NovelToon NovelToon

Terpikat oleh FUCKBOY

sebatang kara

Mah...pah...

"kenapa mereka seperti ini dok?"

"kenapa mereka tidak bernafas"

pertanyaan demi pertanyaan yang ada diutarakan Tamara kepada dokter yang sedang berusaha untuk mengobati kedua orang tua Tamara. meskipun Tamara masih kecil, dia tidak terima dengan keadaan orangtuanya yang sudah berlumuran darah. bahkan beling beling kaca tertusuk di dada ayah nya. sedangkan Tamara hanya terluka kecil meskipun dia mengalami trauma pasca kecelakaan tersebut.

dokter Rivan.

dokter yang sedang berusaha untuk menyelamatkan kedua orang tua Tamara. tetapi naasnya kedua orangtua Tamara tidak bisa diselamatkan karena ayah dan ibunya mengalami pendarahan yang sangat banyak. sehingga harus membutuhkan banyak darah.

Tamara terus memukul dokter tersebut tetapi dokter Rivan sama sekali tidak bergeming dan bahkan dokter Rivan hanya berdiri mematung dan sesekali dia meneteskan air matanya.

para suster dan banyak orang juga mengalami hal seperti yang sedang di rasakan oleh dokter tersebut.

Tamara pun terduduk dan menunduk dengan lesu.

"sekarang siapa lagi yang menyisir rambut Tamara..mah?"

"siapa yang akan menggendong tamara kalau Tamara susah untuk tidur pah?"

ucap Tamara sambil menangis sesegukan.

dokter Rivan pun mendekati dan mengelus rambut Tamara dengan lembut.

"kamu anak yang baik. dokter tau kalau kamu pasti kuat untuk menghadapi ini semua"

ucap dokter tersebut.

tetapi Tamara sama sekali tidak bergeming.

dokter hanya pasrah dan dia pun kembali ke ruangan dan menyuruh suster tersebut supaya melakukan pemakaman.

tiba tiba suster tersebut mendekati dokter Rivan.

"maaf dok, tidak ada satupun yang datang ke rumah sakit ini. apalagi keluarganya. jadi, kita harus ngelakuin apa dok?"

tanya suster tersebut.

dokter menghela nafasnya dengan panjang.

"hufff, kasihan sekali anak itu. kalau begitu biarkan saya saja yang menanggung semuanya"

jawab dokter Rivan.

dan tidak butuh waktu lama akhirnya kedua orang tua Tamara pun di makamkan. Tamara yang ikut menyaksikan pemakaman kedua orang tuanya tersebut dan lagi lagi dia tersungkur ke tanah dan sesekali dia mencium papan nama yang bertuliskan nama ayah dan ibunya.

"mah, pah. Tamara tidak tau lagi harus ke mana? Tamara ngak kenal dengan dunia ini?

kenapa kalian kejam sekali mah, pah. kalian meninggalkan saya seorang diri."

"mahh, pahh. jemput tamara. Tamara ingin bersama kalian"

teriak Tamara.

dokter Rivan yang juga ikut menyaksikan penguburan kedua orang tua Tamara lagi lagi dia meneteskan air matanya.

dia pun berlutut dan mengelus kepala Tamara.

"nak, siapa nama kamu?"

Tamara pun menatap dokter Rivan dengan mata yang sembab

"tamara putri"

jawab tamara

dokter Rivan tersenyum karena tamara masih mau untuk menjawab pertanyaan darinya.

"nama yang cantik dan bagus seperti orang nya"

senyum dokter Rivan.

Tamara hanya tersenyum kecil dan dia kembali menatap tumbukan tanah yang ada di depan dengan bunga bunga yang bertaburan. dan lagi lagi Tamara kembali menangis dan sesekali dia mengais kuburan orang tua nya tersebut

"jangan Tamara. kamu harus ikhlas kan kedua orang tuamu. dokter tau kamu pasti akan bisa mandiri dan sukses nantinya"

ucap dokter Rivan sambil menenangkan hati Tamara.

tetapi Tamara sama sekali tidak bergeming dan bahkan dia menidurkan kepalanya di atas tumpukan tersebut.

dokter Rivan lagi lagi mencoba untuk menenangkan hati Tamara.

"gimana kalau nak Tamara, dokter bawa ke rumah"

tanya dokter Rivan.

mula mula Tamara tidak bergeming tetapi akhirnya dia langsung menatap dokter Rivan dengan tatapan penuh harapan.

"Tamara bisa tinggal di rumah dokter?"

tanya Tamara.

dokter yang mendengar dan melihat Tamara dia pun tersenyum.

"Iyah, dokter akan bawa kamu ke rumah dokter. dan di rumah dokter kamu pasti tidak akan kesepian. sebab di rumah dokter ada anak dokter. namanya Keisha"

ucap dokter Rivan tersebut.

"tapi dokkkk...."

jawab tamara dengan bimbang.

"kenapa Tamara. kamu yang sedang mengganjal di hati mu?"

tanya dokter Rivan.

"Tamara belum kenal dokter. Tamara takut kalau terjadi sesuatu dengan Tamara"

dokter Rivan lagi lagi tersenyum dengan tatapan tamara yang sudah mulai takut.

"Tamara.. dokter Rivan ngak akan melakukan hal jahat kepada Tamara. anggap saja dokter Rivan ini teman nya kedua orang tua Tamara. okk"

jawab dokter Rivan untuk membuat Tamara tenang.

Tamara berpikir dengan keras.

"tapi saya pikir pikir dokter ini memang baik, semoga saja dokter ini akan menjaga Tamara sampai Tamara balas Budi kepadanya"

ucap hati Tamara.

"hayooo"

ajak dokter rivan.

dokter Rivan yang mengulurkan tangan nya kepada Tamara . dan Tamara pun mengulurkan tangannya meskipun dia masih berusaha untuk membuang hal hal kotor yang ada di pikiran nya.

dan tidak butuh waktu lama akhirnya dokter Rivan dan Tamara sudah sampai di rumah.

karena dokter Rivan tidak mempunyai jadwal lagi di rumah sakit, akhirnya dokter Rivan bisa lebih tenang berada di rumah nya

tok

tok

tok

suara pintu yang di ketok oleh dokter Rivan. dan beberapa menit kemudian, pintu tersebut terbuka dan melihat istri serta anak perempuannya

"mas, kok lama bangat sih pulang nya?"

ucap Ririn istri Rivan yang sedikit mengeluarkan suara yang keras.

dan tiba tiba juga anak perempuannya dengan mendengus tanda kesal kepada ayah nya itu.

"lagi lagi ayah lama pulang nya!"

ucap Ajeng.

dokter Rivan hanya tersenyum menjawab pertanyaan dari mereka.

"Iyah, papa minta maaf karena lama pulang nya. tapi ini kan demi kalian berdua juga. papa harus lembur, kerja. supaya bisa menafkahi kalian"

jawab dokter Rivan

Ririn dan Ajeng lagi lagi mendengus.

dan tiba tiba saja Ajeng menatap Tamara dengan benci

"siapa dia? kenapa papa bawa dia kesini?"

ucap Ajeng dengan kesal.

"oh ini,. kenalin dia Tamara. mulai hari ini Tamara akan tinggal bersama kita. biar kamu ngak kesepian sayang"

Jawab dokter Rivan

Tamara dengan senyumnya dan sopan dia menyalam tangan Ririn tetapi langsung di tepiskan oleh Ririn.

dan beralih kepada Ajeng,

"kamu itu ngak sadar yah. tangan kamu itu kotor, pasti kamu anak jalanan yang di pungut oleh papa ku kan?"

tanya Ajeng dengan suara tawanya.

"Ajeng!!! tidak boleh ngomong seperti itu nak. siapa yang ajarin kamu seperti itu. Tamara hanya ingin kenalan sama kamu nak"

ucap dokter Rivan yang terlihat kesal dengan anak perempuanya itu.

Ririn yang tidak terima karena dokter Rivan membentak Ajeng.

"apa apaan sih kamu mas. kamu berani membentak anak kamu dan membela anak pungut ini. kamu memang keterlaluan mas"

ucap Ririn dan langsung membawa Ajeng ke dalam.

dokter Rivan memicit kepalanya yang sudah mulai pusing

Tamara hanya terdiam

"maafin sikap istri dan anak dokter yah. mereka itu sebenarnya orang baik, mereka hanya belum terbiasa dengan orang luar"

ucap dokter Rivan tersenyum kepada Tamara.

Tamara hanya tersenyum dan di dalam hatinya dia ingin pergi tetapi tamara tidak mau dokter Rivan kecewa. karena dokter Rivan juga sudah baik kepada Tamara terutama berkorban untuk membiayai penguburan kedua orang tuanya.

"ngak apa apa kok dok. Tamara ngak apa apa"

jawab tamara.

"oh yah, jangan panggil dokter yah. panggil saja om"

"baik om"

jawab tamara.

tidak suka

Kehidupan yang di jalanin oleh Tamara yang berawal kembali pahit di mana Ririn istri sang dokter dan anak perempuanya Ajeng sama sekali tidak pernah menyukai kedatangan dari Tamara. hingga akhirnya mereka pun menyiksa dan memanfaatkan Tamara. seperti menyuci, mengepel, memasak dan melakukan pekerjaan lainnya.

Tamara yang merupakan anak yang baik dan dia sama sekali tidak balas dendam ataupun ingin melawan kelada mereka.

karena dalam hati Tamara. dia bersyukur karena masih ada dokter Rivan yang masih mau menanggung dia.

""Tamara...Tamara!!!!"

teriak Ririn.

tamara tergopoh gopoh dari dapur ke ruang tamu karena ada panggilan dari Ririn.

"Iyah Tante"

jawab Tamara.

"Tante...Tante... sejak kapan saya punya keponakan dekil seperti kamu"

ucap Ririn dengan kesal. sedangkan Ajeng hanya tersenyum sinis karena melihat Tamara akan di siksa oleh ibunya.

"sekrang, kamu harus pergi ke pasar belanja. selesai dari itu kamu harus masak. Jangan ngebantah atpaun melawan kepada saya. ngerti kamu!!!!"

lagi lagi Ririn teriak yang membuat kuping tamara hampir meledak.

"baik Tante. Tamara akan pergi ke pasar"

"nih, uang nya. kamu harus hemat. pasar tidak terlalu jauh, kamu harus jalan kaki supaya duitnya pas untuk belanja. dan satu lagi"

Ririn berdiri dan berdiri di depan tamara sambil memang dagu tamara dengan keras sehingga Tamara merasakan sakit.

"kamu jangan pernah sekali sekali melaporkan atau mengadu kepada mas Rivan. kalau sampai kamu buka mulut saya ngak akan segan segan untuk membunuh dan mengusir kamu dari rumah ini. ngerti!!!!"

ancam Ririn yang membuat Tamara merasakan ketakutan.

dan Ririn juga tidak segan segan untuk mendorong Tamara.

"cepatttt!!! lambat amat sih"

dorong Ririn. sedangkan Ajeng merasa senang karena Tamara disiksa oleh ibunya.

Tamara pun ke pasar dengan jalan kaki meskipun pasar tidak terlalu jauh tapi Tamara yang belum pernah sama sekali melakukan pekerjaan ini merasakan kesakitan.

dia hanya meneteskan air matanya dan sesekali berdoa dalam hatinya.

"mah..pah.. begitu senang nya kalian meninggalkan Tamara seperti ini. apakah kalian senang di alam sana? sedangkan Tamara harus mendapatkan perlakuan seperti ini demi melanjutkan hidup Tamara. Tamara juga ngak tau kalau Tamara akan hidup"

ucap Tamara dalam hatinya.

dan tidak butuh waktu yang lama akhirnya Tamara pun sampai di pasar. dan Tamara langsung belanja seperti sayuran, tomot, lauk pauk.. Tamara yang sudah mulai menginjak usia remaja.

sekitar 30 menit akhirnya Tamara telah selesai belanja dan dia pun bergegas untuk pulang sebelum Tante dan anak nya marah kembali kepada Tamara karena lama.

dan tanpa disengaja ketika tamara jalan kaki, dia berpapasan dengan Alex. teman kecilnya sewaktu dulu. Alex yang merupakan anak orang kaya yang selalu naik mobil terkenal dan kemana mana harus di kawal.

Tamara yang tidak sengaja melihat Alex dari jendela mobik tersenyum.

"alexxxx....Alex"

teriak Tamara memanggil manggil nama Alex. tetapi Alex sama sekali tidak melihat ataupun mendengar panggilan dari Tamara. Alex yang mendapat kabar bahwa Tamara dan kedua orang tuanya telah meninggal dan bahkan Alex juga belum mengetahui di mana kuburan teman kecilnya itu. Alex yang merasa kesepian karena Alex dan Tamara selalu bermain. karena hanya tamara yang mau berteman dengan Alex.

Alex yang bersikap kadang bipolar hingga membuat teman teman nya menjauh dari Alex tetapi tidak dengan Tamara.

Tamara bahkan bisa membuat Alex menjadi lebih baik dan bahkan dia sangat ceria. karena ketraumaan Alex dan kebencian Alex kepada kedua orang tuanya yang selalu mengalahkan Alex karena adiknya Alex meninggal.

kedua orang tua nya yang menganggap Alex adalah pembunuh dari adiknya sendiri meskipun Alex selalu membantah dan berkata jujur. tetapi kedua orang tuanya sama sekali tidak terima dan selalu mengalahkan Alex.

dan pasca kejadian tersebut kedua orang tua Alex tidak mau memperdulikan Alex meskipun kebutuhan dari makan sampai biaya sekolah terpenuhi.

tetapi dalam hati Alex, dia tidak terima.

karena yang dia butuhkan sekarang hanya kasih sayang dari kedua orang tuanya.

kembali dengan Tamara.

Tamara yang masih berteriak memanggil manggil nama Alex akhirnya pupus juga.

"apakah Alex tidak mengenali ku ataukah dia tidak mau berteman lagi dengan ku"

ucap hati tamara.

sedangkan Alex yang berada di dalam mobil merasakan ada yang memanggil nya dan tiba tiba saja Alex menyuruh supir nya untuk menghentikan mobil tersebut. Alex langsung membuka jendela dan dia mengeluarkan kepalanya untuk melihat sumber suara tersebut. tetapi apa yang di dapat, dia tidak melihat orang di belakang.

"apakah aku hanya berhalusinasi, sepertinya tadi ada yang memanggil ku"

ucap Alex.

Tamara yang merasa sedih karena bukan hanya kedua orang tuanya yang meninggalkan dia bahkan teman kecilnya alex juga tidak mendengar panggilan nya.

Tamara hanya menghela nafasnya dengan panjang.

dan tiba tiba dia pun teringat kalau dia harus cepat cepat untuk masak

"bodoh...Bodoh... kamu harus cepat tamara sebelum kamu di marahi oleh Tante Ririn nantinya"

ucap Tamara dan langsung berlari lari kecil sambil menenteng tas belanjaanya

sesampainya Tamara di gerbang dan membuka pintu Tamara kaget ketika mendapati bahwa Tante ririn dan Ajeng sudah berdiri dan berkacak pinggang.

"darimana saja kamu tamaraaaa!!! kamu ngak lihat kami dari tadi nungguin kamu. kamu lelet amat sih jadi pembantu"

ucap Ririn yang tidak segan segannya untuk memarahi Tamara meskipun dokter Rivan selalu berkata kepada Ririn supaya bersikap baik peada Tamara.

"maaf Tante. Tamara ngak akan ngulangin lagi"

ucap Tamara sambil menundukkan kepalanya.

Ajeng mendengus.

"bilang saja kalau kamu ingin diratukan di rumah ini kan Tamara. kamu jangan berharap kalau kamu akan hidup tenang di rumah ini sebelum kamu keluar dari rumah ini.. karena apa!?karena semenjak kamu menginjakkan kaki ke rumah ini saya ngak pernah suka dengan kehadiran kamu. kalau bukan gara gara papa ku"

ucap Ajeng

Tamara lagi lagi meneteskan air matanya.

" maafin saya Ajeng. kalau memang kehadiran saya di rumah ini membuat kalian tidak nyaman. saya akan meminta izin kepada om Rivan supaya Tamara keluar dari rumah ini"

jawab Tamara.

"gitu dong jadi anak yang baik. harusnya dari awal kamu itu udah keluar dari sini..sekarang kamu masak, kamu sudah kelaparan dari tadi"

ucap Ririn dan lagi lagi dia mendorong Tamara.

ketika Tamara melangkahkan kakinya. Ririn kembali memanggil Tamara.

"Tamara,.kamu jangan berharap kalau kamu menyukai kamu berada di tempat ini. Saya dan anak saya ngak pernah menyukai orang seperti kamu karena kamu hanya benalu di rumah ini"

ucap Ririn kepada Tamara.

Tamara hanya mengangguk dan dia pun kembali ke dapur

lagi lagi Tamara menghela nafasnya dengan panjang,.

"mah..pah.. sampai kapan hidup tamara akan seperti ini. apakah Tamara sebaiknya ikut sama kalian

.kalian begitu kejam meninggalkan Tamara seperti ini"

ucap hati Tamara.

dipermalukan

Tamara yang sudah menginjakkan kakinya di SMA dan bahkan dia satu sekolah dengan Ajeng. Ajeng yang selalu ingin menyingkirkan Tamara dari hidupnya. karena sejak Tamara berada di rumah nya dan bahkan Tamara sudah di anggap oleh dokter Rivan sebagai putrinya sendiri.

Tamara yang sudah berulang kali untuk izin keluar dari rumah tetapi dokter rivan tidak memperbolehkan Tamara untuk keluar.

"maaf om, Tamara bukannya ngak sayang sama keluarga om. justru Tamara sangat berterima kasih dan bersyukur karena masih ada orang baik yang membantu saya"

ucap Tamara yang mulai menahan air matanya.

dokter Rivan memegang pundak Tamara dengan lembut.

"nak Tamara, om sudah menganggap kamu seperti Ajeng. kamu tidak boleh ngomong seperti itu. kamu sudah om anggap putri om sendiri"

ucap dokter Rivan

Tamara yang melihat ketulusan hati dari Rivan kembali luluh. dia sebenarnya sangat bahagia karena masih dokter Rivan yang masih peduli dengan kehidupan Tamara.

"tapi om..."

ucap Tamara yang langsung di potong oleh Rivan

"apa gara gara istri dan putri saya makanya kamu ngak betah Tamara?"

tanya dokter Rivan tiba tiba hingga Tamara terkejut

"ngakkkkk. kok om. mereka itu baik sama om"

jawab Tamara meskipun sebenarnya Ririn dan Ajeng selalu menyiksa dan bahkan mempermalukan Tamara.

ketika Tamara ingin beranjak tiba tiba saja dokter Rivan memanggil Tamara.

"Tamara...."

panggil dokter Rivan kemudian Tamara menoleh kebelakang.

"Iyah om. ada apa?"

"kamu sudah lulus dari SMP. dan om rencananya ingin mendaftar kan kamu ke sekolah yang elit"

Tamara sangat bahagia tetapi di lain sisi dia merasa tidak pantas untuk mendapatkan itu semua.

tiba tiba saja Tamara tersenyum dengan lembut kepada dokter Rivan.

"ngak om. Tamara ngak pantas sekolah disana"

ucapnya.

"siapa bilang kamu ngak pantas Tamara"

tanya dokter Rivan yang berdiri dan tiba tiba saja Ajeng dan Ririn berada disana.

"Ajeng yang bilang tidak pantas pah"

sahut Ajeng dengan santainya.

dokter Rivan dan Tamara menoleh ke arah sumber dan ternyata itu adalah Ajeng.

"buat apa sih papa capek capek nyekolahin dia ke sekolah yang elit seperti itu. emang dia pantas pah. dia juga sebatang kara"

dengus Ajeng.

"tutup mulutmu ajeng. kamu tidak boleh berkata seperti itu kepada tamara"

"emng kenyataanya begitu kan pah. dia dibesarkan oleh papa, harusnya dia balas Budi kepada papa bukannya malah menyusahkan papa seperti ini"

ucapan demi ucapan dan bahkan Ajeng tidak segan segan mengucapkan kata kata yang membuat Tamara kembali teringat dengan masa lalunya.

dokter Rivan hampir tidak bisa mengontrol emosinya.

"ngak, ini keputusan papa dan tidak boleh di ganggu guat oleh siapapun sekalipun itu tamara. dan Tamara, kamu harus tetap sekolah di sana. karena kamu itu sangat pintar"

ucap dokter Rivan hingga membuat Ajeng tambah kesal.

"mas, sebenarnya Ajeng itu anak mas bukan sih! kenapa selalu anak pungut ini selalu mas yang bela. emang sebegitu berharga mas di matanya"

teriak Ririn dengan kesalnya karena suaminya selalu membela tamara.

dokter Rivan menghela nafasnya dengan panjang.

"saya ngak pernah membela tamara di depan kalian. memang tamara itu pintar dan bahkan dia selalu mendapat ranking di kelasnya. dan mas juga menganggap dia sebagai putri mas sendiri. Dan kamu Ririn harusnya kamu mengajari Ajeng seperti Tamara. jangan cuman happy doang kerjaannya"

jawab dokter Rivan.

Ajeng menghentakkan kakinya dan mengomel dengan keras sambil berkata kasar kepada Tamara.

"dasar anak pungut. ini semua gara gara Kamu. memang tidak tahu malu, harusnya kamu itu sadar di rumah ini siapa. kamu itu cuman anak pungut yang di kasihani oleh papa ku"

sungut Ajeng dengan mata melotot kepada Tamara.

Tamara hanya terdiam sambil meremas tangannya.

"tutup mulut mu Ajeng. papa ngak pernah mengajari kamu untuk menghina orang apalagi Tamara"

teriak dokter Rivan.

"om, udah om. Ajeng ngak salah harusnya Tamara memang harus sadar diri disini om. Tamara sangat sangat bersyukur karena keluarga om sangat baik kepada Tamara"

ucap Tamara yang masih menahan air matanya.

"ngak Tamara. kamu berhak untuk mendapatkan semuanya. dan om harap kamu tetap harus sekolah di sana..tidak ada pengecualian"

ucap dokter Rivan dan meninggalkan mereka di ruang tamu

Ajeng lagi lagi kesal dan mendekati Tamara dengan tatapan membunuh.

"kamu bisa menang untuk saat ini. tapi lihat aja nanti, saya ngak akan segan segan untuk mempermalukan kamu di sekolah atau di mana pun itu nantinya"

ucap ajeng setengah tertawa.

mereka pun meninggalkan Tamara sedangkan Tamara hanya merenungi nasib nya dan dia pun beranjak ke kamarnya.

dan sesampainya di kamar dia kembali menangis dan melihat lihat foto orangtuanya.

"mah, pah. gimna kabar kalian disana? apakah kalian bahagia. Tamara pengen di jemput oleh papa dan mama. Tamara sama sekali tidak kuat untuk menghadapi kehidupan yang pahit ini"

ucap Tamara sambil menangis memeluk foto orangtuanya tersebut.

dan tanpa tersadar Tamara tertidur karena kecapean.

dan seperti biasa Tamara sudah bangun terlebih dahulu dan dia langsung beres beres kedapur dan tidak lupa juga dia masak sebelum kelurga Rivan bangun.

dan sekitar setengah 6 , dokter Rivan, Ririn dan Ajeng bangun dan sudah melihat bahwa rumah nya sudah bersih dan bahkan di atas meja sudah tersedia sarapan.

"wahhh, kamu memang anak yang baik dan bahkan juga rajin Tamara. om sangat berterima kasih kepada kamu Tamara"

Tamara tersenyum karena pujian dari dokter Rivan sedangkan Ririn dan Ajeng mendengus kesal.

"hmm, pagi pagi sudah ada orang yang haus pujian"

ucap Ajeng sambil duduk tanpa ada rasa malunya dan sopannya

Tamara yang mendengar ucapan Ajeng membuat Tamara merasa sedih..dokter Rivan yang melihat Tamara kembali mengelus kepala Tamara.

"nak Tamara. kamu ngak usah peduliin omongan Ajeng yah. sekarang, kamu juga harus siap siap karena om sendiri yang akan mendaftarkan kalian berdua ke sekolah nantinya"

ucap dokter Rivan

Tamara pun kembali tersenyum dan mereka sarapan dan langsung ganti baju.

dan sekitar jam 7 pagi akhirnya dokter Rivan mengantar Tamara dan Ajeng ke sekolah elit tersebut.

Ajeng yang sama sekali tidak mau duduk bersampingan dengan Tamara dan dia pun duduk di depan bersama dengan papanya sedangkan Tamara berada di belakang.

dan sekitar 15 menitan mereka pun akhirnya sudah sampai di sekolah di mana sekolah itu sangat bagus dan luas hingga membuat tamara tersenyum dan sangat senang.

"hayo tamara, Ajeng"

ajak dokter Rivan.

dokter Rivan pun mengajak tamara dan Ajeng untuk ke ruangan supaya mendaftarkan mereka.

petugas yang melihat dokter Rivan yang merupakan teman dari dokter rivan.

"rivannnnn"

panggil Rian

"riannnn bukan"

ucap Rivan. mereka pun berpelukan karena mereka sudah lama tidak pernah bertemu.

"kamu gimana kabarnya. kamu sangat sukses sekarang"

ucap Rian.

Rivan hanya tersenyum.

"seperti yang kamu lihat saya baik baik saja. bagaimana dengan kamu"

"seperti yang kamu lihat juga"

jawab Rian hingga membuat mereka tertawa dengan bahagia.

Tamara yang melihat dokter Rivan tertawa membuat dia pun ikut bahagia sedangkan Ajeng sudah mulai kesal.

"pah,ayo dong pah. Ajeng udah mulai kesal nih pah"

ucap Ajeng.

"oh ini putri saja. ajeng"

ucap dokter Rivan kepada Rian

Ajeng yang merupakan anak yang manja dan tidak ada sopannya sama sekali

"putri kamu cantik Rivan"

puji Rian.

"hmm kalau yang itu, siapa?"

ucap Rian kembali yang melihat Tamara tersenyum

"oh kenalin saya tamara om"

sahut Tamara sambil menyalam tangan Rian.

"wahhh dia sangat cantik. dia juga putri kamu Rivan"

tanya Rian.

"yah bukan lah, cuman saya doang putri nya. dia cuman anak pungut"

sahut Ajeng yang tidak tahu malunya

"Ajeng, tutup mulut mu itu"

teriak dokter Rivan yang sudah mulai habis kesabaran melihat tingkah laku putrinya itu

"oh dia juga putri saya, Rian"

jawab dokter Rivan sambil mengedipkan matanya kepada Rian.

Rian pun mengerti kode yang di berikan oleh dokter Rivan dan tidak memperpanjang masalah tersebut

dan butuh waktu yang agak lama mereka mengonbrol dan akhirnya tamara dan Ajeng pun di daftarkan di sekolah tersebut atas bantuan dari Rian juga.

Tamara yang di tempatkan di kelas unggul sedangkan Ajeng berada di kelas biasa.

Ajeng yang tidak terima dan langsung saja menghina dan mempermalukan Tamara kembali dan bahkan dia juga dengan tidak tahu malunya berkata kasar kepada tamara di depan semua orang.

"dasar anak pungut kamu. tidak tahu malu. harusnya lho itu di kelas biasa kenpaa kamu malah di kelas unggulan. bukan cuman papa doang yang kamu kuasai sekarang di sekolah juga. harusnya kamu itu mati juga sama seperti orangtua kamu itu. atau jangan jangan kamu diajarin oleh kedua orangtua mu seperti ini"

teriak Ajeng. Tamara kembali meneteskan air matanya dan meremas roknya.

dokter Rivan yang sudah habis kesabaran akhirnya memegang tangan Ajeng untuk keluar dari sekolah itu yang disusul oleh Tamara.

"sekali lagi kamu ngomong seperti itu. papa ngak akan segan segan untuk mengeluarkan kamu dari sekolah ini. kamu memang tidak ada sopannya sama sekali ajeng. papa sama sekali ngak pernah ngajarin kamu seperti ini"

ucap dokter Rivan.

tetapi Ajeng hanya melotot kepada Tamara.

" ini semua gara gara anak pungut itu pah. andaikan dia tidak ada di rumah, Ajeng ngak bakalan seperti ini pah. papa bahkan lebih sayang kepada anak pungut itu dibanding anak kandung papa sendiri"

jawab Ajeng dengan sesegukan.

Tamara hanya diam sambil meneteskan air matanya.

dokter Rivan mendekati Tamara.

"Tamara, om minta maaf kepada kamu yah nak. ngak seharusnya kamu mendengar ucapan seperti ini dari anak om"

ucap dokter Rivan yang merasa dirinya telah gagal mengajari putrinya itu.

tetapi Tamara dengan kuatnya sambil tersenyum kepada dokter Rivan

"ngak om. om adalah ayah yang baik, ramah dan bertanggung jawab. Tamara sama sekali tidak mempermasalahkan apa pun yang dikatakan oleh Ajeng om"

sahut Tamara.

dokter Rivan pun terdiam mendengar jawaban dari Tamara.

"nak Tamara. kamu harus bisa bahagia suatu saat nanti. kamu tidak boleh pantang menyerah. om akan selalu ada untuk mu karena om sudah berjanji di depan kuburan orangtua mu kalau om akan selalu ada untuk tamara"

ucapnya.

Tamara pun tersenyum dengan lembut kepada dokter Rivan.

"kalau begitu kita kembali ke rumah. besok kamu harus siap siap lagi sekolah. Tamara harus bisa membuktikan kalau Tamara adalah orang yang bisa di andalkan dan orang pintar"

ucap dokter Rivan

"Iyah om, Tamara ngak akan buat om kecewa. tapi bisa ngak om tamara ke kekuburan papa dan mama dulu. Tamara sudah lumayan ngak pernah menjenguk mereka berdua"

ucap Tamara.

dokter Rivan pun mengangguk

"Iyah ngak apa apa kok nak. nih, nanti ongkos mu"

ucap dokter Rivan sambil memberikan uang kepada Tamara.

"terima kasih om tapi ini kebanyakan"

"ngak Tamara, ini juga sekalian sama beli bunga. nih ambil"

paksa dokter Rivan. dan akhirnya Tamara pun menerima orang tersebut meskipun Tamara sebenarnya punya uang karena dia juga rajin menabung.

"baik om, sekali lagi terima kasih om"

dokter Rivan dan Ajeng pun kembali ke rumah

sedangkan Tamara ingin sekali mengunjungi kuburan kedua orang tuanya.

karena sudah beberapa Minggu itu dia ngak pernah datnag lagi

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!