai beberapa batang pohon yang bisa dia gunakan untuk melindungi tubuhnya agar aman dari makhluk buas saat melakukan meditasi.
Setelah keesokan harinya, Fan Tian pun kembali melanjutkan perjalanan sambil melakukan hal yang sudah dia rencanakan semalam.
Hingga akhirnya dia sudah bisa mengumpulkan bahan-bahan yang dia inginkan untuk meramu ramuan yang bisa secepatnya mengembalikan energi qi miliknya.
Fan Tian menunda perjalanannya dan mulai meracik ramuan yang dia inginkan.
Ada beberapa tumbuhan herbal yang dia temukan juga di sepanjang hutan yang dia lalui, meskipun dengan kualitas yang tidak tinggi namun masih sangat baik jika diramu dengan bahan yang lain.
Setelah selesai membuat ramuan itu, Fan Tian pun segera meminumnya dan langsung bermeditasi untuk menyerap esensi yang terkandung didalamnya.
Setelah selesai menyerap esensi ramuan yang dia racik, tubuhnya langsung terasa semakin bertenaga.
Fan Tian pun kembali melanjutkan perjalanan untuk bisa tiba ke Lembah Pengobatan.
Saat hari sudah petang, akhirnya Fan Tian pun tiba di Lembah Pengobatan dimana awalnya permukiman itu berada.
Kini lembah itu sudah ditumbuhi pepohonan dan rerumputan seakan menutupi jejak kehidupan yang pernah ada.
Fan Tian pun samar-samar mulai bisa mengingat situasi permukiman yang dahulunya sempat dia tinggali itu.
Langkah kakinya pun semakin dipercepat untuk bisa tiba di tempat dimana kediamannya berdiri.
Tiba-tiba dirinya dikejutkan dengan bunyi retakan sebuah benda yang dia pijak.
Fan Tian pun segera melihat apa yang sedang dia injak saat itu.
Pria muda itu segera melompat setelah tahu jika yang menjadi pijakannya itu adalah tengkorak manusia.
Dalam sekejap saja perasaannya langsung berubah dan pikirannya kembali memunculkan peristiwa kelam yang dia sempat saksikan saat masih berusia lima tahun.
"Aku harus membalas perbuatan yang kalian lakukan terhadap keluargaku, meskipun aku harus dimusuhi oleh semua pendekar aliran putih yang ada didunia ini!"
"Tunggu saja! Jika aku bisa mengetahui siapa pelakunya, aku juga akan membunuh seluruh keluarganya, agar mereka juga bisa merasakan apa yang aku rasakan selama ini!"
Fan Tian terus mengeluarkan kata-kata sesuai dengan apa yang dia pikirkan saat itu untuk bisa membalaskan dendam jika menemukan siapa pelakunya.
Secara perlahan ia pun kembali melangkahkan kakinya dengan berhati-hati agar tidak lagi menginjak kerangka manusia yang adalah kerabatnya hingga tiba di kediamannya.
Kini tidak ada satu pun tiang yang masih berdiri di kediamannya. Hal itu karena kediamannya telah terbakar rata dengan tanah, sehingga hanya pepohonan yang terlihat ditempat itu.
Fan Tian pun kembali menyusuri jalan yang pernah dia lewati saat dibawah oleh kedua orang tuanya untuk melarikan diri.
Namun tindakannya itu pun dihentikannya, sebab saat itu hari sudah gelap.
Sehingga dirinya kembali beristirahat dan akan melanjutkan perjalanan keesokan harinya.
Keesokan harinya Fan Tian pun kembali melanjutkan pencariannya sambil terus berusaha mengingat posisi jalan yang mereka lalui malam itu.
Hingga akhirnya Fan Tian pun bisa menemukan beberapa kerangka manusia.
Fan Tian pun mulai membersihkan setiap posisi kerangka itu berada dan mendapati salah satu kerangka yang terbungkus dengan sebuah kain yang tidak lain adalah pakaian ayahnya.
"Ayah! Ternyata kau telah terbunuh saat itu...lihatlah putra mu ini...aku telah memiliki kemampuan yang cukup untuk membalaskan dendam kepada orang yang melakukan hal ini kepada mu..."
"Aku berjanji tidak akan mengecewakan ayah."
Fan Tian terus meluapkan kesedihannya dan segera membuatkan makam untuk ayahnya.
Setelah memberikan penghormatan, akhirnya Fan Tian pun kembali melanjutkan perjalanan untuk bisa menemukan jejak keberadaan ibunya.
Beberapa waktu kemudian akhirnya dia juga menemukan kerangka ibunya dan melakukan juga hal yang sama dengan apa yang sebelumnya dia lakukan kepada kerangka ayahnya.
Setelah selesai melepaskan kesedihan Fan Tian pun memberikan penghormatan.
Perjalanan pun kembali dilanjutkan hingga tiba di tempat dimana mereka berdua bersembunyi.
"Kakak! Aku harap kau masih tetap hidup, sebab sudah tidak ada lagi keluargaku selain dirimu." Fan Tian membantin.
Ia pun kembali melanjutkan perjalanan untuk bisa tiba di tempat terakhir yang dia ingat, yaitu dipinggir sebuah jurang yang sangat dalam dimana dirinya terjatuh.
Fan Tian pun tidak menemukan satupun kerangka manusia ditempat itu.
Kini dirinya mencoba untuk berpikir positif dan berharap kakaknya masih tetap hidup setelah kejadian yang mereka alami saat itu.
Fan Tian pun segera melanjutkan perjalanan menyusuri jalan setapak yang ada.
Fan Tian membutuhkan waktu seharian untuk bisa tiba di desa Miao yang juga adalah jalan utama bagi semua orang yang berasal dari daerah utara untuk menuju ke kota Guangfu yang masih berjarak 20 mil lagi.
Saat memasuki desa, karena saat itu sudah malam hari, Fan Tian segera mencari sebuah penginapan agar dirinya bisa bermalam disitu.
"Selamat datang tuan! Apakah anda ingin menginap di tempat kami ini?" Sambut seorang pria sepuh.
"Iya, tolong siapkan satu kamar untukku." Jawab Fan Tian.
"Baik! Mohon tuan menyelesaikan terlebih dahulu biaya sewanya." Balas pria tua itu sambil mengarahkan Fan Tian ke meja kasir.
Fan Tian pun segera mengeluarkan beberapa keping perak dan segera membayar uang sewa kamar yang dia pesan.
Pria tua itu pun segera mengantarkannya ke kamar yang memang sudah siap untuk digunakan.
Braaakkk
"Tolong siapkan arak terbaik ditempat kalian ini!" Teriak seorang pria yang bertubuh kekar serta terlihat sangat garang.
"Bos, sepertinya pemuda itu memiliki uang yang cukup untuk dirinya...bagaimana jika kita menyuruhnya untuk memberikan uang yang dia miliki!?" Ujar salah seorang pria yang berada disampingnya.
Tatapan mata yang tajam dari pria bertubuh kekar itu langsung menatap penuh selidik ke arah Fan Tian yang tidak lain adalah pemimpin kelompok yang baru tiba tersebut.
"Boleh juga idemu itu....ayo, tunggu apa lagi!? Cepat lakukan saja!" Perintahnya.
"Hei kamu! Berhenti!"
Fan Tian yang baru saja kembali ingin melangkahkan kakinya setelah menatap ke arah kelompok itu, merasa terkejut dengan suara teriakan itu. Akan tetapi dirinya bertingkah seakan tidak mendengarnya dan melanjutkan langkah kakinya.
Apakah kamu tuli!?"
"Lebih baik aku segera bergegas untuk menghindari mereka, jika tidak, pasti aku akan mendapatkan masalah." Pikir Fan Tian yang terus berjalan dan tidak memperdulikan suara teriakan itu.
"Ohhh, jadi kau ingin menguji kesabaranku? Baiklah, rasakan ini!" Teriak pria itu sambil melesat dan menghunuskan pedang miliknya.
Tindakan pria itu langsung diikuti juga oleh tiga orang yang adalah rekannya.
Karena merasa takut, pria sepuh yang awalnya ingin mengantarkan Fan Tian ke kamar yang akan ditempati pemuda itu, segera menghindar dan meninggalkannya.
Mendapatkan serangan, Fan Tian langsung berbalik untuk melihat arah serangan tersebut agar bisa menghindarinya.
Fan Tian pun mulai melompat dari sisi kiri maupun sisi yang lain agar bisa menghindari serangan tusukan serta tebasan pedang sosok yang menyerangnya.
"Tuan pendekar! Apa salahku? Mengapa kau menyerangku?" Kata - kata yang keluar dari mulut Fan Tian sambil menghindari serangan.
"Itu karena kau tidak mengindahkan panggilanku!" Jawab pria yang menyerangnya.
Fan Tian terus berlari untuk bisa menghindari serangan dari empat sosok yang ingin membunuhnya.
Kerusakan pun mulai terjadi di penginapan itu akibat tebasan pedang dan golok milik ke empat orang yang menyerang Fan Tian.
Akhirnya Fan Tian berlari ke arah seseorang yang menggunakan pakaian serba hitam dengan menggunakan topi caping dan sebuah pedang terletak diatas meja didepannya.
Saat Fan Tian melewati sosok itu, tiba - tiba tubuh dua sosok yang hendak melewati sosok tersebut langsung terjerembab jatuh ke lantai.
Bruukkk
"Brengsek! Siapa kamu yang berani ikut campur urusan kami? Apakah kau juga ingin cari mati!?" Teriak seorang pria yang awalnya terjatuh dan kembali berdiri itu.
Sontak saja hal itu membuat dua sosok yang lain terkejut dan segera mengarahkan pandangan ke arah sosok yang sedang duduk dengan tenang itu.
Ketiga sosok yang awalnya menyerang Fan Tian, kini segera mengalihkan perhatian mereka dan mulai menyerang sosok yang sedang duduk itu.
Sosok tersebut masih tetap duduk tenang dan mulai menghindari serangan tiga sosok itu sambil menangkisnya dengan pedang yang sudah tercabut dari sarungnya.
Ting...ting...ting...brakkk...
Meja didepan sosok itu langsung hancur berantakan akibat terkena serangan tiga sosok tersebut.
"Hmmmphh, sepertinya dia adalah seorang pendekar yang memiliki ilmu bela diri yang tinggi, aku harus pergi untuk membantu mereka." Gumam sosok berbadan kekar yang adalah pemimpin kelompok itu.
"Ayo kita bantu mereka!" Ujar sang pemimpin mengajak dua sosok yang lain sambil melesat dan bersiap mengayunkan goloknya.
"Beraninya hanya keroyokan! Apakah hanya seperti ini kemampuan kalian!?" Ujar sosok tersebut merendahkan lawannya.
~Bersambung~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!