NovelToon NovelToon

Mentari Yang Hilang

Club' Malam

Seorang pemuda tampan sedang berlari menuju dalam rumah dengan keadaan yang sangat gembira dikarenakan ia baru saja mendapatkan kabar baik dari perusahaan tempatnya bekerja.

Ia berlari menemui kedua orang tuanya yang sedang bersantai di ruang tamu yang cukup luas itu.

dia adalah Ardani Hartanto Kusumo yang berusia 25 tahun dan kini dia sudah bekerja di perusahaan milik ayahnya sendiri. Tapi, ada beberapa yang menjadi pencapaian saat ini. Seperti hari ini yang akan ingin dia sampaikan kepada kedua orang tuanya.

"Pa! Ma! Aku dapat kabar baik untuk kalian berdua!" ujar Dani sangat gembira memberitahukan kabar tersebut kepada kedua orang tuanya.

Kedua orang tuanya itu sontak menoleh kepada Dani yang terus memanggil mereka dan duduk di antara mereka berdua.

"Dani.. Dani sudah dapat promosinya Pa! Ma! Haaaaa perusahaan kita untung lagi!!"

"apa?! Serius?!" Tanya papa tidak percaya.

"iya Pa.. Ini baca deh sendiri.. Dani senang sekali bisa dapat kesempatan itu Pa"

Pria berusia 60 tahunan itu adalah Papa Dani yang bernama Herman Kusumo. Kini dia sedang membaca surat dari Dani yang baru saja ia berikan. Setelah membaca semua isi surat tersebut, Herman pun terkaget dikarenakan ucapan anaknya itu tidak bohong. Dani berhasil mendapatkan promosi perusahaan untuk menarik klien berinvestasi pada perusahaannya. Dan itu akan menjadi keuntungan besar.

"bagus Dani.. Papa bangga sama kamu Nak"

"hehehe oh iya Pa, Ma.. Aku ke kamar dulu ya, mau mandi. Lengket badanku abis pulang kerja"

"iya.. Nanti mama siapkan makanan untukmu ya"

"baik, ma"

Tanpa berlama-lama, Dani pun naik ke lantai dua menuju kamarnya. Saat membuka pintu, terbukalah ruangan kamar yang seluas 5 m x 4 m yang bernuansa alam. Memang Dani sangat menyukai hal-hal tentang alam baik hewan, tumbuhan dan lainnya.

Setelah pintu tertutup, ia pun melepas semua baju yang melekat di tubuhnya. Kemudian, dia masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri dari keringat dan debu karena seharian bekerja. Tubuhnya tertimpa turunan air dari shower membuatnya sedikit segar dan berenergi kembali.

Setelah setengah jam menghabiskan waktu di kamar mandi, Dani yang sudah terbalut baju ganti sekarang duduk di tepi kasur sembari membaca-baca buku yang ia sukai. tak lama kemudian, telpon kamarnya berdering dengan keras tanda ada yang menelponnya.

Dani pun terpaksa menutup bukunya dan mulai berjalan ke arah telponnya.

"halo.."

"Halo Dan, apa kabar? ini gue Nathan"

"hoooo Broo.. Lama gak jumpa ya.. Gue sehat kok, ada apa telpon?"

"club' lah yuk.."

"malas ah"

"ayolah sekali ini aja.. Sekalian kita kumpul bareng teman-teman yang lain Dan, lu sibuk terus jadi gak bisa ketemu"

"ya sudah.. Gue ganti baju dulu nanti ke sana"

"oke, gue tunggu lu di sini"

Telponnya pun terputus. Lalu Dani pun meletakkan kembali telponnya itu ke dalam tempat telpon. Dengan segera, ia mengambil baju yang sedikit rapi namun kekinian. Ia memadu padankan kemeja dengan lengan di gulung dan celana bahan hitam.

Setelah rapi, ia kemudian keluar kamar dan turun menuruni anak tangga dengan perlahan. Di sana ia melihat kedua orang tuanya masih berbincang satu sama lainnya.

"Ma.. Pa.. Dani pergi dulu ya"

"mau kemana kamu jam segini?" tanya Mama Rida yang melihat sang anak sudah kembali rapi.

"mau ke rumah teman Ma.. Sudah ya"

"eh makan dulu sayang!"

"nanti saja ma!" ujar Dani sembari berlari ke arah luar pintu.

Melihat tingkah putra satu-satunya itu sedikit membuatnya bergeleng kepala.

"sudahlah Ma.. Biarkan dia"

***

Bunyi dentuman musik yang sangat kencang menggema di seluruh ruangan tersebut. Para pengunjung yang lumayan banyak terdiri dari perempuan yang berpakaian seksi serta para laki-laki yang sibuk minum dan berjoget.

Dani yang baru saja sampai ke club' itu, sudah di hadang oleh beberapa gadis bayaran di sana.

"eh tampan.. Mau kemana sih? Ayo mampir dulu" goda mereka.

"eum.. Maaf.. Saya mau bertemu teman.. Maaf ya"

Dani pun pergi meninggalkan sekumpulan gadis-gadis yang berusaha menggodanya. Ia terus mencari keberadaan Nathan sahabatnya. Setelah sekian lama mencari akhirnya ia menemukan Nathan yang sedang berbincang dengan kawannya yang lain.

"oi!"

Mendengar suara Dani yang baru saja datang, membuat Nathan dan yang lainnya menoleh ke arahnya sembari melambaikan tangan.

"ada Pak bos.. Hahaha"

"sehat lu bro?"

"sehat-sehat.." jawab Dani.

"duduk Dan.."

Dani mengambil duduk di sofa yang kosong dekat dengan Nathan sahabatnya.

"kalian ngomongin apa tadi?"

"ah, nggak.. Cuma sharing aja soal bisnis"

"oh gitu.."

"ya udah karena udah kumpul semua, mari kita berpesta!!"

Gelas mulai terisi oleh alkohol yang telah di tuangkan oleh salah satu dari mereka. Satu persatu mereka pun mulai meminumnya kecuali Nathan dan Dani yang memang tidak suka akan sensasi alkohol yang pahit.

"Dan, Lo lusa ada rencana gak?"

"kenapa emangnya?"

"udah lama nih kita gak berburu.. Gue punya tempat bagus dan cocok. Siapa tahu lu suka"

"gimana ya? Nanti deh gue pikirin"

"ah lu.. hobi kita men.. Ayolah"

Dani sedikit menghela nafas pasrahnya "ya sudah.. Gue ikut, tapi gak janji ya"

"siap deh pak bos hahaha.. Pokoknya harus jadi ya"

Mereka pun terdiam selama beberapa saat.

"eh, ayo kita joget biar seru"

"ayo deh"

Dani dan beberapa teman yang lain beranjak dari kursi mereka menuju tengah tempat dimana semua orang berjoget ria. Dengan cahaya kelap kelip dan musik yang kencang membuat mereka semangat berjoget. Bahkan Dani pun yang terbawa suasana ikut tergoda juga.

"huhuuu seruuu.."

"jep... Ajep ajep.. Hahaha"

"semuanya!! Ayo bersenang-senang!!"

"ayooo!!!"

sudah hampir 3 jam Dani menghabiskan waktu di club' malam bersama teman-temannya yang lain. Jam pun sudah menunjukkan pukul 12 malam yang dalam artian Dani harus segera pulang ke rumah.

"Broo.. Gue balik dulu ya, udah jam segini"

"ah lu.. Balik besok juga gapapa kali"

"gak bisa.. gue ada urusan besok, gue balik ya.. Than, gue balik!"

"ya udah.. Hati-hati ya"

Dani pun mengalami teman-temannya satu persatu sebelum meninggalkan club' tersebut. Setelah selesai, ia pun beranjak pergi keluar dengan bersusah payah karena di dalam sana ramai sekali. Semakin malam, semakin banyak pengunjung yang datang. Berhubung Dani tidak meminum alkohol jadi ia merasa aman jika pulang malam hari.

sementara di rumah, mamanya Dani yaitu Rida sangat mencemaskan anaknya yang belum pulang. Walaupun Dani sudah beranjak dewasa bagi Rida dialah putra kecil kesayangannya.

"Dani.. Kenapa jam segini belum pulang?"

Dan gak berapa lama, suara deru mobil mulai terdengar dalam artian Dani sudah pulang ke rumah. Rida yang awalnya duduk di sofa dengan gelagat khawatir beranjak berdiri mengarah pintu. Benar saja, Dani pun terlihat memasuki rumahnya dalam keadaan yang sama seperti ia meninggalkan rumah.

"ma? Belum tidur?"

"mama cemas sama kamu sayang.."

Dani bergeleng sembari terkekeh karena mamanya selalu menganggap Dani seperti anak kecil.

"ma.. Lain kali mama gak perlu kaya gini ya.. Dani sudah besar.."

"CK.. Bagi mama kamu masih kecil Dani.. Kamu sudah makan?"

"sudah kok Ma.. Oh iya, Dani ke kamar ya, besok mau ada meeting" ujar Dani sembari perlahan mulai menjauhi Rida menuju ke kamarnya.

"oh yaudah.. Eh iya Dan tunggu dulu"

Langkah Dani terhenti dan menoleh kembali menatap mamanya yang masih berdiri di sana.

"ada yang mama omongin ke kamu.. nanti setelah kamu selesai meeting, temui mama sama papa ya"

"emang ada apa ma?"

"nanti juga kamu tahu.. Ya sudah sana ke kamarmu"

"ya sudah, Dani naik ya ma"

"iya.. Istirahat yang nyenyak ya"

rencana perjodohan

Suara decitan burung dan kokokan ayam saling beradu menandakan bahwa hari sudah pagi. Manusia yang tertidur mulai terbangun untuk mengerjakan aktivitas mereka seperti biasanya.

tak terkecuali Dani. Dirinya mengerjapkan mata setelah tertidur pulas kemarin malam. Dia pun perlahan bangun dari tempat tidurnya. Hari ini hari yang sangat penting baginya dikarenakan ia akan menjalani meeting promosi dengan kliennya agar mendapatkan keuntungan untuk perusahaannya.

Dengan cepat, ia pun beranjak ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Setelah 20 menit berlalu, Dani sudah rapi dengan mengenakan setelan pakaian formal yang membuatnya semakin tampan dan berkharisma.

"sudah jam setengah 7 nih"

Dani pun keluar dari kamarnya, menuruni anak tangga menuju ke tempat makan untuk sarapan pagi. Di sana sudah ada papa dan mamanya yang sedang asik menyiapkan sarapan.

"pagi Ma.. Pa"

"pagi.. sudah siap kamu Dan?"

"siap dong hehe.. Hari ini sangat penting bagi Dani"

"materinya sudah kamu pelajari semua?"

"sudah Pa.. Papa tenang aja pokoknya semuanya beres"

"sudah-sudah, ayo sarapan dulu.. Dani makan yang banyak ya"

"oke Ma"

mereka pun berhenti berbicara dikarenakan sedang makan sarapan masing-masing. Sarapan kali ini hanya dibuatkan roti bakar selai saja karena Dani tidak suka makan yang berat-berat kalau pagi hari.

"oh iya Dan.. Nanti kamu setelah selesai meeting ke cafe XXX ya.. Nanti papa sama mama ada di sana" ujar papa.

"mau ngomongin soal kemarin itu bukan ma?"

"iya sayang.. Jangan lupa datang ya"

Dani hanya menjawab dengan anggukan dengan mulut yang tidak berhenti mengunyah makanannya.

"sudah selesai.. Ma, pa, aku pergi ke kantor dulu"

"iya hati-hati"

Dani pun beranjak dari tempat duduknya itu dan mengambil tas kerjanya. Melihat Dani yang sudah keluar untuk berangkat bekerja membuat kedua orang tua di sana sedikit gundah terutama sang ayah.

"Ma.. Apa mama yakin akan menjodohkan Dani dengan anak Pak Trisna dan Bu Henny? Kalau Dani menolak gimana?"

"ah papa.. Mama yang lebih tahu Dani. Di umurnya yang sekarang, dia sudah cocok untuk membina rumah tangga pa.. Lagi pula anaknya Bu Henny itu cantik, sarjana, seorang perawat lagi.. Gimana mama tidak menolak dia jadi mantu mama? Idaman mama banget"

pak Herman hanya menghela nafas mendengarkan perkataan istrinya itu. Rida ini memang agak keras kepala, jika ia sudah berkata A maka harus terkabul.

"ya sudah gimana baiknya mama saja. Tapi, kalau Dani menolak jangan memaksa dia ma"

"pasti Dani gak bakal menolak pa.. Percaya sama mama"

***

Di ruang meeting kantor, Dani sedang serius menerangkan apa yang akan dilakukan untuk keberhasilan proyek mereka bersama agar bisa menyelesaikan masalah publik dan juga memberikan banyak keuntungan untuk mereka semua. Penjelasan Dani sangat jelas dan rinci membuat klien yang mendengarkannya pun sangat senang dengan apa yang Dani ucapkan.

"nah begitu bapak-bapak sekalian.. Saya sudah menjelaskan semuanya, bagaimana pendapat anda semua?"

"bagus pak.. Saya rasa ini cocok untuk diterapkan tahun ini"

"seperti biasa.. Pak Dani memang hebat"

"hehe.. ini juga berkat kerja sama tim dan kalian.. Baiklah, untuk selanjutnya kita akan bicarakan lain waktu ya pak. Untuk saat ini, cukup sampai di sini dulu"

Mereka semua yang ada di sana mulai berkemas karena meeting tersebut sudah selesai.

"kami semua permisi pak Dani"

"iya, silakan.."

Setelah semuanya pergi, Dani menoleh ada sekretaris pribadinya bernama Angga.

"jadwal hari ini masih padat, Ga?"

"lumayan bos.. Bentar lagi anda harus melakukan meeting lagi dengan beberapa orang"

"huffftt.. Ya sudah, ayo"

***

Sementara di cafe XXX sudah ada satu keluarga yang sedang menunggu calon besan mereka datang. Siapa lagi kalau bukan Bu Henny, pak Trisna serta anak perempuannya.

Mereka adalah teman dekat Bu Rida saat masih sekolah dulu. Memang Rida dan Henny punya sedikit impian. Jika anak mereka terlahir berlawanan jenis, maka mereka akan menjodohkan anak-anak mereka setelah dewasa nanti. Dan sekarang akan kejadian hari ini.

"maa.. Masih lama tidak sih? Aku bosan nunggu terus" keluh anak gadisnya itu. Dia sudah tidak tahan lama menunggu. Mulutnya sudah tidak terkondisikan dengan memajukan bibirnya tanda bahwa dirinya sedang tidak mood.

"Sabar Milly.. Sebentar lagi mereka sampai"

"huffttt.. Cape deh.."

Gadis yang akan mereka jodohkan adalah putri kesayangan mereka bernama Ramilly Auliani Putri. Dia baru saja menyandang status perawat dan baru bekerja di salah satu rumah sakit swasta terkenal di kota itu. Dandanannya pun cukup nyentrik dari umurnya yang masih 24 tahun.

Milly terkenal dengan sifat yang egois, angkuh serta sombong dan manja. Karena anak tunggal jadi dia sangat dimanja oleh kedua orang tuanya. Tak heran jika banyak orang yang tidak menyukai Milly karena sifat sombongnya itu.

tak berselang lama, datanglah pasangan suami istri yang sudah berumur untuk menemui calon besan mereka.

"dimana mereka ya pa?"

Ya, mereka Herman dan juga Rida yang sudah datang ke cafe untuk menemui keluarga sahabatnya itu. Ia mengedarkan pandangannya ke semua sudut cafe dan melihat di salah satu meja ada beberapa orang yang sangat ia kenal.

"Henny!!!" panggil Rida dari pintu masuk.

Yang mereka terpanggil pun menoleh ke belakang.

"eh Ridaaa!!!"

Rida dan Henny pun saling berpelukan satu sama lain. Sementara untuk Trisna dan Herman hanya berjabat tangan saja.

"ya ampun sudah lama gak ketemu"

"hehe.. Maaf ya lama tadi macet soalnya"

"tidak apa-apa.. Eh iya kenalin, ini Milly anakku satu-satunya"

"halo Om.. Tante.." sapa Milly.

Rida terkejut saat melihat sosok Milly untuk pertama kalinya. Menurutnya Milly sangatlah cantik dan modis layaknya anak kota jaman kini. Rida langsung memeluk Milly yang akan menjadi calon menantunya kelak.

"ya ampun Milly.. kamu sudah besar ya.. Tambah cantik hehe, udah kerja?"

"sudah Tante di rumah sakit swasta di jalan Zx"

Rida syok saat mengetahui tempat bekerja Milly saat ini "rumah sakit yang besar itu?"

"iya Tante.." ujarnya sembari tersenyum manis.

"tuhkan pa.. Mama tidak salah pilih menantu"

"kalian, duduklah.. Tidak baik berdiri terus" ujar Trisna menawarkan mereka duduk di kursi yang kosong.

"eh iya.. Terima kasih"

Mereka pun yang tadinya berdiri mulai duduk mengisi kursi masing-masing.

"eh ngomong-ngomong anakmu mana? Tidak berangkat bareng kalian? Siapa sih namanya? Dani.. Ya.. Dani"

"iya.. Dani ada urusan di kantor jadi agak terlambat untuk datang ke sini"

"wahhh.. Jadi pemimpin perusahaan memang berat ya hehe.. Sudah lama tidak bertemu Dani, pasti dia sangat tampan kan?"

"sudah tentu dong.. Pokoknya serasi deh kalo bersanding dengan Milly" ujar Rida sembari tertawa pelan.

"Milly nanti kalau sudah ketemu Dani pasti langsung jatuh cinta"

"hahahaha..."

Sebelum kedatangan Dani, mereka menghabiskan waktu dengan mengobrol bersama mengenang masa lalu mereka yang pernah dialami.

***

"sudah selesai semua?"

"sudah bos.."

"Ga, kamu beresin semuanya ya.. Saya harus buru-buru pulang ada urusan di rumah"

"oh iya bos siap.."

Dani yang sibuk bekerja, teringat akan pesan kedua orang tuanya yang akan berkumpul di cafe jam 2 siang. Ini sudah jam 3 tadi dirinya baru selesai meeting.

"gue harus cepat"

Dengan posisi terburu-buru, ia melakukan mobilnya untuk mengarah ke alamat yang sudah di janjikan. Setelah menempuh perjalanan kurang lebih 15 menit, akhirnya ia sampai juga di cafe xx yang sudah mamanya beritahu. segera ia memarkirkan mobilnya diparkiran khusus.

Dani pun keluar dengan setelan baju kerja yang masih melekat ditubuhnya namun tanpa jas. Ia hanya mengenakan kemejanya saja tanpa dasi dan lengan panjangnya di gulung sampai siku.

Setelah itu, ia melihat mama dan papanya sedang mengobrol dengan satu keluarga yang Dani tidak kenal. Ia pun menghampiri kedua orang tuanya tersebut.

"maaf ma, pa.. Dani telat.."

pertemuan kedua belah pihak

"Maaf ma, pa.. Dani telat"

mereka yang tadinya sibuk mengobrol akhirnya terhenti saat melihat Dani baru saja sampai di sana.

"ya ampun Dani.. Kamu baru pulang? Kenalin ini Tante Henny dan om Trisna.. Dan itu Milly"

"halo semuanya.. Salam kenal" ujar Dani sopan.

Milly yang awalnya tidak tertarik dengan perjodohan ini, mulai terkesima dengan melihat Dani secara langsung. Ternyata benar apa yang dikatakan mamanya. Dani sangatlah tampan. Lihatlah sekarang, sudah kaya, macho, kharisma lagi. Ia bahkan tidak berhenti memandanginya.

"Milly? Milly!" panggil mamanya.

"eh iya ma?"

"kamu kenapa melihat Dani begitu?" tanya mamanya sembari tersenyum jahil.

"eum.. Ng-nggak kok.. Biasa aja" ujarnya gugup. Ia malu karena ketahuan memperhatikan Dani secara diam-diam.

"Dani.. ternyata benar dugaan Tante, kamu sangat tampan sayang"

"terima kasih Tante.."

"kamu duduk dekat Milly ya"

"iya Ma.."

Dani pun mulai mengambil bangku kosong dan meletakkan bangkunya di hadapan bangku Milly. Dani menatap Milly sebentar lalu tersenyum padanya. Milly yang mendapatkan senyuman manis dari Dani pun merasa gugup. ia sedikit mengalihkan pandangannya ke arah lain agar tidak ketahuan jika ia sedang mengaguminya.

"nah.. Dani, kamu sudah tahu belum maksud adanya pertemuan ini?"

"belum Tante.. Memangnya kenapa?"

"dulu, mamamu dan Tante sudah memiliki impian jika suatu saat anak kami berbeda gender maka kami akan menjodohkan mereka suatu saat nanti. Nah sekarang, mama kamu dan Tante sepakat untuk menjodohkan kamu dengan anak Tante Milly"

Mendengar itu sontak Dani sedikit terkejut. Pasalnya tidak ada yang memberitahunya soal ini. Ia menatap mamanya dengan tatapan terheran.

"tapi kenapa harus aku?" tanya Dani.

"Dani.. Dengar Nak.. umur kamu sudah cukup dewasa untuk menikah. Mama pengen punya mantu sayang. Dan mama memilihkan Milly sebagai calon istrimu. Mama rasa cuma dia yang pantas mendampingimu"

"tapi kenapa mendadak sekali Ma? Apa mama tidak memikirkan ku? Aku tidak ingin menikah terlalu cepat" protes Dani.

Melihat Dani yang sedikit protes akan perjodohannya ini membuat keluarga Trisna terdiam. Sementara Rida masih berusaha meyakinkan anaknya untuk menerima perjodohannya ini.

"Dani.. Mama yang lebih tahu kamu lebih dari diri kamu sendiri. Mama cuma mau kamu ada pendamping hidup Nak. Apa salahnya menikah dengan cepat? kamu sudah mapan dan kaya apa yang kamu cari lagi?"

Dani terdiam mendengar perkataan mamanya tersebut.

"Dani.. Mama mohon sama kamu.. Terima ya perjodohan ini. Setidaknya kamu mau berkenalan dengan Milly juga tidak apa-apa"

Lagi-lagi Dani hanya terdiam dan belum menjawab apapun. Ia bingung pasalnya Dani tidak memiliki perasaan apapun pada Milly. Dengan cepatnya kedua orang tuanya memutuskan untuk menjodohkannya dengannya tanpa persetujuan darinya.

"tapi ma.."

"sudahlah Dani.. Tidak apa kita undur acara perjodohannya tapi setidaknya kamu mau berkenalan dengan Milly" paksa Rida agar Dani mau menerima sarannya.

Dani pun mengeluarkan helaan nafas kasarnya pelan. lalu kepalanya pun mengangguk menandakan bahwa ia setuju.

"baiklah.. Aku akan berkenalan dengan Milly"

Mendengar itu, sontak mereka semua merasa lega dan sangat senang. Milly pun tersenyum lebar saat Dani memutuskan untuk dekat dengannya.

"terima kasih sayang" ujar Rida pada anaknya.

"kalian berdua bisa mengambil tempat terpisah untuk saling mengobrol satu sama lain"

"baik Tante" ujar Milly sementara Dani hanya terdiam.

lalu dua sejoli tersebut mulai meninggalkan kursi keluarga mereka dan mengambil kursi baru untuk mereka berdua di tempat terpisah.

"tuhkan mereka cocok sekali"

"hehe iya"

Milly yang berdua dengan Dani lagi-lagi merasakan gugup yang luar biasa. Tidak biasanya ia gugup seperti ini. Namun ia berusaha untuk mencairkan suasana agar Dani nyaman dengannya.

"Eumm.. Dani, apa kamu serius menerima perjodohan kita?"

"kalo menurut kamu gimana?" tanya Dani kembali.

"kalo menurutku sih, kita terima aja.. Soalnya ini menyangkut keluarga kita juga kan. Terlebih mama kamu dan mamaku sangat bahagia akan perjodohan kita ini. Setidaknya buat mereka senang"

Mendengar penjelasan Milly panjang lebar membuat Dani terdiam sejenak.

"huhhh.. Kamu memang benar"

mendengar jawaban Dani membuat Milly sekali lagi tersenyum lebar.

"bagus.. Sepertinya dia bakal menerima perjodohan ini. Aaaa aku gak sabar pengen nikah sama Dani yang ganteng dan macho ini.. Tambah lagi dia kaya jadi aku bisa foya-foya pake harganya" batin Milly.

Setelah beberapa menit mengobrol, mereka pun kembali ke meja yang ada kedua orang tuanya itu.

"bagaimana? Milly kamu suka sama anak Tante?"

"s-ssuka Tan.. Dani baik dan juga ramah tadi sama aku"

"baguslah.. Eh udah jam segini, Hen pokoknya kita bakal jadi besan aaa senang sekali"

"iya Da.. Aku juga senang Dani dan Milly ternyata saling menyukai"

"kalau begitu, pertemuan kita sampai di sini dulu ya.. Nanti kita bikin pertemuan lagi, lain kali di rumahku" ujar Rida.

"Boleh.. Boleh.. Nanti kamu hubungi aku aja ya"

Karena sudah jam 5 sore, akhirnya mereka memutuskan untuk pulang. Sebelum berpisah mereka saling bersalaman satu sama lain. Setelah itu, mereka pun berpisah dengan menaiki mobil masing-masing. Dani pulang terpisah dari kedua orang tuanya karena membawa mobilnya sendiri.

Di dalam mobil dimana Rida sangat senang saat berbicara tentang acara tadi tanpa henti. Sementara Herman hanya terdiam mendengarkan istrinya terus mengoceh.

"mama senang akhirnya Dani mau menerima Milly pa.."

"maa.. Apa mama tidak lihat ekspresi Dani tadi? Dia sangat tertekan.. Kenapa mama harus memaksanya untuk menerima perjodohan ini?"

mendengar itu, Rida yang tadinya senyum merekah kemudian kembali memasang raut wajah marahnya.

"apaan si kamu.. Dani itu bahagia tau gak! aku ini ibunya.. Aku tahu bagaimana Dani. lagipula mama tidak memaksa Dani.. dia sendiri yang mau menerima Milly dekat dengannya"

Bukannya tidak berani melawan, Herman sangat malas jika beradu argumen dengan istrinya ini. Bagaimana pun Rida tetap tidak akan mengubah keputusannya dengan mudah walau Dani menentangnya.

***

setelah semuanya sudah pulang, mereka masuk ke dalam rumah dan pergi ke kamarnya masing-masing. Dani yang lelah langsung menidurkan tubuhnya diatas kasur.

Kenapa dirinya harus menerima perjodohan yang tidak ia inginkan. Walaupun ia sudah dewasa tapi ia ingin menentukan jodohnya sendiri. Terlebih Dani tidak ingin menikah dalam waktu dekat.

"aaahhh pusing..."

"kenapa harus begini sih.. Mama juga maksa sekali buat gue menerima perjodohan ini"

Dani pun mengusap kepalanya yang sedikit pening itu serta memijitnya. Memikirkan hal tadi membuat moodnya semakin hancur. tak lama kemudian, telpon kamarnya berdering.

Ia ingin mengangkat telpon tersebut namun malas mengangkatnya jadi ia diamkan. Tapi telpon itu terus berbunyi sampai ia pun kesal akhirnya beranjak dari kasur dan mengangkatnya.

"halo! Siapa?.." ketusnya.

"Weh.. Gw Nathan.. Kenapa lu ketus banget?"

Dani pun menghela nafas kasarnya "pusing gue.. Ada apa lu telpon?"

"lu lupa ya? Ajakan gue yang kemarin gimana? Lo mau ikut gue berburu di hutan XXX? Ayolah ikut temani gue"

"tadinya gue gak mau.. Tapi, gue pusing di sini jadi gue bakal ikut Lu pergi kesana"

"serius lu?"

"iyaaa.."

"ya sudah.. besok siang kita berangkat ya"

"oke.."

Telpon tersebut langsung terputus sambungannya. Karena Nathan tidak menelponnya lagi, jadi ia meletakkannya kembali ke tempat telpon. Lalu, ia pergi ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya serta menenangkan pikiran.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!