NovelToon NovelToon

INVESTIGASI TEMARAM SENJA

Part 1

Saat ini Wijaya dalam perjalanan pulang dari undangan makan malam salah satu teman bisnisnya, ia bersama anak dan istrinya sepanjang perjalanan ia bercerita banyak hal kepada istri dan anaknya, Wijaya memang selalu hangat kepada istri dan anaknya, saat ia melihat jalan yang mereka lewati ia merasa heran karena jalan yang mereka lewati bukan jalan menuju rumahnya.

"Ini bukan jalan menuju rumah," Wijaya menegur sopirnya yang bernama Dadang.

"Kita lewat jalan pintas Pak, karena dari sini tidak macet," jawab Dadang beralasan.

Wijaya tidak lagi protes ia kembali bercerita kepada istrinya tapi beberapa saat Wijaya menyadari kalau mereka sudah jalan sunyi dan gelap, Wijaya segera mengeluarkan pistolnya

"Siapa kamu!" tanya Wijaya sambil menodongkan pistolnya ke kepala sopir, Sopir segera menangkis pistol itu dan menyerang, Wijaya dengan sigap menangis semua serangan dari sopir, melihat pemandangan mengerikan didepannya Elin ketakutan ia segera memeluk anaknya.

Doorr!

Suara tembakan terdengar Elin memejamkan matanya tidak berani melihat.

Wijaya membuka pintu mobilnya dan mengeluarkan sopir bodong dari mobilnya lalu ia menyetir, menggantikan sopir.

Wijaya mengeluarkan ponselnya ia ingin menghubungi anak buahnya karena ia sudah merasa tidak aman, belum sempat Wijaya menghubungi mobil mereka ditabrak dari belakang.

Braakkk!

Ponsel Wijaya terjatuh dari tangannya, lalu Wijaya berkata,

"Ma! hubungi siapa saja yang bisa menolong kita, kita dalam bahaya ini!" kata Wijaya sambil melajukan mobilnya Elin menghubungi keluarga mereka, namun tidak satu pun yang mengangkat, sementara mobil Wijaya dengan mobil yang menyerang mereka saat ini kejar-kejaran, suara selongsong peluru terus terdengar menyerang mereka, Elin mempererat pelukannya kepada anaknya.

Brraakk!

Terdengar suara mobil mereka ditabrak dari belakang, Wijaya membuka sedikit kaca mobilnya lalu menembak mobil yang menabrak mobil mereka, sambil menyetir.

Mobil yang menyerang Wijaya bertambah dua, Wijaya kewalahan menghadapi mereka, mobil Wijaya terus dihantam dari depan dan belakang.

Braakkk!

Mobil Wijaya terguling ke jurang sedangkan Alana terpental keluar dari mobil, Alana tersangkut di pohon, dari pohon itu Alana melihat mobil orang tuanya masuk ke jurang beberapa saat mobil Wijaya meledak, Alana menangis melihat mobil orang tuanya meledak.

"Mereka pasti tidak ada yang selamat, kita berhasil," kata orang yang menabrak mobil Wijaya dengan wajah senang.

"Iya yuk kita laporkan kepada pak Wijaya Hartono kalau kita sudah menghabisi Wijaya Alana bersama keluarganya," kata salah satu suruhan Wijaya Hartono.

Anak buah Wijaya Hartono pergi dari tempat itu, sementara Alana berusaha turun dari pohon.

**

"Hahahaha, akhirnya aku bisa menyingkirkan dirimu," kata Wijaya Hartono tertawa puas setelah mendengar kabar keberhasilan anak buahnya.

Pagi harinya kematian Wijaya Alana menyebar di seluruh Dunia, Wijaya Alana pemilik perusahaan Grand Alana telah meninggal dunia bersama anak dan istrinya karena kecelakaan tunggal, begitu pemberitaan yang beredar baik di media cetak maupun elektronik.

Tempat kecelakaan Wijaya Alana banyak wartawan dah polisi dan juga masyarakat melihat saat mayat mereka dievakuasi.

Tangis sanak saudara juga teman almarhum Wijaya Alana dan istrinya Elin Mayasari menyertai saat mayat Wijaya Alana dan istri dia Elin Mayasari dievaluasi, sedangkan mayat anak Wijaya tidak diketemukan.

Pemakaman Wijaya Alana dan istrinya Elin Mayasari sangat ramai, banyak teman bisnis Wijaya Alana datang untuk melayat, karena perusahaan Grand Alana perusahaan terbesar di Indonesia.

Setelah satu minggu kematian Wijaya Alana, Wijaya Hartono diangkat menjadi direktur perusahaan Grand Alana, karena Wijaya Hartono adalah pewaris tunggal setelah kematian Wijaya Alana.

"Hahahaha aku sekarang yang berkuasa di perusahaan ini, tidak ada lagi yang bisa menghalangi ku untuk menguasai semuanya," kata Wijaya Hartono merasa senang karena ambisinya untuk memiliki perusahaan kakaknya sudah tercapai.

Wijaya Hartono adalah adik Wijaya Alana mereka saudara satu ayah lain ibu, Wijaya Alana anak dari istri pertama ayah mereka, sedangkan Wijaya Hartono Anak dari istri kedua ayah mereka, sipat Wijaya Alana dengan Wijaya Hartono bertolak belakang mereka tidak pernah akur, Wijaya Hartono selalu ingin mencapai segalanya tanpa mau berusaha, sedangkan Wijaya Alana pekerja keras sama seperti ayah mereka.

Ayah mereka selalu membandingkan Wijaya Alana dengan Wijaya Hartono, hal itu membuat Wijaya Hartono tidak suka kepada kakaknya, sering kali Wijaya Hartono dapat hukuman dari ayah mereka karena Wijaya Hartono selalu membuat ulah di sekolah, sedangkan Wijaya Alana tidak pernah kena marah karena dia selalu disiplin dan menurut perkataan ayah mereka.

Dendam Wijaya Hartono semakin besar saat ayah mereka mengangkat Wijaya Alana menjadi direktur perusahaan Grand Wijaya Wijaya Hartono menganggap ayah mereka tidak adil karena ia juga anak ayahnya.

Ayah mereka mempercayakan perusahan Grand Wijaya kepada Wijaya Alana karena ayah mereka menganggap Wijaya Alana yang mampu memimpin perusahaan Grand Wijaya. Setelah ayah mereka meninggal Wijaya Hartono meminta kepada kakaknya kalau dirinya yang mau jadi direktur perusahaan ayah mereka, dengan alasan kakaknya sudah lama jadi direktur perusahaan Grand Wijaya.

Karena Wijaya Alana tidak mau ribut dengan adiknya Wijaya Alana menyerahkan perusahaan ayah mereka kepada Wijaya Hartono dengan perjanjian Wijaya Hartono harus mengembangkan perusahaan ayah mereka, Wijaya Hartono menyanggupi sarat dari kakaknya agar ia bisa memiliki Grand Wijaya.

Sedangkan Wijaya Alana membuka perusahaan sendiri, dengan kerja keras dia Wijaya Alana bisa mengembangkan perusahaannya, melihat perusahaan kakaknya maju sedangkan Perusahaannya hampir bangkrut rasa iri Wijaya Hartono kembali kambuh.

Sering Wijaya Hartono meminjam uang untuk menutupi kerugian perusahaannya karena terlalu sering meminjam uang tidak dikembalikan Wijaya Alana tidak lagi memberikan pinjaman uang kepada Wijaya Hartono, agar adiknya bisa menyelesaikan masalahnya tanpa bantuannya.

Wijaya Hartono murka karena tidak dikasih pinjaman uang lagi, Wijaya Hartono merencanakan menghabisi Wijaya Alana karena ia ingin menguasai perusahaan kakaknya

Rencana Wijaya Hartono berhasil menyingkirkan kakaknya, kini ia sudah menguasai perusahaan kakaknya secara licik.

**

Sementara Yuliana Alana saat ini tinggal dirumah orang yang menyelamatkan dia, ia diangkat menjadi anak mereka, identitas Yuliana Alana diganti menjadi anak Bimo Sudradjat dan istrinya bernama Pertiwi, nama Yuliana Alana diganti menjadi Queen, Queen bertekad ingin menjadi seperti almarhum Papanya walau usia dia masih 10 tahun ia sudah merencanakan banyak hal untuk masa depannya.

Queen sangat giat belajar agar ia bisa mencapai ambisinya, ia juga bertekad menyelidiki kematian orang tuanya saat ia sudah dewasa nanti, karena menurutnya kematian orang tuanya tidak wajar.

**

Tidak terasa empat belas tahun telah berlalu, sekang Queen sudah tumbuh menjadi gadih dewasa ia menyelidiki perusahaan Grand Alana, setelah ia menyelidiki ia sekarang tau kalau yang memimpin perusahaan Grand Alana adalah pamannya Wijaya Hartono, ia ingin masuk bekerja di perusahaan Grand Alana agar dia bisa menyelidiki kematian orang tuanya.

Part 2

Malam ini Wijaya Hartono tidak pakai sopir, ia mengendarai mobil menyetir sendiri, tiba-tiba ia dihadang orang tidak dikenal dari depan, ia tidak bisa mengenal siapa yang menghadangnya karena orang itu pakai topeng.

Wijaya Hartono mengambil pistolnya siap melawan.

"Siapa kamu, tampakkan wajahmu jangan jadi pecundang!" Wijaya Hartono membentak dengan lantang.

Orang itu tidak bersuara ia segera diserang membabi-buta, ia sampai kewalahan menghadapi.

Pertempuran sengit terjadi antara Wijaya Hartono dengan orang bertopeng.

Dooor!

Tangan Wijaya Hartono tertembak, pistol terlepas dari tangannya, lalu orang misterius itu melumpuhkan Wijaya Hartono.

Saat suara celetuk selongsong peluru terdengar Wijaya Hartono menjerit.

"Tidaaak!" Wijaya Hartono menjerit karena takut tertembak.

"Pa, bangun!" kata Sela sambil menepuk-nepuk pipi suaminya, sontak Wijaya Hartono terbangun dari tidurnya.

"Papa mimpi buruk lagi, kenapa belakangan ini Papa sering mimpi buruk?" tanya Sela penasaran.

"Tidak usah dipikirkan kita tidur lagi," jawab Wijaya Hartono, Sela menurut ia kembali memejamkan matanya.

Sedangkan Wijaya Hartono tidak bisa tidur memikirkan mimpinya setelah Wijaya Alana meninggal hampir setiap malam Wijaya Hartono mimpi buruk.

**

Pagi hari seperti biasa keluarga Wijaya Hartono sarapan bersama di meja makan.

"Pulang sekolah kamu datang ke kantor Papa," ujar Wijaya Hartono sambil memandang anak laki-lakinya.

"Untuk apa aku ke kantor Papa?" tanya Alvin merasa heran.

"Mulai hari ini kamu belajar bisnis, kamu anak Papa satu-satunya penerus Grand Alana, kamu harus pintar berbisnis seperti Papa," jawab Wijaya Hartono dengan bangganya.

"Tapi aku masih sekolah Pa, aku mau fokus ke sekolahku," kata Alvin menolak secara halus.

"Kamu jangan membangkang perkataan orang tua!" kata Wijaya Hartono meninggikan suaranya.

"Aku tidak suka belajar bisnis, aku mau jadi pelukis," jawab Alvin tetap menolak.

Braakkk!

Wijaya Hartono menggebrak meja makan semua makanan yang ada di meja berserakan.

"Kalau kamu tidak menurut kata Papa, semua fasilitas kamu Papa cabut," ujar Wijaya Hartono mengancam.

"Sudah Pa, tahan emosi Papa, tidak baik pagi-pagi sudah marah-marah," kata Sela mencoba menenangkan suaminya agar tidak marah lagi.

"Urus anak itu, aku mau ke kantor," ujar Wijaya lalu ia pergi membawa kekesalannya.

"Tidak baik melawan perkataan orang tua Nak," Sela menasehati anaknya.

"Mama sama Papa sama saja tidak pernah mengerti perasaanku selalu memaksakan kehendak," jawab Alvin lalu ia bangun dari duduknya pergi ke sekolah.

Sesampainya Wijaya Hartono di kantor ia melampiaskan kemarahannya kepada karyawan.

Hampir semua karyawan kena marah, sikap Wijaya Hartono memang arogan kepada karyawan, berbeda dengan Wijaya Alana selalu menghargai karyawannya.

**

Queen sudah sampai di kantor Grand Alana, ia memandang gedung itu dengan wajah sendu ada kesedihan di wajahnya melihat perusahaan Grand Alana, tapi seketika Queen menepis rasa sedihnya dan mengingat ambisinya untuk mengambil kembali perubahan Grand Alana.

Queen melangkah dengan percaya diri menuju lobby Queen bertanya kepada resepsionis.

"Permisi," ucap Queen menyapa.

"Iya ada yang bisa kami bantu?" ujar resepsionis.

"Katanya perusahaan ini membuka lowongan kerja?" tanya Queen.

"Maaf pendaftaran sudah ditutup kamu terlambat," jawab resepsionis.

"Oh ya sudah kalau begitu saya permisi dulu," kata Queen dengan nada kecewa.

"iya," jawab resepsionis.

Queen melangkah keluar dari perusahaan Grand Alana, saat Queen berjalan tiba-tiba ia menabrak seseorang, orang itu terburu-buru membawa berkas-berkas penting, berkas itu berserakan dilantai.

"Maaf saya buru-buru," kata orang itu sambil memunguti berkas-berkas yang berserakan, Queen membantu memunguti berkas itu, tidak sengaja Queen membaca isi berkas itu, karena Queen merasa berkas itu penting untuk menyelidiki perusahaan Grand Alana, Queen menyembunyikan satu lembar kertas itu ke saku baju dia.

"Terimakasih," ujar orang itu, setelah Queen menyerahkan berkas itu kepadanya, Queen menganggukkan kepala lalu orang itu pergi terburu-buru dari hadapan Queen.

Queen pulang kerumah orang tua angkatnya dengan wajah lesu, Pertiwi melihat anaknya pulang dengan wajah lesu bertanya.

"Bagai mana Nak, apa kamu diterima bekerja di perusahaan Grand Alana?" tanya Pertiwi penasaran.

"Pendaftarannya sudah tutup Ma," jawab Queen tidak bersemangat.

"Sabar kamu bisa coba di perusahaan lain Nak," nasehat Pertiwi sambil mengelus bahu Queen.

"Iya Ma, aku pergi ke kamar dulu Ma," jawab Queen.

"Aku harus masuk ke perusahaan Grand Alana bagai manapun caranya, aku harus mengambil apa yang seharusnya jadi milikku," kata Queen dalam hati, tekat dia sudah bulat ingin mengambil kembali perusahaan Grand Alana dari tangan pamannya.

Bimo dan Pertiwi tidak tau asal usul Queen, mereka menemukan Queen di pinggir jalan saat mereka pulang dari luar kota, mereka bertanya nama dan asal usul Queen, tapi Queen mengatakan kalau ia anak yatim piatu ia dibuang keluarganya di pinggir jalan, mereka percaya perkataan Queen.

Queen sengaja menyembunyikan identitasnya karena ia takut ada yang mengenali dirinya, Queen tidak mau mati terbunuh seperti kedua orang tuanya itu yang membuat Queen merahasiakan identitasnya.

**

Sementara itu Wijaya marah besar kepada sekretarisnya karena sudah menghilangkan berkas penting.

"Dasar bodoh bisanya berkas itu hilang, aku tidak mau tau besok pagi berkas itu harus ada kalau tidak kamu angkat kaki dari perusahaan ini!" ucap Wijaya Hartono dengan dana marah.

Sekretarisnya ketakutan melihat kemarahan Wijaya Hartono.

"Keluar kamu dari ruangan ini," kata Wijaya Hartono mengusir Widy dari ruangannya.

Setelah Widy keluar Wijaya Hartono memijit pangkal hidungnya untuk menurunkan emosinya, satu hari ini Wijaya Hartono marah-marah terus karena semua tidak sesuai prediksinya.

Widy baru bisa bernapas lega setelah keluar dari ruangan direktur.

"Kemana berkas itu ya," ujar Widy mengingat-ingat.

Setelah beberapa saat Widy baru ingat ia bertabrakan dengan perempuan muda, ia yakin kalau perempuan yang ia tabrak itu yang membawa berkas yang hilang.

Widy melihat cctv untuk memastikannya, tepat dugaannya perempuan itu memasukkan satu lembah berkas yang berserakan dilantai ke saku bajunya, tapi Widy tidak bisa melihat wajah perempuan itu karena membekali cctv.

"Sial kenapa aku bisa tidak menyadari kalau perempuan itu mengambil salah satu berkas penting perusahaan, matilah aku kalau sampai besok aku tidak menemukan berkas itu aku pasti dipecat," ucap Widy bicara sendiri.

Widy bertanya kepada resepsionis daftar tamu ia menunjukan cctv siapa perempuan itu resepsionis mengatakan kalau perempuan itu tadi hanya menanyakan lowongan kerja.

Widy tidak tau lagi harus kemana mencari perempuan itu, ia sudah pasrah kalau harus dipecat dari pekerjaannya.

"Untuk apa perempuan itu mengambil berkas itu? tidak mungkin aku mengatakan kepada direktur kalau ada yang mengambil berkas itu bisa-bisa aku dimasukin penjara kalau aku mengatakan dicuri orang, ucap Widy bicara sendiri.

"Pa, sejak pulang dari melamar kerja Queen tidak mau keluar dari kamar, Mama sudah coba menyuruhnya makan tapi Queen tidak mau katanya ia masih kenyang, Mama kuatir Pa," Adu Pertiwi kepada Bimo saat Bimo baru pulang dari kantor.

"Kanapa Mama tidak paksa Queen makan, nanti kalau Queen sakit kita juga yang repot," jawab Bimo.

"Mama sudah dari tadi coba membujuknya tapi Queen tidak mau,," ujar Pertiwi.

"Ya sudah kita kekamar Queen," ajak Bimo, lalu mereka pergi ke kamar Queen.

Part 3

Queen tidak keluar dari kamar karena sibuk memeriksa berkas data kepemilikan perusahaan Grand Alana, dari berkas yang ia ambil tadi ia mengetahui kalau Grand Alana belum resmi jadi milik pamannya, karena isi berkas itu masih atas nama Wijaya Alana, ada sedikit kelegaan di hati Queen saat mengetahui kebenarannya, saat Queen sibuk memeriksa berkas itu secara keseluruhan suara ketukan pintu dari luar terdengar, Queen buru-buru menutup laptopnya.

"Queen kamu senang apa di dalam?" terdengar suara Bimo dari luar kamar Queen.

"Queen lagi cari informasi lowongan kerja Pa," jawab Queen sambil membuka pintu kamarnya.

"Mama khawatir kamu tidak keluar kamar dari tadi," ujar Pertiwi.

"Kamu terlalu bersemangat cari kerja sampai lupa makan, nanti kamu sakit kalau sering telat makan, tidak usah terlalu dipaksakan," nasehat Bimo, ia berkata sambil mengelus kepala Queen menyalurkan rasa sayangnya.

"Tuh dengar nasehat Papa," kata Pertiwi menimpali perkataan suaminya.

"Iya Ma, aku akan selalu dengar nasehat Papa sama Mama, terimakasih, Ma, terimakasih juga, Pa, sudah mau membesarkan Queen," ujar Queen sambil merangkul Pertiwi dan Bimo.

Lalu mereka makan malam, setelah makan malam selesai Queen kembali ke kamarnya untuk melanjutkan misinya mencari informasi perusahaan Grand Alana.

**

Wijaya Hartono sangat murka karena Widy tidak menemukan berkas penting yang hilang kemarin, Widy dipecat secara tidak hormat dari kantor, setelah Widy dipecat Wijaya Hartono membuka kembali lowongan kerja untuk menjadi sekertaris, kebetulan Queen memeriksa data perusahaan Grand Alana, ia melihat ada lowongan kerja di Perusahaan Grand Alana, ia segera memasukan berkas pendaftaran dirinya.

Esok harinya Queen diminta datang ke kantor Grand Alana, dengan semangat menggebu Queen segera datang ke perusahaan Grand Alana.

Sesampai Queen di perusahaan Grand Alana, sudah antri orang yang akan interview, Queen berdoa agar ia yang terpilih menjadi sekertaris direktur, karena posisi itu sangat mudah bagi dirinya bisa ke ruangan direktur.

Wijaya Hartono ada diruangan wawancara, tidak sengaja matanya bertatapan dengan mata Queen, ia memperhatikan wajah Queen, Queen yang di perhatikan menjadi takut ketahuan, Queen menundukkan kepalanya agar tidak bertatapan dengan mata Wijaya Hartono.

"Sepertinya aku mengenali perempuan itu, tapi di mana? wajahnya tidak asing," gumam Wijaya Hartono, ia mencoba mengingat-ingat.

Saat giliran Queen yang di-Interview, Wijaya Hartono mengenal suara Queen, Wijaya Hartono baru ingat kalau suara itu adalah suara keponakannya, Wijaya Hartono segera menyuruh anak buahnya menangkap Queen.

Queen terkejut saat dua pria berseragam baju hitam memegang tangannya kanan dan kiri.

"Apa yang kalian? lepaskan aku!" kata Queen memberontak.

"Bawa dia ke gudang!" perintah Wijaya Hartono.

Queen baru menyadari kalau pamannya mengenalinya, Queen ditarik paksa keluar dari ruangan interview, semua orang yang melihat Queen ditarik paksa ketakutan.

"Bubar kalian semua!" ucap Wijaya Hartono kepada semua yang mau Interview.

Semua yang ada di ruangan itu berhamburan keluar, karena mereka tidak mau bernasib sama seperti Queen.

Saat akan di masukkan ke mobil, Queen menghajar anak buah Wijaya Hartono, anak buah Wijaya Hartono tidak menyangka kalau Queen menyerang mereka.

Queen yang memiliki kepandaian bela diri dengan sigap melumpuhkan anak buah Wijaya Hartono. Setelah itu, Queen pergi, tapi baru saja ia melangkah, anak buah Wijaya Hartono kembali menyerangnya.

Pertempuran antara anak buah Wijaya Hartono dengan Queen semangkin sengit, anak buah Wijaya Hartono semangkin banyak berdatangan membuat Queen kewalahan menghadapi mereka, Queen merasa tidak mungkin bisa menang melawan mereka akhirnya ia melarikan diri.

"Berhenti!" teriak anak buah Wijaya Hartono saat melihat Queen melarikan diri, tapi Queen tidak memperdulikannya ia terus berlari.

Door!

Anak buah Wijaya Hartono menembak Queen, tapi Queen mengelak.

Door!

Door!

Door?

Suara selongsong peluru terus terdengar mengincar Queen, Queen terus mengelak sampai satu peluru mengenai kaki Queen.

"Aauu! "Suara teriakan Queen terdengar saat kakinya tertembak, tapi ia terus berlari dari kejaran anak buah Wijaya Hartono, akhirnya anak buah Wijaya Hartono kehilangan jejak.

"Sial! kita pasti kena marah kalau Bos tau tawanan kita berhasil melarikan diri," kata anak buah Wijaya Hartono.

Selang beberapa saat Wijaya Hartono menghubungi anak buahnya, anak buah Wijaya Hartono saling pandang setelah melihat siapa yang menghubungi, dengan takut-takut anak buah Wijaya Hartono menerima telepon dari Bosnya.

"Halo, kalian sudah sampai di gudang?" tanya Wijaya Hartono.

Dengan rasa takut anak buah Wijaya Hartono menjawab.

"Perempuan itu kabur Bos," ujar anak buah Wijaya Hartono.

"Bodoh! Menangkap satu orang saja kalian tidak bisa, percuma kalian dibayar mahal!" Wijaya Hartono sangat emosi setelah tahu Queen lolos, ia meluapkan semua kemarahannya kepada anak buahnya.

"Maaf Bos, kami akan mencari perempuan itu, aku rasa dia belum jauh dari tempat ini karena kakinya sempat kami tembak," kata anak buah Wijaya Hartono.

"Selidiki perempuan yang melarikan diri tadi itu, periksa dan jaga seluruh rumah sakit juga klinik di kota ini kemungkinan dia akan kesana mengobati luka bekas tembakkan kakinya!" kata Wijaya Hartono memerintahkan anak buahnya.

"Baik bos," jawab anak buah Wijaya Hartono.

Sambutan telepon terputus.

Lalu Wijaya Hartono menghubungi anak buahnya yang menghabisi Wijaya Alana waktu itu.

"Halo, ada apa Bos?" tanya anak buah Wijaya Hartono.

"Waktu mobil kakakku masuk jurang kalian melihat semua orang yang berada di mobil itu masih di dalam mobil?" tanya Wijaya Hartono ingin tau.

"Iya Bos," jawab anak buahnya.

"Tapi kenapa jasad anak kakakku tidak ditemukan?" tanya Wijaya Hartono penasaran.

"Kalau itu aku kurang tau Bos, mungkin anak kakaknya Bos terpental keluar dari mobil dan jasadnya dimakan binatang buas," jawab anak buah Wijaya Hartono menduga-duga.

"Atau anak kakakku terpental keluar dari mobil dan diselamatkan orang yang melihatnya,"ujar Wijaya Hartono ikut menduga-duga.

"Mungkin juga," ujar anak buahnya.

"Ya sudah kalau begitu aku tutup dulu teleponnya," ucap Wijaya Hartono.

"Iya Bos," jawab anak buahnya. Telepon terputus.

Setelah telepon terputus Wijaya Hartono mulai cemas.

kalau memang kamu masih hidup Alana aku akan segera melenyapkanmu sama seperti kedua orang tuamu agar kalian bisa selalu bersama di neraka, aku akan pastikan kamu mati di tanganku karena aku tidak mau perusahaan Grand Alana kamu ambil kembali, Grand Alana harus menjadi milikku selamanya dan hanya anakku Alvin yang menggantikan diriku menjadi direktur perusahaan Grand Alana hahahaha.

**

Wijaya Hartono pulang ke rumahnya membawa kemarahannya, ia mulai gusar takut kalau perempuan tadi adalah anak almarhum Wijaya Alana.

Sesampainya ia di rumah ia mendatangi kamar anaknya ia ingin menyuruh anaknya belajar bisnis agar bisa meneruskan kedudukannya menjadi direktur perusahaan Grand Alana, karena ia takut kalau anak Wijaya Alana masih hidup.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!