NovelToon NovelToon

YOU ARE MY DESTINY

Cahaya

Di sebuah kota besar yang dikelilingi oleh gedung-gedung tinggi dan mobil mewah, hidup seorang gadis miskin bernama Cahaya.

Cahaya adalah seorang gadis sekolah menengah atas yang berasal dari keluarga miskin dan sederhana dan ia adalah seorang putri yang sangat keras kepala, namun dari sikap keras kepalanya itu, dia adalah seorang wanita yang Kuat, tangguh dan juga pemberani.

Cahaya selalu bermimpi untuk memiliki kehidupan yang lebih baik dan ia sering menatap gedung-gedung pencakar langit dan mulai bermimpi, ia merindukan dunia di balik tembok-tembok marmer dan pintu-pintu masuk berlambang emas. Tapi bagi Cahaya, dunia itu hanya seperti bayangan yang tak pernah bisa ia jangkau.

Apabila anak-anak lain yang seusianya berpesta pora dan menikmati masa muda mereka, berbeda dengannya yang harus bekerja paruh waktu di berbagai tempat setiap ia pulang dari sekolahnya. Hal itu sudah menjadi rutinitasnya setiap hari, kenyataan bahwa ia pergi untuk bekerja setiap hari seringkali membuatnya merasa putus asa.

Walaupun Cahaya berasal dari keluarga yang miskin dan sederhana, tetapi ia memliki ambisi yang sangat kuat untuk menjalankan dan merubah kehidupannya itu.

Meskipun ia hidup dalam keterbatasan, ia selalu ceria dan penuh semangat.

Pagi hari adalah saat dimana Cahaya menyaksikan keluarga-keluarga konglomerat itu berangkat untuk pergi bekerja dengan mobil mewah mereka, dan anak-anak mereka pergi ke sekolah dengan sopir pribadi mereka, Cahaya mengagumi kecantikan dan kemewahan mereka, sedangkan ia dan ibunya tinggal di sebuah kamar pelayan sederhana bersama ibunya yang bekerja sebagai pembantu di salah satu rumah besar milik keluarga konglomerat terkenal nomor satu di kota itu, Keluarga Kings Group.

Dunia yang Berbeda di sebuah kota besar yang dikelilingi oleh kemewahan dan kekayaan, Cahaya sedang bekerja paruh waktu, sekali waktu ia akan terlihat jadi pengantar makanan dan di waktu yang lain ia terlihat sedang bekerja di sebuah Cafe. Ia memiliki banyak sekali pekerjaan paru waktu dan setiap ia pulang dari sekolahnya, ia akan langsung menghabiskan hari-harinya dengan bekerja di berbagai tempat yang berbeda-beda.

...----------------...

Cahaya tumbuh dalam keluarga sederhana dan ayahnya tinggal di rumah kecil di pinggiran kota, sedangkan Cahaya ikut bersama ibunya agar bisa kesekolah lebih dekat.

Sebuah kontras yang tajam dengan kehidupan teman satu-satunya dari keluarga kaya yang ia miliki sejak ia masih kecil membuatnya selalu merasa iri namun bersyukur.

Hari sudah malam, saat ini Cahaya bekerja di sebuah Cafe. Wajah lesu Cahaya mulai terlihat di raut wajahnya tanda ia telah kelelahan. Kemudian teman baiknya datang ke cafe itu dan memesan sebuah Coffee, melihat temannya itu datang ia pun segera pergi dan menghampirinya.

"Kapan kau datang?" tanya Cahaya.

"Sekitar 30 menit yang lalu." Jawab Dilan sambil membaca sebuah buku novel.

"Kau hanya memesan segelas Coffee coklat selama 30 menit disini? Astaga! kau pikir ini layanan publik." Ucap Cahaya sambil melototi Dilan.

"Tenanglah, aku akan memesan saat Milea sudah tiba disini, dia hampir sampai." Kata Dilan pada Cahaya sambil melihat jam tangannya.

"Astaga, apa ini satu-satunya Cafe di Tokyo?" Tanya Cahaya sambil memukul jidatnya.

"Ambil ini, sebentar lagi akan turun hujan dan itu tepat saat kau selesai bekerja." Ucap Dilan sambil memberikan sebuah payung pada Cahaya.

"Kau baik sekali, lalu bagaimana dengan Pacarmu?" tanya Cahaya.

"Bagiku, dia selalu menjadi seorang bintang film." Jawab Dilan sambil memperagakan jaketnya dijadikan payung.

"Astaga." Celoteh Cahaya.

"Makanya kau harus segera mendapatkan pacar." ucap Dilan.

"Pacar, itu adalah sesuatu hal yang mewah dan setiap jam yang aku habiskan tanpa dibayar adalah sebuah kemewahan yang tidak kudapatkan." Ucap Cahaya.

"Hmmm...berapa banyak pekerjaan yang kau miliki?" tanya Dilan sambil menghela nafas panjang.

"Aku tidak punya pilihan lain, satu-satunya surga yang aku dapatkan adalah job heaven atau situs pencari pekerjaan." Jawab Cahaya lemas.

"Singkirkan tatapanmu pada gadis di depanmu itu, dilan." Ucap Milea yang kini berdiri tepat di hadapan Dilan dan Cahaya.

"Sayangku, kau sudah sampai?" Sapa Dilan dan mempersilahkan Milea duduk disampingnya.

Kemudian mereka berbicara sebentar, lalu Milea dan Dilan pamit pergi dari cafe itu, Cahaya memandangi mereka pergi dan menghela nafas panjang.

"Mereka benar-benar hidup dalam kemewahan." ucap Cahaya dalam hatinya.

Sudah hampir larut malam, Cahaya baru saja selesai bekerja. Ia pulang dengan mengendarai sepeda merah kesayangan. Sepanjang jalan ia memperhatikan sekitarnya, gedung pencakar langit menjulang tinggi, mobil-mobil mewah melintas di jalan-jalan yang selalu sibuk dan ramai, dan pertemuan sosial dengan pakaian-pakaian modis dan mahal menjadi bagian dari rutinitas harian di kota itu.

Cahaya sering merasa seperti ia hanya sebatang pohon kecil yang berusaha tumbuh di tengah hutan yang subur dengan pohon-pohon raksasa.

Sambil berjalan ke rumah, ia menelepon kakaknya yang mendapat beasiswa kuliah di Amerika, namun kakaknya tidak pernah menjawab panggilan telepon darinya.

Cahaya kemudian mengirimkan pesan suara kepada kakaknya.

"Apakah kakak mendengar voice-mail ku? Telepon aku kembali, bahkan jika kau sedang sibuk, jujur saja aku sangat iri padamu, kau bisa kuliah di Amerika, pokoknya telepon aku." Ucap Cahaya.

Selesai ia menelepon tiba-tiba hujan deras pun turun, Ia segera mengeluarkan payung yang diberikan oleh sahabatnya Dilan dan memakainya.

"Astaga, ternyata benar-benar turun hujan." Ucap Cahaya.

Cahaya Segera kembali kerumahnya dan langsung masuk kedalam kamarnya lalu tidur.

...----------------...

Cahaya adalah gadis yang rendah hati, dengan mimpi-mimpi besar yang lebih besar dari dunianya. Melalui kegigihannya, keesokan harinya, ia bangun dan berpikir untuk menyusul kakaknya di Amerika, untuk merubah kehidupannya. Ia merasa kalau uang yang dia tabung selama bekerja paruh waktu sudah cukup untuk bisa membawahnya pergi ke tempat kakaknya itu. Ia pun bersiap-siap dan sebelumnya iya pergi menemui ibunya yang sedang bekerja di kediaman salah satu konglomerat Jepang.

"Ibu, akan pergi dan menyusul kakak di Amerika." Ucap Cahaya.

"Kau tidak boleh pergi kesana." Jawab ibunya.

"Kenapa ibu tidak mengijinkan aku pergi? "Apa yang membuatku berbeda dari kakak? Apa yang seharusnya kulakukan dalam dunia ini yang begitu terpecah antara kekayaan dan kemiskinan?" Ujar Cahaya.

"Kakakmu akan segera menikah. Kau hanya akan menyusahkannya jika kau pergi kesana." Jawab ibunya.

"Menikah? kapan pernikahannya? Apakah kakak mengajak kita, ibu?" tanya Cahaya pada ibunya.

"Kita tidak akan pergi kesana, Kakakmu kuliah di luar negeri, tentu saja dia pasti memilih orang yang tepat. Kita hanya akan mempermalukannya, jika kita pergi kesana." Jawab ibunya.

"Bagaimana itu bisa? Memangnya apa yang salah dengan kita, ibu?" Tanya Cahaya.

Bersambung...👉

Pertemuan Tak Terduga Part 1

"Kakakmu bilang, pacarnya itu adalah orang yang baik dan bertanggung jawab,  jadi dia tidak ingin kehilangannya. Itu saja sudah cukup, apalagi yang kita minta darinya?" Jawab ibunya.

"Aku benar-benar sudah tidak tahan lagi, pokoknya aku akan pergi ke pernikahan kakak dan aku tidak akan mentransfer sedikitpun uang padanya. Aku sudah terlambat bekerja,  Aku pergi dulu." Ucap Cahaya dengan mata yang berkaca-kaca.

Cahaya segera berlari meninggalkan ibunya itu, Cahaya tidak menghiraukan panggilan atau perkataan ibunya samasekali. Tekadnya sudah kuat kalau dia akan menyusul kakaknya di Amerika.

Sinar matahari terbenam memantulkan cahaya keemasan di gedung-gedung pencakar langit kota itu. Cahaya sedang berjalan melalui jalan yang ramai, terlihat seakan-akan dia adalah seorang pejalan kota biasa. Namun, di dalam hatinya, ada api yang berkobar. Dia selalu ingin tahu apa yang ada di balik pintu-pintu mewah itu, di balik dinding-dinding yang tinggi dan kokoh yang mengelilingi kehidupan para konglomerat. 

Sepulangnya Cahaya dari tempat ia bekerja, ia langsung menemui ibunya.

"Ibu, aku menukar mata uang hari ini, Bukankah akan lebih baik jika salah satu dari kita ada disana? Aku telah membuat paspor, ini akan memakan waktu selama beberapa hari." Ucap Cahaya.

Ibunya, hanya mengangguk-anggukan kepalanya saja.

"Aku akan jadi orang yang sukses, tunggu aku kembali ibu." Ucap Cahaya dalam hatinya dengan mata yang berkaca-kaca.

Setelah itu, ia masuk kedalam kamarnya, disana ia mencurahkan semua tangisnya. Ia menangis dalam diam agar tak di dengar oleh ibunya yang sudah larut malam masih tetap bekerja itu, Karena kelebihan menangis Cahaya pun mengantuk dan akhirnya ia tertidur.

Setiap hari, Cahaya bangun dengan harapan baru dan mencoba untuk tetap optimis dan percaya bahwa mimpinya untuk mencapai kesuksesan melalui ilmu pengetahuan dan kerja keras akan menjadi kenyataan.

Tiga hari kemudian paspor Cahaya telah jadi, ia segera pergi dan mengambil paspor itu, lalu langsung memesan tiket pesawat ke Amerika.

Setelah penerbangan yang cukup lama, Cahaya akhirnya tiba di Amerika.

Ia sangat gugup karena kakaknya sekalipun tidak menjemputnya di bandara, Ia menarik nafas panjang dan menyemangati dirinya sendiri.

"Wah aku benar-benar ada di Amerika." Ucap Cahaya.

Sampailah Cahaya di rumah dimana kakaknya itu berada, ia mengetuk-ngetuk pintu rumah itu dan seorang pria bertanya dari dalam rumah itu.

"Siapa disana?"

"Kakak, ini aku Cahaya." Jawab Cahaya senang akhirnya bisa menemukan tempat tinggal kakaknya.

Pria itu membuka pintu dan membiarkan Cahaya masuk kedalam rumah itu. Cahaya sangat terkejut melihat rumah itu begitu sangat berantakan, terlihat botol-botol minuman keras ada dimana-mana.

"Hey, apakah kau suami kakakku?" tanya Cahaya.

"Suami? Tidak kau salah! Kami hanya hidup bersama saja, dan aku bukanlah suaminya." Jawabnya.

"Bukankah kau dan kakakku akan segera menikah?" tanya Cahaya.

"Menikah? Kenapa aku harus menikahi kakakmu?" Jawab pria itu cekikikan sambil minum minuman beralkohol.

"Dimana universitas kakakku itu?" tanya Cahaya pada pria bule itu.

"Universitas? Kakakmu tidak kuliah disini." Jawab pria bule itu.

Mengetahui kalau kakaknya telah menipunya dan keluarganya selama ini membuatnya sangat marah dan merasa tidak percaya dengan semuanya, selama ini mereka mengirim uang dan bekerja keras demi kakaknya, namun kenyataannya mereka semua telah tertipu.

"Dimana wanita jahat itu sekarang?!!" Teriak Cahaya.

...----------------...

Segera Cahaya pergi ke sebuah cafe sesuai dengan arahan pria bule itu, ia tiba di cafe itu dan berdiri di luar cafe. Ia melihat Kakaknya sedang bekerja di cafe itu, Cahaya memperhatikan kakaknya dari depan cafe itu dan tiba-tiba ia menjadi sangat marah melihat kakaknya yang membawahkan Coffee pada salah satu meja pelanggan di cafe dan di beri tips uang namun dengan cara yang tidak biasa. Para pelanggan itu menyelipkan uang itu di dalam pakaian kakaknya.

Dalam keadaan Emosi Cahaya berjalan dengan sangat terburu-buru untuk masuk ke dalam cafe dan melabrak kakaknya.

Saat itulah, sebuah kejadian tak terduga terjadi. Karena terburu-buru, Cahaya tidak sengaja menabrak seseorang pria  yang sedang berjalan untuk masuk ke dalam cafe itu dan membuat buku-buku yang dia bawa terjatuh ke lantai. 

"Maafkan saya." kata Cahaya dengan cepat dan membantu orang itu mengumpulkan bukunya.

Orang yang Cahaya tabrak ternyata adalah Michael, seorang pria muda yang sangat tampan, dengan jas yang mahal dan sepatu kulit yang mengkilap.  Sejenak ia terkejut melihat seorang gadis yang dari negara sama dengannya ada di  lingkungan itu.

Michael tersenyum lebar, "Ah, Its okay, don't worry." 

Kemudian ia masuk ke dalam Cafe dan memesan pada salah satu pelayan di sana.

Saat salah seorang pelayan menghampiri Michael untuk menawarkan Coffee, Pelayan itu seketika terkejut melihat Cahaya yang telah berdiri di depan cafe dengan tatapan mata yang berkaca-kaca, segera pelayan itu pergi dan keluar dari cafe untuk menghampiri Cahaya.

Hal itu menarik perhatian Michael. Ia adalah pewaris dari salah satu konglomerat terbesar di negaranya.

"Cahaya, apa yang terjadi? Kenapa kau bisa ada disini dan apa yang kau lakukan disini? Bagaimana dengan ibu?" tanya kakaknya.

"Bagaimana dengan ibu? Apa kau berhak menyebut itu sekarang?" Ucap Cahaya dengan mata berkaca-kaca.

"Kapan kau sampai? Harusnya kau menelfon dulu." Ucap kakaknya.

"Jika aku menelfon, kau akan menunjukkan sesuatu yang berbeda dari sekarang! Apa ini terlihat seperti perguruan tinggi bagimu?"  Ucap Cahaya sambil menangis.

"Siapa yang beritahu kau, kalau kau bekerja disini." Tanya kakaknya.

"Siapa lagi? Tentu saja pacar bule kakak itu!" Jawab Cahaya kesal.

Terjadilah pertengkaran antara kakak dan adik itu di depan cafe. Michael yang berasal dari negara yang sama dengan mereka terus memperhatikan mereka.

"Kau datang jauh-jauh ke Amerika hanya demi untuk membayar biaya minum-minum pacar bule kakak itu, huh?" Teriak Cahaya pada kakaknya.

Cahaya melampiaskan semua kekesalannya pada kakaknya, dimana kakaknya telah menipu dirinya dan seluruh keluarga yang katanya sedang kuliah dan akan menikah dengan pria baik-baik, namun kenyataannya semua itu adalah bohong dan sandiwara kakaknya semata.

Tampa berpikir panjang, kakaknya merampas koper cahaya dan menggeledahnya.

"Apa kau membawah uang?" tanya kakaknya sambil mengeluarkan semua isi koper Cahaya.

"Kau benar-benar putus asa sekarang? Aku meninggalkan ibu demi bertemu denganmu, namun apa yang kau lakukan," Ucap Cahaya.

"Dimana uang itu, huh?" Teriak kakaknya.

"Berhenti! Aku bilang berhenti!" Teriak Cahaya mencoba menghentikan kakaknya yang menghamburkan barang-barangnya di koper.

"Kakak, kau satu-satunya harapanku." Kata Cahaya sambil menangis.

Bersambung...👉

Pertemuan Tak Terduga Part 2

"Maafkan aku! Hanya kali ini, tolong berikan uangnya padaku sekarang juga." Ucap kakaknya memaksa.

Kakaknya kembali menghamburkan barang-barang Cahaya demi menemukan uang itu, hingga akhirnya dia menemukan uang tersebut dan mengambil semua uang yang ada di tangan Cahaya.

"Jangan sentuh itu!" teriak Cahaya.

"Kau kembalilah ke Jepang!" Kata kakaknya, kemudian pergi meninggalkan Cahaya yang sedang menangis.

Cahaya mencoba mengejar kakaknya itu, tapi kakaknya meneriakinya.

"Pergi!!!! Jangan ikuti aku, kau pulang saja!! Pergi sana!!" Teriak kakaknya.

"Kakak jangan pergi, aku mohon jangan tinggalkan aku." Panggil Cahaya.

Tapi kakaknya itu tidak menghiraukannya lagi,  akhirnya Cahaya kembali dan membereskan semua barang-barangnya yang telah berhamburan di depan cafe akibat ulah kakaknya itu

"Kakak, biarkan aku pergi denganmu!" Tangis Cahaya mengundang perhatian pria tampan yang ada di cafe itu, yang sejak tadi telah memperhatikannya.

Sementara Michael serius memperhatikan Cahaya, temannya datang dan melihat Cahaya sedang menangis sambil memegang bungkusan abon di tangannya.

"Hey bro sebentar malam kita akan adakan pesta, kau harus datang, yah?" Kata Joy.

"DIAMLAH!" Jawab Michael

Joy melihat kearah dimana Michael terus menatap tanpa mengedipkan mata dan Joy melihat disana ada Cahaya yang sedang menangis sambil memegang bungkusan abon di tangannya.

"Oh my Goddess! Siapa gadis cantik itu? Bicara tentang malaikat yang jatuh kau selalu selangkah maju di depanku, aku akan mengurus sisanya, kau tidak berpikir dia bawah pistol, kan?" Ucap Joy.

"Tidak!" Jawab Michael.

Segera Joy mengira yang di pegang oleh Cahaya adalah narkoba dengan cepat Joy pergi menghampiri Cahaya.

"Astaga si bodoh itu!" kata Michael yang akhirnya harus menyusul mereka.

"Apa kau baik-baik saja? Aku sudah memutuskan akan percaya pada Tuhan karena aku bertemu denganmu." Ucap Joy sambil merampas abon yang di bungkus itu dari Cahaya.

"Apa? Apakah aku baru saja kecurian? Itu abon untuk kakakku. Hey kembalikan!" Teriak Cahaya sambil mengejar joy.

Namun Joy terlalu senang dan mengira itu adalah narkoba. Terjadilah kejar-kejaran antara Cahaya dan Joy.

"Hey Joy, itu bukan narkoba, bodoh!!" Teriak Michael.

Ia pun akhirnya ikut mengejar mereka berdua. Joy membuka bungkusan itu menghirupnya sambil berlari. Karena tidak memperhatikan jalannya, ia tersandung dan abon itu berhamburan di wajahnya, Joy menghirupnya dan segera ia kesulitan untuk bernafas dan akhirnya pingsan. Cahaya kebingungan dan juga ketakutan, lalu datanglah Michael.

"Joy, bangunlah! Kau tidak apa-apa? Buka matamu!" Ucap Ucap Michael

Ia lalu menyuruh Cahaya untuk menelpon 911.

"Aku tidak punya ponsel. Apa kau juga orang jepang?" Jawab Cahaya.

"Itu tidak penting sekarang." Jawab Michael.

Segera Michael mengendong temannya dan menyuruh Cahaya untuk ikut pergi bersamanya, mereka pergi ke rumah sakit untuk membawah Joy.

"Dokter bagaimana keadaan teman saya?" Tanya Michael

"Dia tidak apa-apa, pasien hanya mengalami shock yang di sebabkan oleh alergi, ku kira itu di sebabkan oleh kacang-kacangan." Ucap dokter.

"Ya, itu adalah kacang-kacangan, itu adalah abon kacang yang dibuat ibuku hingga menjadi bubuk kacang." Jawab Cahaya.

"Aku tahu." ucap Michael.

"Kami sudah memberinya obat, dia akan segera bangun. Tunggu saja." Kata dokter pada mereka.

...----------------...

Selang beberapa waktu kemudian, polisi datang dan menemui Cahaya sambil membawah bubuk kacang itu. Polisi itu membawah Cahaya pergi dan menanyakan banyak hal, namun Cahaya kesulitan dalam bahasa inggris karena polisi itu terlalu cepat berbicara. Dalam situasi sulit itu, Michael datang dan merangkul Cahaya.

"Tidak apa-apa sayang, pak polisi dia pacarku, dia kesini untuk liburan." Ucap Michael.

Pak polisi itu lalu menghela nafas panjang.

"Hey Michael, lama tidak berjumpa." Sapa polisi itu.

"Pak polisi itu bukan narkoba." Ucap Michael.

"Tidak apa-apa! Sampai aku mendapatkan hasilnya, aku akan menyita paspor pacarmu." Ucap polisi sambil membawah pergi paspor Cahaya.

"Tunggu dulu!! kenapa dia pergi membawa pasporku? Kapan dia akan mengembalikannya?" Tanya Cahaya pada Michael.

"Dia akan kembalikan paspor itu saat waktunya telah tiba." Jawab Michael.

Setelah berbicara panjang lebar Michael hendak kembali ke villa nya.

"Dimana kau tinggal? Aku perlu tau tempat tinggal mu, karena jika polisi menelfon aku bisa kesana." Tanya Michael pada Cahaya.

"Tidak punya tempat tinggal. Kakakku telah mengusir aku." Jawab Cahaya.

"Aku tahu, astaga!" Ucap Michael sambil menggaruk kepalanya.

"Seperti yang kau tau, aku tidak 100% bersalah disini." Ucap Cahaya memelas.

Karena merasa kasian pada Cahaya, dan ia juga mengetahui pokok permasalahan Cahaya dan kakaknya, Michel tidak tega meninggalkan Cahaya sendirian.

"Apa kau mau ikut ke rumahku?" Tanya Michael.

Karena tidak ada pilihan lain, Cahaya pun ikut pergi bersama dengan Michael.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Hari dimana Michael pergi ke Amerika, ucapan perpisahan dari kakaknya sangatlah sederhana, singkat, dan langsung kepada intinya.

"Bersenang-senanglah dan jangan khawatirkan apapun, Itulah yang harus kau lakukan karena kau terlahir sebagai keluarga kaya raya, lebih baik kau pergi ke Amerika, dan jika kau bisa, jangan perna kembali lagi!" Ucap James pada Michael.

Sejak saat itu, Michael sadar bahwa dia di kirim ke Amerika bukan untuk belajar tapi dia di asingkan dari keluarganya.

"James telah mengambil kembali semua yang telah aku ambil darinya." Kata Michael.

"Kenapa kau tidak menyalakan mereka semua? Saudaramu yang membencimu itu, Ibumu yang telah melahirkan mu, atau ayahmu yang tidak perna membelamu itu?" Tanya Joy pada Michael.

Namun, Michael terlalu malas untuk menyalakan siapapun,

Michael memilih acuh dan tidak peduli dengan semua itu.

...----------------...

Hari-hari telah berlalu, Michael dan Cahaya terus menjalani pertemanan mereka yang penuh dengan rahasia itu. Setiap saat mereka, mereka semakin dekat satu sama lain. Michael membawa Cahaya ke tempat-tempat yang yang indah dan menarik, kemudian ia membawah cahaya pergi makan ke restoran mewah, taman bermain eksklusif, dan bahkan mereka tinggal bersama di rumah besar Michael di Amerika.

Namun, Cahaya juga menyadari bahwa dunia mereka berdua sangat berbeda. Michael mewarisi segalanya dari keluarganya, sementara Cahaya harus bekerja keras untuk mencapai impian-impiannya. Meskipun perbedaan ini, persahabatan mereka semakin kuat.

Suatu malam, Michael mengajak Cahaya ke puncak gedung tertinggi di kota itu. Mereka berdua duduk di tepi atap, menatap langit yang penuh bintang. Michael bercerita tentang tekanan yang di rasakannya sebagai anggota keluarga konglomerat.

Michael berkata, "Cahaya, aku mungkin punya segalanya, tapi aku juga merasa terjebak dalam kehidupanku sendiri. Aku ingin hidup bebas, seperti yang kau lakukan."

Cahaya tersenyum, "Michael, kita semua punya beban kita sendiri, tapi kita juga punya kekuatan untuk mengubahnya dan kita bisa membantu satu sama lain."

Bersambung...👉

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!