NovelToon NovelToon

Pernikahan 180 Hari

Kehilangan

Senja mulai turun, menebarkan warna kelabu sendu. tetapi kaki gadis itu masih bergeming dalam kekakuan. dia berdiri gamang menatap gundukan tanah di hadapannya yang berselimutkan kelopak mawar semerah darah, dengan perasaan berduka.

Air matanya tak lagi terbendung kala dirasa hanya hening yang menyelimutinya. Membasahi pipi putih yang kini semerah hidungnya.

Berkali-kali dia menarik napas pendek dan cepat. Sesenggukan. Sesekali jari-jari lentiknya menghapus air yang jatuh itu dengan kasar. tetapi toh tak mengurangi derasnya tetes demi tetes yang mengalir keluar.

Langit seolah mengerti apa yang dia rasakan saat ini, buktinya langit ikut menangis. Tetesan demi tetesan yang makin lama makin tak terhitung jumlahnya jatuh menghantam apa pun yang ada di bumi, termasuk tubuh Jesslyn.

Sebuah payung hitam melindunginya dari tetesan air hujan, dengan enggan dia menoleh kebelakang dan mendapati sang ayah berdiri di sampingnya dengan pandangan sendu.

"Sayang, hujan makin deras. Sebaiknya kita pulang sekarang," ucapnya membujuk.

Kepala itu menggeleng lemah. "Aku masih ingin di sini, Pa. Aku tidak tega jika harus meninggalkan Mama sendirian," ucap Jesslyn dengan parau, jelas sekali jika dia menahan tangisnya.

Tuan Valentino menghela napas berat. Dia sudah menduganya, Jesslyn pasti langsung menolaknya. Dia tahu bila Jesslyn sangat-sangat kehilangan, apalagi dia sangat dekat dengan ibunya. Tuan Valentino pun sangat kehilangan, bahkan dia masih tidak percaya bila sang belahan jiwa telah tiada.

"Jangan seperti ini, Sayang. Mamamu, pasti akan sangat sedih melihatmu seperti ini. Pulang, ya." Mohon Tuan Valentino membujuk.

Tuan Valentino mencoba membujuk Jesslyn supaya dia mau pulang, Jesslyn bisa sakit jika dia terlalu lama kehujanan. "Nak, jangan membuat Papa makin mengkhawatirkan keadaanmu. Pulang, ya." Mohon Tuan Valentino sekali lagi.

Jesslyn menoleh. Melihat wajah sendu ayahnya membuatnya tidak tega, akhirnya Jesslyn pun setuju untuk pulang meskipun dengan sangat berat hati kakinya melangkah pergi. Dia masih tidak rela meninggalkan ibunya sendirian dan kesepian di sana.

Keheningan menyelimuti kebersamaan ayah dan anak tersebut. Mereka sudah di dalam mobil dan melaju pulang. Sesekali Tuan Valentino menatap Jesslyn yang sedari tadi hanya diam dan menatap keluar. Hatinya seperti disayat-sayat melihat keadaan putrinya saat ini. Jesslyn yang biasanya selalu ceria sekarang malah kehilangan semangat hidupnya.

Tuan Valentino meraih tangan Jesslyn dan menggenggamnya. Gadis itu kemudian menoleh dan membalas tatapan ayahnya. "Kau adalah gadis yang kuat. Maka sudah bahagia di sana dan sekarang dia tidak sakit lagi. Seharusnya kau bahagia bukannya malah menangisinya." Ucap Tuan Valentino dengan lembut.

"Aku masih tidak percaya jika Mama telah tiada, Pa. Aku benar-benar belum siap jika harus kehilangannya." Ujar Jesslyn berlinang air mata.

Tuan Valentino membawa Jesslyn ke dalam pelukannya. "Papa, tahu apa yang kau rasakan, Sayang. tetapi tidak baik jika kau menangisinya seperti ini. Relakan dia, Sayang. Biarkan Mama bahagia di sana. Kau tidak pernah kehilangannya Jess, karena selamanya dia hidup di sini, di dalam hatimu." Ujar Tuan Valentino.

Jesslyn menutup matanya dan lagi-lagi air mata mengalir dari pelupuknya. "Mama, aku ingin dia kembali, Pa. Aku merindukannya," Lirih Jesslyn bergumam.

Tuan Valentino menengadahkan kepalanya, mencoba mencegah air matanya supaya tidak menetes. Dia tidak boleh terlihat lemah di hadapan Jesslyn dan membuatnya makin sedih. Dia harus kuat untuk Jesslyn, karena jika dirinya rapuh maka putrinya akan jauh lebih rapuh.

"Jangan seperti ini, Sayang. Mama, pasti akan sedih jika melihatmu seperti ini, sekarang dia sudah tenang dan tidak kesakitan lagi. Relakan dia pergi, Jesslyn. Jangan ditangisi lagi," pinta Tuan Valentino memohon.

Memang tidak seharusnya mereka terus-terusan larut dalam kesedihan dan duka kehilangan. Sekarang Nyonya Valencia sudah tidak merasakan sakit lagi, dia sudah tenang di surga.

Tuan Valentino membawa Jesslyn ke dalam pelukannya , dia berusaha membuatnya merasa tenang. Karena jika bukan dirinya yang menghiburnya, lalu siapa lagi? Karena satu-satunya orang yang dia miliki saat ini hanya dirinya.

xxx

"Aku tidak tertarik, tidak ada satu pun dari mereka yang menarik." Ucap seorang pria sambil melemparkan beberapa lembar foto ke atas meja. Dia diminta untuk memilih salah satu gadis di dalam foto-foto itu sebagai calon istrinya. Tetapi tidak ada satu pun yang cocok dengannya.

Usianya baru dua puluh tujuh tahun. Tetapi dia sudah dituntut untuk segara menikah dan membina rumah tangga oleh kakeknya dengan alasan sang kakek sudah tua dan ingin segera memiliki cicit. Padahal masih ada cucu sulungnya , tetapi dia malah memaksa cucu bungsunya untuk segara menikah.

"Ayolah Lucas, masa iya tidak ada satu pun yang menarik? Kakek sudah menyeleksinya satu per satu, dan mereka yang terbaik. Coba pilih sekali lagi dan lihat baik-baik, siapa tahu bisa berubah pikiran setelah ini." Ucap lelaki tua itu.

"Bukankah masih ada Cris, mengapa Kakek tidak meminta dia saja yang menikah? mengapa harus aku?!" ucap Lucas dengan datar.

"Masalah Cris adalah seorang playboy, akan beda ceritanya jika dia yang menikah." Jawab Kakek Qin.

"Memang apa masalahnya? lagi pula dia sudah matang untuk menikah. Jadi suruh dia saja , aku tidak mau." Tegas Lucas, dia bangkit dari duduknya dan pergi begitu saja.

"Yakk!! Lucas, kau mau ke mana? Kakek belum selesai bicara, cepat kembali!!" seru Kakek Qin namun tidak dihiraukan oleh Lucas. Dia tetap berjalan meninggalkan kediamannya.

Lucas Qin... Adalah putra bungsu dalam keluarga Qin. Dia memiliki seorang kakak laki-laki bernama Cris, kedua orang tuanya meninggal ketika Lucas berusia 10 tahun. Dia adalah sosok pria yang dingin, irit bicara dan bermulut tajam. Berbanding balik dengan Cris yang hangat dan humoris. Jika diibaratkan, mereka bagaikan siang dan malam, musim semi dan musim dingin.

xxx

Sebuah Lamborghini Veneno melaju kencang pada jalanan beraspal. Menembus jalanan kota Seoul di malam hari. Jangan terpaku pada kata malam hari karena Seoul merupakan salah satu kota yang tidak mengenal kata "malam".

Aktivitas di kota ini terus bergulir tanpa henti selama 24 jam penuh, salah satu kota yang tidak pernah mati baik siang maupun malam hari. Siapa pun bisa melihat keramaian lalu lintas dan gemerlapnya gedung bertingkat yang berhiaskan cahaya lampu-lampunya.

Meski keramaian itu didominasi oleh tempat hiburan, seperti klub' malam ataupun tempat karaoke. Mulai dari kelas bawah hingga kelas atas. Banyak orang menyangsikan tetapi nyatanya tempat semacam itu benar-benar ada dan itu nyata.

Deru suara roda bergesekan dengan tanah, berpadu dengan irama musik yang terdengar dari dalam mobil.

Seorang pria tampan duduk di balik kemudi, dengan segala simbol kemewahan yang melekat. Raut wajahnya tampak datar tanpa ekspresi, mobil itu tiba-tiba berhenti ketika lampu lalulintas berganti warna.

Mata hitamnya sesekali melirik ke kiri dan kanan, memperhatikan apa yang ada disekelilingnya. Dan ketika menoleh ke sisi kiri tanpa sengaja matanya bersirobok dengan mata Hazel milik seorang perempuan yang duduk di kursi belakang sebuah sedan hitam mengkilap.

Dan kontak mata di antara mereka berakhir ketika lampu lalu lintas berganti warna. Mobil Sport mewah itu pun langsung melesat pergi meninggalkan beberapa kendaraan lainnya, termasuk mobil sedan yang dinaiki oleh perempuan itu tadi.

xxx

Bersambung.

Halo riders, maaf ya kalau cerita ini di up lagi dari awal. Kemarin sempat macet karena Author lagi kurang enak badan, dan udah mangkrak lebih dari tiga hari. Dari pada dapat teguran dari Platform, jadi author up ulang dari bab awal.

Mohon selalu tinggalkan like dan komen setelah membaca🙏🙏karena jejak kalian sangat berarti buat Author

Gadis Di Lampu Merah

Memandangi langit menjadi rutinitas wajib yang akhir-akhir ini selalu Jesslyn lakukan setiap malam, memang tak ada yang salah dengan kegiatan itu. Namun akan berbeda ketika kegiatan itu dilakukannya di tengah malam dan dengan waktu lama hingga berjam-jam.

Jesslyn menatap langit malam salam diam. Angin yang berhembus pelan membelai rambut panjangnya yang terurai, bahkan tidak dia hiraukan rasa dingin yang menusuk hingga ke sum-sum tulangnya.

Tak ada ekspresi pada wajah cantiknya, hanya ada kerinduan serta kesediaan yang terpancar pada mata itu. Jesslyn menutup matanya dan kenangan bersama ibunya kembali berputar di ingatannya.

Flashback:

"Ma, bagaimana menurut Mama? Pantas tidak aku memakai gaun ini?"

Jesslyn berputar di depan ibunya dan meminta pendapatnya perihal gaun yang melekat di tubuhnya. Ibu dan anak itu sedang berada di boutique langganan mereka, sebentar lagi ulang tahun Jesslyn yang ke dua lima dan mereka sedang mencari gaun yang akan dia pakai pada hari jadinya.

Nyonya Valencia tersenyum dan memuji penampilan Jesslyn yang tampak sempurna dalam balutan gaun tersebut. "Perfek. Dari semua gaun yang sudah kau coba, menurut Mama ini yang paling pas dan cocok untukmu. Mama, suka gaun yang ini. Kita ambil yang ini saja." Ucap Nyonya Valencia dan dibalas anggukan oleh Jesslyn.

"Oke, Ma." Jawab Jesslyn sambil tersenyum lebar.

Setelah mengganti gaun itu dengan dress yang dia pakai sebelumnya, kemudian mereka berdua membawa gaun itu ke kasir. "Setelah ini kita pergi ke mana lagi, Ma? Atau sebaiknya kita makan siang? Aku lapar," rengek Jesslyn sambil memegangi perutnya yang keroncongan.

"Boleh juga, kebetulan sebentar lagi sudah masuk jam makan siang." Jawab Nyonya Valencia sambil menganggukkan kepala.

Jesslyn menghentikan langkahnya begitupula dengan Nyonya Valencia ketika mereka melihat orang-orang berkerumun diseberang jalan. Mereka tidak tahu apa yang terjadi, tetapi sepertinya baru terjadi kecelakaan. Karena penasaran, Jesslyn bertanya pada seorang pria setengah baya yang baru dari sana.

"Paman, maaf mengganggu. Memangnya apa yang terjadi di sana?" tanya Jesslyn penasaran.

"Oh itu, seorang wanita tewas setelah menyelamatkan putrinya yang nyaris menjadi korban tabrak lagi." Jawab pria itu dan pergi begitu saja.

Sontak Jesslyn menoleh dan menatap kerumunan tersebut dengan tatapan yang sulit diartikan. Hatinya tiba-tiba berdenyut sakit, dia membayangkan jika dirinya yang berada diposisi si anak. Lalu pandangannya bergulir pada Ibunya.

"Ma, berjanjilah kepadaku jika kau tidak akan meninggalkanku apa pun yang terjadi." Ucap Jesslyn pada ibunya.

Nyonya Valencia menggenggam mengusap rambut panjang Jesslyn yang terurai sambil menggelengkan kepala. "Tentu saja tidak, mana mungkin Mama tega meninggalkanmu. Kita akan bersama terus sampai kau memiliki anak dan cucu, Mama janji." Ujar Nyonya Valencia dan membuat senyum Jesslyn mengembang lebar.

Jesslyn berhambur memeluk ibunya. "terima kasih, Ma. Dan Mama harus menepati janji itu." Ucap Jesslyn sambil mengerutkan pelukannya.

Nyonya Valencia tersenyum. Dia mengangkat kedua tangannya lalu membalas pelukan putrinya. "Baiklah, Mama janji."

Flashback End:

Jesslyn membuka kembali matanya yang sebelumnya tertutup dan menghela napas. Cairan-cairan bening tampak bercucuran dari pelupuk matanya dan membasahi wajah cantiknya. Gadis itu mendongakkan kepalanya dan menatap langit malam.

"Kau bohong, Ma. Kenapa Mama tidak menepati janji itu? Mama, malah pergi dan meninggalkanku. Ini tidak adil bagiku, Ma. Ini benar-benar tidak adil." Lirih Jesslyn dengan suara parau.

Jesslyn masih belum bisa merelakan kepergian ibunya. Wanita itu begitu cepat meninggalkannya, padahal dia sudah berjanji akan menemaninya sampai dirinya memiliki anak dan cucu. Tapi kenyataannya apa, dia malah meninggalkannya.

Jesslyn menyeka air matanya. Kemudian dia beranjak dari balkon dan kembali ke kamarnya. Tiba-tiba dia mengantuk dan ingin cepat tidur. Jesslyn merasakan lelah pada sekujur tubuhnya, sebenarnya bukan hanya fisiknya saja yang lelah, tapi batinnya juga. Jesslyn sangat-sangat berharap ketika bangun nanti semua yang terjadi dalam hidupnya ini hanyalah mimpi buruk saja.

xxx

Cahaya keemasan perlahan merangkak naik di ujung ufuk timur. Sang Surya telah merangkak naik menuju cakrawala. Siap untuk menyapa kota Seoul dengan kehangatannya, serta membangunkan para manusia kelelahan dari tidur lelapnya supaya tidak melewatkan momen indah yang tercetak di pagi ini.

Kelopak mata itu terbuka perlahan, memperlihatkan sepasang mutiara berwarna kecoklatan. Pandangannya lalu bergulir pada jam yang menggantung di dinding kamarnya dan waktu telah menunjuk pukul 06.30 pagi.

Pria itu menyibak selimutnya lalu pergi ke kamar mandi untuk membersihkan badannya yang terasa lengket oleh keringat. Setelah mandi dan berpakaian lengkap, dia melenggang keluar meninggalkan kamarnya. Alisnya saling bertautan melihat keberadaan seorang wanita di rumahnya, dia sedang berbincang dengan kakeknya.

"Amanda, sedang apa kau disini?" pertanyaan itu menginterupsi obrolan Kakek Qin dan perempuan bernama Amanda tersebut. Keduanya sama-sama menoleh dan mendapati Lucas sedang menuruni tangga dan berjalan menghampiri mereka berdua.

"Lucas, apa-apaan pertanyaanmu itu? Itu terlalu kasar, Amanda disini karena Kakek yang menyuruhnya datang." Sahut Kakek Qin menanggapi pertanyaan Lucas.

"Tapi aku tidak suka dia disini, jadi sebaiknya Kakek usir dia atau aku sendiri yang akan mengusirnya!!" ucap Lucas melayangkan ancaman. Lalu pandangan Lucas bergulir pada Amanda. "Sebaiknya kau pulang saja karena kedatanganmu tidak diterima disini."

"Lucas, kenapa kau sangat membenciku? Memangnya kesalahan apa yang aku perbuat padamu?" tanya Amanda dengan mata berkaca-kaca.

"Siapa yang membencimu? Aku hanya tidak suka padamu." Jawab Lucas menimpali. "Kalau Kakek tidak mau dia pergi dari sini. Biar aku saja yang pergi." Ucap Lucas dan melenggang pergi. Dia berencana untuk sarapan diluar saja, kedatangan Amanda membuat Lucas kehilangan moodnya.

Amanda menghampiri Kakek Qin lalu memeluk lengannya. "Kakek, bagaimana ini? Sepertinya Lucas tidak menyukaiku," ucapnya dengan sedih.

"Sebaiknya kau pulang saja. Kalau Lucas tidak suka padamu dan menolak, Kakek juga tidak bisa berbuat apa-apa." Ucap Kakek Qin.

Kakek Qin tidak berniat untuk menjodohkan Amanda dengan Lucas, dia hanya salah satu kandidat yang Kakek pilihkan untuk Lucas. Tapi karena sang cucu menolaknya, maka Amanda gugur sebagai kandidat sebagai calon istri Lucas. Dan tentu saja Kakek Qin masih memiliki banyak stok kandidat terbaik sebagai calon Lucas.

xxx

"Jesslyn, disini."

Jesslyn menoleh dan mendapati orang yang dia cari melambaikan tangan padanya. Gadis itu tersenyum dan menghampiri orang itu yang tak lain dan tidak bukan adalah sahabatnya. Perempuan itu baru saja pulang dari luar negeri ,dan dia langsung mengajaknya untuk bertemu.

Ketika hendak menghampiri sahabatnya itu. Tanpa sengaja Jesslyn bertabrakan dengan seseorang hingga membuatnya terhuyung ke belakang.

Beruntung orang itu dengan sigap menangkapnya sehingga Jesslyn tidak perlu mengalami hal memalukan. Dan insiden itu membuat mata mereka saling bersirobok. Kedua mata orang yang menabrak Jesslyn sedikit membelalak.

"Gadis di lampu merah?"

xxx

Bersambung

Awal Pertemuan

"Nona, kau tidak apa-apa? Apa kau terluka" seorang lelaki menatap Jesslyn dengan cemas, dia bertanya untuk memastikan keadaannya.

Jesslyn tersenyum ramah pada lelaki tersebut. "Aku tidak apa-apa dan baik-baik saja. Kalau begitu saya permisi dulu." Jesslyn membungkuk tipis dan berlalu dari hadapan orang itu yang tidak lain dan tidak bukan adalah Lucas.

Kemudian Lucas berbalik badan, lensa matanya yang berwarna kecoklatan menatap punggung gadis itu yang makin menjauh dengan tatapan yang sulit di jelaskan.

Baru kali ini dia bertemu dengan gadis yang mampu membuat darah dalam tubuhnya berdesir. Dan ini kedua kalinya Lucas melihatnya, karena sebelumnya dia pernah melihat gadis itu ketika di lampu merah. Dia adalah gadis yang duduk di dalam mobil sedan hitam hari itu.

"Sunny, maaf aku terlambat." Ucap Jesslyn penuh sesal.

Sunny menggeleng. "Tidak apa-apa. lagi pula aku juga baru sampai. Oya, kau mau pesan apa? Pesan saja yang kau mau, biar aku yang mentraktir mu." Ucap Sunny sambil tersenyum lebar. "Pesan saja semua makanan yang kamu inginkan, dengan senang hati sahabat terbaikmu ini pasti akan mentraktir mu." lanjut Sunny menambahkan.

"Boleh. Kebetulan aku memang memesan semua jenis makanan enak dan mahal di sini." Timpal Jesslyn dengan nada bercanda.

Tidak mungkin Jesslyn meminta Sunny untuk mentraktirnya karena dia sudah mendengar jika kondisi finansial keluarga sahabatnya itu sedang tidak baik-baik saja. Keluarganya baru ditipu ratusan juta dolar hingga membuat perusahaan yang mengalami kerugian yang sangat besar, bahkan Jesslyn mendengar jika perusahaan milik keluarga Sunny terancam gulung tikar.

Tiba-tiba mereka berdua saling diam, suasana menjadi hening. Sunny dan Jesslyn sama-sama diam dan tidak saling berbicara selama beberapa saat, mereka hanya saling memandang dengan tatapan yang tidak ter-artikan. Tetapi kesedihan terlihat dari mata masing-masing.

"Jess, aku turut berdua untuk kepergian ibumu. maaf, karena hari itu tidak bisa hadir di pemakamannya." Sunny meraih tangan Jesslyn dan menggenggamnya.

Jesslyn menggelengkan kepala. "Tidak apa-apa, aku bisa memahami keadaanmu. Aku juga ikut prihatin dengan apa yang menimpa keluargamu. Kau harus kuat, pasti ada jalan untuk mengatasi masalah yang terjadi." Ujar Jesslyn. Dia meletakkan tangan kirinya di atas tangan Sunny yang menggenggam tangannya.

Sunny tersenyum tipis. "terima kasih Mao-Mao." Ucapnya memanggil Jesslyn dengan panggilan kesayangannya.

"Sama-sama," Jesslyn tersenyum.

Tanpa mereka sadari. Ada sepasang mata dan telinga yang terus memperhatikan dan mendengar semua yang mereka bicarakan sedari tadi. Bukan Sunny, lebih tepatnya Jesslyn yang sedari tadi menjadi pusat perhatiannya. Orang itu terlihat menghubungi seseorang.

"Aku sudah menemukannya, dan aku hanya akan menikah dengan pilihanku saja!!" ucap orang itu kepada seseorang yang dihubunginya.

Dan tanpa menunggu jawaban dari orang yang dihubunginya, lelaki itu kemudian memutuskan sambungan telfonnya. Dia bangkit dari kursinya dan pergi begitu saja. Akhirnya ada juga perempuan yang mampu membuatnya tertarik, dan dia itu berbeda dengan kebanyakan perempuan yang dia temui di luaran sana.

xxx

Di sebuah ruangan yang tidak bisa dikatakan biasa-biasa saja. Terlihat dua pria berbeda usia, yang satu akhir empat puluh tahunan dan satu lagi sekitar tujuh puluh tahunan terlibat dalam obrolan yang sangat serius. Mereka berdua adalah Tuan Valentino dan Kakek Qin, dan kedatangan pria tua itu untuk melamar putri Hans Valentino yang pastinya adalah Jesslyn.

"Saya tidak bisa memberikan keputusan apa-apa, karena yang menjalaninya adalah Jesslyn bukan saya. Anda bisa menanyakannya sendiri padanya saat dia pulang nanti," ucap Hans Valentino.

"Tidak masalah, aku juga tidak akan memaksa jika dia menolaknya. Dan sebagai orang tua kita hanya bisa mendukung keputusan anak-anak," jawab Kakek Qin.

Kakek Qin sangat-sangat berharap semoga Jesslyn mau menerima pinangannya. Dia adalah kandidat terakhir, dan bibit paling unggul di antara semua bibit yang hendak dia jodohkan dengan Lucas. Karena jika Lucas dan Jesslyn bersama, Kakek Qin tidak bisa membayangkan bagaimana keturunan mereka nantinya.

xxx

Jesslyn duduk di halte bus, menunggu kedatangan kendaraan umum tersebut sambil menikmati semilir angin, wajahnya menengadah menatap langit siang yang gelap.

Cahaya matahari menyeruak melewati celah mendung yang menutupi sebagian langit, mencoba menerobos kapas tebal yang menghalangi jalannya ke bumi. Langit tengah muram meskipun belum ada tanda air akan segera tumpah dari sana. Jesslyn memperhatikan beberapa orang yang berlalu lalang di depannya.

Tiba-tiba segerombolan pria berpenampilan serampangan berjalan kearahnya, membuat Jesslyn menjadi sedikit panik dan takut. Apalagi di halte tidak ada orang lain selain dirinya. Bagaimana jika mereka berbuat yang tidak-tidak padanya? Bagaimana jika mereka akan menyakitinya? Jesslyn benar-benar takut.

Jangankan mengalaminya, membayangkannya saja sudah membuatnya ketakutan setengah mati. Jesslyn meremas dress yang membalut tubuhnya ketika para preman itu berhenti tiba-tiba berhenti dan mengapitnya. Dua diantaranya memblokir jalan supaya dia tidak bisa pergi ke mana-mana.

Dan di saat Jesslyn mulai frustrasi, tiba-tiba ada sebuah tangan yang menariknya dan membawanya menjauh dari mereka semua. Ketika preman-preman itu hendak menahannya, sebuah moncong senjata mengarah pada mereka dan membuat ketujuh preman itu ketakutan dibuatnya.

"Jangan coba-coba mendekat atau aku tidak akan segan-segan menghabisi kalian semua!!" ucap orang itu memberi ancaman. Dia menarik lengan Jesslyn dan membawanya masuk ke dalam mobilnya.

"Terima kasih untuk pertolongannya, kalau tidak ada Tuan entah bagaimana nasibku tadi." Ucap Jesslyn, dia mengucapkan terima kasih pada pria penolongnya.

"Lain kali lebih hati-hati lagi, tidak aman bagi perempuan bepergian sendirian apalagi memakai kendaraan umum." Ucap laki-laki itu memperingatkan.

Jesslyn mengangguk. "Ya, aku mengerti."

"Di mana rumahmu? Aku akan mengantarmu, tunjukkan jalannya." Ucap orang itu lalu menghidupkan kembali mesin mobilnya. Dalam hitungan detik, mobil sport mewah itu melaju kencang pada jalanan kota yang lumayan legang.

Sesekali laki-laki itu menatap gadis yang duduk disebelahnya, menatapnya selama beberapa detik dan kembali fokus pada jalanan di depan sana. Tidak ada obrolan diantara mereka berdua, hanya keheningan.

Sadar diperhatikan, Jesslyn pun menoleh membuat pandangan mereka bertemu. "Kenapa kau terus menatapku? Apa ada sesuatu di wajahku?" tanya Jesslyn sambil memegang kedua pipinya. Dia takut jika ada yang tidak beres di wajahnya.

Laki-laki itu menggeleng. "Tidak ada," dan menjawab singkat.

"Oh. Oya, kita belum berkenalan. Aku Jesslyn, jika boleh tau nama Tuan siapa?" tanya Jesslyn. Gadis itu mengulurkan tangannya.

laki-laki itu tidak langsung menerima uluran tangan Jesslyn dan hanya menatapnya dengan pandangan datar. Dan kode mata Jesslyn, akhirnya dia pun menerima uluran tangan tersebut.

"Namaku, Lucas."

xxx

Bersambung

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!