NovelToon NovelToon

Semua Akan Indah Pada Waktunya (SAIPW)

Part 1

Malam itu seperti biasa, udara terasa dingin, walaupun tidak sedingin di kutub selatan. Tapi, cukup untuk membuat Cinthia mendekam di balik bed cover hijaunya yang tercinta. Maklum saja, hujan sedang ganas-ganasnya mendera wilayah Jakarta Timur.

Jam sudah menunjukkan pukul 10 malam. Tapi, Cinthia masih tetap membelalakkan mata di balik bed cover sambil ber-line ria. Biasalah, anak muda karena teknologi smatphone yang semakin canggih kapanpun dimanapun, lagi banyak pulsa atau nggak ada pulsa tetap keep in touch dengan teman-temannya. Kira-kira beginilah isi chatnya.

Dy, kra2 bsk si Mamet msk g? 10.05

Sambil menunggu chatnya di read oleh temannya, Cinthia tidur meringkuk di balik bed covernya.

Duh dingin banget! Mana remot AC lupa gue tarok mana. Ck Cinthia mendecakkan lidah sambil menggerutu sendiri. Lima menit kemudian (tapi sebenernya nggak nyampe sih) hp tersebut bergetar di atas kasur. Cinthia dengan cepat meraih handphonenya tersebut. Segera ia buka dan membaca chat ia yakini dari Gaudy temannya.

Adh, ngapain sih lo mlm2! 10.09

Gw udh tidur nih! 10.09

Tau ah! 10.09

Setelah membaca balesan dari Gaudy, Cinthia melempar hp tersebut ke bantalnya. Pluk! Mendarat dengan baik di atas bantal empuk Cinthia. Cinthia membanting tubuh ke kasur dan merapatkan kembali bed cover ke tubuhnya. Dingin amat sih ni kamar! pikir Cinthia sambil memainkan hp dan mengecek social media miliknya.

Seketika, secara tiba-tiba, Cinthia mendengar pintunya berderak perlahan, sangat pelaaan sekali. Jujur saja Cinthia bukanlah orang yang pemberani. Apa lagi dengan hal-hal yang berhubungan dengan makhluk halus dari dunia lain, makhluk kasar dari dunia asli saja, Cinthia ketakutan. Salah satu contohnya adalah kecoak hitam nan buruk rupa. Jika ada orang yang ngerjain Cinthia dengan pura-pura bilang kalau ada kecoak di depan dia, pasti, yakin 100 % Cinthia akan jejeritan lompat-lompat nggak karuan.

Dengan refleks yang cukup bagus, Cinthia menyembunyikan hpnya di bawah bantal dan pura-pura tidur. Suara pintu berderit mulai terdengar jelas di telinga Cinthia. Cinthia mulai menegang. Bulu kuduk berdiri, bulu tengkukpun ikut berdiri. Wow keren semuanya ikut berdiri! Namun, kurang dari satu menit...

"Cinthiaaa..."

"Ampun! Ampun! Mbak hantu jangan ganggu saya! Saya jugakan nggak ganggu Mbak hantu, jadi kita hidup rukun aja ya! Satu sama lain!" kata Cinthia nyerocos tiada henti.

"Eh! Jelek! Ini gue!"

"He,elo! Dasar lo ya kurang ajar! Gue pikir setan beneran.Ah! Jelek lo!" kata Cinthia sambil memukul orang yang tak lain adalah kakaknya dengan bantal yang ada di belakangnya.

"Sorry deh! Tapi, lo belum tidur ya? Hayo lho! Ntar gue bilangin ke mama lho!"

"Apaan sih Kak Billi. Lo sendiri juga belum tidur." ujar Cinthia membela diri.

"Iya,iya. Aduh jangan cemberut donk adikku sayang. Ntar tambah jelek. Ntar nggak ada yang naksir lo lagi." kata Billi yang bernama lengkap Billina Tanzia Wisesa itu sambil mencubit dagu Cinthia.

"Aduh! Sakit tahu! Ngapain lo malem-malem ke kamar gue?" tanya Cinthia.

"Nih, buku lo." kata Billi sambil memberikan buku bergambar pemandangan bertuliskan Kimia dan sebuah nama Cinthia Lazuli Wisesa.

"Oh, makasih ya Kak Bil."

"Iya sama-sama."

Cinthia langsung kembali ke posisi tidur seperti tadi. Tapi, tidak lama Cinthia terbangun dari posisi tidurnya dan menatap Billi bingung.

"Udahkan?"

"Apanya?" Billi malah balik nanya.

"Kak Billi udah balikkin bukukukan? Sebagai adek yang baik, saya ucapkan terima kasih. Sebagai kakak yang baik juga, kenapa lo belum balik ke kamar lo?" tanya Cinthia heran menanyakan maksud kakaknya masih ada di dalam kamarnya.

"Oh, iya gue lupa! Gini Cin, besokkan papa mama mau pergi sampai malem. Nah, daripada lo sendirian, mau nggak lo nemenin kakak lo yang cantik ini ke pesta ulang tahun temennya?" tanya Billi.

"Ya elah...cantik dari Jombang?!" ledek Cinthia yang langsung mendapat hantaman bantal dari Billi.

"Mau nggak lo?!" tanya Billi sekali lagi sedikit kesal karena diledek oleh Cinthia

"Iya...iya...gitu aja ngambek... " goda Cinthia lagi.

"Besok jam 4 lo udah harus siap. Met malem Cin. Daaagghh..." Billi melambaikan tangannya ke arah Cinthia sambil keluar dari kamarnya. Sepeninggal Billi, Cinthia merasakan serangan kantuk yang luar biasa. Karena serangan kantuknya sangat tak tertahankan, langsung saja tanpa aba-aba Cinthia tertidur dengan suksesnya. Yeah!!!

...****************...

"PR! PR! PR! Mana PR lo Dy! Gue pinjem!" cerocos Cintihia ketika baru masuk kelas. Kebiasaan buruk Cinthia yang selalu tidur malam-malam karena bingung harus mengerjakan apa padahal, seharusnya Cinthia mengerjakan PR yang biasanya baru teringat ketika sampai di sekolah. Makanya, setiap pagi Cinthia selalu sibuk setengah mati mencari orang yang sudah mengerjakan PR dan biasanya, jarang ada orang yang sudah selesai mengerjakan PR dari Mamet, salah satu guru killer di sekolah Cinthia.

"Santai Mbak! Gue juga lagi ngerjain juga nih. Tuh, tanya Yama, deh. Udah selesai apa belum dia!" kata Gaudy sambil mengarahkan dagunya ke arah Yama yang lagi duduk yang kelihatannya ssedang mengerjakan PR dari Mamet juga.

"Ck...lo sih semalem gue tanyain ada PR dari Mamet atau nggak eh, malah tidur!"

"Enak aja! Lo nge-line nanyain si Mamet masuk apa nggak, ya!" seru Gaudy membela diri.

"Gitu,ya? Maaf deh! Yama!" kata Cinthia tanpa rasa bersalah dan langsung berlari ke arah Yama.

"Ma,udah ngerjain belum?" tanya Cinthia begitu ia mendarat dengan mulus tanpa lecet di meja Yama.

"Ini lagi ngerjain. Sini nyontek bareng-bareng punya si Urdha. Tau sendirikan si Urdha yang paling rajin diantara kita." kata Yama sambil tetap asyik menyalin PR Urdha yang pemilik aslinya tidak diketahui di mana keberadaannya. Sedangkan Cinthia, udah asyik ikut-ikutan menyalin PR milik Urdha sebelum Pak Mamet yang menyeramkan itu menginjakkan kaki di kelas mereka.

...****************...

Sementara itu di sebuah kampus Universitas A Fakultas A di wilayah Jakarta. Kakaknya Cinthia si Billi sedang menikmati salah satu surga dunia yang sangat hot! Apalagi kalau bukan makan bakso siang-siang di kantin! Billi makan bakso ditemani secangkir es teh dingin. Mantaapp! Lagi asyik-asyiknya menyantap surga dunia, Billi dipanggil oleh temannya. Langsung saja setelah menelan sebutir bakso, Billi menoleh ke arah si pemilik suara yang berteriak memanggilnya.

"Eh,Bil! Dateng nggak ke acaranya si Zia?" tanya si pemilik suara yang memanggil tadi.

"Jadi. Emang kenapa?" tanya Billi sambil menghadap ke pemilik suara.

"Nggak. Nanya doank! Eh, sorry." kata si pemilik suara sambil memungut dompet Billi yang jatuh tersenggol tangannya. Tanpa sengaja, dompet milik Billi jatuh dan terbuka. Foto narsis Billi dan Cinthiapun terlihat. Si pemilik suara yang bernama Rais Johar alias Rais bertanya kepada Billi.

"Siapa nih? Cantik." kata Rais sambil terus memperhatikan foto yang ada di dalam dompet Billi.

"Makasih." jawab Billi sambil memasang tampang imut.

"Apaan! Bukan lo! Ini yang satu lagi!" kata Rais sambil nunjuk foto orang yang ada di sebelah Billi.

"Oh, Cinthia, adek gue. Napa?" tanya Billi sambil menyendokkan mie dan bakso ke mulutnya.

"Nggak...cantik." Rais berkata sambil tetap terpana menatap foto. Billi yang melihat tampang mupeng Rais langsung mengambil dompetnya dari tangan Rais .

"Ntar gue kenalin. Nanti dia ikut nemenin gue. Tapi awas lo jangan macem-macem sama adek gue!" ancam Billi dengan garpu.

"Tenang! Percaya ama gue. Udah berapa lama sih kita temenan? Daagghh!!! Selamat makan. Gue traktir deh nih!" kata Rais sambil meletakkan selembar uang sebesar lima ribu rupiah dan berjalan pergi meninggalkan Billi.

Billi mengambil uang yang ada di meja dan melihat ke arah Rais yang pergi menjauh sambil geleng-geleng kepala dengan ekspresi sedikit terkejut. Kok cuma lima ribu? Mana cukup? pikir Billi sambil melihat antara selembar duit lima ribu dan Rais yang berjalan menjauh saling bergantian.

...****************...

Di dalam kamar yang serba hijau dan penuh dengan poster Harry Potter, Cinthia berdiri di depan cermin. Cinthia sedang memilih-milih baju untuk digunakan ke acara pesta ulang tahun teman kakaknya. Beberapa baju bertebaran di atas kasurnya yang berbed cover hijau.

"Yang ini, mmm.... jangan ah keresmian! Ntar gue disangka mau magang lagi. Yang ini, udah buluk ah! Ah! Yang ini aja! Tapi..."

Bluk!

Cinthia menoleh ke arah pintu karena pintu kamarnya di buka tiba-tiba oleh kakaknya. Langsung saja dia menanyakan pendapat kakaknya tentang baju yang akan dikenakannya.

"Eh, Kak Billi, Bagusan yang mana? Yang ini cocok nggak? tanyanya sambil menunjukkan dua buah baju yang ia pegang ke Billi.

"Alah yang mana aja."

"Ah, Kak Billi."kata Cinthia sedikit kecewa dan langsung menghadap kembali ke depan cermin.

"Eh..."

"Kenapa?" tanya Cinthia tanpa menoleh ke arah Billi.

"Nggak...nggak pa-pa. Cepetan! Gue mandi dulu". Billi keluar dari kamar Cinthia dan menutup pintu kamarnya. Billi teringat percakapannya tadi siang dengan Rais, temannya. Hampir saja Billi cerita tentang apa yang dikatakan Rais tentang Cinthia tadi siang. Bisa kegeeran nanti Cinthia di bilang cantik sama cowok.

Setengah jam kemudian kakak beradik Billi dan Cinthia sudah siap di ruang depan. Mereka siap untuk berpesta malam ini. Yuuhuu!!! Mungkin ini adalah pesta yang mengawali segalanya bagi Cinthia.

Billi dan Cinthia tiba di tempat acara agak terlambat. Biasa, Jakarta macet. Keajaiban kalau tiba-tiba dalam sehari saja Jakarta nggak macet, kecuali di saat lebaran. Setelah mematikan AC dan mesin mobil, mereka keluar dari mobil. Cinthia agak merasa asing, karena nggak ada yang dia kenal di sana. Kecuali beberapa teman dekat Billi yang sering main ke rumah mereka. Billi segera menggandeng tangan adiknya yang ia yakini merasa canggung bearada di tengah keramaian orang-orang yang tidak ia kenal. Mereka berdua berjalan masuk ke dalam rumah, ke tempat di mana pesta berlangsung.

Di dalam, Billi langsung mencari dan mengucapkan selamat ulang tahun ke Zia dan memberikan hadiah untuknya. Karena ditanya oleh Zia, Billi mengenalkan Cinthia kepada Zia selaku Cinthia adalah adiknya.

Kata Billi di mobil sih, ia akan menemani Cinthia karena dia orang asing di pesta itu. Tapi, pada kenyataannya, sekarang Cinthia duduk sendiri sambil minum segelas coke. Sedangkan Billi, ketika bertemu dengan teman-temannya yang lain, langsung hilang entah ke mana. Cinthia celingak-celinguk nggak jelas mencoba mencari Billi. Nengok kanan-kiri. Ternyata, percuma mencari Billi, nggak akan ketemu-ketemu. Daripada nyasar di tempat yang ia nggak kenal, lebih baik duduk-duduk nggak jelas sambil menikmati makanan dan minuman yang ada.

Cinthia mencari alternatif lain untuk menghibur dirinya. Dia mencoba menghubungi Gaudy. Lima menit menunggu, belum ada balasan. Cinthia mencoba untuk sabar menunggu. Dilihatnya report dihpnya untuk mengecek kembali. Pesan yang dikirim Cinthia sudah terkirim, hanya belum diread oleh Gaudy. Sepuluh menit, Cinthia sudah nggak tahan. Sepertinya si Gaudy tidak berada dekat dengan hpnya.

Cinthia mencoba menghubungi si Urdha, siapa tahu hpnya berada dekat dengan pemiliknya. Cinthia mengetik pesan dan langsung di read. Nggak sampe sepuluh menit kayak Gaudy, Urdha membalas pesan dari Cinthia.

Sorry, lagi les. 18.47

Ternyata percuma saja, walaupun hpnya Urdha dekat dengan pemiliknya, ternyata si pemiliknya nggak bisa diajak ngobrol. Biasalah si Urdha Perdana ini hobinya leeesss terus tiap hari! Dari pagi sampai malem! Nggak berhenti-berhenti! Heran, nggak meledak-meledak kepalanya?!

Cinthia belum putus asa. Di mulai mengetik pesan ke Yama. Semoga Yama memberinya harapan untuk menghilangkan rasa jenuhnya. Cinthia sudah mengirimkan pesan. Tetapi lagi-lagi saudara, Yama lebih parah. Lima belas menit Cinthia menunggu, pesan Cinthia nggak delivered-delivered dari tadi. Pendiiinnggg terus.

Cinthia cuma bisa melengos di tempat duduknya. Bokongnya sudah mati rasa saking lamanya dia duduk di sana. Lima gelas coke kosong tepat berada di bawah kursinya. Percuma pada punya smartphone nggak bisa digunakan dengan maksimal! pikir Cinthia. Lagi bete-betenya meratapi nasib karena kesepian, tiba-tiba ada seseorang yang sok kenal menyapa Cinthia.

"Cinthia, ya?" tanya seseorang kepada Cinthia.

Cinthia menoleh ketika namanya dipanggil.

"Iya?" jawab Cinthia. Ternyata yang menyapanya itu adalah seorang pria yang putih, tinggi dan berkacamata. Ia menggunakan kemeja berwarna merah maroon dan celana hitam. Tangannya di gulung sampai siku. Lumayanlah! Sambil tersenyum manis (sebenernya sih sok manis) kepada Cinthia. Cinthiapun mau nggak mau membalas senyuk cowok itu dengan sedikit canggung dan tentunya dengan senyuman sok manis juga. Biasalah sedikit jaim.

"Kenalin gue Rais Johar.Panggil aja Rais. Gue temennya Billi. Tanya aja Billi, dia pasti tahu gue kok!" katanya meyakinkan Cinthia. Cinthia cuma manggut-manggut . Dia percaya-percaya saja dengan ucapan Rais . Inikan pesta temannya Billi, jadi sebagian besar undangan adalah teman kakaknya juga.

Sementara itu dipikiran Rais . Wah, ternyata aslinya lumayan juga, walaupun cakepan di foto daripada aslinya. Tapi, nggak papalah. Nggak nyesel gue dari tadi muter-muter nyariin Billi buat nanyain di mana adeknya dan ternyata gue harus muter-muter lagi buat nyariin adeknya. Kayaknya kakak adek ini suka banget buat orang muter-muter deh!

"Kenapa? Kok bengong?" tanya Cinthia sambil mengibas-ngibaskan tangannya di depan muka Rais .

"Ah! Nggak...nggak pa-pa kok." jawab Rais sedikit kaget dan gugup.

Akhirnya, Cinthia punya kegiatan untuk melepaskan kejenuhannya. Lumayan jugalah ni cowok, pikirnya. Tidak terasa, Cinthia dan Rais ngobrol banyak tentang diri mereka, bergosip tentang Billi (sampe-sampe di tempat lain Billi jadi bersin-bersin nggak jelas) dan nggak lupa untuk tuker-tukeran nomor hp.

"Eh, di sini ya! Pulang yuk! Udah jam sembilan nih! Eh, lo di sini juga Rais ?" kata Billi yang datang untuk mengajak Cinthia pulang.

"Wah, lo sama adek lo udah mau pulang ya? Ya,udah deh. Gue cabut dari sini." ujar Rais mencoba menarik diri.

"Jadi, lo sama Cinthia ngobrol terus dari tadi?" tanya Billi sedikit menginvestigasi Cinthia dan Rais

"Iya! Adek lo asik juga. Cin, jangan lupa ya! Yuk, Bil! Sampai ketemu besok." kata Rais sambil melambaikan tangan ke Cinthia dan iseng mukul Billi pelan sambil beranjak pergi meninggalkan kedua bersaudara tersebut.

Billi berteriak sakit dan langsung balas memukul Rais tapi sayang...nggak kena. Sedangkan Cinthia tertawa sambil membalas lambaian tangan Rais .

Part 2

"Jadi, lo ngobrol apa aja sama si Rais" ? tanya Billi menginterogasi Cinthia di dalam mobil dalam perjalanan mereka pulang ke kediaman mereka, kediaman Wisesas family.

"Ya, ngobrol biasa aja. Emang kenapa sih? Lo kok nanyanya serem amat? Kayak interogasi maling?" tanya Cinthia balik ke kakaknya. Billi menarik nafas panjang perlahan.

"Nggak pa-pa kok. Gimana menurut lo si Rais ?" tanya Billi.

"Ya, lumayan."

"Lo naksir dia?"

"Naksir? Belum segitunya kali! Kenapa? Lo naksir dia? Dia gebetan lo di kampus, ya? Atau jangan-jangan lo takut tersaingi oleh adik lo yang cantik ini?" kata Cinthia dengan ekspresi bertanya yang kecentilan sambil memainkan rambutnya.

"Gaya lo!" jawab Billi sambil ketawa dan mengacak rambut Billi dengan tangan kirinya. Cinthia cuma bisa mengaduh tanda kesal dengan sikap kakaknya yang sengaja mengacak-acak rambutnya. Billi tersenyum puas melihat adiknya kesal gara-gara tingkahnya.

Sesampainya di rumah, jam sudah menunjukkan pukul sekitar jam setengah sebelas malam. Nggak jam setengah sebelas pas sih...masih ada beberapa menit tersisa sebelum jam setengah sebelas pas. Perut kedua kakak beradik itu keroncongan. Ketika mereka masuk ke rumah, papa mereka, papa Wisesa sedang menonton TV dengan mesra bersama mama mereka, mama Wisesa.

Mereka berdua langsung menyerbu kedua orang tua mereka tersebut. Mereka memeluk dan mencium papa dan mama Wisesa yang sedang asyik berduaan. Papa dan mama Wisesa sangat sengang dengan perhatian dan kasih sayang yang diberikan anak-anak mereka. Tapi, papa Wisesa pura-pura menutupinya dengan memberikan gerutuan kesal untuk mereka.

"Aduh! Ganggu aja nih! Sana ada nasi goreng tuh di meja."ujar papa Wisesa pura-pura kesal. Tapi, gerutuan kesal dari papa tidak memberikan efek samping terhadap kedua putrinya tersebut. Malahan, mereka berdua semakin ribut mendengar nasi goreng disebut-sebut oleh papa Wisesa.

" Makasih ya Pa! Ma!"seru mereka berdua sambil menyerbu orangtua mereka kembali yang sedang seru-serunya menonton. Mereka menghujani papa mama Wisesa dengan masing-masing satu ciuman di pipi. Nggak perlu hiperbola untuk menyebutnya sejuta ciuman.

Kedua orang perempuan yang notabene adalah kakak adik ini segera berlari ke arah meja makan dan membuka tudung saji. Mereka melihat dua bungkus kertas warna coklat. Entah karena perut mereka berdua perut karet yang tidak mengenal rasa lapar, mereka membuka bungkusan berwarna coklat itu dan mendapati isinya nasi goreng lengkap dengan sayur dan acar serta kepulan-kepulan asap yang menandakan nasi goreng itu masih hangat. Langsung saja masing-masing dari mereka mengambil sendok dan duduk manis memakan nasi goreng.

Mereka nggak peduli sama papa mama yang memandangi mereka sambil geleng-geleng kepala. Yang penting untuk saat itu adalah mengisi perut dengan nasi goreng. Nggak peduli soal kegemukkan! Toh mereka bisa dibilang kekurusan kok! Kecuali Cinthia, yang sebenernya sedikit agak berisi.

Selesai makan malam dengan nasi goreng, kepenatan dan kekenyangan mulai terasa di tubuh Billi dan Cinthia. Pundak terasa pegal-pegal. Betis sudah nggak kuat untuk berdiri lama-lama. Apalagi telapak kaki, mau ambruk rasanya menopang berat badan mereka yang baru saja bertambah setelah perut mereka di isi oleh sebungkus nasi goreng. Kedua kakak beradik tersebut berjalan perlahan. Menaiki tangga perlahan-lahan, membuka pintu kamar pun perlahan-lahan. Semua serba perlahan saking lelah dan kenyangnya mereka berdua.

Cinthia meletakkan tas yang digunakannya ke tempat asalnya, yaitu lemari. Setelah mengosongkan isi tas tersebut, Cinthia mengganti bajunya dengan baju handuk. Baju kotor yang tadi ia kenakan dilempar ke dalam keranjang baju kotor. Supaya Bi Anti bisa mengambil baju kotor tersebut dengan mudah untuk dicuci. Cinthia masuk ke dalam kamar mandi dan memutar keran shower. Air yang dingin dan segar mengenai tubuhnya. Walaupun kata orang tua tidak baik mandi malem-malem, tapi tubuh Cinthia udah lengket banget! Gerah banget! Hanya butuh lima menit lebih untuk menyegarkan tubuh dengan guyuran air dingin dari shower.

Setelah mandi, Cinthia merasa lebih segar. Cinthia menguap pertanda dia sudah mengantuk. Setelah mengganti bajunya dengan celana pendek dan kaos belel, Cinthia langsung melayang ke tempat tidur dan hilanglah sudah kesadarannya sampai pagi menjelang.

Di sela-sela tidurnya, terdengar suara hp berbunyi. Cinthia sempat membuka mata sebentar. Tapi, karena sangat mengantuk Cinthia membiarkan hp tersebut berbunyi.

Sementara, yang menghubungi Cinthia kelihatannya sedikit kesal dan kecewa karena teleponnya tidak mendapatkan tanggapan positif dari Cinthia.

...****************...

Pagi hari di rumah yang lumayan besar itu, terdengar sangaaaat berisik. Bi Anti yang berada di belakang, sudah tutup kuping mendengar majikan mudanya teriak-teriak kebingungan. Tapi, mau tidak mau terpaksa dibuka lagi kupingnya gara-gara namanya disebut-sebut.

Lain lagi dengan si Kardi, supir keluarga Wisesa. Dari tadi dia sudah siap menunggu Pak Wisesa untuk segera berangkat ke kantor. Nggak lama, Pak Wisesa keluar dan segera berangkat karena nggak tahan dengan suara kedua anak gadisnya. Biarlah isterinya yang membereskan kedua anak gadisnya tersebut. Dengan senang hati, Kardi siap menyetir untuk Pak Wisesa. Kesempatan yang sangat bagus untuk menghindar dari kerusuhan yang ada.

Billi sang kakak sibuk make up, pakai bedak, sedikit eye shadow dan maskara di mata, lalu mengoleskan lipstik tipis di bibir, terakhir menyisir rambutnya. Walaupun sudah telat, penampilan nggak boleh ketinggalan. Biasanya, kalau nggak terlambat, Billi bermake up dengan santai. Tapi karena telat, make upnya nggak ada yang beres. Mencong sana mencong sini. Makanya, dia ngomel-ngomel sendiri. Akhirnya, dia masukkin semua peralatan make upnya ke dalam tas. Billi menyerah untuk make up di rumah.

Billi turun untuk sarapan dan meminta tolong Bi Anti untuk menyiapkan sepatunya yang berwarna hitan. Tetapi, seketika dia menepuk keningnya. Dia segera meletakkan kertas-kertas dan tasnya di meja makan. Sambil tetap menggigit roti dia naik lagi ke atas untuk mengambil dompet dan hpnya yang ketinggalan di meja rias! Oh,no! Dia lupa kalau semalam barang-barang itu dikeluarin dari tasnya yang ia gunakan ke acara ulang tahun Zia, temannya itu.

Setelah mendapatkan kedua barang tersebut, Billi segera turun ke bawah dengan kecepatan penuh. Dia segera memasukkan hp dan dompetnya ke tas dan mengambil kertas-kertasnya dari atas meja makan. Setelah itu di mencium pipi mamanya yang sedang duduk tenang di depan meja makan sambil sarapan dengan tampang yang tenang seakan-akan dunia-begitu-indah-di-saat-semua-orang-ribut. Wow! Amazing!

"Ma, Billi berangkat!" pamit Billi kepada mamanya yang tenang itu.

Billi segera keluar dari rumah dan masuk ke dalam mobilnya. Tapi, setelah masuk mobil dia cecelingukkan ngeliatin ke bawah ke arah kakinya. Lagi-lagi sambil mendecakkan lidah, Billi keluar lagi dari mobil dan mengambil sepatu yang sudah disiapkan oleh Bi Anti di depan pintu.

"Ma, pergi lagi!" pamitnya sekali lagi pada mama.

"Iya." jawab mamanya kalem.

Setelah terasa tidak ada yang lagi ketinggalan. Billi langsung tancap gas, mobilnya keluar dari garasi rumah dan melaju dengan kecepatan 100 km/jam.

Sedangkan adiknya, Cinthia menyambar buku pelajaran apa saja yang ada di rak bukunya. Setelah itu mengambil sepatu yang ada di dekatnya. Cinthia turun dengan terburu-buru sambil menenteng buku, tas, dan sepatu. Maksud hati ingin memasukkan buku ke dalam tas karena terlalu terburu-buru bukannya masuk malah sepatunya jatuh dan bukunya berserakkan di bawah. Belum lagi Cinthia tersandung sepatunya dan jatuh dari tangga melewati tiga buah anak tangga.

Cinthia bergelindingan jatuh ke bawah. Belum selesai penderitaan Cinthia karena di depannya ada tembok. Kepala Cinthia kejedot dinding. Betapa sialnya.

Cinthia segera bagkit sambil mengusap-usap kepalanya yang kejedot sambil membereskan buku-buku yang berserakkan dan memasukkannya ke dalam tas. Setelah semuanya masuk, Cinthia langsung menyandang tasnya dan menenteng sepatunya.

"Bi, masukkin sarapanku ke tempat bekel donk, tolong!" teriaknya.

Bi Anti pun segera memasukkan sarapan pagi itu ke kotak bekal Cinthia. Cinthiapun segera mengambilnya dan memasukkannya ke dalam tas.

"Kak Billi udah duluan ya, Ma?" tanyanya pada mamanya yang tenang.

"Iya." jawab mama Wisesa singkat menjawab pertanyaan putri bungsunya itu.

"Ah, Kak Billi ninggalin!" serunya kesal.

Tiba-tiba, mamanya menyodorkan selembar uang lima ribu rupiah.

"Nih, ongkos kamu. Hati-hati ya, sayang." kata mamanya sambil tersenyum.

"Wah, mama hebat! Baru aku mau minta! Ya, udah Cinthia berangkat ya!" pamit Cinthia yang kagum sama indera keenam mama Wisesa yang bisa tahu isi kepala Cinthia tanpa harus Cinthia katakan lagi.

Cinthia buru-buru memakai sepatunya dan berangkat ke sekolah. Cinthia berjalan dengan langkah lebar dan cepat. Sesekali dia melihat jam hijau yang melingkar di pergelangan tangan kirinya. Sesekali juga ia berlari-lari kecil. Tapi, ia langsung berlari kencang saat melihat bis menuju sekolahnya melintas di depan mata.

"Woi, Bang! Tunggu!" teriak Cinthia nggak sanati sambil berlari penuh nafsu mengejar bis kota tersebut.

Untung bagi Cinthia, dia masih sempat menyusul bis. Cinthia langsung naik dengan nafas tersengal-sengal dan mencari tempat duduk yang masih kosong. Wah, beruntung lagi! Ada bangku kosong di sebelah cowok yang sedang menekuni kertas-kertas di depannya.

Cinthia duduk di samping cowok itu. Sambil sesekali mengintip kertas-kertas yang dipegang cowok itu. Rasa ingin tahu Cinthia memang besar, apalagi soal orang. Bukannya Cinthia ingin tahu urusan orang lain, cuma Cinthia punya rasa ketertarikkan yang sangat besar sama sesuatu yang ada sekelilingnya apalagi orang.

Cinthia melihat kertas yang sedang dibaca cowok itu. Cinthia melihat nama universitas yang tertulis di kertas tersebut. Sama kayak kampus Kak Billi, pikir Cinthia. Dengan rasa penasaran, dia langsung cecelingukkan melihat muka cowok itu. Eiittss, bukannya Cinthia cewek genit, dia hanya memastikah jangan-jangan cowok itu adalah salah satu teman Billi yang dia kenal. Kan lumayan ada temen selama perjalanan. Jadinya, bisa ngobrol-ngobrol bareng deh!

Dahi Cinthia berkerut-kerut. Cinthia sedang memikirkan sesuatu. Nih, orang pernah gue lihat belum ya? Gue kenal sama nih orang nggak ya? pikirnya. Akhirnya, otak Cinthia mendapatkan pencerahan. Dia menemukan memori tentang cowok itu di dalam otaknya.

"Rais bukan,ya?" tanya Cinthia ragu sambil menatap muka cowok itu. Cowok yang sedang menekuni bacaannya itu menoleh kepada Cinthia dengan raut wajah mau-apa-lo-nanya-nanya!? Tapi dengan cepat berubah menjadi untung-lo-tanya-gue!

"Cinthia?! Hai! Apa kabar? Wah untung banget kita ketemu di sini!" kata Rais dengan cepatnya sampai bikin Cinthia sedikit terkejut. Tapi dia hanya bisa menjawab dengan cengiran termanis yang mampu dia berikan.

"Biasanya lo bareng Billikan? Kenapa naik bis?" tanya Rais memulai percakapan.

"Kita berdua telat bangun, eh...dia ninggalin gue. Terpaksa deh gue naik bis." ujar Cinthia menjelaskan bagaimana dirinya memulai pagi hari ini.

"Oh, gitu, buru-buru banget donk tadi pagi? Eh, ngomong-ngomong semalem gue nelfon ke hp lo." kata Rais mengubah topik pembicaraan.

"Oh,ya? Bentar gue cek dulu." jawab Cinthia dengan ekspresi terkejut. Dia langsung mencari hpnya di dalam tas. Tapi, dua menit dia mencari hp, barang tersebut nggak ketemu juga. Cinthia mulai panik. Cinthia juga menyadari kalau dompetnya juga raib nggak ada di dalam tas.

"Dompet sama hp gue nggak ada. Gimana donk?" tanya Cinthia panik.

"Coba lo inget-inget lagi terakhir di tarok di mana?" kata Rais mencoba menenangkan Cinthia yang panik dan sedikit ribut di dalam bis sampai-sampai beberapa orang menoleh memperhatikan mereka.

"Nggak mungkin. Pasti di colong! Pasti di colong! Gimana donk Rais ?!" kepanikkan Cinthia mulai bertambah setelah memastikan kembali handphone dan dompetnya nggak ada di dalam tas.

"Lo ada ongkos nggak?" tanya Rais lagi.

"Ada dikasih...ma...ma..." Cinthia menjawab dengan pandangan menerawang. Rais yang bingung ngeliatin kelakuan Cinthia mencoba mengibaskan tangannya di depan wajah Cinthia. Sayangnya, cara itu nggak berhasil. Rais coba mengguncang-guncangkan tubuh Cinthia secara bertahap. Pelan, agak sedang, sedang, agak keras, sampai keras, takut jangan-jangan Cinthia kesambet setan yang lagi numpang lewat di dalem bis. Tiba-tiba Cinthia meninju telapak tangan kirinya sendiri dan nyengir aneh ke arah Rais yang bikin jantung Rais hampir copot dan hampir yakin kalau Cinthia beneran kesambet setan.

"Mmm...sorry ya Rais bikin lo panik. Gue baru inget kalau dompet sama hp gue ketinggalan di atas meja belajar gue. Sorry, ya Rais ." kata Cinthia dengan wajah yang mengharapkan untuk diberi maaf dan perasaan tidak enak karena udah membuat dia ribet karena kelakuan Cinthia.

Rais cuma bisa nyengir lebar dan nggak jelas. Ternyata kakak adek pikunnya sama. Pikun stadium empat! Parah banget! kata Rais dalam hati.

"Cin, ntar pulang gue jemput ya?" kata Rais tiba-tiba setalah kembali sadar dari pikirannya.

"Jemput gimana? Lokan nggak bawa kendaraan?" tanya Cinthia heran.

"Motor gue lagi di rumah temen. Nanti mau gue ambil. Tunggu gue ya jangan kemana-mana." kata Rais mengingatkan Cinthia.

"Tapi..." Cinthia mencoba menolak ajakan Rais karena dia nggak mau ngerepotin Rais untuk yang kedua kalinya. Lagian mereka berduakan baru ketemu dan kenalan kemarin.

"Ntar gue bilang ke Billi. Udah, ya gue turun dulu. Sampe ketemu ntar siang!" kata Rais yang nggak memberikan kesempatan Cinthia untuk menolak ajakkan dia.

Cinthia berdiri dari tempat duduknya supaya Rais bisa keluar. Rais melambai singkat ke arah Cinthia yang dibalas dengan lambaian singkat dan senyuman dari Cinthia. Setelah itu, Cinthiapun duduk kembali sambil memikirkan ajakkan Rais tadi yang ternyata Cinthia inginkan juga. Lumayan sih sebenernya,tebengan gratis. Pas banget gue lagi nggak punya uang, pikir Cinthia..

Part 3

"Jadi, tolong ceritain siapa itu Rais? Gimana kenalannya? Dan kenapa lo tiba-tiba turun dari mobil gue dan balik lagi ke sekolah?" tanya Gaudy selayaknya polisi yang sedang menginterogasi pelaku supaya mengaku.

Hari itu adalah hari Sabtu dan Senin depan ujian semester pertama sudah dimulai. Sesuai rutinitas mereka, setiap hari Sabtu sebelum ujian, Yama, Gaudy, Cinthia dan Urdha membahas soal-soal seputar IPA seperti matematika, Fisika, Kimia dan Biologi yang akan mereka bertiga kerjakan dan tanyakan kepada orang yang sangat rajin mengikuti les jeng...jeng...jeng URDHA PERDANA!!! Sabtu itu jadwalnya rumah Cinthia yang menjadi tempat belajarnya anak-anak. Dan kebetulannya lagi, Gaudy, Urdha dan Yama bisa mengorek informasi tentang Cinthia yang lagi banyak misteri dan rahasia-rahasia yang belum diberitakannya kepada mereka. Karena Cinthia berada di rumahnya sendiri, dia nggak bisa kabur kemana-mana. Ho...ho...ho...dasar teman-teman yang berotak busuk.

"Woy! Cin! Jangan diem aja! Jelasin donk ke kita semua!" kata Yama sambil memasukkan segenggam keripik singkong ke dalam mulutnya. Cinthia yang sudah terpojokkan oleh todongan teman-temannya itu hanya diam saja. Cinthia berpura-pura serius mengerjakan soal yang ada di hadapannya. Dengan suara yang teramat pelan, dia bertanya ke pada Urdha mengenai soal tersebut. Tapi, seperti yang lain, Urdhapun ingin tahu tentang Rais. Bagi mereka, Rais adalah sosok misterius yang membuat Cinthia bertindak aneh kemarin.

Cinthia menarik nafas dalam-dalam dan kembali mencoba mengerjakan soal di depannya sebisa mungkin, semampu dirinya.

"Cin, kan lo sendiri yang bilang bakal cerita tentang hal ini ke kita semua hari Sabtu." Gaudy mecoba membujuk Cinthia. Cinthia melepaskan pandangan dari soal-soalnya berganti memandangi teman-temannya yang penasaran satu persatu. Cinthia merasa dirinya kalah 3:1, Cinthia kalah telak. Cinthia menyingkirkan buku soalnya dan membetulkan posisi duduknya.

"Gue cuma mau kasih tahu, Rais itu temen kuliah kakak gue, Kak Billi. Kita ketemu di acara ulang tahun temen kakak gue. Ya, udah dari sana kita ngobrol dan kita temenan deh!" Cinthia berhenti sejenak melihat tampang-tampang serius yang mendengarkan dan memperhatikannya."Puas?!" tanya Cinthia sedikit berteriak di depan wajah teman-temannya dan menimbulkan gerutu pelan dari mereka.

"Udah itu doank?" tanya Urdha yang masih penasaran. Cinthia mengangguk mengiyakan pertanyaan Urdha. Urdha cuma manggut-manggut tanda mengerti di ikuti gerakkan manggut-manggut dari Gaudy Yama yang sok ngerti.

"OK sekarang kita lanjutin belajarnya! Jangan lupa, Cin mangkoknya udah kosong perlu diisi lagi, nih!" kata Yama sambil menunjuk isi mangkok yang sudah ludes seludesnya.

"Enak aja! Ambil sendiri di dapur!" ujar Cinthia sewot.

"Tapi, guekan tamu." gerutu Yama sambil berjalan keluar kamar mengisi kembali mangkok yang kosong.

...****************...

Tadaaa!!!! Ujian semester pertama sudah di mulai! Nggak terasa tujuh hari sudah berlalu. Untuk momen yang agak spesial dan sedikit menyebalkan ini, Cinthia bangun lebih cepat. Sehabis sholat subuh, dia nggak tidur lagi. Dia belajar pelajaran untuk ujian hari ini, kimia dan bahasa Indonesia.

Jam setengah tujuh, Cinthia sudah berisik teriak-teriak memanggil kakaknya. Billi yang sedang menyantap roti panggangnya menjadi terganggu karena di panggil-panggil Cinthia.

"Diem lo bawel! Gue makan dulu! Ntar juga gue anterin ke sekolah!" teriak Billi. Mendengar komentar sewot dari Billi, Cinthia langsung saja meminta ongkos sama mamanya yaitu mama Wisesa yang tetap stay cool everywher, everytime.

"Kak Billi gue berangkat sendiri aja ah! Daaa!" Cinthia berlalu dari ruang makan dan berangkat sekolah seorang diri. Dalam hati Billi sedikit bersyukur. Lumayan bisa berangkat agak siangan dan nggak usah ngenterin si anak centil yang satu itu! He he he!!

Di halte bis, Cinthia menungu bis yang melewati sekolahnya. Cukup menunggu lima menit saja, Cinthia sudah duduk di dalam bis. Nggak seperti seminggu yang lalu, Cinthia harus berlari-lari mengejar bis. Cinthia celingak-celinguk menoleh ke belakang. Mencari-cari sebuah sosok yang minggu lalu ia temui, Rais. Cinthia sedikit berharapa agar kejadian minggu lalu terulang kembali, tentunya dengan keadaan yang lebih baik. Tanpa sadar, Cinthia teringat saat dia duduk berdua di bis bersama Rais. Uupss...kenapa gue malah mikirin Rais ? Cinthia sedikit tertegun dengan pikirannya barusan. Dia tersenyum. Ngapain sih gue? Emang udah seminggu mereka nggak contact-contactan. Kata Billi sih Rais lagi ada kerjaan. Billi nggak begitu tahu tentang kerjaan Rais. Yang jelas pekerjaan Rais nggak jauh-jauh dari penggunaan komputer.

Cinthia mengetik message buat Rais. Awalnya Cinthia ragu untuk whatssap Rais. Takut mengganggu dan sedikit gengsi. Tapi, entah kenapa Cinthia merasa kangen sama Rais.

Hi, Rais ! Apa kbr? Sori ganggu.

Chayo ya sm krjaannya. Hr ini gw

Ujian smstr nih! Doain yah!

Langsung saja message delivered. Cinthia tersenyum dan menarik nafas dalam-dalam.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!