Layla memejamkan matanya saat menyentuh tangan seorang wanita cantik, pasien nya. Ia menerawang masa depan perempuan itu.
Si Perempuan menunggu dengan sabar hingga gadis muda yang dijuluki sang peramal membuka matanya.
" Gimana? " Tanya Perempuan itu " Apakah laki-laki yang akan ku temui ini benar-benar mencintai ku ?"
Layla diam, ia harus berhati-hati dalam menjawab.
" Iya, dia mencintai anda... " Jawaban Layla Membuat perempuan itu tersenyum lebar.
" Tapi,,,, dia sudah punya istri"
Sontak senyuman nya langsung hilang. Bola matanya bergulir menatap Susi, Ibu sekaligus manager Layla.
" Itu tidak mungkin" Perempuan itu terlihat shock, ia seolah-olah tidak bisa menerima kenyataan.
" Emangnya dia ngaku bujang sama Nyonya? " Tanya Susi.
Wanita itu tak bergeming, tatapannya kosong.
" Aku harus bertindak, aku tidak ingin kehilangannya" Ucap wanita itu tanpa menjawab pertanyaan Susi. Ia merogoh amplop yang sudah disediakan. Setelah menyerahkan kepada Susi, ia gegas pergi.
Susi tersenyum puas, ia menimang-nimang amplop tersebut.
" Bu, aku capek... Aku mau istirahat" Layla mengeluh, karena kepalanya sudah mulai sakit.
" Baiklah, nanti jam empat sore ada tamu VIP lagi. Kau bersiaplah" Jawab Susi tanpa sedikitpun melirik putrinya.
" Bu, ini jam dua. Kalau jam empat aku masih harus menerima pasien, istirahat ku tak cukup" Layla membantah akan peraturan yang Ibunya buat.
" Masa dua jam nggak cukup? " Susi berdecih kesal.
" Bu, kalau aku meramal, Aku butuh kekuatan pada otakku Bu. Kalau istirahat aku nggak cukup , Aku nggak bisa bekerja dengan baik. Ramalanku tidak akan 100% benar, Apa Ibu mau ramalanku salah dan terus pasien Ibu nggak percaya sama kita? " Layla dengan pintar nya mengancam sang Ibu yang selalu menyalahkan gunakan kemampuan Layla untuk menjadi ladang bisnis.
Susi diam berpikir sejenak.
" Hemmm " Ia menghela nafas berat " Baiklah, akan ku buat janji baru. Nanti jam tujuh malam saja, Gimana? "
Layla terpaksa menganggukkan kepalanya, meskipun sebenarnya ia ingin istirahat sampai besok.
Sebab esok ia harus sekolah di hari pertama memakai seragam abu-abu.
Layla sebenarnya bukan asli orang daerah kota yang menjadi tempat tinggal nya sekarang. Ia berasal dari sebuah pulau yang mayoritas beragama Hindu.
Karena kemampuannya ini, Layla kerap harus berpindah-pindah tempat. Disebabkan teror dari musuh-musuh yang tidak suka dengan kemampuan Layla dalam meramal.
Untuk melancarkan bisnis nya, Susi menggunakan situs tersendiri. Jadi meskipun ia berpindah-pindah tempat, pasiennya akan tetap mencari nya untuk mengatasi segala masalah.
Pada saat tengah makan malam, tamu yang sudah membuat janji datang. Dia bersama beberapa bodyguard dengan mengendarai mobil mewah keluaran terbaru.
Susi sudah tentu sangat senang sekali, karena pasti tamunya itu orang kaya raya. Yang akan memberikan imbalan tidak sedikit.
" Silahkan duduk Bos " Susi beramah tamah seperti biasanya, ia akan memberikan pelayanan terbaik jika tamunya orang-orang kalangan atas.
" Mana gadis itu?" Tanya pria bersluit putih itu datar.
" Tunggu sebentar, anak saya ada di dalam. Saya akan panggil dulu "
Susi bergegas masuk ke dalam, Layla yang tengah menyantap makanan dipaksa nya berhenti lalu menarik nya keluar.
" Bu... tunggu aku selesai makan kenapa? " Layla menggerutu kesal, mulutnya masih penuh dengan makanan.
" Nanti, kamu bisa lanjut makannya nanti. Sekarang temui dulu tamu kita sebentar" Jawab Susi tidak perduli, ia membawa anaknya ke hadapan tamunya.
Pria bersluit putih dengan memakai kacamata minus, melirik Layla tajam.
" Cepat, ramal Bos itu " Desak Susi, Layla mengusap mulutnya kasar, wajahnya ditekuk karena jengkel dengan sikap Ibu nya itu.
Ia mendekati pria itu lalu mengulurkan tangannya, si pasien pun menyambut tangan Layla.
Seperti biasa, Layla akan memejamkan matanya guna melihat masa depan pria bersluit putih itu.
" Sebaiknya anda jangan mengambil projects di DAMAI INDAH" cetus Layla setelah membaca masa depan pasien nya.
" Kenapa? Justru aku ingin kamu memberi ku petunjuk bagaimana caranya untuk menang tender itu ?" Bantah si Pasien.
Layla menggeleng yakin.
" Jangan, itu hanya jebakan. Kau akan dibuat rugi besar. Lepaskan saja! " Layla menjelaskan dengan santai.
" Tidak !!!" Pria itu beranjak dari duduknya, ia nampak tidak suka jika harus melepaskan projects yang sangat diinginkan nya itu.
" Aku tidak akan sudi untuk melepaskan nya, lebih baik aku rugi besar daripada harus mengalah kepada Taro "
" Kalau begitu untuk apa susah payah datang kesini?? Mengganggu selera makan ku saja " Layla melengos pergi, ia tidak perduli dengan panggilan sang Ibu.
Susi jadi serba salah, ia bingung harus bagaimana? Akhirnya terpaksa Susi minta maaf atas sikap putrinya.
Tapi Pria itu terlanjur kesal, jauh-jauh datang ia justru tidak mendapatkan apa yang diharapkan.
" Bos maafkan sikap anak saya, biar Bos tanya yang lain saja atau apalah?" Susi terus membujuk, namun Pria itu sama sekali tidak perduli. Ia langsung mengajak anak buahnya untuk pergi tanpa membayar sepeserpun.
Susi geram, ia ngedumel panjang lebar masuk ke dalam rumah nya.
BRAK
Layla terkejut karena si Ibu datang-datang langsung menggebrak meja. Ayam goreng di tangan nya belum sempat tergigit.
" Masih bisa ya kamu makan enak? Padahal kita sudah gagal mendapatkan bonus besar hari ini" Gertak Susi emosi.
Layla acuh, ia lanjutkan makannya dengan santai. Apa pedulinya?? Toh semua yang ia katakan itu benar. Kalau orang itu tidak mau melakukan apa yang ia katakan, itu adalah haknya. Yang penting Layla sudah membantu.
Melihat Layla makan dengan lahap, Susi makin jengkel. Ia terpaksa pergi karena sang anak sama sekali tidak bisa menimbang rasa akan apa yang ia inginkan.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Pagi menjelang, Layla bersiap untuk pergi ke sekolah. Ia amat sangat bersemangat sekali, karena seragam abu-abu adalah seragam yang paling sangat berkesan diantara seragam sekolah merah ataupun biru.
Dengan diantar oleh Ibunya, Layla pergi ke sekolah.
" Nanti Ibu jemput jam satu siang, kita akan langsung ke hotel" Tukas Susi saat mereka baru saja menepikan mobilnya di depan pagar sekolah.
Layla heran, ngapain Ibunya mengajak ke hotel? Tapi Layla malas untuk bertanya, karena menolak pun percuma. Si Ibu akan tetap memaksa.
" Assalamualaikum Bu " Ucap Layla setelah mencium tangan Susi, Susi mengangguk kecil.
Layla melangkah masuk ke area sekolah, suasana sudah mulai ramai oleh para murid baru.
BUGH
Tiba-tiba tanpa sengaja Layla menabrak seseorang.
" So sorry " Ucap Layla cepat, karena ia tahu jika dirinya yang salah. Tanpa sengaja, Layla menyentuh kulit lengan pria yang ditabraknya itu.
Ia heran, kenapa dia tidak mendapatkan gambaran penerawangan? Padahal mereka sudah bersentuhan.
Pria yang tidak lain adalah Udin hanya menatap sekilas lalu pergi. Layla masih termenung di tempat, ia teringat akan pesan yang diucapkan oleh Neneknya.
"Jika suatu hari nanti kamu bertemu dengan seorang yang tidak bisa kamu terawang, meskipun kau sudah menyentuhnya. Maka jagalah dia ! Kau harus melindunginya dari marabahaya, kau harus melakukan apapun untuknya meskipun kau harus mengorbankan nyawamu untuk nya "
Layla masuk ke dalam kelas, ia tersenyum sambil mengedarkan pandangannya. Lalu terhenti di sudut paling belakang.
Udin tengah duduk di sana mendengarkan musik menggunakan airphone yang menutup telinga.
Dengan canggung akhirnya Layla memilih untuk duduk di barisan nomor dua dari depan. Ia duduk bersebelahan dengan Naya.
" Hay " Layla menyapa " Gue Layla, nama Lo siapa ?"
Naya tak menjawab, ia melirik penampilan Layla dari ujung kaki sampai ujung kepala. Lalu membuang muka.
Hal itu sudah lumrah bagi Layla jika ia masuk ke sekolah baru. Jadi Layla pun tidak mengambil hati.
" Eh " Layla mencolek lengan Naya, seketika itu ia mendapatkan penerawangan.
" Apa an sih ? " Naya menepis tangan Layla dengan kasar.
" Lo saudara-an ya sama tuh cowok? " Layla menunjuk ke belakang tepat dimana Udin berada.
Naya tercengang, dari mana gadis ini tahu jika dirinya sepupu Udin.
Layla tersenyum simpul mendapatkan tatapan yang membangongkan dari Naya.
" Lo sangat beruntung terlahir dari keluarga yang sangat istimewa. Lo indigo kan ?"
Sekali lagi Naya dibuat terpana oleh ramalan Layla. Namun semuanya teralihkan oleh kehadiran wali kelas 10. Mereka serentak membenarkan posisi duduk masing-masing, kemudian mengucapkan salam kepada guru mereka.
Karena hari ini adalah hari pertama masuk sekolah, jadi tidak ada pelajaran. Hanya perkenalan saja serta ospek alakadarnya.
Di sekolah ini memang dilarang mengadakan ospek berlebihan. Disebabkan banyaknya kasus pembulian.
Jadi bagi murid baru hanya wajib melakukan perkenalan kepada para senior yang diadakan di aula sekolah.
Naya menghampiri Layla yang tengah duduk menyendiri menatap langit. Gadis itu tengah sibuk memprediksi keadaan alam dari gesture gerak angin dan kelembaban udara.
" Nih... " Naya menyodorkan sebotol teh kemasan yang dibelinya di kantin baru saja.
Layla cukup tersentak, tapi ia langsung merubah ekspresi wajahnya dengan senyuman.
" Terimakasih" Layla menerima pemberian Naya.
Naya duduk di samping Layla, matanya turut memperhatikan langit yang lumayan cerah. Namun angin terasa dingin menusuk kulit.
" Dari mana Lo tahu gue saudara an sama Udin? " Naya mulai bertanya, karena itu adalah tujuan nya mendekati Layla
Gadis peramal itu tersenyum simpul sembari meneguk minuman teh pemberian Naya.
" Gue peramal " Jawab Layla jujur, Sontak Naya terperanjat mendengar nya.
Apakah masih ada manusia seperti itu di zaman sekarang??
" Gue bisa meramal siapa saja yang gue sentuh, tapi cowok itu berbeda" Imbuh Layla.
Kening Naya mengerut, siapa yang dimaksud Layla?
" Sepupu Lo, siapa tadi namanya? "
" Udin " Naya menyebutkan satu nama. Layla membenarkan.
" Emang kenapa Lo nggak bisa meramal dia ?" Naya jadi ingin tahu.
" Dia memiliki kehebatan yang sangat luar biasa. Kita manusia biasa takkan mampu membayangkan seperti apa kehebatan nya. Karena itu Gue penasaran sama dia, dia satu-satunya manusia yang baru gue temuin "
Layla menjelaskan tanpa rahasia, tapi satu hal yang tidak bisa ia sampaikan. Yaitu pesan Neneknya yang meminta nya untuk menjaga Udin. Si manusia terpilih.
Naya mengangguk mengerti, ia tahu Udin memang hebat. Beberapa kali Naya melihat Udin melayang di udara seperti hantu.
Tapi hal itu tidak lah aneh, karena dulu Fajar selalu bercerita tentang Cahaya, Kakaknya sekaligus Ibu dari Udin sendiri.
" Gue meskipun saudara-an sama dia, tapi kayak nggak kenal" Naya mengeluh.
" Kok bisa gitu? " Layla jadi penasaran.
" Entah, dia itu dingin banget. Sejak awal dia datang ke rumah kami, dia emang udah gitu. Tapi anehnya, Bokap gue sayang banget sama dia, melebihi anaknya sendiri. Mangkanya Sampek Kak Gading benci sebenci-bencinya sama Udin "
Layla manggut-manggut tanda mengerti. Hal itu sudah biasa dalam kehidupan, meskipun Udin memiliki kehebatan, tapi dia tetap lah manusia biasa yang pasti ada yang suka dan tidak suka.
Emang menjadi hukum alam, manusia paling baik aja tanpa cela dan dosa. Tetap aja memiliki haters.
" Ohya, menurut Lo boleh nggak saudara sepupu menikah? " Tiba-tiba Naya nyelutuk. Membuat Layla tidak bisa menahan senyumnya.
" Kok Lo senyam-senyum gitu? Jangan-jangan Lo sudah tahu perasaan gue ?"
Layla mengiyakan, Sontak wajah Naya berubah kemerahan. Ia malu sekali, karena selama ini. Meskipun Udin sangat dingin kepadanya, Naya tetap menyukai pria itu.
" Sayangnya Lo nggak bisa baca pikiran dia "
Layla menepuk pundak si Naya.
" Meskipun gue nggak bisa baca pikiran Udin, tapi gue bisa menganalisa ekspresi wajah "
Naya mengerutkan dahinya.
" Ya tetep aja lah, wong ekspresi wajahnya kayak gitu-gitu aja. Datar nggak pernah senyum " Tukas Naya.
" Iya sih... Eh itu dia " Layla tanpa sengaja melihat kelibat Udin.
Cowok itu memang keren, style nya macho banget. Jaket Hoodie lengkap menutupi kepala, pakek airphone plus kedua tangan masuk ke dalam saku celana.
Berjalan cuek di antara siswa yang lalu lalang dan selalu menjadi pusat perhatian.
" Ganteng banget kan ? Entah siapa wanita yang beruntung mendapatkan nya " Gumam Naya mengagumi sang sepupu.
Layla tersenyum, ia tahu ini tidak pantas untuk seorang cenayang. Karena Layla merasakan gemuruh kecil berputik di dalam hatinya.
" Nek, kenapa harus orang seperti ini yang harus ku lindungi? " Pekik hati Layla.
" Jangan sekali-kali kamu mencintai pria itu. Yang harus kamu lakukan adalah melindunginya, Ingat Lay..."
Suara si Nenek terngiang dengan jelas meskipun itu sudah lama sekali.
" Yuk kita masuk kelas" Tepukan tangan Nya di pahanya mengagetkan Layla. Ia segera tersadar dari lamunannya.
Dua gadis itu berjalan beriringan menuju kelas, mereka terlihat sudah akrab untuk menjadi seorang teman.
" Kamu tinggal dimana? " Tanya Naya .
" Di Blok Alfred no 5 " Layla menjawab secara detail.
" Nanti pulang sekolah ada acara nggak? " Naya berniat untuk lebih dekat lagi dengan Layla. Karena ia pasti akan diuntungkan jika berteman dengan seorang peramal.
" Emmm sebenarnya di rumah gue buka praktek, jadi pulang sekolah pasti akan sangat sibuk" Layla menjawab dengan jujur, refleks Naya menghentikan langkahnya.
" Maksud Lo, Lo gunakan kekuatan Lo itu untuk cari uang? "
Layla mengiyakan.
" Hemm tidak masalah sih, yang penting Lo nggak nipu orang "
" Ya nggak lah... Kalau Lo berniat mampir? Datang aja ke rumah. Gue selalu standby di rumah kok "
Naya tersenyum simpul, ia mengangguk sebagai tanda setuju.
Udin menjeling tajam ke arah Naya dan Layla yang baru saja masuk kelas. Kujang yang berada di samping nya sudah memberi tahu jika gadis yang menabraknya pagi tadi bukan gadis biasa.
Ia dan Udin memiliki takdir untuk saling membutuhkan. Anehnya, Meskipun Layla seorang peramal, dia bukanlah seorang Indigo
Dia hanya bisa melihat masa depan seseorang, tapi tidak mampu melihat makhluk tak kasat mata.
Naya dan Layla sama-sama merasa jika mereka tengah diperhatikan oleh Udin. Hingga keduanya duduk dan mengintip Udin, pria itu tetap menatap mereka.
" Lo ngerasa kan kalau tatapan dia aneh ? " Layla berbisik kepada Naya, teman barunya itu mengiyakan.
" Gue belum pernah dipelototi seperti itu, kenapa ya? " Balas Naya, Layla mengedikkan kedua bahunya.
" Mungkin dia terpesona sama gue " Celutuk Layla yang langsung mendapatkan hadiah pukulan di bahunya. Naya menjeling kesal.
" Becanda" Imbuh Layla, Naya membuang muka.
Setelah beberapa menit, Naya merasa penasaran. Ia menoleh ke belakang, rupanya Udin masih tetap memperhatikan dirinya.
Ia lemparkan senyuman canggung, tapi Udin tak membalas. Naya kembali menghadap ke depan menelan kekecewaan.
Setibanya di rumah, Naya meletakkan tas sekolahnya lalu duduk di bibir kasur. Ia masih kepikiran dengan Udin, karena tak pernah sama sekali dia bersikap seperti itu.
Apakah ini ada hubungannya dengan Layla?? Masa Udin bisa kepincut sama cewek yang tak seberapa cantik dibandingkan dengan nya.
Naya menatap tas sekolah nya, ia jadi teringat sesuatu. Mungkin dengan cara ini akan membuka tabir jarak diantara dia dan Udin.
Naya tersenyum penuh semangat, ia membuka tasnya lalu mengambil buku tugas nya.
TOK TOK TOK TOK
Naya mengetuk pintu kamar Udin yang berada tidak jauh dengan kamar nya.
" Masuk " Seru dari dalam, Udin mengira itu adalah Ibunya. Tapi saat pintu terbuka, ia mengernyit heran karena itu adalah Naya.
" Boleh masuk Mas ?" Naya berdiri di ambang pintu, Udin mengangguk setuju.
Naya tersenyum manis, ia mendekati Udin yang rupanya tengah bermain catur dengan Kujang sambil rebahan di lantai.
" Hemmm aku pikir Mas selalu sendiri di kamar, rupanya ada Kujang" Sapa Naya, dia memang kenal dengan Kujang tapi tidak begitu dekat. Sebab Kujang jarang sekali mengunjungi keluarganya. Meskipun kata Kakek nya hewan astral itu mengabdi kepada keluarga besar mereka.
Tapi lebih sering berada di Jepang, dan selalu mengikuti Udin. Mungkin benar kata Layla, Udin adalah yang terpilih.
" Ada apa? " Tanya Udin.
" Emmm Naya kurang ngerti sama penjelasan guru tadi, jadi bingung ngerjain PR nya. Apa Mas bisa membantu? " Tanya Naya seraya duduk melantai.
Udin diam menatap buku yang dibawa oleh Naya, tiba-tiba dadanya berdenyut sakit. Biasanya Prilly yang selalu mengajari nya penuh telaten. Tapi sekarang???
" Mas " Naya menyadarkan Udin dari lamunannya.
" Ah iya... "
" Kok bengong? "
Udin meraup wajahnya, ia menegakkan punggungnya.
" Mungkin lebih baik kamu bertanya sama Gading saja, aku juga tidak begitu paham" Udin menjawab dengan jujur.
" Oh, begitu rupanya " Naya mati akal, Ia melirik Kujang. Hewan itu terlihat berpikir keras untuk melangkah memajukan points anak catur nya.
Naya meraih satu points prajurit lalu Menarik maju. Kujang kaget, ia mengangkat matanya.
" Gitu aja masa nggak tahu " Oceh ku.
Kujang memicingkan matanya, lalu menggaruk kepalanya.
" Heee " Ia tersebut lebar.
" Jangan curang" Seloroh Udin.
" Aku nggak curang, dia yang mengulurkan bantuan, iya kan Nay? " Kujang membela diri, Naya mengangguk setuju.
Udin melirik Naya, gadis itu tersenyum tanpa dosa.
" Dari awal lagi " Udin nampak kesal, tapi sangat lucu bagi Naya.
" Nggak boleh" Kujang menolak.
" Kamu curang" Balas Udin .
" Nggak kok, udah ayo jalan " Kujang tetap bersikeras untuk bertahan. Karena ia tahu jika Udin mengambil langkah mundur ataupun maju, dia akan kalah telak.
" Nggak nggak nggak... Aku nggak mau" Udin ngambek, ia menolak untuk lanjut.
" Jangan gitu dong, dari tadi aku udah kalah terus. Sekarang giliran kamu kalah, kok malah nggak mau " Kujang membujuk.
" Iya tapi nggak gitu caranya, harus dari otak sendiri" Udin tetap menolak.
Naya yang menjadi penonton hanya senyam-senyum sendiri. Baru kali ini ia melihat Udin banyak bicara. Rupanya pria itu sangat supel juga orangnya kalau lebih dekat lagi.
Karena tetap tidak ada yang mau mengalah, akhirnya Naya menjadi penengah. Ia setuju untuk mulai dari awal lagi. Tapi kali ini dia mengajukan diri untuk melawan Udin.
" Ini pertandingan ku dengan Kujang" Udin rupanya menolak bermain dengan Naya.
" Ah bilang aja takut " Eh Kujang justru mengintimidasi Udin.
" Ngapain takut, udah aku mau istirahat" Udin bangkit dan langsung naik ke tempat tidur.
" Aduh.. Tumben mau istirahat. Katanya insomnia gara-gara diputusin Prilly"
Naya terhenyak kaget mendengar celutukan Kujang. Jadi Udin punya pacar, Prilly?? Siapa dia?? Seperti apa wajahnya??
Berbagai pertanyaan yang bermain dalam otak Naya. Tapi tidak berani ia bertanya langsung kepada Udin.
Jika Udin merahasiakan Perempuan itu, berarti dia tipe yang tidak suka pamer ataupun mengungkapkan isi hatinya.
Naya harus tetap mencari tahu, bukankah dia punya Layla si peramal. Hemmm Akan ia tanyakan perihal gadis bernama Prilly yang sudah berhasil membuat si kutub Utara mencair menjadi Sahara.
Susi heran melihat seorang gadis seumuran putrinya datang bertamu. Padahal dia tidak ada temu janji dengan seorang gadis, untuk jadwal Layla hari ini adalah bertemu beberapa pengusaha.
" Cari siapa Nak? " Tanya Susi.
" Layla nya ada Tante?" Tanya Naya.
Susi tidak langsung menjawab, ia memperhatikan Naya lebih detail lagi. Mungkin kah ini teman sekolah Layla?? Tumben sekali Layla mempunyai teman sampai datang ke rumah. Biasanya tidak begitu.
" Ada, tapi kamu harus buat janji dulu sama Layla. Waktu Layla itu adalah uang" Susi menegaskan peraturan yang ia buat dadakan.
Naya memicingkan matanya, jadi maksud Ibu Layla, untuk bertemu Layla harus bayar, gitu!
Terpaksa Naya memanggil Layla dengan cara menelpon nya.
" Hah? Lo ada di depan?" Layla kaget setengah tidak percaya.
" Iya " Jawab Naya pendek.
" Ok tunggu sebentar"
Layla gegas berlari keluar menemui teman barunya.
" Bu, dia teman aku di sekolah" Layla menjelaskan siapa Naya.
" Oh, tapi kamu harus ingat Layla. Semua waktu mu adalah uang " Sindir Susi.
" Apa an sih Bu, Yuk Nay " Layla mengajak Naya ke halaman samping rumahnya, di sana tempatnya sangat nyaman karena ada kolam dan sebuah taman kecil.
" Sorry ya Nay, atas sikap nyokap gue " Layla sebenarnya risih mendengar peringatan dari sang Ibu tadi.
" Santai aja.. " Jawab Naya pendek, ia duduk di bibir kasur sedangkan Layla di kursi belajar yang ditarik mendekati Naya.
" Ada perlu apa Lo datang ke rumah gue? " Tanya Layla.
" Emm Gue mau ngasih tahu rahasia besar tentang Si Udin " jawab Naya yang langsung memancing rasa penasaran Layla.
" Apa an ?"
" Ternyata Udin punya cewek yang bernama Prilly, tapi mereka udah putus" Naya menjelaskan.
Layla manggut-manggut tanda mengerti.
" Lo bisa terawang siapa Prilly nggak? "Sambung Naya, Layla menggeleng lemah.
" Kok gitu? Katanya Lo peramal " Naya sedikit kecewa dengan Layla.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!