"Hoaahmm.."
Sesosok pria paruh baya yang sedang duduk diatas singgasana menguap karena merasa bosan. Dia adalah Sang Dewa Pelahap yang telah memiliki segalanya dan berada di puncak rantai makanan dalam kultivasinya. Tidak ada seorang pun yang berani bersinggungan dengannya karena dia lah yang terkuat saat ini di seluruh Alam Dewa.
Beberapa kali ada Dewa yang menantangnya bertarung namun akhirnya Dewa itu pun tewas dengan kematian tanpa memiliki sebuah makam atau tubuhnya dihancurkan menjadi debu oleh Sang Dewa Pelahap.
Dewa Pelahap mungkin terlihat sangat kejam jika dilihat dari segi ini. Namun sebenarnya dia merupakan sosok yang berbudi luhur dan baik hati kepada siapapun. Dia tidak pernah mengganggu atau mengusik kekuasaan yang dimiliki oleh orang lain dan terkenal dengan sosok yang baik hati karena suka menolong mereka yang lemah.
Sedangkan untuk para Dewa yang sebelumnya berani menantangnya itu merupakan Dewa yang tidak percaya dengan kekuatan dari Sang Dewa Pelahap sekaligus berambisi untuk mengambil alih kekuasaannya yang mana memiliki wilayah paling luas di Alam Dewa.
"Cih! Bosan sekali hidup seperti ini!" keluh Sang Dewa Pelahap sembari menepukkan tangannya pada singgasana sehingga membuat beberapa bawahannya yang ada di tempat itu terkejut.
"Ada apa, Yang Mulia?" tanya salah satu bawaannya yang merasa keheranan.
"Jenderal Zhong! Kau tahu betapa bosannya aku saat ini? Menjadi yang terkuat nyatanya tidak seperti yang kalian bayangkan. Menjadi yang terkuat itu sangatlah membosankan karena pekerjaannya hanya akan duduk, tidur, duduk, tidur dan terus akan seperti itu!" ujar Sang Dewa Pelahap dengan tatapan menerawang.
Seseorang yang dipanggil Jenderal Zhong itu tidak bisa berkata-kata sama sekali untuk menjawab ucapan Dewa Pelahap.
"Aku telah beberapa kali mencoba untuk naik tingkatan dan memasuki alam primordial, namun selalu berakhir dengan kegagalan dan tidak tahu apakah alasan sebenarnya aku bisa gagal.."
"Aku tidak memiliki dendam yang berkesumat, aku juga tidak memiliki penyesalan yang ada dalam hati. Tapi bagaimana mungkin aku masih saja kesulitan untuk naik tingkat dan masuk ke alam primordial?" lanjut Sang Dewa Pelahap dengan penuh keluhan.
Para bawahannya hanya bisa terdiam saat mendengarkan keluhan dari penguasa mereka. Mereka ingin berkata-kata, namun mereka sendiri belum berada di dalam posisi yang saat ini dirasakan oleh penguasa mereka.
"Hmm..? Bagaimana menurut kalian jika aku memasuki siklus reinkarnasi saja?" sebuah ide gila tiba-tiba terbesit dalam benak Sang Dewa Pelahap yang membuat seluruh bawahannya terkejut setengah mati.
"Yang Mulia, tolong anda jangan bercanda! Memasuki siklus reinkarnasi? Apakah anda akan melakukan tindakan bunuh diri?" salah seorang bawaannya berkata dengan nada penuh kekhawatiran.
"Bisa dikatakan seperti itu, menteri Yun! Tapi yang aku maksudkan ini adalah aku akan melakukan reinkarnasi dan memiliki ingatan penuh dalam kehidupanku saat ini!" kata Sang Dewa Pelahap dengan santainya. Dia tentu bisa melakukan hal ini karena dia memiliki sebuah teknik untuk menyegel ingatan dan juga memasuki siklus reinkarnasi dengan semaunya.
"Yang Mulia! Lalu bagaimana dengan nasib kami?" salah seorang bawahannya yang lain lagi bertanya mengenai nasib ke depannya dari wilayah kekuasaan Sang Dewa Pelahap, jika penguasa mereka melakukan reinkarnasi.
"Aku akan meminta kalian bersumpah atas nama langit dan bumi, bahwa kalian tidak akan membuat kerusakan di wilayah kekuasaanku dan akan melanjutkan tugas-tugas kalian seperti biasa serta menganggap bahwa aku sedang melakukan sebuah pelatihan tertutup saja! Lagi pula aku di sini seolah tidak ada gunanya sama sekali, bukan? Kalian semua sudah bisa mengatur wilayah masing-masing dengan cara kalian tanpa keikutsertaan dariku. Aku merasa bahwa kehadiranku ini hanyalah sebuah pajangan saja. Maka dari itu lebih baik aku melakukan reinkarnasi!" jawab Sang Dewa Pelahap sembari tersenyum simpul.
Semua bawahan dari Sang Dewa Pelahap terdiam, dalam pikiran mereka masing-masing. Memang benar apa yang dikatakan oleh Dewa Pelahap, bahwa sebenarnya keberadaannya selama ini setelah dia menjadi penguasa tidaklah terlalu berguna, kecuali hanya memberikan keputusan mengenai beberapa hal dan itu terjadi sangatlah jarang sekali, karena memang mereka sudah bisa bekerja sendiri dan memberikan keputusan dengan sebijaksana mungkin.
Melihat semua bawahannya terdiam Dewa Pelahap pun tersenyum semakin lebar.
"Baiklah jika kalian tidak ada lagi yang keberatan, maka aku akan memulainya sekarang dengan kalian semua harus bersumpah atas nama langit dan bumi untuk selalu menjaga wilayahku ini!" katanya sehingga membuat jantung dari semua bawahan hampir copot. Mereka semua tidak mengira bahwa apa yang dikatakan oleh Dewa Pelahap ternyata bukan main-main.
"Yang Mulia! Tidakkah anda memikirkannya lagi?" salah seorang bawahan Dewa Pelahap memberanikan diri mengatakan keberatannya.
"Tidak bisa menteri Zhi! Aku sudah membulatkan tekadku untuk kembali memulai dari awal dengan cara berinkarnasi!" Dewa Pelahap tetap teguh dalam pendiriannya.
Melihat tidak ada lagi para bawahannya yang berkata-kata, Dewa Pelahap pun akhirnya memutuskan, "Baiklah ucapkan janji kalian sekarang juga!"
Dengan raut wajah keterpaksaan sekaligus penyesalan, semua bawahannya berucap, "Kami bersumpah atas nama langit dan bumi, bahwa kami akan menjaga wilayah kekuasaan Yang Mulia!"
Jedeerrrr!
Petir surgawi langsung terdengar menyambar di atas langit, saat seluruh bawahan Dewa Pelahap selesai mengucapkan sumpahnya. Sumpah yang diminta oleh Dewa Pelahap ini bukanlah sumpah yang sederhana. Dia meminta agar para bawahannya mengatakan sumpah langit dan bumi yang mengharuskan petir surgawi menjadi saksi atas sumpah mereka. Jika yang bersumpah melanggar sumpahnya maka sudah dipastikan hari penghakimannya akan segera tiba saat itu juga. Tidak ada satu orang pun yang akan dapat selamat dari penghakiman Petir Surgawi.
"Bagus! Aku senang mendengar kalian melakukan sumpah. Aku harap kalian tidak mengingkarinya supaya dapat terus hidup dengan damai. Mungkin suatu hari nanti jika aku telah menjadi sekuat sekarang lagi, aku akan kembali ke tempat ini dan aku harap kalian dapat menyambutku dengan tangan terbuka!" kata Sang Dewa Pelahap dengan tersenyum lembut ke arah mereka.
"Wahai junjungan kami, wahai Dewa yang kami puja, kami akan menunggu dan akan selalu menunggu hingga saat engkau kembali ke tempat ini untuk memimpin kami lagi!" ucap salah seorang bawahan dengan genangan air mata yang telah membanjiri pipinya. Dia merupakan salah satu bawahan dari Sang Dewa Pelahap yang pernah diselamatkan kehidupannya, pada saat di mana dia sedang berada di dalam titik terendah. Tidak hanya sampai di situ saja, dia juga dijadikan sebagai salah seorang dari muridnya yang akhirnya bisa berada di atas ketinggian hingga sampai sekarang.
"Kau tidak perlu sedih seperti itu, muridku! Yakinlah bahwa gurumu ini pasti akan kembali dengan kondisi yang baik-baik saja!" kata Sang Dewa Pelahap tersenyum ke arah muridnya.
"Baiklah aku akan memulainya sekarang!" ucapnya lagi, lalu membuat sebuah gerakan segel tangan yang sangat rumit dan mengalirkan sebagian besar Qi Dewa miliknya untuk menciptakan sebuah formasi.
Pada awalnya Sang Dewa Pelahap hanya melakukan penotokan pada bagian-bagian khusus di kepalanya. Setelah itu dia menggunakan gerakan lain dan melambaikan tangannya ke arah atas.
Zhuuung!
Zhuuung!
Sebuah formasi yang di tengah-tengahnya terdapat sebuah pusaran angin berwarna hitam dengan Petir Surgawi yang terus menyambar tercipta tepat di atas Dewa Pelahap.
Wajahnya yang tenang terus saja memperlihatkan kepada seluruh bawahannya betapa kuat tekat yang dimiliki olehnya. Dia sama sekali tidak takut untuk memasuki pusaran angin hitam penuh petir surgawi itu, karena memang jika dia ingin ber-reinkarnasi maka tubuhnya harus dihancurkan dan jiwanya akan memasuki sebuah siklus untuk bereinkarnasi.
"Yang Mulia! Tidak bisakah mempertimbangkannya lagi?" salah seorang bawahannya mencoba untuk membujuk Sang Dewa Pelahap untuk terakhir kalinya.
"Tidak! Aku telah memutuskan akan berinkarnasi. Sampai jumpa lagi di suatu hari para menteri dan jenderal ku semua!" jawabnya lalu dengan perlahan tubuhnya melayang dan bersiap memasuki pusaran angin hitam yang penuh dengan Petir Surgawi itu.
Murid dari Dewa Pelahap tidak sanggup untuk melihat guru sekaligus junjungannya tersambar oleh Petir Surgawi. Dia langsung mengalihkan pandangan ke arah lain dan menutup telinganya menggunakan energi Qi sembari air matanya terus mengalir seperti sungai.
Dewa Pelahap menatap muridnya untuk yang terakhir dan mendapati bahwa sosok yang dulunya anak kecil yang pernah dia tolong itu sedang mengalihkan pandangan ke arah lain dan dirinya hanya bisa menghela nafas.
"Baiklah.. Aku pergi sekarang!"
Wush!
Zheep!
Dewa Pelahap langsung masuk tanpa ragu ke dalam pusaran angin hitam yang penuh dengan petir surgawi.
"Tidaaaaaaaak!" teriak sang murid, sudut matanya melirik ke arah gurunya yang hendak melakukan tindakan bunuh diri tidak kuasa lagi menahan gejolak emosi dalam hatinya.
Dia berteriak histeris dan hendak menarik kembali gurunya agar tidak masuk dalam pusaran angin tersebut. Akan tetapi kecepatannya tidak lebih cepat daripada kecepatan dari sang guru, sehingga dia pun terlambat dan pusaran angin hitam itu juga langsung menghilang setelah sang guru memasukinya.
Bruk!
Murid dari Sang Dewa Pelahap itu pun langsung terjatuh dan tersimpuh dalam keadaan berlutut. Hatinya benar-benar merasakan sakit yang luar biasa dan tidak akan pernah ada obatnya selain bertemu kembali dengan gurunya suatu hari nanti.
"Dewa Bintang!" ucap Jenderal Zhong sembari mencoba untuk mengangkat tubuh dari murid Sang Dewa Pelahap.
Ya, murid dari Dewa Pelahap itu merupakan seorang Dewa yang sangat kuat yang memiliki julukan Dewa Bintang. Dia memiliki kekuatan maha dahsyat dan dapat mengendalikan kekuatan Bintang semaunya. Namun sosok yang gagah berani dan memiliki kekuatan dahsyat itu saat ini dalam kondisi yang sangat menyedihkan, akibat dari keputusan sang guru.
Bagi Dewa Bintang, gurunya merupakan orang yang paling penting dalam hidup, karena selain dia menjadi guru pembimbing yang membuatnya semakin kuat hingga berada di titik saat ini, Dewa Pelahap juga merupakan sosok ayah yang sangat baik dan berbudi luhur. Tidak ada satu orang pun yang akan menyamai kedudukan itu dalam hati Dewa Bintang.
"Jenderal Zhong dan kalian semua! Tinggalkan aku disini sendiri!" ucap Dewa Bintang dengan nada yang meninggi karena masih menahan gejolak emosi di dalam hati.
Mau tidak mau Jenderal Zhong dan para menteri atau bawahan dari Sang Dewa Pelahap menyetujui permintaan dari Sang Dewa Bintang. Mereka tidak ingin membuatnya marah karena bagi mereka kemarahan Dewa Bintang sama halnya dengan kemarahan dari Sang Dewa Pelahap itu sendiri.
Setelah kepergian dari Jenderal Zhong dan para menteri, tangis Dewa Bintang langsung pecah seketika itu juga dan tidak diketahui sampai kapan dia akan dalam kondisi seperti itu.
***
Swooosshhh...
Seuntaian jiwa berwarna putih yang terlihat seperti jiwa gentayangan sedang tersedot oleh sebuah arus yang sangat mengerikan di suatu tempat yang tidak pernah didatangi oleh siapapun. Ya, jiwa itu adalah jiwa milik Sang Dewa Pelahap yang sedang melewati jalan atau siklus reinkarnasi.
Jiwa Dewa Pelahap hanya terus mengikuti arus dari siklus reinkarnasi tanpa berekspresi atau pun membuat gerakan apapun. Kesadaran dari Dewa Pelahap sendiri masih saja utuh dan dia mengingat dengan jelas bagaimana muridnya berteriak histeris, setelah itu tubuhnya tercabik-cabik hingga hancur lebur menjadi debu oleh petir-petir surgawi.
'Hahh.. Semoga keputusanku ini menjadi keputusan yang terbaik.' batinnya sembari menghela nafas panjang.
Kemudian jiwanya itu memasuki sebuah lubang putih yang tampak sangat menyilaukan hingga jiwa dari Sang Dewa Pelahap harus menutup matanya.
Swooosshhh...
***
Di tempat lain atau lebih tepatnya di sebuah desa kecil yang bernama Desa Perak yang berada di Kekaisaran Naga, di dunia yang bernama dunia Lotus putih yang merupakan jajaran dunia tingkat rendah, terdapat seorang wanita yang sedang menjalani prosesi kelahiran anak pertamanya.
Wanita itu sudah berteriak histeris selama hampir 7 jam lamanya dan tidak menyerah untuk dapat melahirkan anaknya secara normal. Di sampingnya, seorang pria yang masih terlihat muda yang merupakan suami sekaligus salah satu dari Tetua Klan Yu juga terus memberikan semangat kepada istrinya. wajahnya tampak terus mencoba untuk tersenyum meskipun sebenarnya dia sangat mengkhawatirkan sang istri.
2 jam kemudian akhirnya sang anak pun berhasil keluar dalam kondisi selamat namun tidak dengan ibunya. Sang ibu mengalami pendarahan hebat dan dapat membahayakan nyawa jika tidak segera diobati oleh tabib tingkat tinggi.
Namun di Klan Yu yang tempatnya hanya berada di sebuah desa kecil yang jauh dari keramaian tentu saja tidak memiliki tapi seperti itu sehingga Yu Han menjadi sangat bersedih.
"Jangan bersedih, Han! Ini kulakukan demi putra kita. Lihatlah, Dia sangat lucu dan tampan. Aku yakin dia akan mengalahkanmu dalam hal ketampanan serta kekuatan suatu hari nanti!" ucap sang istri dengan berlinang air mata namun bibirnya terus memancarkan senyuman lembut.
"Sudah jangan banyak bicara lagi! Aku tidak mau mendengar apapun!" kata Yu Han dengan hati yang sangat berat dan dia langsung memeluk dengan erat istrinya itu.
"Jaga putra kita, Han! Aku menginginkan nama Jireu! Ya, Yu Jireu!" kata sang istri sembari membalas pelukan dari Yu Han.
Tidak lama setelah itu istri Yu Han pun menghembuskan nafas terakhir dan kelahiran dari Yu Jireu di Klan Yu tidak hanya membawa kebahagiaan namun juga membawa kesedihan yang nyata khususnya untuk Yu Han.
***
3 tahun kemudian.
"Kawan-kawan, lihatlah bocah itu! Dia tidak memiliki ibu seperti kita!" seru salah seorang anak kecil berumur 4 tahunan kepada teman-teman bermainnya. Dia sama sekali tidak merasa salah sedikitpun, meski telah mengejek salah seorang temannya yang sedang duduk bersantai seorang diri di pinggiran taman. Wajah bocah 4 tahun itu masih tetap lugu seperti biasanya.
"Ah! Benar sekali! Jireu benar-benar anak yang tidak terurus karena tidak memiliki ibu!" sahut temannya yang lain.
Sementara bocah yang dimaksud atau Yu Jireu hanya bisa diam sembari menahan kesedihannya. Wajahnya tampak begitu kusut saat mendengarkan ejekan dari teman-teman seumurannya.
Yu Jireu sejak kecil memang tampak selalu murung saat menyadari bahwa dia tidak memiliki seorang ibu. Meskipun ayahnya selalu mencurahkan kasih sayang secara penuh kepadanya, namun tanpa kehadiran dari sang ibu maka sebesar apapun kasih sayang seorang ayah akan tetap terasa kurang.
Ya, begitulah kenyataan yang ada. sosok ibu memang tidak pernah tergantikan bagi seorang anak. Namun terkadang banyak sekali anak yang tidak segan menyakiti hati ibunya karena suatu alasan yang tidak masuk akal.
Yu Jireu tidak menggubris ejekan dari anak-anak itu. Dia hanya terus diam kemudian meninggalkan pinggiran taman dengan langkahnya yang begitu gontai. Yu Jireu sampai di rumahnya dan mendapati seorang pria muda sedang berdiri di depan pintu sembari menatapnya dengan tatapan lembut. Dia tentu saja adalah Yu Han atau ayah dari Yu Jireu.
"Sudah pulang, nak?" tanya Yu Han dengan nada penuh kasih.
"Salam, ayah!" balas Yu Jireu sembari mendekati sang ayah dan memeluknya dengan sangat erat sehingga membuat Yu Han keheranan.
Yu Han melepaskan pelukan anaknya setelah beberapa menit dan mendapati mata Yu Jireu yang tampak sembab karena menahan air mata untuk jatuh.
"Ada apa, nak? Apakah teman-temanmu membuat ulah lagi?" tanya Yu Han.
Yu Jireu hanya menganggukkan kepalanya saja lalu kembali memeluk sang ayah. Dia saat ini benar-benar sangat merindukan sosok sang ibu yang hanya dia bisa lihat lewat sebuah gambar atau lukisan yang ditinggalkan.
"Aku rindu ibu, ayah!" ucapnya lalu air mata yang awal dia berusaha untuk membendungnya kini langsung tumpah saat mengucapkan kata ibu.
Yu Han yang mendapati anaknya menangis karena sedang merindukan ibunya juga tidak bisa untuk tidak tersentuh dan menitihkan air mata. Hatinya terasa begitu sakit seperti ditusuk-tusuk menggunakan jarum beracun. Dia mungkin sangat kuat dalam usianya yang masih lah cukup muda, namun Yu Han merasa bahwa kekuatannya ini sama sekali tidak berguna karena bahkan dia tidak dapat membuat anaknya yang baru berumur 3 tahunan ini tersenyum.
'Istriku.. Kau lihatlah putra kita, Jireu! Dia tampak begitu lemah tanpa kehadiranmu.' batin Yu Han sembari memeluk anaknya dengan erat dan ikut menangis.
Dalam posisi seperti ini sangat wajar bagi Yu Han menangis. Entah suami mana pun pasti akan demikian jika anak kesayangannya bertanya mengenai ibu yang telah tiada.
***
7 tahun berlalu. Kini bocah 3 tahun yang sebelumnya terlihat begitu rapuh kini telah berumur genap 10 tahun. Tubuhnya yang begitu tegap dan sedikit ada otot berbeda dengan anak-anak seumurannya. Dia juga tampak sudah bisa tersenyum kepada semua orang saat dia sedang menyapa atau disapa oleh mereka.
Akan tetapi siapa lah yang tahu isi dari hati seorang manusia. Di balik senyumannya yang begitu tulus dan menyegarkan, terdapat rasa pilu yang begitu menekan yang terkadang membuat sosok Yu Jireu menangis dalam kesendirian.
Saat Yu Jireu sedang berjalan-jalan santai melewati sebuah perbukitan yang ada di pinggiran desanya, tiba-tiba sekelompok pemuda lain mendatanginya sembari melontarkan kata-kata ejekan.
"Woy! Mau ke mana kau sampah masyarakat?" seru pemuda itu yang tidak lain adalah Yu Shang.
Bukan tanpa alasan Yu Shang ini memanggil Yu Jireu sebagai sampah masyarakat. Itu karena Yu Jireu tidak dapat berkultivasi seperti anak-anak pada umumnya karena dantiannya terdapat sebuah segel misterius yang tidak dapat dibuka oleh ayah serta semua orang yang ahli dalam bidang persegelan.
"Bukan urusanmu aku hendak ke mana, Yu Shang!" balas Yu Jireu dengan nada tidak suka. Yu Shang ini adalah anak dari Tetua Pertama Klan Yu dan merupakan sosok paling jenius di umur 10 sampai 15 tahun.
"Hoo..? Kau tampaknya sudah lebih berani dari sebelum-sebelumnya, Yu Jireu? Apakah kau ingin kami pukuli lagi seperti kemarin?" Yu Shang sangat marah karena bocah sampah di hadapannya berani tidak memperlihatkan kesopanan kepada sosok jenius yang dibangga-banggakan sepertinya.
"Lalu apa? Apa kalian ingin memukuliku lagi? Aku sama sekali tidak takut dengan kalian!" ucap Yu Jireu dengan tegas dan sorot mata yang begitu tajam.
"Sialan! Dasar bocah tidak tahu diri! Teman-teman, ayo hajar bocah sialan ini! Setelah itu kita lemparkan saja di hutan supaya dia makan binatang spiritual!" teriak Yu Shang mengajak teman-temannya untuk menghajar Yu Jireu.
Semua teman-teman dari Yu Shang sangat bersemangat dan mereka langsung mengelilingi Yu Jireu. Dengan mengandalkan energi Qi yang telah berhasil mereka serap, mereka semua maju secara bersamaan sehingga membuat Yu Jireu kelimpungan.
Yu Jireu sama sekali tidak berdaya dan hanya bisa menerima sekujur tubuhnya dihantam dengan bogeman mentah dan juga tendangan keras dari anak-anak ini. Dia hanya bisa meringis menahan rasa sakit dan kesadarannya perlahan menghilang.
"Hahaha.. Akhirnya sampah masyarakat ini mampus juga! Ayo kita buang ke hutan dan jangan sampai Tetua Kedua mengetahui akan hal ini atau kita akan dalam bahaya!" ucap Yu Shang kepada teman-temannya yang langsung diangguki mereka.
Yu Jireu diseret oleh kedua teman Yu Shang dan membawanya ke dalam hutan agar nanti ada hewan buas atau binatang spiritual yang mencium bau darah dan akan memangsa tubuh Yu Jireu. Dengan begitu mereka akan aman karena tidak ada bukti tentang hilangnya si sampah masyarakat secara tiba-tiba.
Sesampainya mereka di hutan, mereka melemparkan tubuh Yu Jireu begitu saja lalu meninggalkannya tanpa berbelas kasihan sedikitpun. Sungguh anak-anak ini benar-benar sangat kejam padahal umur mereka barulah 10 sampai 15 tahun.
***
Tidak lama setelah kepergian dari Yu Shang dan teman-temannya, sebuah sinar putih yang cukup terang berasal dari atas langit dan masuk ke dalam tubuh Yu Jireu.
"Ugh!" tubuh Yu Jireu memperlihatkan reaksinya dengan mengeluarkan suara seperti lenguhan kesakitan.
Beberapa menit kemudian, tiba-tiba mata Yu Jireu yang sebelumnya terpejam langsung terbuka sangat lebar dan membelalak. Kemudian dia mencoba duduk lalu menatap ke satu arah dengan sangat tajam. Yu Jireu kembali sadar!
Tidak! tatapan mata itu bukan tatapan mata yang biasa di perlihatkan oleh Yu Jireu! Tatapan mata ini adalah tatapan seorang penguasa sejati yang sedang dalam keadaan marah karena suatu hal yang baru terjadi.
"Yu Jireu! Ternyata aku bereinkarnasi dengan nama yang sama! Hufth.. Syukurlah.." ucap Yu Jireu sembari menghela nafas lega.
"Dan kuharap jiwamu akan tenang disana!" lanjutnya lalu memejamkan matanya untuk menyerap semua pengetahuan dari kehidupan bocah 10 tahunan ini.
_____________________________
Tingkatan Kultivasi Di Dunia Lotus Putih:
Pembentukan Tubuh (1-9)
Tingkat Bumi (1-9)
Tingkat Langit (1-9)
Tingkat Raja (awal-menengah-akhir)
Tingkat Kaisar (awal-menengah-akhir)
Tingkat Master (awal-menengah-akhir)
Tingkat Saint (awal-menengah-akhir)
(nb. Untuk tingkatan hewan buas atau hewan spiritual sama dengan tingkatan kultivasi. Sedangkan tingkatan Alcemis dan pil-pil buatannya serta tingkatan Penempa dan senjata penempaannya dimulai dari tingkat bumi.)
________________________________
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!