NovelToon NovelToon

Titik Temu

sekali-kali jadi anak nakal Tha

Dengan langkah tergesa-gesa, seorang gadis membuka pintu hingga menghasilkan suara dentingan yang cukup keras. Seseorang yang sedang selonjoran sembari memainkan game pada ponselnya tersentak kaget mendengar hal tersebut. Ia menatap kesal orang yang berada di hadapannya saat ini. 

"Azka!!" Teriak gadis tersebut marah.

"Apa?" Tanya Azka santai.

"Kamu, apa-apaan sih?!! Ngapain kamu bilang sama Jovan kalau aku suka sama kamu?!!" Teriak Aretha marah.

Azka spontan tertawa mendengar hal tersebut. Ia pikir karena masalah apa sahabatnya itu terlihat sangat marah. Ternyata hanya karena bercandaanya saja. "Bercanda" jawabnya sekenanya. Ia kembali malanjutkan kegiatannya bermain game pada ponsel miliknya.

Melihat tingkah Azka yang tidak ada rasa bersalah sedikit pun, membuat Aretha semakin tersulut emosi. Dengan sekali tarikan, gadis tersebut merebut paksa ponsel laki-laki tersebut "bercanda kamu bilang? Kamu kan tahu kalau aku suka sama Jovan. Kenapa kamu malah bilang aku suka sama kamu?" Kata Aretha marah.

"Bercanda doang Tha, jangan diambil serius. Lagian Jovan nya juga gak mempermasalahkannya kok"

"Dia gak akan mempermasalahkannya karena dia gak tahu kalau aku suka sama dia. Dan sekarang dia tahu nya aku suka sama kamu. Itu masalahnya Azka!!" Aretha merasa frustasi dengan tingkah dari sahabatnya itu. Padahal sudah sedari lama pemuda itu mengetahui tentang rasa sukanya terhadap Jovan, tapi dia malah membuat semuanya menjadi kacau.

Azka menghela napas lelah. Ia menatap Aretha serius "yaudah kamu maunya aku gimana? Bilang sama Jovan kalau yang kamu suka itu dia bukan aku?" Tanya Azka "siniin hp nya, aku telepon Jovan sekarang juga" lanjutnya sembari menyodorkan tangan kanannya meminta ponsel yang saat ini digenggam erat oleh Aretha untuk dikembalikan.

Melihat tanggapan Azka yang seperti itu. Membuat Aretha seketika terdiam, ia bingung harus bagaimana, tidak mungkinkan ia mengakui perasaan nya kepada Jovan. Sangat tidak mungkin.

"Gila kamu?!!" Bentak Aretha kesal.

"Jadi kamu mau nya bagaimana Aretha Zaiba Almira?" 

"Ya gak gimana-gimana. Lagian kamu ngapain bicara seperti itu sih Azka!!"

"Astagfirullah. Bercandaan doang Tha. Sumpah"

"Tapi bercandaan kamu gak lucu Azka!!"

"Yaudah, oke. Aku salah. Aku minta maaf" kata Azka mengalah. Ia sangat yakin bahwa perdebatan ini tidak akan pernah selesai jika ia tidak mengalah. Ia sangat mengenal bagaimana sifat Aretha. Gadis itu sangat keras kepala dan tidak mungkin mau mengalah. Satu-satunya cara agar membuat gadis itu diam hanyalah mengakui kesalahannya dan jangan mengelak.

Aretha menatap Azka geram. Memangnya dengan meminta maaf bisa menyelesaikan semua masalah yang sudah pemuda itu lakukan? Masa depannya sedang di pertaruhkan saat ini. Padahal selama ini ia selalu mengidam-idamkan untuk dekat dengan Jovan dan memiliki hubungan yang serius dengannya. Namun harapan itu sekarang sedang ada di ujung tanduk. Dan semua itu gara-gara ulah Azka sialan!!.

"Azka sialan!!" Umpat Aretha kesal.

Azka menghela napas lelah. Kalau bukan karena truth or dare sialan itu. Ia juga malas untuk mengaku menyukai Aretha. Lagian Aretha sama sekali tidak masuk dalam kriteria idamannya. Aretha hanyalah seorang gadis nakal yang selalu menghancurkan hari-harinya.

"Jangan bilang kalau sebenarnya kamu beneran suka sama aku Ka?" Tanya Aretha curiga.

"Gak lah. Lagian kamu juga tahu kan kalau kamu tidak masuk dalam kriteria idamanku" jawab Azka cepat.

Aretha mendudukkan dirinya disamping Azka. Ia sangat mengetahui perempuan seperti apa yang Azka idam-idamkan untuk menjadi istrinya. Perempuan sholehah yang taat menjalani perintah Allah. Dan Aretha tidak termasuk kedalam semua kriteria tersebut, ia bahkan masih sering melepas jilbabnya.

"Iya tahu. Calon penghuni surga gak mungkin mau sama calon penghuni neraka" Jawaban Aretha membuat Azka mendengus kesal. Ia sangat tidak suka ketika Aretha mengejeknya seperti itu. Lagian manusia mana yang ingin masuk kedalam neraka, tentu saja semua manusia ingin masuk kedalam surga.

"Balikin ponsel aku" pinta Azka. Awalnya ia ingin memarahi Aretha karena dengan seenaknya telah mengambil ponselnya dan membuatnya kalah dalam bermain game. Namun, karena rasa bersalahnya kepada gadis tersebut, ia tidak jadi meluapkan amarahnya.

"Nih!!" Ujar Aretha sembari mengembalikkan ponsel milik Azka.

Aretha memperhatikan Azka yang kembali fokus bermain game. Ia merasa heran kenapa Azka sangat kecanduan dengan game online. Padahalkan gak ada seru-serunya sama sekali. "Ka, kenapa kamu suka banget main game online sih?" Tanya Aretha penasaran.

Azka melirik Aretha sekilas "menghasilkan cuan tentunya" jawab Azka bangga.

Aretha mendelik kesal "padahalkan kamu gak miskin-miskin banget sampai harus cari uang sendiri" 

"Kamu juga gak miskin-miskin amat sehingga harus meminta-minta di belikan album" sindir Azka tepat sasaran.

Aretha menatap Azka kesal. Padahalkan hanya sekali Aretha meminta Azka untuk membelikannya album. Ingat hanya sekali, tapi Azka selalu saja menyindirnya. Saat itu ia meminta uang Azka karena kakaknya belum juga mengirim uang untuknya, sedangkan album idol kesayangannya akan cepat habis. Jadi mau tidak mau ia memeras uang milik sahabatnya itu.

Gadis itu memukul Azka dengan bantal sopa "aku cuman minta satu kali Azka. Satu kali" ujarnya geram.

Azka berusaha menahan emosinya untuk tidak meledak. Padahal tadi dia hampir menang, tapi Aretha selalu saja mengganggunya. "Tha...2 juta bukan uang kecil. Ingat itu" kata Azka dengan penuh penekanan dalam setiap kalimatnya.

"Iya-iya deh. Nanti aku ganti" kata Aretha pelan

"Gak usah" tolak Azka

"Dih..."

****

"Azka, pelan-pelan!!" Teriak Aretha dibalik helm nya.

Aretha mengeratkan pelukannya pada pinggang laki-laki itu. Azka benar-benar mengajaknya untuk ke akhirat saat ini juga. Bisa-bisanya laki-laki tersebut mengendarai sepeda motornya dengan kecepatan yang sangat tinggi.

"Bacot!!" Teriak Azka.

"Ck!!" Aretha sangat benci ketika Azka sedang bad mood seperti sekarang. Padahalkan bukan salahnya kalau air tiba-tiba mati bukan? Salahkan PLN yang tiba-tiba melakukan pemadaman listrik dong. 

"Gara-gara kamu sih Tha" kata Azka kesal.

Aretha menghela napas lelah. Ia menatap gerbang menjulang tinggi yang saat ini sudah tertutup dengan sangat rapat. Kemudian beralih menatap Azka yang sedang duduk diatas motor miliknya dengan tampang frustasi "Gimana dong ka?" Tanya Aretha putus asa.

Azka melirik gerbang sekilas "kalau aku gak masalah untuk bolos. Yang jadi masalah itu kamu Tha" kata Azka bingung.

Azka tidak masalah untuk bolos karena ia kerap kali membolos. Yang membuatnya bingung saat ini adalah gadis kecil yang ada dihadapannya saat ini. Azka sangat tahu kalau Aretha termasuk murid yang sangat teladan. Bahkan Azka dapat menghitung berapa hari Aretha membolos dalam 2 tahun terakhir.

Aretha menatap heran Azka yang kembali menyalakan sepeda motornya. "Naik" perintahnya.

Dengan segera Aretha langsung mendudukkan bokongnya di kursi belakang. Dan tentunya ia langsung memeluk pinggang Azka erat. Ia tidak mau besok pagi ada berita "seorang gadis SMA di temukan meninggal dunia hanya karena terbang dari motor yang dikendarai oleh seorang pemuda dan diketahui pemuda tersebut adalah sahabat dari korban". Kan tidak lucu kalau berita tersebut benar-benar muncul.

"Kayaknya pinggangku benar-benar nyaman untuk dipeluk, sehingga nona muda di belakang terlihat sangat nyaman" sindir Azka. Aretha mendengus kesal mendengar sindiran tersebut. Ia kembali menarik tangannya namun pergerakkannya terhenti karena Azka kembali menarik tangannya untuk kembali memeluk pinggang laki-laki itu.

"Gak usah ditarik juga" kata Azka sembari melajukan sepeda motornya meninggalkan pekarangan sekolah.

"Mau kemana?" Tanya Aretha penasaran.

"Bolos!" Teriak Azka supaya Aretha dapat mendengar suaranya.

"Kenapa?"

Aretha pikir Azka akan membawanya ke gerbang rahasia yang selalu menjadi tempat andalan anak-anak yang suka kesiangan untuk masuk kedalam sekolah. Tapi perkiraannya itu salah, sahabatnya itu justru membawa motornya menjauhi pelataran sekolah.

"Sekali-kali jadi anak nakal Tha".

pesan darimu

Aretha menatap takjub danau yang berada di hadapannya saat ini. Tidak pernah terbayangkan olehnya, jika di tengah-tengah kota metropolitan yang dia tempati. Ternyata masih terdapat danau yang begitu indah dan juga bersih. Mungkin karena jaraknya yang cukup jauh dari jalan raya, sehingga tidak terdengar sedikitpun hiruk piruk kendaraan bermotor. Justru yang terdengar hanyalah suara kicauan burung-burung.

Aretha berjalan mendekati Azka yang saat ini sedang duduk selonjoran di tepi danau "kamu nemuin tempat kayak gini dari mana Ka?" Tanyanya penasaran seraya ikut mendudukkan dirinya di samping laki-laki tersebut.

"Gak sengaja nemu. Kalau lagi suntuk biasanya kesini" jawab Azka dengan senyuman khas nya.

"Kalau bolos sekolah juga kesini?"

Azka melirik Aretha yang saat ini sedang menatap danau dengan wajah tenangnya "sekali-kali, tapi lebih sering nongkrong di warung mang Budi" jawabnya.

Azka awalnya tidak akan mengajak Aretha singgah ke danau ini. Karena danau ini merupakan tempat rahasianya. Namun, dia tidak tahu harus membawa sahabatnya itu kemana. Tidak mungkinkan dia membawa Aretha ke warung mang Budi. Tempat itu sangat tidak baik untuk dikunjungi oleh gadis tersebut.

Karena biasanya, anak-anak yang sering membolos sekolah selalu nongkrong disana. Bahkan, anak-anak geng motor yang terkenal karena kenakalannya dijalanan, juga sering nongkrong disana. Mungkin karena areanya yang cukup terpencil dan jauh dari lingkungan warga. Menjadikan warung mang Budi tempat yang strategis untuk sekedar nongkrong ataupun ngopi bersama.

Minuman keras, rokok maupun obat-obatan terlarang sangat lumrah disana. Jadi, memilih warung mang Budi sebagai tempat untuk membolos bersama Aretha merupakan pilihan yang salah. Dan membawa Aretha ke danau ini adalah pilihan yang sangat pas menurutnya. Yah, tidak ada salahnya berbagi tempat rahasia bersama sahabatnya itu.

"Jovan juga suka nongkrong disana?" 

"Iya"

"Ohhh" kata Aretha sembari mengangguk-anggukkan kepalanya.

"Tha?" 

"Hmm" Aretha memalingkan wajahnya dan menatap Azka yang saat ini sedang menatapnya lekat.

"Kenapa harus Jovan?" Tanya Azka penasaran.

"Maksud kamu?" Aretha tidak mengerti dengan apa yang dimaksud oleh Azka, dia semakin merapatkan duduknya dengan laki-laki tersebut.

Azka tersentak kaget dengan pertanyaan yang baru saja keluar dari mulutnya. Dia sendiri tidak mengerti, kenapa pertanyaan itu bisa tiba-tiba mengalir tanpa permisi dari mulutnya.

"Gak jadi, yuk pulang" ajak Azka mencoba mengalihkan topik pembicaraan. Kemudia dia beranjak dari duduknya dan berjalan menuju tempat sepeda motornya diparkirkan. Aretha mengikuti Azka dengan sedikit tergesa-gesa, dia takut sahabatnya itumeninggalkannya.

Sejujurnya Azka sangat penasaran dengan alasan kenapa Aretha bisa menyukai Jovan, sampai sebegitunya. Azka sangat mengenal Jovan seperti apa. Dan ia juga sangat tahu kalau Aretha dan Jovan bagaikan langit dan bumi, mereka tidak akan pernah bisa bersama.

Dari sekian banyaknya laki-laki di muka bumi ini. Kenapa harus Jovan yang singgah di hati gadis tersebut. Kenapa gadis itu tidak memilih laki-laki lain di hatinya. Seharusnya, gadis itu memilih laki-laki yang tidak akan menyakitinya suatu hari nanti. Seharusnya seperti itu. Namun, Azka sadar kalau dirinya tidak pantas untuk ikut campur dalam hubungan asmara Aretha. Mengingat, dia hanyalah seorang sahabat saja. Ingat, Sahabat. Tidak lebih dari itu. Jadi jangan melewati batas.

****

Aretha menatap tidak percaya layar ponselnya. Bahkan sampai kiamatpun, dia tidak pernah bermimpi kalau Jovan akan mengiriminya pesan. karenanya, selama hampir 5 menit lamanya, dia hanya menatap pesan yang dikirimkan oleh Jovan. Sungguh, mereka tidak sedekat itu untuk sekedar menanyakan kabar masing-masing.

...Jovan Abelven...

Kenapa gak masuk sekolah?

Sakit?

^^^Enggak sakit kok.^^^

^^^Tadi aku ada urusan mendadak.^^^

Syukurlah.

Aku pikir kamu sakit. Karena tidak biasanya kamu membolos sekolah.

^^^Hahah, iya. Aku juga gak nyangka kalau aku akan bolos sekolah.^^^

Tentu saja. Kamu kan termasuk murid paling rajin di sekolah. Jadi sangat mustahil kamu bolos sekolah seenaknya.

^^^Aku juga manusia biasa. Jadi pasti ada keperluan mendadak juga.^^^

Oh yah? Aku pikir kamu hanya robot yang di program untuk belajar saja.

^^^Kamu ternyata bisa bercanda juga yah Jovan?^^^

Tentu saja, memangnya kamu pikir aku apa?

^^^Aku pikir kamu gak akan bisa seramah ini Jovan^^^

Apa kamu bilang? Aku ramah kok ke semua orang. Seperti nya besok aku harus menyapamu, supaya pikiran kamu tentang aku yang tidak ramah bisa menghilang.

^^^Hahahh. Oke aku tunggu^^^

Obrolan terus berlanjut, dari mulai obrolan tentang sekolah. Hingga menjalar ke obrolan yang lebih santai. Aretha tidak pernah menyangka kalau akan ada hari dimana dia dengan Jovan bisa mengobrol dengan sangat santai seperti sekarang. Bolehkan dia sedikit berharap kalau ke depannya dia dengan Jovan akan menjadi lebih akrab? Bolehkan seperti itu tuhan?

Aretha sadar, ada beberapa perasaan yang memang tidak harus terbalaskan. Ada beberapa perasaan yang tidak berakhir dengan kepemilikan. Dan gadis itu sangat-sangat menyadari itu. Sangat tidak mungkin laki-laki seperti Jovan akan membalas cintanya, Jovan Abelven, laki-laki yang sangat terkenal di sekolah. Laki-laki yang menjadi primadona bagi kaum hawa. Apalagi banyak rumor yang mengatakan kalau Jovan bergabung dengan anggota geng motor, semakin menambah kekaguman orang-orang terhadapnya.

Bukankah laki-laki yang terkenal akan ke Badboy-an nya akan sangat terkenal dan diidam-idamkan, dibandingkan dengan laki-laki yang baik-baik dan tidak melenceng dari aturan? Entahlah, Aretha sendiri tidak tahu kenapa orang-orang lebih menyukai tantangan seperti itu dalam sebuah hubungan.

Padahal jika ditelisik lebih dalam, memiliki hubungan dengan laki-laki baik-baik dan tidak sering membuat onar akan membuat sebuah hubungan berjalan dengan baik. Apalagi jika sudah berbicara mengenai pernikahan.

Banyak sekali yang mengatakan, jika laki-laki harus mencari perempuan baik-baik untuk dijadikan seorang istri. Karena seorang ibu adalah madrasatul ula (madrasah pertama) bagi anak-anaknya. Anak-anak yang kelak akan menjadi harapan bangsa. Namun, banyak sekali orang yang lupa mengingatkan jika dalam pernikahan, seorang wanita tidak hanya mencari seorang laki-laki untuk dijadikan imam ataupun suami, tapi juga seorang ayah untuk anak-anaknya kelak. Seorang laki-laki yang akan menentukan surga dan neraka bagi si wanita. Bukan hanya perkara duniawi, tapi juga perkara akhirat.

Dijaman sekarang, kalimat jagalah anak perempuanmu banyak sekali digaungkan oleh orang-orang. Seakan, memiliki anak perempuan merupakan tanggung jawab yang begitu besar dibandingkan memiliki anak laki-laki. Padahal, kalimat didiklah anak laki-lakimu sebaik mungkin, jauh lebih penting. Karena ketika seorang laki-laki merusak seorang perempuan, mereka tidak hanya merusak masa depan si wanita, melainkan merusak harapan bangsa, merusak generasi-generasi selanjutnya.

Bukankah seorang wanita merupakan madrasah pertama untuk anak-anaknya? Lalu bagaimana seorang wanita bisa mendidik anaknya nanti, jika hidupnya saja sudah hancur karena ulah laki-laki yang tidak bertanggung jawab?

sapa menyapa

Dengan langkah semangat, seorang gadis berseragam putih abu, berjalan di koridor sekolah. Dari kejauhan dia dapat melihat sahabatnya yang sedang mengobrol dengan Reza teman sekelasnya.

"Az--" ucapan Aretha terhenti tatkala dia merasakan sebuah tepukan pada punggungnya.

"Hai, Aretha" sapa Jovan sembari tersenyum lebar kearah gadis tersebut.

"Eh, hai Jovan" Aretha sedikit gugup menjawab sapaan dari Jovan. Jujur saja, saat ini dia benar-benar gugup, dia bahkan dapat mendengar suara jantungnya yang berdegub kencang. Tidak pernah terlintas pada pikirannya, kalau Jovan akan membuktikan ucapannya semalam dan menyapanya seperti sekarang. Rasanya Aretha ingin sekali menemui Azka dan menceritakan tentang kejadian saat ini.

Ngomong-ngomong soal Azka, Aretha baru ingat jika tadi dia berniat mengejar sahabatnya itu. Namun saat ia melihat kembali kearah tempat Azka mengobrol dengan Reza beberapa detik yang lalu, ternyata Azka sudah tidak ada di tempat tersebut, menyisakan Reza seorang diri.

Selama perjalanan menuju kelas, Aretha merasa jantungnya akan segera meledak jika saja dia tidak menghembuskan napasnya dengan baik. Memang tidak ada korelasinya antara jantung yang akan meledak dengan menghembuskan napas, tapi Aretha pikir itu akan sedikit berguna. Karena dia tidak biasanya berada dengan jarak yang sangat dekat dengan Jovan, laki-laki yang selama ini telah dia cintai secara diam-diam.

Bahkan jarak koridor dan kelasnya yang memang cukup jauh, seakan menjadi sangat dekat hanya karena dia berjalan beriringan bersama dengan Jovan. Laki-laki yang sudah sejak lama menetap dan mengisi seluruh hatinya.

"Makasih" ucap Aretha setelah dia berada didepan kelas dan hanya ditanggapi dengan anggukan kepala saja oleh Jovan.

Aretha terdiam kaku, ternyata keterkejutannya tidak hanya sampai disini, Jovan memiliki caranya sendiri untuk membuat Aretha pingsan ditempat. Sapuan tangan Jovan pada kepalanya yang tertutup jilbab, berhasil membuat Aretha mematung di tempat. Dia bahkan tidak mampu mencerna dengan baik, apa yang baru saja terjadi. Tubunya seakan-akan di tekan tombol off oleh seseorang. Penglihatannya seakan tersihir, sehingga hanya mampu melihat seulas senyum yang mampu mengggetarkan hati juga sekujur tubuhnya.

"Belajar yang rajin" nasihat Jovan sebelum akhirnya beranjak pergi ke kelasnya, meninggalkan Aretha yang saat ini masih terdiam kaku dan berusaha mencerna apa yang baru saja terjadi.

"Woy!! Ngapain ngelamun" teriak seseorang di belakangnya, sembari menepuk pundak gadis tersebut pelan.

"Astagfirullah" Aretha terlonjak kaget dan segera membalikkan tubuhnya untuk menatap orang yang baru saja mengagetkannya.

Di hadapannya saat ini, terdapat seorang laki-laki yang berdiri dengan tegapnya, jangan lupakan senyuman yang selalu menghiasi wajahnya itu.

"Azka!! Neyebelin!!" ujar Aretha kesal "Kalau aku jantungan gimana?" Lanjutnya sembari memegang dadanya yang berdegub kencang.

Azka tersenyum geli melihat tingkah Aretha, reaksi Aretha ketika dia kerjai sudah menjadi candu untuknya. pemuda itu sangat menyukai Aretha yang marah-marah tidak jelas seperti saat ini. "Kamu kan emang punya jantung Tha" ucapnya membenarkan ucapan gadis tersebut.

"Azka..." rengek Aretha tidak terima. Padahal beberapa detik yang lalu dia baru saja berbunga-bunga karena dapat berbincang dengan Jovan. Tapi Azka sahabatnya tercinta ini, justru menghancurkan semua moodnya.

"Iya, iya sorry" ujar Azka meminta maaf. Aretha mendengus kesal dibuatnya. Diantara dirinya dan Azka, Azka adalah orang yang akan dengan mudahnya meminta maaf ataupun mengalah. Aretha sendiri tidak mengerti kenapa laki-laki tersebut bisa bersikap seperti itu.

"Kamu ngapain ngelamun disini?" Tanya Azka penasaran. Tadi dia baru saja dari kantin, dan merasa heran ketika melihat Aretha yang melamun didepan kelas seperti orang yang sedang kebingungan. Karena itu dja dengan sengaja menepuk pundak sahabatnya itu, tidak disangka-sangka jika sahabatnya itu akan sangat terkejut akan ulahnya.

"Aku gak ngelamun Azka" rengek Aretha tidak terima.

"Terus tadi ngapain? Kayang?" 

"Gak tahu ahk, Azka nyebelin!" Aretha melangkahkan kakinya memasuki kelas. Meninggalkan Azka yang saat ini sedang terkikik menahan tawa.

"Baiklah, aku memang menyebalkan" ujarnya sebelum akhrinya masuk kedalam kelasnya yang berada tepat di hadapan kelas Aretha.

****

"Maasya Allah...nikmat tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan..." lirih Aretha kagum. Dia tidak sengaja melihat Jovan yang baru saja keluar dari pelataran masjid. Air wudhu yang masih menetes disela-sela rambutnya, mampu membuat Aretha mengeluarkan decak kagum.

"Biasa aja kali Tha" ujar Bella bosan. Dia sangat bosan ketika Aretha memuji Jovan. Sungguh, karena Aretha terlalu sering memujinya, membuat Bella merasa sangat eneg. enggak, dia tidak membenci Jovan, tidak. Dia hanya merasa sangat bosan karena Aretha terlalu melebih-lebihkan setiap hal tentang Jovan Abelven

Aretha mendelik tidak suka. Dia tahu kalau sahabatnya ini sangat tidak suka jika dia m membicarakan setiap hal tentang Jovan. Padahal Bella juga sering sekali membicarakan tentang idol korea dan tentunya Aretha tidak pernah merasa keberatan jika sahabatnya itu menceritakan setiap kejadian yang dialami idol kesukaannya itu. Karena Aretha juga sangat menyukai idol korea. Hehe

"Yaudah yuk cepet keburu bel masuk" Bella melangkahkan kakinya memasuki pelataran masjid dan masuk ke tempat wudhu wanita. Saat ini mereka hendak melaksanakan Sholat Dzuhur berjamaah.

Keduanya melaksanakan sholat dzuhur di lantai dua masjid. Karena memang lantai satu diperuntukan untuk jamaah laki-laki, sedangkan lantai dua untuk jamaah wanita. Aretha dapat menebak siapa yang saat ini sedang menjadi imam. Dia sudah sangat sering mendengar suaranya hingga telinganya tidak asing lagi dengan suara tersebut.

Bahkan jika orang itu menelponnya dengan nomor asing sekalipun, ia akan sangat tahu suara siapa itu. Tentu saja itu suara Azka sahabatnya. Aretha sangat menyukai ketika Azka menjadi imam. Ia sangat suka karena ketika Azka melantunkan ayat suci Al-Qur'an, suaranya sangat-sangat indah sehingga dapat membius siapa saja yang mendengarnya. 

Aretha sendiri merasa heran dari mana laki-laki tersebut belajar ilmu tentang agama islam sedalam itu. Walaupun dirinya dan Azka berteman sedari kecil dan selalu bersama-sama kemanapun mereka pergi. Namun Aretha selalu merasa insecure dengan pemahaman agama islam yang Azka miliki. Padahal baik dirinya maupun Azka, keduanya tidak pernah diajarkan dasar-dasar agama islam oleh orang tua masing-masing. Bukan sok tahu atau bagaimana, tapi keadaan keluarganya dan . sama persis. Hancur.

Dibesarkan dalam keluarga yang berada dalam ambang kehancuran, membuat Aretha maupun Azka saling menopang satu sama lain. Ikatan persahabatan mereka bak saudara adik dan kakak yang terpisahkan. Mereka akan menemani satu sama lain. Dimana ada Azka, disitu ada Aretha, begitupun sebaliknya. Sedari kecil, mereka sudah berjanji untuk bersama-sama hingga maut memisahkan.

Bahkan ada satu janji konyol yang mereka ucapkan saat umur 5 tahun, kalau seandainya diumur 23 tahun mereka belum menemukan pasangan masing-masing, maka mereka akan menikah. Intinya mereka harus terus sama-sama, karena Azka gak akan bisa berdiri tanpa Aretha dan Aretha gak akan bisa berdiri tanpa Azka. Pokoknya dalam semua fase kehidupan, mereka harus saling memberikan support mereka.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!