NovelToon NovelToon

Pemilik Hati

PH 1 Aku Istri Kedua

Pemilik Hati (1)

Seorang perempuan berjalan dengan gontai. Tatapan matanya kosong. Mendapati kenyataan yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya membuatnya syok.

Tak ingin ibu mertuanya mengetahui apa yang terjadi, Syifana yang biasa di panggil Syifa itu memilih mampir ke kontrakan sahabatnya.

Tok..

Tok...

Tok...

Ceklek

Pintu terbuka. Setelah mengucapkan salam, Syifa langsung masuk dan duduk di atas karpet yang sudah tergelar. Kontrakan yang sederhana namun nyaman.

Melihat sahabatnya yang hanya diam, Alya langsung mengambil minum dan camilan.

" Minumlah dulu." Syifa menerima segelas air putih yang langsung ia teguk.

Menerima kenyataan juga butuh tenaga. Ia pun segera mengambil cemilan yang di bawa sahabatnya. Makan adalah pelariannya saat ada masalah.

" Ada masalah apa?,"

Melihat sikap Syifa, Alya sudah tahu bahwa sahabatnya yang satu ini sedang ada masalah.

" Apa suamimu masih menolak untuk melakukan malam pertama?," tanya Alya serius. Tak ada ejekan karena sudah hampir sebulan menikah namun belum juga Syifa dan suaminya melakukan malam pertama.

Minggu pertama, Syifa memaklumi jika suaminya itu belum meminta haknya. Mungkin karena mereka masih sama-sama gugup hingga akhirnya menunda-nunda.

Minggu kedua terlewati begitu saja karena Syifa yang sedang di datangi tamu bulanan.

Memasuki akhir Minggu ketiga saat tamu bulanan sudah pergi, suaminya masih tetap tidak meminta. Syifa yang seorang perempuan merasa malu jika harus meminta lebih dulu, akhirnya membiarkan sampai minggu ketiga pun terlewati begitu saja.

Memasuki Minggu ke empat, Alya selalu menasehati Syifa. Agar mencoba untuk melakukan cara agar suaminya meminta haknya.

Bukan apa-apa, Alya malah khawatir suami dari sahabatnya memang pada dasarnya tidak tertarik pada wanita. Atau karena sesuatu yang lain. Wanita idaman lain, mungkin.

Namun, untuk masalah kemungkinan adanya WIL, Alya tidak mengatakannya pada Syifa. Tak ingin sahabatnya su'udzan pada suaminya.

Akhirnya, Syifa melakukan berbagai cara. Termasuk memakai lingerie di hadapan suaminya. Namun, akhirnya gagal juga.

Hingga sore itu, ia bermaksud menemui suaminya untuk mengajaknya pergi berdua. Berbanara dari hati-hati. Mungkin dengan begitu ia akan tahu alasan suaminya.

Apa karena suaminya tidak mencintainya dan hanya menganggapnya sebatas adik atau apa. Syifa sudah tidak tahan karena merasa di abaikan.

Ya, Syifa dan sang suami menikah karena di jodohkan. Syifa adalah anak dari sahabat orang tua suaminya yang bernama Farhan.

Semenjak orang tuanya meninggal, kedua orang tua Farhan lah yang menampung Syifa di rumahnya. Mengurus semua keperluan Syifa.

Mereka pun senantiasa mengatakan bahwa Syifa dan Farhan sudah di jodohkan dari kecil karena itu mereka ingin keduanya segera menikah.

Dengan berbagai alasan, Farhan menunda-nunda untuk menikahi Syifa. Hingga saat Syifa berusia dua puluh lima tahun tiba-tiba Farhan berkata siapa untuk menikahi Syifa.

Namun,semua tak seindah harapan Syifa. Ia yang mencoba hanya memandang pada satu laki-laki yaitu Farhan setelah tahu ia akan menikah Farhan harus menelan kekecewaan.

Suaminya tidak pernah berniat menyentuhnya. Farhan memang memperlakukan Syifa dengan baik namun,ia selalu menghindar saat Syifa berusaha menggodanya agar suaminya itu meminta haknya duluan.

Hingga Syifa menemukan Fakta yang mencengangkan.

" Aku ternyata istri kedua, Al. Aku orang ketiga dalam rumah tangga Kak Farhan dengan istri pertamanya." Mata yang tiba-tiba terasa perih dan mengeluarkan air mata.

Air mata yang menunjukkan bahwa hatinya sedang tidak baik-baik saja. Terluka tapi, tak berdarah.

Berusaha tegar namun, ia tak setegar itu. Kenapa Laki-laki yang ia anggap sandaran itu malah mengecewakannya.

Jika tak mau menikah karena sudah punya pilihan sendiri harusnya ia mengatakannya. Bukan malah menyanggupi menikahi namun tidak menjalankan tugasnya sebagai suami sebagai mana mestinya.

Alya langsung memeluk Syifa dan mengusap punggung sahabatnya.

" Kamu yakin ini bukan hanya dugaamu saja?," tanya Alya memastikan.

Yang ia tahu, Syifa istri satu-satunya. Kalau memang Farhan sudah menikah sebelumnya tidak mungkin ibunda Farhan meminta Farhan menikahi Syifa.

Apa Kak Farhan menikah diam-diam sebelumnya? Batin Alya.

" Istri pertamanya memang hanya dinikahi secara siri. Tapi, mereka menikah enam bulan sebelum aku dan Mas Farhan menikah." jawab Syifa tetap dengan berurai air mata.

**F**lashback on

Syifa yang hendak turun dari mobilnya mengurungkan niatnya saat melihat suaminya baru keluar dari perusahaan. Perusahaan peninggalan ayah mertuanya yang bekerja sama dengan orang tuanya yang telah tiada.

Merasa penasaran Syifa mencoba mengikuti mobil yang di kendarai suaminya. Sambil menyetir Syifa mencoba mengirim pesan pada sang suami.

📨 Mas, kamu masih di kantor?

📨 Maaf aku lupa ngasih kabar. Mendadak ada urusan ke luar kota beberapa hari ini. Aku sudah di kota X.

Syifa hanya tersenyum kecut mendapat balasan pesan dari suaminya yang ternyata berbohong.

Semakin penasaran lah kemana suaminya akan pergi. Dengan tetap menjaga jarak, Syifa mengikuti mobil Farhan secara perlahan.

Hingga mobil berhenti dan masuk ke dalam sebuah rumah. Tidak terlalu besar memang.

Saat suaminya keluar dari mobil, Syifa menurunkan kaca jendela mobilnya dan melihat pemandangan yang menyesakkan dada.

Seorang perempuan dengan perut buncitnya keluar dari rumah menyambut kedatangan suaminya. Perempuan itu mencium tangan Farhan dan Farhan mencium keningnya juga tidak lupa mencium perut buncit perempuan itu sambil seperti mengatakan sesuatu.

Keduanya terlihat saling melemparkan senyuman dan langsung masuk kedalam rumah dengan tangan si perempuan yang merangkul lengan Farhan dan Farhan yang merangkul pinggang perempuan itu.

Syifa tersenyum namun air matanya mengalir.

" Inikah alasanmu tidak ingin menyentuhku,Mas?," monolognya lirih.

Syifa kembali menutup jendela mobilnya. Ia terisak meratapi nasib pernikahannya yang baru seumur jagung.

Setelah merasa tenang. Ia turun dari mobil dan berjalan menuju warung terdekat.

Syifa mengucapkan salam sebelum bertanya. Syifa memang tidak berniat membeli apapun. Namun ia hanya ingin memastikan tentang apa yang ia lihat.

" Maaf, saya mau tanya. Rumah di depan itu milik Melisa bukan ya?,"

" Melisa? bukan. Itu rumahnya Neng Yuna." jawab penjaga warung yang sudah berumur itu.

" Oh. Saya pikir rumah Melisa. Soalnya tadi saya lihat laki-lakinya mirip sama suaminya Melisa yang baru menikah satu bulan yang lalu." Jelas Syifa.

" Oh, mungkin maksudnya Nak Farhan. Itu memang suaminya Neng Yuna. Baru nikah enam bulan yang lalu. Cuma karena surat-suratnya ada masalah, jadi baru nikah siri." jelas ibu penjaga warung.

"Oh, begitu ya. Istrinya sepertinya sedang hamil ya, Bu?,"

" iya. Alhamdulillah mau lima bulan kalau gak salah. Bulan kemarin kan waktu awal bulan di adain acara empat bulanan kandungannya."

Dada Syifa terasa sesak. Kini tak perlu lagi ia berbicara dari hati ke hati. Alasan suaminya sudah jelas ia tahu sekarang.

" Terimakasih, Bu. Saya mau pergi lagi saja. Mau nyari saudara saya lagi. Assalamu'alaikum."

" Wa'alaikumussalam. Sama-sama,"

Syifa kembali masuk ke dalam mobil. Ia sedikit membuka jendela dan melihat suaminya sedang duduk di teras rumah.

📱" Assalamu'alaikum, Bang. Aku mau menginap di rumah Alya ya. Nemenin dia karena suaminya masih di luar kota

📲" Wa'alaikumussalam. Iya. Hati-hati disana.

" Sayang, ini kopinya."

📱" Mas ada dimana?," tanya Syifa pura-pura.

📲 " Oh ini sedang di restoran. Maaf kalau ada suara-suara," dustanya.

Syifa hanya diam. Ia geleng-geleng kepala.

📱" Oh. Hati-hati disana. Semoga urusannya lancar. Assalamu'alaikum,"

📲 " Iya. Aamiin. Wa'alaikumussalam."

Syifa langsung melajukan mobilnya saat itu juga. Farhan yang pandangannya sedang ke arah jalan mengerutkan keningnya saat melihat mobil yang ia kenali.

" Syifa ...." lirihnya.

TBC

PH 2 Meresmikan Pernikahan

Pemilik Hati (2)

Syifa langsung melajukan mobilnya saat itu juga. Farhan yang pandangannya sedang ke arah jalan mengerutkan keningnya saat melihat mobil yang ia kenali.

" Syifa ...." lirihnya.

Flashback end

💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞

" Lalu apa rencanamu sekarang?," tanya Alya setelah Syifa merasa tenang.

" Berpisah. Apalagi?," jawabnya yakin.

" Tidak ingin mengklarifikasi dulu?,"

Syifa mende_sah.

" Sebelum aku datang menemuimu. Aku sudah mendatangi ketua RT setempat dan menanyakan kebenarannya. Kau tahu dia membenarkan bahwa Mas Farhan sudah menikah dengan perempuan itu enam bulan yang lalu."

Alya akhirnya mengangguk. Hanya mendukung apapun yang akan di lakukan oleh sahabatnya itu. Ia tak ingin mencampuri masalah Syifa .

" Seandainya Mas Farhan mengatakan semuanya dari awal tentang dia yang memang sudah memiliki perempuan yang ia cintai. Mungkin aku tidak akan setuju untuk menikah."

Alya mengangguk.

"Aku merasa sudah jadi p3lakor." ucapnya merasa miris dengan posisinya saat ini.

" Tidak. Kamu tidak merebut siapapun. Kamu mau menikah karena ketidaktahuanmu bahwa Kak Farhan sudah menikah."

" Hmm.. Aku tahu. Tapi tetap saja aku orang ketiga."

Alya hanya menghela nafas. Ia kembali beranjak dari duduknya lalu mengambilkan lagi camilan yang baru ia buat.

" Hehe. Maaf, malah ikut makan stok camilan bumil," Syifa nyengir.

Alya memang tengah mengandung. Kandungannya sudah beranjak empat bulan.

" Sudah, kamu butuh energi yang banyak untuk berbicara dengan ibu mertuamu." timpal Alya.

" Benar. Semoga Mama baik-baik saja." ucap Syifa sendu.

Bukan tak sayang pada ibu mertuanya. Namun, ia juga tidak bisa jika terus begini. Ia ingin bahagia menjalankan rumah tangganya. Bukan pernikahan yang di penuhi kebohongan. Bahkan suami yang menolak saat di ajak berhubungan.

Padahal, kemarin-kemarin Syifa sudah mulai memberanikan diri meminta terlebih dahulu. Namun, berakhir dengan penolakan dengan alasan suaminya lelah. Sungguh Syifa sangat malu sudah bersikap 'nakal' hanya agar suaminya tertarik.

" Bagaimana dengan Kak Ridwan. Kamu sudah menemukan alamat rumahnya di kota?," tanya Syifa pada Alya.

" Aku tidak akan mencarinya lagi." jawabnya

" Kenapa?,"

" Ini terlalu rumit. Biarlah kita Bertemu kalau memang di takdirkan kembali bertemu." jawab Alya yang tak ingin menceritakan kejadian sebenarnya.

" Hmm. Apapun yang kamu lakukan aku akan mendukungmu. "

Syifa berharap pernikahan sahabatnya tidak akan berakhir seperti dirinya. Alya memang cukup tertutup tentang masalah pribadi.

" Kamu mau menginap?,"

" Ya, untuk hari ini aku sudah izin menginap di sini."

Alya mengangguk.

Malam berlalu, Farhan masih termenung. Ia yakin melihat mobil Syifa .

" Apa mungkin dia tahu aku disini?," monolognya pelan.

" Kamu memikirkan apa, sayang?," tanya seorang perempuan yang langsung duduk di samping Farhan. Menatap bintang dari balkon rumahnya.

" Tidak." Farhan tak mungkin jujur jika sedang memikirkan Syifa . Mengajui bahwa ia mulai merasa bersalah atas apa yang ia lakukan.

" Kapan kamu akan meresmikan pernikahan kita? Anak ini butuh pengakuan. Dia bukan anak yang lahir di luar nikah." Lagi dan lagi Yuna memaksa.

Farhan hanya diam Ia tidak bisa memberi kepastian. Jika di resmikan, itu artinya ibunya akan tahu dia telah menikah sebelum menikahi Syifa .

" Berbicaralah pada Syifa , dia juga seorang perempuan. Dia pasti mengerti apa yang aku khawatirkan."

Yuna sangat tahu bahwa Farhan akan menikah dengan Syifa . Karena itu ia tak bisa berbuat banyak saat Farhan hanya bisa menikahinya secara siri.

Orang tua Farhan sudah menjodohkannya dengan Syifa . Sementara hubungan keduanya tidak diketahui orang tua Farhan.

" Aku akan kembali menyakitinya." jawab Farhan lirih.

Menikahinya tanpa cinta sudah cukup membuatnya merasa bersalah.

" Ajaklah dia malam pertama, lalu ceritakan tentang aku padanya. Saat dia sudah sepenuhnya milikmu, dia pasti tidak punya pilihan." Farhan melihat ke arah Yuna.

Seperti memasang perangkap untuk hewan. Yang pada akhirnya hanya pasrah menerima nasib yang menghampirinya. Itulah harapan Yuna pada Syifa .

" Kamu yakin?," tanya Farhan mengerutkan keningnya.

Tidak menyentuh Syifa pun ia lakukan karena permintaan Yuna. Lalu kini? Tidakkah Yuna cemburu jika ia dan Syifa melakukan hubungan suami istri?

" Kamu tidak masalah?,"tanyanya lagi

" Kenapa harus masalah? Aku tahu hanya aku yang kamu cintai. Bukankah laki-laki bisa melakukannya tanpa harus ada cinta?,"

Farhan kembali diam. Berpikir apa yang harus ia lakukan. Mengikat Syifa di sisinya tanpa cinta?

Farhan sendiri tidak sadar, ia mulai menaruh rasa pada Syifa . Sikap penurutnya, lemah lembut tutur katanya. Apalagi saat ia menolak Syifa saat itu, ia masih teringat betapa kecewa dan sakit hatinya Syifa .

Bohong jika ia tidak menginginkan Syifa malam itu. Laki-laki normal pasti mengingkannya. Apalagi hidangan yang menggiurkan itu halal ia nikmati.

Tapi, janji yang ia ucapkan pada istri pertamanya membuatnya menahan diri.

" Bagaimana kalau aku malah jadi memiliki perasaan pada Syifa setelah melakukannya?," tanya Farhan.

" Tidak. Aku yakin kamu tidak akan mau dengannya. Lihat, apa yang menarik dari perempuan yang menutup semua tubuhnya. Hanya muka yang terlihat. Aku lebih menarik." Ucapnya bangga pada tubuhnya yang bak gitar spanyol bahkan saat hamil pun ia masih terlihat menarik.

Farhan diam. Farhan awalnya percaya tidak akan tertarik pada Syifa yang tak pernah ia tahu seperti apa bentuk tubuhnya karena terhalang gamis lebar yang ia kenakan. Atau sehalus apa kulitnya yang tak pernah ia sentuh sebelumnya.

Namun, saat ia melihat Syifa yang memperlihatkan auratnya. Hatinya bergetar. Ia luluh bahkan hanya karena melihat fisik dari tubuh istrinya itu.

Rambutnya yang indah. Dan semua yang tak pernah ia sangka. Bahkan ia merasa spesial saat hanya dia yang bisa menikmati keindahan itu. Hanya menikmati tanpa bisa merasakannya.

Sementara ia tertarik pada Yuna pun karena fisiknya. Yuna yang tidak menutup auratnya membuat ia bisa melihat kecantikannya.

Andai Yuna tahu, apakah ia akan rendah diri?

" Kamu kan cinta mati sama aku. Aku yakin hatimu cuma untukku." tambahnya.

Manusia banyak yang takabur. Memliki keyakinan yang besar dan merasa sesuatu tidak mungkin terjadi. Padahal ini masalah hati. Yang bisa dengan mudah dibolak-balik tanpa kita sadari.

" Cepat bertindak agar saat aku melahirkan, statusku sudah di resmikan." Ucap Yuna sambil berlalu meninggalkan Farhan seorang diri.

" Syifa , maaf. Membuatmu berada di posisi ini." lirih Farhan.

Farhan sebenarnya menyayangi Syifa . Sebatas seorang kakak pada adik. Namun, kenyataan memaksanya untuk menjadi seorang suami.

Terpaksa. Satu kata yang menjadi kambing hitam atas apa yang terjadi. Padahal, Farhan melakukannya dengan sadar. Ia bisa mengatakan pada ibunya siapa wanita yang ia cintai dan memperjuangkan cintanya.

Namun, Farhan memilih cara aman tanpa da gesekan dengan ibunya. Menerima untuk menikahi Syifa sehingga membuat ibunya senang. Namun, menikahi perempuan yang ia cintai di belakang ibunya. Bisakah ia dikatakan terpaksa dalam mengambil keputusan di saat ia bisa memilih untuk melakukan yang lainnya?

Farhan tidak sadar, ia tidak bisa serakah. Karena Syifa tak pernah ingin menjadi yang kedua atau hanya cadangan. Ia ingin di prioritaskan sebagai perempuan yang istimewa. Satu-satunya,istri yang di cintai tanpa ada saingan.

Perempuan yang akan memilih jalan lain ketimbang memilih laki-laki yang di cintai namun hanya jadi yang kedua.

" Aku harus meresmikan pernikahanku dengan Yuna demi anak kami,"

TBC

PH3 Maaf

Pemilik Hati (3)

Farhan tidak sadar, ia tidak bisa serakah. Karena Syifa tak pernah ingin menjadi yang kedua atau hanya cadangan. Ia ingin di prioritaskan sebagai perempuan yang istimewa. Satu-satunya,istri yang di cintai tanpa ada saingan.

Perempuan yang akan memilih jalan lain ketimbang memilih laki-laki yang di cintai namun hanya jadi yang kedua.

" Aku harus meresmikan pernikahanku dengan Yuna demi anak kami,"

💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞

Syifa melangkahkan kakinya dari kamar ibu mertuanya. Matanya yang sembab menunjukkan berapa lama ia menangis di kamar mertua yang sangat ia sayangi.

Namun, perasaannya lega setelah mengatakan semuanya. Pundaknya terasa ringan saat beban itu terangkat. Apakah pernikahan adalah beban? Jika posisinya seperti Syifa , maka jawabannya iya.

Orang akan lebih percaya pada apa yang ia lihat. Melihat anak antara Farhan dan Yuna, tentu mereka akan menganggap Syifa adalah perempuan tidak benar. Mau menikahi laki-laki beristri dengan tujuan tertentu.

Syifa melangkahkan kakinya ke kamarnya. Membereskan semuanya termasuk surat gugatan cerai yang sudah ia urus sejak kemarin. Tinggal menunggu tanda tangan Farhan saja.

Menjelang sore, Syifa duduk di kursi menunggu kepulangan Farhan yang katanya sedang dalam perjalanan pulang.

Mobil berhenti di depan rumah. Sudah dipastikan itu adalah mobil milik suaminya. Ralat. Calon mantan suaminya.

" Assalamu'alaikum." Farhan masuk ke dalam rumah.

" Wa'alaikumussalam." jawab Syifa sambil mengambil alih tas yang di bawa Farhan dan mencium tangannya.

" Kamu habis menangis?," tanya Farhan penasaran. Mata sembab itu masih tampak jelas. Karena Syifa kembali menangis di dalam kamar. Meratapi perubahan statusnya yang akan menjadi janda.

" Maaf jika aku punya salah. Semoga kita bisa bahagia." ucap Syifa .

" Ada apa?," Farhan bingung dengan apa yang terjadi.

"Mama menunggu mas Farhan. Temuilah dulu." Syifa tak ingin menjawab pertanyaan Farhan. Ia hanya ingin berbakti sebagai seorang istri untuk yang terakhir kalinya.

" Mama baik-baik saja?," tanya Farhan mulai was-was.

" Temui saja dulu. Mama ingin bicara dengan Mas Farhan,"

Farhan langsung berjalan ke arah kamarnya. Perasaannya tak enak. Ia khawatir ibunya kenapa-kenapa.

Begitu pula dengan Syifa . Setelah memastikan suaminya masuk ke dalam kamar ibu mertuanya dan menutup pintu, Syifa langsung kembali ke kamarnya. Setelah meletakkan tas Farhan, Ia mengambil koper besar yang sudah ia persiapkan. Mengeretnya dengan tenang menuju ke depan rumah.

Syifa pun langsung masuk ke dalam mobil yang sudah ia pesan.

Syifa melangkahkan kakinya di bandara. Hari ini ia akan pergi ke luar pulau. Yayasan tempatnya mengajar membuka sekolah baru. Syifa di rekomendasikan untuk menjadi penanggung jawab disana.

Di sampingnya ada Alya. Sahabat sekaligus rekan mengajarnya. Syifa memang mengajukan syarat jika ia menerima tawaran di pindahkan. Yaitu, mengajak serta sahabatnya itu. Alasannya,agar ada yang membantunya. Apalagi ia tidak tahu sampai kapan disana.

Kalau bukan karena ada masalah dalam pernikahannya, Syifa takkan pernah mau menerima tawaran ini.

Syifa melihat ke luar jendela, setetes air mata membasahi pipinya.

" Selamat tinggal masa lalu. Selamat datang masa depan di tempat yang baru." lirihnya.

Di kediaman Farhan, sesaat setelah Farhan masuk ke dalam kamar ibunya hanya ada keheningan.

" Mama baik-baik saja?," Farhan mendekati ibunya yang terbaring membelakanginya.

Mendengar suara anaknya, Bu Laila bangun dan duduk bersandar pada dasboard.

" Mama sakit?,"

Tidak ada jawaban. Hanya tatapan yang menyiratkan kekecewaan terlihat begitu jelas.

" Bawa istrimu menemui Mama besok." ucap Bu Laila pelan.

" Kenapa besok? Syifa kan ada di sini? Kenapa tidak sekarang saja. Biar aku panggilkan." Farhan sudah berdiri hendak memanggil Syifa .

" Bukan Syifa . Tapi Yuna."

Deg

Farhan mematung. Ia masih berdiri membelakangi ibunya. Perlahan ia membalikkan badannya dan melihat ke arah ibunya.

" Resmikan pernikahan kalian. Anak itu butuh pengakuan dan status yang jelas."

" Ma...." panggil Farhan. Suaranya tercekat di tenggorokan. Pernikahan diam-diamnya sudah ketahuan.

" Mama merestui kalian. Tapi, ceraikan Syifa ."

Lagi-lagi Farhan terkejut. Bercerai dengan Syifa tidak ada dalam rencananya.

" Kamu bisa bahagia dengan pilihanmu. Biarkan Syifa bahagia dengan pilihannya."

" Ma..."

" Jangan serakah ingin keduanya. Mama tahu kamu terpaksa menikahi Syifa . Bahkan Syifa masih perawan sekalipun sudah sebulan menikah."

Farhan bungkam. Syifa bahkan menceritakan masalah itu pada ibunya.

" Jangan salah paham. Syifa hanya ingin menenangkan Mama yang khawatir dia mengandung saat kalian resmi bercerai. Namun, ternyata hal tak terduga justru mama dengar. Sebegitu berharganya wanita yang kini mengandung anakmu itu sampai kamu membiarkan Syifa tetap perawan. Kamu pasti sangat menjaga perasaannya." Air mata Bu Laila mengalir. Merasa kecewa pada sang putra.

" Maaf."

" Jika ingin minta maaf. Minta maaflah pada Syifa . Dia yang kamu sakiti. Dia yang tidak mendapatkan haknya sebagai seorang istri."

" Aku skan meminta maaf padanya. Dan memintanya untuk tetap bersamaku." ucap Farhan. Entah kenapa ia jadi tidak rela menceraikan Syifa .

" Sudah Mama bilang jangan serakah. Syifa juga ingin bahagia. Biarkan putri Mama bahagia. Sekalipun dia bukan menantu Mama dia tetap putri Mama sampai kapanpun."

" Jika kamu ingin meresmikan pernikahan dengan Yuna, syaratnya hanya satu. Ceraikan Syifa . Tidak ada pilihan lain. Setelah itu, kamu bebas tinggal di sana dengan istri tersayang mu." sebuah sindiran yang menyesakkan.

" Aku akan tinggal di sini." Bu Laila tersenyum namun air matanya mengalir.

" Mama merestui kalian. Tapi, tidak mengizinkan kalian tinggal disini. Mama tidak ingin Syifa tidak mau kembali ke rumah ini jika ada kalian. Mama saja sakit hati dan kecewa, apalagi Syifa ."

Farhan tertunduk. Merasa sakit saat melihat ibunya menangis. Memberi Restu tapi tak mengizinkan ia dan Yuna tinggal untuk menemani ibunya.

"Aku khawatir jika meninggalkan Mama sendiri di rumah ini."

" Ada Bi Lastri yang akan tinggal disini. Jangan pikirkan Mama seperti kamu yang tidak memikirkan Mama saat memilih menikah diam-diam dengan wanita pilihanmu serta menerima untuk menikahi Syifa namun tidak menganggapnya sebagai istrimu."

Jlebb

Farhan tak mampu berkata-kata. Ia langsung berlutut di dekat ibunya. Air matanya mengalir. Ibunya menangis karena apa yang ia lakukan.

" Maafkan aku, Ma. Aku..."

" Semua sudah terjadi. Sekarang pergilah. Urus pernikahanmu. Mungkin istrimu ingin mengadakan pesta pernikahan. Mama tidak akan membantu apa-apa. Mama hanya hadir sebagai tamu di saat hari acara." jelasnya.

Sakit merasa tidak di anggap. Jika saja Farhan jujur, ia tidak akan merasa bersalah karena menjodohkan Syifa dengan Farhan.

" Ma...." Suara Farhan tercekat. Baru sekarang ia melihat kemarahan ibunya.

" Ini konsekuensi dari pilihanmu. Maka hiduplah yang baik dengan wanita pilihanmu. Tanda tangani surat gugatan cerai yang Syifa tinggalkan di kamarmu. Jangan lagi mencari Syifa atau mengusik hidupnya."

" Apa maksud Mama jangan mencari Syifa ?,"

" Dia sudah pergi jauh. Dia tidak akan lagi tinggal di rumah ini." tangis Bu Laila pecah.

" Ma, jangan bilang begitu. Memang kemana dia kan pergi?,"

"Kemanapun selama itu membuatnya bahagia. Namun, tidak disini."

Merasa penasaran atas apa yang terjadi, Farhan langsung berlari ke arah kamarnya.

" Syifa ..." panggilnya pelan namun, tidak ada jawaban.

Kosong, kamarnya kosong. Air mata Farhan tiba-tiba mengalir. Ia merasa hatinya juga kosong.

Beberapa waktu berlalu Farhan hanya duduk di mobil sambil melihat kertas dari pengadilan agama bahwa Syifa sudah resmi bercerai darinya. Lagi-lagi air matanya mengalir. Ia memang tidak merasakan menjadi duda karena masih memiliki Yuna. Namun, Selain kehilangan Syifa , ia pun kehilangan senyum ibunya yang sudah beberapa lama tidak ingin melihatnya.

" Maafkan aku...."

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!