NovelToon NovelToon

Gairah Cinta Boss Besar

Eps 01 | Gak Bisa Berdiri, Sialan

"ARGH!"

Suara geraman kekesalan terdengar bergema di sepanjang koridor bangunan yang dialokasikan sebagai kantor pusat dari A CORP sebuah perusahaan yang bergerak di bidang produksi parfum.

Tak jauh dari sana, seorang Gadis Muda dengan rambut berwarna coklat pudar, tengah berjalan dengan tas selempangnya.

Syahnaz Amanda Afdarianto, Atau akrab disapa Nanas, dia adalah seorang Cleaning Service di kantor ini, hari ini dia mendapatkan jatah lembur padahal hari ini adalah hari ulang tahunnya, sebenarnya dia tidak masalah tentang hal itu, karena Nanas hanya tinggal bertiga di rumahnya dengan Kakak angkatnya dan juga Ayah angkatnya.

Kakak tidak pernah peduli dengan Nanas, karena mereka menganggap bahwa Nanas hanyalah seorang anak buangan, sedangkan Ayah angkatnya sangat menyayangi Nanas, tapi kondisi sakit-sakitan memaksa Nanas harus membiayai pengobatan Ayah angkatnya.

"Suara apa, itu?" Nanas membalikkan badan saat mendengarkan suara geraman tersebut.

Nanas menatap sekelilingnya dan tidak menemukan apapun disana, tapi feeling Nanas mengatakan bahwa ada sesuatu yang tidak beres terjadi di kantor ini, Nanas yang awalnya ingin pulang malah melangkahkan kakinya menuju sumber suara tersebut.

"Ada orang gak, disana?" tanya Nanas melangkahkan kakinya terus menerus, sampai akhirnya Nanas berhenti di depan seorang pria yang tengah duduk bersandar di pinggir koridor. "Pak? Bapak?"

Pria itu tampak lemas, keringat di sekujur tubuhnya tampak mengalir deras, Nanas mengangkat alisnya kemudian meraih wajah Pria itu.

"Astaga! Pak Anthony!" Nanas tersentak saat dia menatap wajah Pria yang ada di hadapannya, dia adalah Anthony, Boss-nya. "Kenapa, Pak?"

"Gak bisa berdiri!" ujar Anthony lemas.

"Bapak kenapa? Ayok Pak kita ke rumah sakit," jawab Nanas hendak membantu Anthony untuk berdiri tapi Anthony menolak dan malah menarik tangan Nanas agar jatuh ke pelukannya. "Pak?"

Anthony menyeringai kecil, dia menghirup aroma tubuh Nanas kemudian perlahan mencengkram punggung Nanas. "Pak, sadar, Pak!"

"Diam!"

Anthony berdiri, dia yang dari tadi lemas langsung menyeret tangan Nanas masuk ke dalam salah satu ruangan yang ada disana, sebuah ruangan kedap suara yang hanya akan mengurung suara mereka berdua di dalam sana.

"Pak! Bapak mau ngapain?" tanya Nanas pada Anthony dan berusaha melepaskan jeratan tangan Anthony.

"Diam, pelacur!" Anthony menghempaskan tubuh Nanas ke sofa yang berada di ruangan itu.

Nanas sebenarnya, tidak tahu pasti apa yang terjadi dengan Boss-nya itu, intinya Boss yang biasa dia lihat bersikap dingin itu tiba-tiba saja bersikap aneh dan menjadi ambisius terhadapnya.

"S-Saya, bukan pelacur, Pak, saya Nanas! Karyawan bapak," jawab Nanas berdiri tapi Anthony kembali mendorong Nanas agar terjatuh di Sofa.

"**** up, bi*tch!" Anthony menjatuhkan tubuhnya ke atas tubuh Nanas yang membuat Nanas harus dihimpit tubuh Anthony yang lumayan berat itu.

Anthony mengangkat kepalanya kemudian hendak membuka baju-baju dari Nanas, Nanas yang memberontak tidak berefek apa-apa, itu hanya memperlambat Anthony sehingga membuat Anthony semakin beringas.

Krit!

Karena desakan yang terjadi diantara mereka, Anthony berhasil merobek baju Nanas sehingga membuat Nanas kini tidak memakai seragam Cleaning Service-nya, sama sekali.

Anthony berdiri, dia melepas kemejanya, sehingga Nanas kini bisa melihat badan atletis Anthony, dada bidang serta perut kotak-kotak yang menjadi dambaan kaum hawa, tapi semua itu berakhir saat Anthony melepas celana dan juga pakaian dalamnya sehingga dia benar-benar telanjang bulat.

Nanas reflek menutup matanya dan pasrah, dia tidak bisa mencari pengelakan lagi, tapi cukup lama Nanas menutup mata tidak ada pergerakan apapun disana, Nanas membuka mata perlahan dan melihat Anthony kini tengah membelakanginya.

"Gak bisa berdiri!" teriak Anthony yang membuat Nanas akhirnya paham maksud dari Anthony. "ARGH!"

Anthony terjatuh ke lantai! Dia merasakan bahwa dadanya bergemuruh menahan sebuah tekanan yang ada di dadanya.

Mendapat kesempatan ini, Nanas memilih untuk kabur, dia meraih bajunya yang tadi sobek tapi sebelum dia pergi ia melihat meja kerja Anthony dan mendapati sebuah Pil disana.

"Obat perangsang, ini harusnya isinya enam kan, kok kosong? Jangan-jangan?" Nanas melirik Anthony yang tengah menahan napas dalam posisi tengkurap di lantai. "Pak Anthony overdosis!"

TBC

Eps 02 | Berpikir Tentang Harga Diri

"Bapak?" Nanas berjalan ke arah Anthony walaupun ragu karena pria itu hampir saja merenggut kehormatannya tadi. "Bapak kenapa?"

"KENAPA GAK BISA BERDIRI!" teriak Anthony, keringat di wajahnya semakin deras membuat rambutnya basah kuyup.

Nanas berpikir sejenak, dia melirik jam digital yang ada di ruangan itu, sudah jam sebelas malam, dan kantor benar-benar kosong sekarang, mungkin hanya ada mereka berdua dan juga Pihak keamanan di luar sana.

"Kita harus ke rumah sakit, Pak!" Nanas meraih sebuah jas yang dia yakini milik Anthony, kondisi bajunya yang robek tadi tidak memungkinkan untuk tampil di depan umum sehingga membuat Nanas memakai jas itu untuk menutupi badannya.

Nanas juga meraih kemeja dan celana panjang milik Anthony untuk dia pakaikan ke pria berusia Tiga Puluh Delapan tahun itu.

Nanas membangunkan Anthony ke posisi duduk agar dia bisa memakaikan Anthony kemejanya. "Sabar yah, Pak!"

"Ini hari ulang tahun saya! Pertama tidak ada yang peduli dengan saya, yang kedua kenapa saya harus mengalami hal ini, saya ini Pria!"

Nanas terdiam, dia tidak tahu kalau ini adalah hari ulang Tahun Boss-nya juga, tidak ada yang peduli, Nanas tidak yakin dengan kalimat Anthony tadi.

"Kenapa!"

Nanas tidak menjawab, dia fokus mengancing kemeja Anthony kemudian meraih celana Anthony dan memakaikannya, Nanas tidak bisa mengelak lagi, dia bisa melihat aset Anthony, harusnya dengan kondisi Anthony yang tengah overdosis obat perangsang, aset itu sudah bereaksi tapi ini tidak sama sekali.

"Tidak ada yang peduli dengan saya, kamu paham gak!"

"Saya peduli kok, Pak, gausah pikirin apa yang terjadi dengan kehidupan kita Pak, biarin aja gak ada yang peduli dengan detail kehidupan kita, kan kita yang menjalani, bahagia itu mudah, bahagia hanya perlu dirasakan tanpa harus dicari," ujar Nanas memapah tubuh Anthony untuk berdiri.

Anthony tidak menjawab, Napas Anthony semakin memburu, Nanas merasakan bahwa Anthony mengalami overdosis karena dia menelan enam pil sekaligus untuk dirinya dan ini menyerang pernapasan Anthony.

"Kita, harus ke kamar mandi, Pak!" ujar Nanas memapah tubuh Anthony menuju kamar mandi didalam ruangan itu, Nanas harus memberikan pertolongan pertama kepada Anthony, kini mereka berdua sudah berada di dalam kamar mandi, Nanas segera menyalakan Wastafel yang membuat keran air disana mengeluarkan air yang dingin.

"Maaf yah, Pak!" Nanas mengarahkan kepala Anthony ke wastafel itu agar terendam oleh air dingin, setidaknya agar Anthony tidak kehilangan kesadarannya.

Cukup lama Nanas melakukan itu sampai Anthony tiba-tiba memberontak yang membuat mereka berdua terjatuh ke lantai ke kamar mandi.

"A-apa yang terjadi?" bisik Anthony pada Nanas karena mereka berdiri terjatuh dalam kondisi Nanas menindih Anthony.

Nanas segera bangkit, Napas Anthony masih memburu tapi dia sudah bisa mengawal emosinya. "Kamu?"

"Nanti saya jelaskan, Pak, kita harus segera ke rumah sakit," jawab Nanas kembali memapah tubuh Anthony untuk berdiri.

Anthony tidak menjawab, badannya yang lemas hanya bisa pasrah di papah oleh Nanas berjalan menuju keluar dari gedung kantor ini.

"Kenapa kamu melakukan ini, biarkan saja saya mati disana," bisik Anthony kepada Nanas.

"Bapak tuh Gila," jawab Nanas kembali memapah tubuh Anthony dan terus berjalan.

Anthony menyandarkan kepalanya di bahu Nanas kemudian mengatur napasnya. "Biarin aja saya mati, gak ada yang peduli dengan saya!"

"Banyak Pak, Bapak gak boleh berpikir kalau Bapak harus mati," jawab Nanas pelan.

"Apa yang sudah saya lakukan sama kamu?"

Nanas tidak menjawab, dia mendudukkan Anthony di sebuah kursi saat mereka sudah sampai di luar gedung, Nanas berusaha mencari satpam disana tapi tidak menemukan siapapun disana.

"Bapak tunggu disini yah, saya nyari bantuan duiu!"

"Biarin aja saya mati, kenapa harus repot-repot," jawab Anthony lemas.

Nanas tidak meributkan soal itu, keinginan mati dan semacamnya, dia tidak peduli dengan hal ini, seberat apasih cobaan hidup dari orang kaya seperti Anthony itu.

Nanas kembali ke kursi Anthony, dia tidak menemukan bantuan apapun sehingga membuat Nanas berpikir untuk membawa Anthony ke rumah sakit dengan motornya.

"Bapak tahan yah, kita naik motor saya aja ke rumah sakitnya," ujar Nanas memapah tubuh Anthony ke arah motornya, sesampainya disana Nanas langsung memakaikan helm yang biasa dia pakai kepada Anthony.

Dengan hati-hati Nanas, mengendarai motor itu dengan kondisi membonceng Anthony, Anthony yang pasrah hanya bisa menyandarkan kepalanya di bahu Nanas sementara Nanas memegang kedua tangan Anthony agar tetap melingkar di pinggangnya menggunakan tangan kiri sedangkan tangan kanannya menjaga gas motor.

TBC

Eps 03 | Hanya Gadis Buangan

Nanas menjalankan motornya dengan pelan menuju rumah sakit, jalanan yang sepi karena sudah tengah malam dengan hening dan dinginnya malam menemani mereka malam itu.

"Sudahlah, kayaknya saya bakal mati sekarang," ujar Anthony dengan napas tersengal.

"Mati! Mati! Mati! Itu terus yang Bapak bilang, masalah hidup apa yang bapak miliki, kaya iya, banyak relasi iya, hidup terjamin iya, kenapa enteng banget mau mati!" Nanas mulai jengkel dengan Anthony. "Apa kabar dengan saya yang mau hidup besok aja, gak bisa tidur nyenyak tiap malamnya!"

Anthony terdiam, Nanas menatap spion tampaknya Anthony tidak memberi reaksi apapun. "Maaf, Pak."

Anthony tidak menjawab, Nanas mengerakkan kepalanya ke arah Anthony yang tengah menyandarkan kepalanya di bahu kanan miliknya memastikan Anthony masih sadar, dan ternyata Anthony masih sadar.

Hanya saja matanya tampak kosong dan lemah tanpa ekspresi. "Kenapa?"

"Bapak jangan sampai tidur yah, tunggu kita sampai di rumah sakit."

"Kenapa, kamu peduli?"

Tidak ada jawaban dari Nanas kali ini karena motor Nanas sudah memasuki halaman rumah sakit, setelah memarkirkan motornya, Nanas langsung melepas Helm yang di pakai Anthony kemudian memapahnya masuk ke rumah sakit.

"Tolong! Dokter! Suster!"

Nanas yang memanggil tersebut membuat tenaga medis yang bertugas di jam itu langsung menghampiri Nanas.

"Ada apa Mbak?"

"Tolongin, Boss saya, dia overdosis Dok!"

"Overdosis?"

"Dia overdosis obat-obatan, tolong Dok, nanti saya jelaskan," jawab Nanas yang membuat Dokter dan suster itu membawa Anthony ke ruangan rawat.

Nanas sendiri hanya bisa menghela napas lega, tidak terbayang dalam hidupnya bahwa dia akan acak-acakan hari ini, Nanas hanya duduk di kursi tunggu dan berharap Anthony tidak apa-apa, tidak lama kemudian, Dokter yang menangani Anthony keluar dan menemui Nanas.

"Kondisi Pak Anthony sudah membaik, dia hanya mengalami overdosis obat-obatan dalam bentuk pil, dan juga menyuntikkan beberapa cairan yang seharusnya tidak masuk ke dalam tubuhnya, selanjutnya saya meminta keterangan dari Mbak yah," jelas Dokter tersebut berjalan ke ruangannya di ikuti oleh Nanas.

Setelah memberikan keterangan dan nomor asisten milik Anthony, akhirnya Nanas sudah bisa pulang saat asisten Anthony datang ke rumah sakit, kini Nanas sedang berada di kamarnya, sudah jam satu malam sekarang, Kakak dan Ayahnya sudah tidur, ini adalah hari ulang tahun paling padat menurutnya.

BRUK!

Namas mengangkat kepalanya saat mendengar sebuah suara jatuh dari arah jendela kamarnya, Nanas segera bangkit dari duduknya, dia berjalan mengecek ke jendela dan dia menemukan sebuah kotak berisi hadiah untuknya.

Nanas tahu, ini adalah hadiah dari Ibunya, tepat di ulang tahunnya, sang Ibu selalu memberikan hadiah untuk Haura, tapi

Nanas tidak pernah melihat wajah sang Ibu.

Nanas menatap jalanan yang berpapasan langsung dengan jendela kamarnya, dia melihat siluet seorang wanita berjalan disana, Nanas yakin kalau itu adalah Ibunya.

"Mama!" teriak Nanas memanggil wanita tersebut namun wanita tersebut semakin mempercepat langkahnya.

Nanas keluar dari kamarnya sembari berteriak, hal itu berhasil membangunkan penghuni kakak dan ayahnya

Nanas tidak memperdulikan itu, Nanas kembali fokus mengejar sosok wanita yang meninggalkan kotak hadiah untuknya, tapi sayangnya dia kehilangan jejak saat wanita itu masuk ke dalam mobil itu dan mobil itu menjauh darinya.

"Mama! Jangan tinggalin, Nanas!" teriak Nanas terduduk di tanah karena tidak bisa mengejar sang Ibu.

Air mata Nanas jatuh seketika, ini untuk kesekian kalinya, Nanas gagal menemui Ibunya sendiri, Nanas berdiri dari duduknya kemudian berjalan kembali ke rumahnya dimana Kakak dan Ayahnya sudah menunggu.

"Nas, kamu gapapa kan, kamu kenapa?" tanya Ayahnya yang membuat Nanas langsung memeluk sang ayah angkat.

"Aku gapapa kok, Yah, Tadi Mama aku dateng kesini, tapi aku gabisa ngeliat wajahnya," jawab Nanas menangis.

"Udahlah Mas! nyokap Lo itu udah ngebuang Lo, ngapain lagi Lo nangisin dia ganggu aja!" ujar Adeiia, Kakak Angkat Nanas. "Lo tuh anak buangan disini dan Lo selalu bikin keributan."

"Adel! Sudah, jangan ngomong gitu!" tegur Ayah mereka.

"Gapapa, Yah."

Nanas masuk ke kamarnya disusul oleh Adelia dan Ayahnya yang juga masuk ke kamarnya, sesampainya di kamar.

Nanas diam disana, dia melirik kotak hadiah dari Ibunya tadi kemudian menangis sedih, dari kecil Nanas memang sudah kehilangan figur seorang Ibu, Ayahnya yang merawat dirinya walau Lo un dia anak angkat, tapi setiap tahun ada sosok wanita yang Nanas anggap ibunya selalu datang memberi Hadiah di hari ulang tahunnya.

"Kenapasih Mama gamau ketemu sama aku? Apa karena aku beneran anak buangan?"

Nanas tidak tahu persis apa alasan Ibunya meninggalkannya tapi masih memperhatikannya, tapi Ayahnya, selalu mengatakan bahwa dia tidak ditinggalkan, suatu saat Nanas akan dijemput oleh Ibunya.

TBC

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!