Krriiiinggggggg....
Pukul 06:00
Suara alarm itu membangunkan seorang wanita yang tengah tertidur pulas di sebuah kost. Aldhea memulai paginya dengan menyeruput susu ultra fullcream dari kulkasnya. Hari ini, dhea memiliki 2 kelas yang akan di masuki pada pukul 7:30 dan 10:30 yang membuat dhea harus bersiap-siap sebelum telah ke kampus. Ia mengenakan baju bercorak putih dipadukan dengan rok pink yang membuat dirinya sangat manis. Setelah bersiap-siap, akhirnya ia segera berangkat ke kampus dengan mengendarai bus umum. Karena masih pagi, semua bangku dalam bus sudah full jadi ia memilih berdiri. Hingga tiba akhirnya ada seorang lelaki yang menghampirinya lalu menariknya untuk menduduki bangku dimana lelaki itu sebelumnya duduk. Mereka cuma bertukar pandang tanpa mengatakan apa-apa. Bahkan dhea tidak mengucapkan kalimat terimakasih karena dirinya di buat bingung oleh anak laki-laki itu yang tiba-tiba saja menariknya untuk duduk. Selang 10 menit bus berjalan, anak laki-laki itu akhirnya turun tepat di halte sekolah SMA. Sebelum anak laki-laki itu turun, ia sempat melihat dhea sambil mengucapkan "sampai jumpa kembali" sembari tersenyum. Lagi-lagi dhea di buat bingung dengan tingkah bocah SMA itu. Fikirnya ya ada-ada saja yang dikatakannya seolah-olah mereka akan bertemu kembali di ketidaksengajaan yang lain.
***
Kelas telah selesai pada pukul 12:10. Dhea segera bergegas mengemasi barangnya untuk segera keluar dari kelas. Ya, dia tidak memiliki teman. Selama dia menduduki bangku kuliah, ia hanya memiliki seorang teman. Hanya saja, konsentrasi yang mereka pilih berbeda yang menyebabkan mereka harus berpisah kelas sampai kelulusan. Sepanjang kelas, dhea sama skali tidak mengeluarkan suara karena tidak punya teman mengobrol. Terlebih lagi, ia punya prinsip. Kalau tidak ada yang mengajaknya mengobrol terlebih dahulu, ya lebih baik diam. Prinsip yang aneh, bukan? Tapi sepertinya anak introvert juga memiliki prinsip yang sama seperti dhea wkwk. Sepanjang koridor dhea hanya melirik sekitar menyaksikan begitu banyak manusia yang saling berbincang namun tidak ada satu orang pun yang mengajaknya berbincang. Berhubung sudah masuk waktu makan siang, akhirnya ia singgah ke kantin kampus.
"Bi, nasi padangnya 1 dengan menu yang sama dan juga es teh nya yaa" ucap dhea yang sudah begitu lapar.
"Siapp nengg" balas bi narti. Oh iya, bi narti juga termasuk salah satu manusia yang sering dhea ajak ngobrol.
Sambil menunggu makanannya datang, dhea mulai melihat story instagram orang yang ia ikuti. Seketika lewat story yang begitu mengejutkan dirinya. Iya, ia sedang mengincar salah satu novel best seller dan dalam story itu menginformasikan bahwa telah terbit buku itu dan sudah tersebar di seluruh toko buku indonesia hari ini. Setelah makan siang, ia berencana langsung pergi ke toko buku sebelum novel itu sudah sold out.
"Ini nengg makanannya sudah datengg. Di habisin yaa jangann sampe tersisaa" ucap bi narti dengan penuh kelembutan.
"Makasii bii" balas dhea dengan penuh senyuman. Bagi dhea, bi narti seperti ibunya yang selalu siap menyediakan makanan enak ketika ia lapar.
Setelah ia menghabiskan seluruh makanannya, dhea bergegas untuk pamit kepada bi narti.
"Bi, makanannya udah abiss. Makasih yaa. Dhea pamitt pulangg bii" kata dhea dengan penuh senyum diwajahnya.
"Iyaa nengg, hati-hatii dijalan yaaa" balas bi narti.
Dhea berjalan dengan santai ditepi jalan sembari mendengarkan lagu in the stars dalam headphonenya itu. Sesampainya ditoko buku, ia langsung segera bergegas mencari novel yang ia inginkan dalam rak buku best seller itu. Ya, novel itu berjudul Cantik itu luka yang ditulis oleh Eka Kurniawan. Dan ketika menemukan buku itu, terlihat novel dalam rak buku itu tersisa 1. Ketika ia sudah menyentuhnya, tiba-tiba ada seorang wanita yang kebetulan juga menyentuh buku itu. Ya, sepertinya bakal terjadi adu mulut tentang siapa yang lebih dahulu menyentuh novelnya dan tentang siapa yang akan memiliki novel itu seutuhnya.
"Mba, aku duluan yang memegang bukunya" ucap sopan dhea kepada wanita berambut pendek itu.
"Loh, gue duluan yang nyentuh juga. Dari jauh gue udah pantau ni buku, mba. Jadi tolong ya ikhlasin buku ini buat gue" balasnya dengan tatapan melotot.
Ya, dan karena dhea adalah anak yang tidak suka debat, akhirnya dia memilih mengalah dan merelakan novel yang ia incar itu untuk dimiliki oleh orang lain. Ia terlihar sedih karena novel itu ternyata benar tersisa 1 dalam toko buku itu. Kalau mau pergi ke toko buku lain, itu terlalu jauh dan bisa menambah biaya buat ongkos perjalanannya. Ketika wanita itu sudah menuju kasir untuk membayar novel itu, tiba-tiba ada seorang anak lelaki yang menghentikannya dengan menggenggam tangannya untuk ikut bersamanya. Sontak wanita itu di buat kaget karena tiba-tiba ditarik oleh seorang lelaki yang tidak dikenal dengan memakai sweeter berwarna hitam membuat lelaki itu terlihat sangat menawan.
"Mas, boleh cek cctv ga? Ini tadi terjadi cekcok antara wanita yang memperebutkan satu-satunya buku best seller. Kita harus sama-sama tau siapa yang lebih dahulu menyentuh bukunya biar kita tau keadilan, boleh ga mas?" Ucap anak lelaki itu dengan tegas sambil memegang tangan wanita berambut pendek itu agar wanita itu tidak pergi begitu saja.
Dhea yang baru saja mendengar suara itu tiba-tiba menghentikan langkahnya yang sudah menuju pintu keluar dari toko buku lalu menoleh ke arah sumber suara.
"Mau ikut masuk liat monitor cctv ga?" Tanya anak lelaki itu kepada dhea.
Dhea kaget. Menatap mata anak lelaki itu sepertinya tidak asing. Ya, dia adalah anak laki-laki yang ia temui di bus pagi ini bahkan sekarang ia masih memakai seragam SMA yang ditutupi sweeter hitam pekat. Mereka kembali bertemu seperti kalimat terakhir yang anak laki-laki itu ucapkan.
"Ayo sini ikut gausah bengong" ucap anak lelaki itu sembari menarik tangan dhea.
Ya, ia menarik kedua tangan wanita yang telah memperebutkan novel untuk bersama-sama menyaksikan monitor cctv. Lalu setelah melihatnya, terbukti bahwa dhea lah yang terlebih dahulu menyentuh buku itu. Seketika wanita berambut pendek terlihat kesal dan marah sehingga membuang buku itu lalu pergi begitu saja tanpa mengatakan apa-apa.
Lelaki itu akhirnya mengambil novel yang jatuh ke lantai lalu diberikan kepada dhea. Ya, tatapan mata mereka bertemu tapi mulut sama-sama bisu.
"Ini bukunya" ucap lelaki itu sembari menyodorkan novel kepada dhea dengan senyuman tipisnya.
"Tuhan, kenapa rencanamu berjalan sesuai apa yang ia ucapkan tadi pagi?" lontar kalimat yang pertama kali ia sebutkan dalam hati dhea.
"Terimakasih" ucap dhea sembari mengambil buku yang telah disodorkan dari tadi ke hadapan dhea. Dhea langsung bergegas menuju kasir meninggalkan anak laki-laki itu. Tanpa sadar, anak laki-laki itu mengikutinya sampai pada kasir. Dhea sedikit kepedean tapi ternyata anak laki-laki itu juga bertujuan untuk membayar buku yang dia ambil. Sekilas dilihat tampak seperti komik.
"Totalnya Rp167.000" ucap sang kasir kepada dhea.
"Ini" sambil menyodorkan card debit miliknya.
"Mohon maaf sebelumnya mba, kebetulan mesin EDC nya sedang bermasalah jadi untuk saat ini hanya bisa dilakukan pembayaran via cash" ucap sang kasir dengan permohonan maafnya karena untuk saat ini memang tidak bisa digunakan pembayaran melalui card debit.
"Lah, trus ini gimana? Saya tidak punya uang cash sebanyak itu dan mesin atm disini tidak ada yang terdekat" ucap dhea yang sudah kebingungan dengan permasalahan ini.
Tiba-tiba anak laki-laki itu menyodorkan uang cash dengan total Rp300.000 untuk membayar buku dhea dan juga komik yang ia ambil dalam toko buku itu.
Alhasil, sang kasir menerima uang tunai itu lalu berjalan dengan baik proses tranksaksi antara penjual dan pelanggan.
Sontak anak laki-laki itu berjalan keluar dari toko. Dhea akhirnya mengikuti anak laki-laki itu dengan tujuan bertanya kenapa ia membayarkan buku dhea.
"Eh, tunggu. Uang lo gimana? Mau di tf aja atau mau nunggu gue ke atm dulu buat narik cash?" Tanya dhea kepada anak laki-laki itu.
"Gue belum punya atm masih anak sekolah usia 16 tahun bahkan ktp juga belum punya"bales anak laki-laki itu dengan menatap mata dhea.
"Yaudah lu ikut gue nyari atm dulu buat ganti uangmu. Paling gabisa punya utang ke orang lain" tegas dhea sambil menarik tangan anak laki-laki itu.
dengan sopan, anak laki-laki itu melepaskan genggaman dhea. sembari mengatakan "bayarnya nanti aja kalo bukunya kelar dibaca. gue cabut dulu yaa ada urusan mendadak. ohiya pulangnya hati-hati. sampai bertemu kembali nona" ucap anak laki-laki itu dengan suara lembutnya dan bergegas pergi meninggalkan dhea, tetapi dhea menahannya lagi.
"Eh tunggu dulu. Gue mana tau kita bakal ketemu lagi secara kebetulan seperti ini. So, please jangan buat gue punya utang ke orang lain. gue gasuka" tegas dhea dengan menahan anak laki-laki itu.
"Gue pernah baca disalah satu novel tapi lupa novelnya apa. Isi kalimatnya gini, Tidak ada yang namanya kebetulan. Aku lebih percaya rencana yang dirahasiakan atau rahasia yang direncanakan. Jadi, kita tunggu saja jawaban tuhan tentang pertemuan kita selanjutnya. cabut dulu ya nona. see u next time" anak laki-laki itu segera bergegas pergi meninggalkan dhea yang kini seperti terlihat patung.
Shitt. Ini gue cara bayarnya gimana? jangankan alamat rumah atau nomor telfonnya, bahkan namanya aja gue gatau ya tuhannn. but makasih sudah membelaku dan membayar novelnya untukku, tuan. ucap dhea dalam hati dengan raut wajah cemas tetapi juga senang.
Akhirnya dhea bergegas pulang menuju kostnya dengan berjalan kaki. sebelum pulang, ia singgah membeli ayam geprek untuk dimakan malam nanti karena hari ini dirinya begitu malas untuk memasak. Fikirnya, ia hanya ingin bersantai sambal membaca novel yang baru ia dapatkan itu.
Sesampainya di kost, terlihat pintunya tidak terkunci. Khawatir karena takutnya ada pencuri, tetapi ketika memasuki kostnya itu, dhea mendapatkan temannya yang tengah memainkan alunan gitar sembari menunggu dhea pulang. namanya Ockta. Satu-satunya temen dhea dikampus yang dikenal banyak orang karena mengikuti banyak organisasi kampus termasuk BEM. karakter Ockta dan Dhea sangat jauh berbeda. Ockta anaknya senang bersosialisasi, senang dengan hal-hal baru yang membuat ia sangat ambis untuk masuk organisasi dikampus. berbeda dengan Dhea yang sama sekali tidak tertarik mengikuti organisasi satupun dikampus. ia juga tidak suka keramaian dan tidak pandai bergaul dengan orang baru. walaupun kepribadian mereka berdua berbeda, mereka berhasil mengikat tali persahabatan hingga 3 tahun masa kuliah.
"sejak kapan lu ada disini, ta?" tanya dhea yang membuat ockta menghentikan jarinya memainkan gitar tersebut.
"sejak tadi siang. Lu dari mana aja? kata ketua tingkatmu kelas kalian selesai pas jam 12 tadi. kok lu baliknya mau magrib. dari mana aja lu? ngedate ya? ledek ockta kepada dhea.
"yeuhh sotoy amat. Gue abis ke toko buku beli novel nih. tadi juga ada beberapa masalah yang buat gue lama disana" jelas dhea.
"masalah apa? tumben lu punya masalah. biasanya juga tetep santai anaknya bahkan mungkin kalau ada gempa, lu tetap santai. kok tiba-tiba dapat masalah. coba ceritainn masalah apa yang lu hadapin ditoko buku" tanya ockta yang sangat tidak sabar ingin mendengarkan cerita dhea.
"apasi lu dateng-dateng berisik banget. tadi cuma ada masalah sama cewe lain karena memperebutkan ni novel. best seller si makanya cepet laku. tapi untung gue yang dapet ni novel ditolongin bocah SMA tadi" cerita dhea dengan jelas.
"hah? bocah SMA gimana? cowo? dia ngebantuin lu untuk dapetin ni novel? ceritain lebih jelas woii asal usulnya gimanaaa" jawab ockta dengan sangat penasaran ingin mengetahui cerita dhea sedetail mungkin.
"apaansi kepo bangett"
"cerita si gimana kejadiannya. tuh bocah SMA cakep pasti kan ya" ledek ockta kepada dhea.
Dhea cuma bisa tersenyum mendengar ockta mengatakan hal itu. kalau dibilang cakep ya sebenarnya emang cakep. bola matanya yang hitam pekat, bulu mata yang lentik, alis tebal dan juga disertai hidung mancung. dia juga cukup tinggi sekiranya dhea cuma nyampe sebahu anak SMA itu.
"jadi, dia adalah anak laki-laki yang ku temui di bus pagi ini, tapi secara kebetulan kami bertemu lagi ditoko buku tadi. dia membela gue karena dia liat kejadian jelasnya bahwa gue yang pertama kali nyentuh ni buku. so, ya gitu deh ceritanya" jelas dhea agar ockta tidak bertanya lagi.
"hah gimana-gimana? tadi pagi kalian ketemu di bus? trus pas siang ketemu di toko buku? rencana tuhan memang tidak terduga yaa" kata ockta sembari tertawa terbahak-bahak.
"teruss gimana? kalian ga ngobrol gitu? apa kek basa basi. Masa iya udah 2x ketemu secara ga sengaja tapi gada komunikasi. Tukeran WhatsApp ga? atau id Instagram? seleramu sekarang bocah SMA ya" ledek ockta kepada dhea.
"ga ya gila kali lu. gue aja gatau namanya siapa yakali baru ketemu udah tukeran social media. Itu juga gue punya utang ke dia tapi gatau cara balikinnya gimana? tadi gue ga bawa uang cash waktu ke toko buku trus disana mesin card debitnya lagi bermasalah dan ga ada atm terdekat disitu jadi dia yang bayarin novel gue. Pas gue nyuruh dia nunggu untuk gantiin uangnya dia malah bilang nanti aja karena dia yakin kalo gue sama dia bakal ketemu lagi. Tapi ya emang masuk akal kalo ada orang yang bertemu untuk ketiga kalinya dengan kebetulan gitu? please gue gatau siapa dia, gue gatau alamatnya dimana dan beneran gue gatau apa-apa tentang dia. terus gue balikin duitnya gimanaa, taa?" keluh dhea yang masih pusing memikirkan cara ia membayar utangnya kepada orang asing.
ockta cuma tertawa mendengar keluh kesah sahabatnya itu sembari mengatakan "udah si percayain aja kepada rencana tuhan. kali aja beneran kalian bakal ketemu lagi" ucap ockta menenangkan dhea yang terlihat memasang ekspresi cemas karena ockta tau bahwa dhea adalah orang yang gasuka punya utang ke orang lain karena itu benar-benar kepikiran terus sampai ia membayarnya.
"udahlah gue mau cabut ada rapat kesenian ntar di cafee. mau ikut ga? sekalian nongkrong sama anak-anak" ajak ockta kepada dhea.
"ga, gue lagi males kemana-kemana. mau dikost aja baca novel" jawab dhea dengan tegas menolak ajakan ockta.
"ayo si. ga bosen lu sendirian terus. kali aja ketemu tuh bocah lagi kan hahhahhah" ledek ockta kepada dhea.
"yakali. gue sama skali ga percaya yang namanya kebetulan" jawab dhea dengan judes kepada ockta.
"yaudah gue cabut dulu ya. malem ni gue nginap di sekret keknya, jadi kost langsung kunci aja jangan sampe ada orang yang macem-macem masuk" peringatan ockta kepada dhea.
"iyaa sono pergi. tiatii yaa" jawab dhea sambil menutup perlahan pintu kostnya.
teman sekamarnya itu akhirnya pergi dan kembali sunyi dalam kost. hanya ada dhea dan barang-barang yang bereserakan akibat tadi pagi tidak sempat dibereskan. akhirnya ia mulai membenahi kamarnya itu dengan bersih sebelum ia mulai membaca novel yang baru ia beli tadi.
Bell berbunyi menandakan siswa sudah bisa pulang.
"Alva, lo langsung balik kerumah ni? Ga mau ikut nongkrong dulu? Ngopi ae bentar di cafee seberang" ucap niko salah satu teman alva.
"Ga dulu deh bro. Lagi cape ni tar malem juga gue masuk kerja" ucap alva yang menolak dengan sopan ajakan niko.
"Wihh suka nih gue. Berasal dari keluarga yang berada tapi tetep mau nyari duit dengan jerih payah sendiri" ucap niko dengan bangga.
"Sekedar ngisi waktu luang doang si. Kan enak kalo ngisi waktu luang untuk ngasilin duit dari pada ngabisin duit"
"Kerenn kerenn. Otak anak orang kaya ga diraguin lagi si kalo soal duit mah" balas niko.
"Udalah gue cabut duluan ya" ucap alva sembari bergegas untuk keluar kelas.
Alva akhirnya meninggalkan sekolahnya itu tepat pada pukul 15:30. Ia segera ingin pulang karena merasa ngantuk dan ingin tidur terlebih dahulu sebelum ia kerja malam nanti. Ya, alva terlahir dari keluarga kaya tapi ia lebih senang menghasilkan uang sendiri untuk memenuhi kebutuhannya dari pada harus meminta ke orang tua. Alva segera bergegas ke parkiran motor lalu mencari motor custom byson 150cc kesayangannya itu karena motor itu hasil dari jerih payahnya sendiri bukan dari orang tuanya. Segeralah ia keluar dari sekolah dengan kecepatan 50km/jam.
***
Hari ini dhea tidak memiliki kelas sama sekali jadi bisa dibilang dhea libur jadi dhea sangat bersantai dari pagi hingga menjelang sore. Dhea seketika menatap sekeliling kamar kostnya itu lalu tertuju pada satu pandangan. Ya, bunga mawar putih dhea yang ada dimeja sudah terlihat layu dan tentu saja itu membuat dhea ingin menggantinya. Dhea sangat suka bunga mawar putih. Di tiap meja dalam kostnya itu selalu terdapat bunga mawar putih. Dhea segera bergegas untuk melihat apakah semua bunga mawar putih dimejanya itu sudah layu atau tidak. Alhasil, dhea menemukan beberapa bunganya sudah tidak dapat diselamatkan. Akhirnya dhea segera bersiap-siap untuk pergi ke toko bunga karena ingin mengganti bunganya yang sudah layu.
Jarak toko bunga ke kost dhea sebenarnya dekat tetapi karena ia tidak memiliki kendaraan jadi mungkin sekitar 10-15 menit jika berjalan kaki. Dhea sudah mulai menghemat mengingat tanggal tua karena orang tua dhea baru mengirimkan uang ketika awal bulan. Jadi mau tidak mau dhea harus berhemat agar uangnya cukup sampai akhir bulan nanti.
"Misi bu, bunga mawar putihnya masih ada?" Tanya dhea kepada pemilik toko.
"Wahh neng akhirnya dateng lagi. Mawar putih ya neng? Tunggu sebentar ya saya ambilkan dulu. Mau berapa tangkai neng?" Ucap pemilik toko bunga itu.
"5 tangkai bu"ucap dhea dengan tersenyum.
"Ini neng bunganya. Masih pada seger kann" ucap pemilik toko denga tersenyum kepada dhea.
"Iya bu pada cantik-cantik. Makasih yaa bu" ucap dhea sembari membayar bunga yang telah ia beli itu.
"Iya neng sama-sama. Balik kesini lagi ya cantik" balas sang pemilik toko kepada dhea.
"Iya buu, permisi" ucap dhea yang segera bergegas keluar toko untuk menuju pulang kerumah.
Disepanjang jalan, dhea cuma sesekali menatap sekitarnya dan sesekali juga menatap bunga mawar putihnya yang begitu cantik. Saat ia melihat sekitar, ia tertuju pada satu objek. Ya, ia melihat anak kucing berbulu abu yang hendak ingin menyeberang jalan tetapi dhea melihat kendaraan melaju dengan cepat. Dhea segera bergegas berlari untuk mengambil anak kucing itu sebelum ditabrak oleh pengendara.
Tiba-tibaa, brukk...
Anak kucing itu selamat, tapi tidak dengan bunga mawar kesayangannya yang berserakan ditengah jalanan. Bunga mawar putih yang tadinya bersih nan cantik kini sudah menjadi usang karena beberapa pengendara menginjak dan juga sudah terkena debu jalanan. Dhea masih terpaku diam menyelamatkan anak kucing yang berada ditengah jalanan. Dan tiba-tiba muncullah sosok lelaki yang ingin menepikan dhea dipinggir jalan. Ya, sosok lelaki itu yang tepat berhenti didepan dhea, memarkirkan motornya ditengah jalanan. Sesegera mungkin dhea dibawa ke tepi jalanan bersama dengan anak kucing yang digendongnya lalu ikut menepikan motor yang tadinya terparkir dijalan.
"Are u okey?" Ucap lelaki itu untuk memastikan keadaan keadaan dhea.
Suara itu, suara yang tidak asing bagi dhea. Suara yang ia sangat kenal. Tidak lain, ternyata sosok lelaki itu adalah bocah SMA yang ia temui kemarin. Anak itu masih mengenakan seragam sekolah dengan memakai jaket hitam merk erigo dan juga sepatu convers berwarna hitam.
"Heyy, bengong aja ditanya. Ga ada yang luka kan?" Tanya kembali anak lelaki itu.
"Ga ada, tapi.." dhea melihat bunganya yang sudah di injak pengendara lain.
"Bunganya bisa dibeli kembali. Yang penting kamu ga kenapa-kenapa dulu sama anak kucingmu itu. Coba sini ku liat kondisinya" ucap anak laki-laki itu sembari mengambil anak kucing dalam gendongan dhea. Kucing itu terluka dibagian kakinya.
"Kakinya luka. Kalau ga diobatin mungkin bakal inveksi. Ayo bawa ke dokter dulu setelah itu beli ulang bunga yang kamu bawa tadi" ucap anak laki-laki itu kepada dhea yang hendak berdiri dan siap untuk berangkat.
Dhea masih diam terpaku melihat tindakannya. Why? Kenapa mereka bertemu lagi secara kebetulan? Ini sudah yang ketiga kalinya dan kurasa sudah tidak bisa disebut kebetulan yang terus-menerus. Dhea masih bingung tentang rencana tuhan kepada dirinya.
"Ayoo" tegas anak laki-laki itu kepada dhea.
Dhea cuma mengikuti anak laki-laki itu. Padahal ia adalah orang asing, tapi entah kenapa dhea merasa dia adalah orang baik-baik. Terlihat jelas dari fashionnya yang mewah bak anak orang kaya serta tutur katanya yang sejak kemarin sangat sopan kepada dhea. Tetapi walaupun seperti itu, dhea harus tetap waspada kepada orang asing. Toh, ia cuma merantau disini. Tidak punya keluarga siapapun karena ia hadir dikota ini untuk menempuh pendidikannya.
Selang perjalanan, mereka berdua sama skali tidak berkomunikasi. Anak laki-laki itu tetap fokus pada jalanan yang ada dihadapannya sedangkan dhea yang masih bingung harus memanggilnya siapa karena ia masih tidak mengenal satu sama lain. Mereka sudah bertemu untuk yang ketiga kalinya tetapi mereka tetap saja tidak saling mengenal nama.
Akhirnya mereka sampai ke dokter hewan. Mereka berdua bergegas masuk untuk memeriksa keadaan anak kucing itu.
"Kakinya cuma tergores sedikit. Tidak ada cedera luka dalam jadi masih terbilang aman. saya akan membersihkannya dulu yaa" ucap dokter yang tengah memeriksa keadaan anak kucing itu.
"Terimakasih, dok" ucap dhea dengan perasaan lega mendengar bahwa anak kucing itu baik-baik saja.
Sembari menunggu anak kucing itu diberi perawatan kepada dokter, anak laki-laki itu membuka jaket yang sedari tadi ia kenakan lalu terlihatlah nametag nya yang bernamakan Alvarazka Adyatama. Sontak saja dhea seketika menyebut namanya.
"kenapa?" tanya alva karena mendengar dhea menyebut namanya.
sontak dhea kaget tersadar dari lamunannya.
"hah, ngga. Kita sudah beberapa kali bertemu tapi gue bahkan gatau siapa nama lo. jadi, ngeliat nametag-mu itu, gue baru tau kalau itu nama lo" jelas dhea.
"curang dong. lo tau nama gue tapi gue belum tau nama lo. Lalu nama lengkapnya nona cantik siapa?" ucap alva dengan menggoda dhea.
"gausah manggil nona si. nama gue Aldhea Niyaz Aquene panggil aja dhea" jelas dhea yang memperkenalkan dirinya.
"namanya cantik seperti orangnya" ucap alva dengan tersenyum kepada dhea.
Selang mereka memperkenalkan diri satu sama lain, tiba-tiba dokter sudah dating dengan membawa anak kucing yang sudah diberikan perawatan. bulunya jadi begitu bersih dan juga wangi. lukanya kini sudah diobati. melihat itu, dhea merasa senang. tapi, di sisi lain dhea memikirkan administrasinya. ini yang bayar siapa? padahal dhea sudah sangat berhemat tapi dhea tidak bisa mengabaikan anak kucing yang sedang terluka. Tiba-tiba saja alva yang maju ke meja administrasi untuk membayar perawatan anak kucing itu. Melihat alva yang sigap maju ke meja administrasi membuat ia mengingat bahwa ia masih memiliki utang kepada alva. Ya, novel yang kemarin dibayarkan olehnya belum ia bayar. Setelah alva membayar administrasinya, mereka berdua akhirnya keluar.
"Ini kucingnya lo mau ngurus?" tanya dhea kepada alva.
"urusin aja. Kan lo yang nolongin tadi" jawab alva kepada dhea.
"Kan lo yang bayar biaya administrasinya. Kali aja lo mau ngambil hak asuhnya" jelas dhea.
"Urusin aja. Tar kalo udah gede baru kasih liat ke gue. Ohiya, terus ini kita ke toko bunga mana? lo punya langganan atau nyari toko bunga yang lain aja?"
"hah? Ohiya bunga guee. Gue ada langganan toko bunga kita kesitu aja. Eh, gausah deh. Gue kesana sendirian aja"
"gausah banyak omong. Sini buru naik dianterin. Gabaik anak cewe jalan sendirian apalagi udah mau magrib" jawab alva dengan sedikit memaksa dhea agar ikut dengannya sembari memakaikan dhea helm.
Dhea cuma terdiam melihat aksi alva. Tidak lama setelah itu, mereka akhirnya berangkat kembali ke toko bunga untuk membeli ulang bunga mawar kesayangan dhea.
Mereka akhirnya berangkat dengan membawa kandang kucing yang dipegang oleh dhea. Alva sedang tidak dalam posisi ngebut, ya kira-kira kecepatan motornya cuma 45km/jam mengingat ada 2 makhluk hidup yang ia bawa yaitu dhea dan juga anak kucing itu menjadi tanggung jawab besar alva. Selama berkendara, mereka sama-sama hening, tidak memiliki obrolan satupun walaupun dhea sangat memiliki banyak pertanyaan kepada alva yang tiba-tiba hadir di hidupnya. Sesekali juga alva melirik dhea melalui spion motornya itu, menatap wajah dhea yang ternyata begitu manis bahkan disaat ia tidak memasang ekspresi apapun. Alva hanya tersenyum melihat kecantikan dhea. Yang tadinya ia pulang dari sekolah dengan tujuan balik kerumah untuk tidur tapi waktu tidurnya ia habiskan untuk menemani nona cantik ini. selang beberapa menit mereka berkendara, akhirnya tibalah mereka di toko bunga langganan dhea.
"Lo mau nunggu disini atau mau ikut masuk?" tanya dhea kepada alva.
"ikut" titah alva kepada dhea.
mereka akhirnya masuk bersama dan juga sang kucing yang kini berada digenggaman alva.
"permisi, ibu saya mau beli ulang bunganya" kata dhea kepada pemilik toko.
"loh, neng baliknya cepet amat? kenapa bunganya neng? belum nyampe rumah udah layu ya? atau kenapa?" tanya pemilik toko yang bingung karena dhea kembali padahal belum ada 3 jam kepergian dhea.
"tadi ada sedikit kecelakaan bu yang ngebut bunganya jatuh berserakan dijalan. Jadinya ya bunga yang cantik nan bersih itu pada kotor dan sudah tidak tertolong lagi" jelas dhea dengan singkat menceritakan kejadian yang membuat bunganya tidak bisa dirawat lagi.
"wahh, neng tidak hati-hati si pas pulang kerumah. Yaudah tunggu dulu disini ya cantik, ibu ambilkan beberapa tangkai mawarnya" balas pemilik toko bunga itu lalu pergi meninggalkan dhea.
"udah berapa lama langganan disini? sepertinya pemilik toko ini udah kenal banget" tanya alva yang penasaran.
"maybe udah sekitar 2-3 tahun kali. Soalnya gue disini kurang lebih 3 tahun tinggal dan tiap 1-2 bulan gue selalu beli disini bunganya" jawab dhea dengan cukup jelas.
"kok suka mawar putih? kenapa ga mawar merah?"
"gatau suka aja liatnya. Kalo liat bunga mawar warna putih gitu rasanya adem aja, seperti damai gitu. Mungkin karena warnanya yang begitu suci jadinya tiap liat mawar putih, perasaaan gue selalu merasa damai aja" singkat dhea yang mendeskripsikan mengapa ia menyukai mawar putih.
Setelah mereka membahas itu, akhirnya sang pemilik toko sudah datang dengan membawa beberapa tangkai bunga mawar putih.
"ini neng bunganya" sembari menyerahkan 6 tangkai mawar putih kepada dhea.
"loh bu, saya kan pesennya 5 tangkai mawar aja. ini kenapa ada 6? kelebihan 1 bu" jelas dhea ingin menolak untuk menambah mawarnya mengingat ia betul-betul harus menghemat pengeluarannya sampai akhir bulan ini.
"gapapa ambil aja atau kasih ke mas nya tuh udah nganterin neng kesini. Biasanya kan neng datang sendirian dan juga jalan kaki. Tapi kali ini, dianterin sama cowonya" ucap pemilik toko dengan menggoda dhea.
"eh, ngga bu dia bukan cowoku. Cuma kenalan aja" jawab dhea untuk menghentikan kesalahpahaman sang pemilik toko.
"cakep loh neng. Ganteng anaknya dan juga tinggi tuh. Ngeliat dia megang kucing berasa banget bahwa anaknya penuh kasih sayang. Sayang loh kalo cowo secakep itu diambil orang lain" pemilik toko itu tidak berhenti menggoda dhea.
"hehhehhe iyaa" dhea cuma tersenyum mendengar apa yang dibicarakan sang pemilik toko. Tapi, kalau dilihat-lihat memang alva anaknya cakep, tinggi dan caranya memperlakukan dhea cukup baik.
"kalau gitu, saya permisi bu" ucap dhea sembari menyelesaikan pembayarannya di kasir.
"hati-hati ya neng. Mas, tolong anterin neng pulang dengan selamat ya takut dia ceroboh lagi terus bunganya jatuh lagi" teriak pemilik toko untuk memberitahukan pesan itu kepada alva.
Alva cuma tersenyum mendengar ucapan pemilik toko tersebut. Lalu dhea segera bergegas keluar toko dengan menarik lengan alva.
"makasih ya sudah mau nganterin gue ke toko bunga ini dan juga sudah membantu gue ngurusin perawatan ni anak kucing. Lo balik aja, gue bisa jalan sendiri dari sini" ucap dhea dengan penuh syukur kepada alva.
"inget ga tadi pemilik toko bunga itu ngomong apa? dia nyuruh gue nganterin lo dengan selamat yang artinya dia mempercayai gue dengan nganterin lo untuk sampai ke tujuan. Udah buru sini pake helmnya gosah banyak nolak" jawab alva yang menolak di usir begitu saja.
Dhea kembali terdiam dan terpaku melihat alva yang selalu saja bertindak semaunya. dhea cuma menurut dan dhea juga ngerasa udah cape kalau harus berjalan kaki lagi ke kost terlebih waktu sudah menunjukkan pukul 17:50 yang artinya sudah petang. Akhirnya mereka berangkat untuk menuju kost dhea.
ditengah perjalanan, alva melirik dhea sesekali. Wanita dengan berambut hitam pekat panjang model haircut berlayer dan juga memiliki poni tipis itu tampak sangat manis. Sontak alva memiliki pertanyaan kepada dhea.
"tadi lo bilang baru disini sekitar 3 tahun. Jadi, lo disini ngerantau gitu?" tanya alva yang begitu penasaran.
"iyaa. Gue disini menempuh pendidikan gue" teriak dhea agar alva mendengarnya karena mereka berbincang diatas motor.
"udah semester berapa?" tanya alva sekali lagi.
"sekarang udah masuk semester 6. Jadi, kira-kira lulus tahun depan"
Mendengar hal itu, alva akhirnya membandingkan usia mereka yang terbilang cukup jauh. Dhea tahun depan lulus kuliah sedangkan alva tahun depan lulus dari bangku SMA. Jadi, kira-kira usia mereka berjarak sekitar 4 tahun. akhirnya mereka melanjutkan perjalanan tanpa mengobrol lagi. Selang beberapa menit perjalanan, mereka akhirnya tiba di kost dhea. terlihat pintunya tidak terkunci lagi yang berartikan bahwa ada ockta didalam kost.
"terimakasih banget ya skali lagi. Maaf kalau udah ngerepotin banget hari ini. Ohiya, gue masih punya utang sama lo. Tunggu bentar sini, gue ambilin uangnya" ucap dhea kepada alva tetapi alva menghentikan dhea dengan menarik tangannya sebelum ia masuk ke kostnya.
"gausah dibayar sekarang bisa ga?" jawab alva yang menolak uangnya dikembalikan sekarang.
"loh? kenapa?" tanya dhea yang terlihat bingung mendengar jawaban dari alva.
"gue masih percaya kita bakal ketemu suatu hari nanti dan gue juga gamau ini jadi pertemuan terakhir. So, jangan dibayar sekarang tapi nanti aja. Gue mau itu jadi alasan mengapa kita harus tetap bertemu suatu hari nanti" jelas alva kepada dhea.
Mendengar hal itu, Dhea merasa masih bingung. Alva masih ingin ketemu gue? tapi, kenapa? kenapa dia masih mau ketemu padahal ga ada apa-apa antara gue sama dia? tanya dhea kepada dirinya sendiri dalam hati.
Alva segera bergegas menyalakan mesin motornya itu untuk segera pergi sebelum akhirnya dhea memaksa untuk memberikan uangnya. "aku pergi dulu ya nona. Karena sekarang udah tau bahwa nona lebih tua 4 tahun, yang berartikan ngobrolnya harus sopan. Nanti kalau ketemu lagi, ngomongnya pake aku kamu, ga ada kata lo gue. duluan ya, bye" ucap alva langsung pergi begitu saja tanpa mendengarkan jawaban dari dhea.
Dhea akhirnya masuk ke dalam kostnya. Tiba-tiba muncullah sosok temannya yang sangat begitu penasaran pastinya.
"Dia orangnya? bocah SMA yang lo temuin dalam bus dan juga yang bayarin novel lo?" tanya ockta yang sangat begitu penasaran ingin mendengar cerita dhea.
"iya" jawab dhea dengan singkat.
"katanya ga tukeran social media? kok hari ini bisa jalan bareng bahkan dianterin sampe depan" goda ockta kepada dhea.
"ya emang ga tukeran social media. Tapi, lagi-lagi semesta mempertemukan gue dan dia secara tidak kebetulan"
"shitt. Kok bisa semuanya secara kebetulan gitu? ceritamu udah persis seperti scenario penulis buku tau hahahahh" jawab ockta dengan ngeledek.
"eh tapi tuh bocah cakep woii. Gue liat sekilas tadi ketika kalian ngobrol. Tinggi juga anaknya, maybe kalo ga make seragam sekolah bakal dikira bukan anak sekolahan. Udah kelas berapa dia? jangan-jangan masih kelas 1 SMA" tanya ockta kepada dhea.
"gatau juga si. Tapi tadi dia sempete ngomong kalo gue sama dia beda 4 tahun. Jadi, mungkin sekarang dia kalo ga kelas 2 SMA ya paling 3 SMA" jawab dhea yang tidak memedulikan perbedaan usianya antara dia dan alva karena menurutnya juga itu tidak terlalu penting.
"terus ini lo nemu anak kucing dari mana? lo beli?" tanya ockta penasaran karena baru menyadari bahwa ada anak kucing yang dhea bawa pulang.
"ini tadi gue nolongin dia yang berada ditengah jalanan makanya gue ketemu tuh bocah. Abis tuh dibawa ke dokter hewan untuk obatin lukanya" jelas dhea agar ockta tidak bertanya lagi karena dhea sudah merasa sangat lelah hari ini.
"Ini bagusnya dikasih nama siapa?" tanya dhea kepada ockta.
"cowo nih kasih nama miko aja cakep" jelas ockta yang asal ngasih nama kepada anak kucing itu.
"ohiya, kita ini udah hidup kesusahan dengan merantau bareng niatnya hemat untuk sekamar berdua sekarang tiba-tiba lo nambah makhluk hidup dalam kost. Lo sanggup biayain kebutuhan makannya?" keluh kesah ockta kepada dhea.
"udah biar gue yang ngurus miko. Coba lo liat ekspresinya. Emang lo tega buang anak kucing yang selucu ini?" ucap dhea kepada ockta sembari memperhatikan miko yang sedang tidur.
"ga tega juga si" jawab ockta singkat.
Dhea segera bergegas untuk membersihkan badannya yang sudah merasa sangat kotor mengingat ia tadi sempat duduk dijalanan. Ia membebaskan anak kucing itu berkeliaran didalam kost dan untung saja ockta juga terbilang suka kucing jadi tidak masalah jika anak kucing itu dibiarkan berkeliaran dalam ruangan.
Malam sudah menunjukkan pukul 21:00. Dhea yang tengah sibuk melanjutkan bacaan novelnya dan Ockta yang hanya memainkan alunan gitar dengan memainkan lagu Bohemian Rhapsody oleh Queen. Tersadara dari keheningan masing-masing, akhirnya ockta mengeluarkan suara dengan bertanya kepada dhea.
"Ohiya, besok lo ada kelas ga?" tanya ockta disela keheningan mereka berdua.
"sebenarnya ada sih jam 10 an tapi gatau bakal masuk apa kaga. Ya lu tau sendiri kan pak reno suka ngubah jadwalnya dan kebetulan besok dia yang ngajar dikelas" jelas dhea sembari melanjutkan membaca novelnya.
"besok sore ikut gue yu" ajak ockta.
"kemana?"
"udah ikut aja temenin, gue pengen ketemu seseorang tapi ga berani sendirian"
Dhea cuma mengiyakan perkataan ockta itu lalu kembali fokus membaca novelnya hingga larut malam.
***
Alva akhirnya tiba dirumah tepat pada pukul 18:45. Ia segera memarkirkan motor kesayangannya itu ke basement rumahnya. Ia merasa sangat lelah padahal jam 19:30 ia harus berangkat kerja part time di salah satu toko eskrim, hanya saja sepertinya ia tidak bisa hadir untuk hari ini karena tubuhnya benar-benar sangat kelelahan. Segera mungkin ia masuk ke dalam rumahnya lalu mandi. 30 menit sebelum jadwal kerjanya masuk, akhirnya ia memutuskan untuk menghubungi pihak pemilik toko itu untuk izin tidak masuk hari ini
"Selamat malam, pak. Mohon maaf hari ini saya tidak dapat hadir bekerja karena gak enak badan. Mungkin saya dapat bekerja kembali di hari esok. Atas perhatiannya terimakasih pak"
Pesan singkat alva kepada bosnya dan tidak lama kemudian sudah dapat balasannya.
"Iya tidak apa-apa. Lagian juga kamu masih anak sekolah jadi wajar kalau merasa kelelahan. Cepat sembuh ya biar bisa kembali bekerja. Semangat"
Balasan bosnya yang begitu baik kepada alva. Alva merasa sangat bersyukur karena dikelilingi orang-orang baik. Setelah melihat pesan itu, alva segera merebahkan badannya ke kasur untuk tidur padahal belum makan malam. Tapi baginya saat ini, ia hanya ingin tidur saja.
Pelan-pelan alva mulai memejamkan matanya tetapi ia teringat kepada sosok wanita yang akhir-akhir ini ia temui secara tidak sengaja. Ya, ia adalah dhea. Salah satu mahasiswa yang menempuh pendidikan dikotanya. Alva mengingat setiap moment yang ia lalui bersama dhea. Entah mengapa alva merasa bahwa wanita itu terlihat menarik. Hanya saja, ia belum berani untuk bertukar sosial media jadi alva tidak bisa mengetahui lebih lanjut tentang dhea. Ia hanya mengingat nama cantiknya itu, Aldhea Niyaz Aquene wanita berambut haircut berlayer dan juga memiliki poni tipis yang membuatnya begitu terlihat manis jika dipandang. Ia adalah wanita yang suka baca novel dan penyayang kucing. Ya seenggaknya untuk saat ini, alva cuma bisa mendeskripsikan bahwa dhea adalah wanita yang seperti itu.
Alva tidak sabar rencana tuhan yang seperti apalagi yang akan membuat mereka bertemu secara kebetulan. Sembari memikirkan itu, akhirnya alva terlelap dalam tidurnya hingga pagi tiba.
"Baik anak-anak kelas hari ini saya tutup sampai disini. Ada pertanyaan?" Ucap pak reno yang telah ingin menutup kelas dipagi hari ini.
Tampak mahasiswa cuma diam karena merasa sudah ingin pulang maybe.
"Baik kalau tidak ada pertanyaan, kelas kita tutup sampai disini. Saya akan memberikan tugas kepada kalian. Buatlah makalah mengenai keuangan internasional. Silahkan kalian mengunakan buku atau google yang menjadi sunber kalian mencari informasi terkait materi tersebut. Pekan depan kumpulkan dalam bentuk file pdf dan juga bentuk fisiknya dan itu menjadi syarat bahwa kalian akan memasuki kelas. Sampai sini cukup jelas ya untuk tugasnya. Ohiya, tugasnya dibuat perindividu jadi saya harap kalian mengerjakan tugas masing-masing tidak ada plagiat karena tugas kalian akan saya cek masing-masing. Baiklah kalau tidak ada lagi pertanyaan, saya tutup kelasnya sampai disini. Sampai bertemu dipekan depan" ucap pak reno sembari meninggalkan kelas.
Tidak lama setelah pak reno meninggalkan kelas, akhirnya dhea juga ikut meninggalkan kelas. Ya, seperti biasanya ia tidak memiliki teman untuk diajaknya mengobrol jadi ketika kelas selesai, maka ia akan segera pulang. Selang ia berjalan ke koridor, ia mengingat bahwa paket datanya akan segera habis. Jadi, dhea ingin pergi ke perpustakaan kampus saja untuk meminjam beberapa buku yang akan menjadi sumber dalam mengerjakan tugasnya itu.
Ketika dhea hendak menuju perpustakaan, tiba-tiba terdengar bunyi notif di hpnya itu. Ia melihat pesan teks yang dikirimkan oleh ockta.
"Dhea, lo dimana? Kelas udah kelar? Jadi kan nemenin gue tar sore?"
"Kelas udah kelar. Ni gue menuju perpustakaan mau minjem buku dulu buat jadi refrensi karena dikasih tugas sama pak reno. Paketan gue udah mau habis jadi ga bisa nyari materi lewat google. Mana gue akhir bulan ini udah hemat bangett"
"Hahahahha.. yasudah kalau udah nemu bukunya langsung balik ke kost lo. Nanti biar gue yang bayarin makan lo sebagai bentuk lo nemenin gue"
Melihat pesan itu, dhea tidak membalasnya lagi lalu segera bergegas ke perpustakaan untuk mencari buku keuangan internasional.
***
Dhea akhirnya pulang ke kostnya. Wanita yang berpakaian kaos hitam polos dipadukan dengan celana jeans biru dengan totebag ditangan kirinya dan juga beberapa buku ditangan kanannya membuat dhea benar-benar merasa bahwa ia ternyata sudah memasuki semester 6 dimana tugas sudah mulai menyerangnya tanpa henti. Ia teringat bahwa ternyata waktunya untuk tinggal di kota ini sisa setahun lagi sebelum akhirnya ia balik ke kampung halamannya. Selama ia tinggal di kota ini, tidak ada yang berkesan bagi dhea. Karena selama 3 tahun berturut-turut, kegiatannya kalau ga ke kampus ngisi kelas ya paling di kost doang ngabisin waktu dengan baca buku atau menonton film. Selama ia kuliah juga tidak menemukan satu sosok lelaki yang membuatnya tertarik tapi dhea tidak memedulikan itu karena baginya, ia disini untuk menempuh pendidikan bukan untuk berkencan kepada salah satu penduduk kota ini.
"Gue balik" ucap dhea sembari membuka pintu kost.
Ketika dhea sudah memasuki kostnya, terdapat ockta yang sudah tidur bersama dengan miko, anak kucing yang ia rawat. Ockta tidur dengan memeluk miko, sangat lucu jika dilihat. Dhea segera bergegas mengemasi barang-barangnya lalu ikut tidur juga disebelah ockta.
Krrrinnnggggg
Pukul 14:30. Alarm ockta berbunyi. Ia terbangun dari tidurnya lalu melihat ponsel yang sejak dari tadi bunyi. Melihat arah jam sudah menuju waktu sore, teringat bahwa hari ini ia ada kencan buta dengan salah satu teman kampusnya tetapi berbeda fakultas. Tadinya ia ingin menghubungi dhea tetapi, ia baru sadar bahwa ternyata dhea sudah tertidur juga disebelahnya. Melihat dhea kelelahan, akhirnya ockta berinisatif untuk mandi terlebih dahulu sebelum membangunkan dhea yang masih tidur nyenyak.
"dheaaa, bangunnn udah soreeee ayo siap-siap" titah ockta kepada dhea sambal membangunkan dhea.
"please ini gue mager bangett lu pergi sendiri aja emang gabisa" jawab dhea dengan nada malas.
"ayo dongg temenin gue sekali aja, please" ucap ockta dengan memohon.
"nanti disana kita cuma bertiga kan ya?" tanya dhea kepada ockta.
"ya gatau kali aja dia juga bawa temen ga ada yang tau. Gue cuma disuruh datang dicafee buat ketemu dia. Udah sana siap-siap mandi, gue mau make up dulu"
Dhea langsung segera memasuki kamar mandi walau rasanya itu berat banget karena ia sangat malas sekarang. Tetapi melihat temennya itu yang sangat exiceted ingin pergi, akhirnya ia menuruti keinginannya.
Ockta telah selesai dengan memakai setelan celana panjang berwarna putih dipadukan baju berwarna cream polos dan juga mengenakan pita sebagai hiasan dikepalanya. Sedangkan dhea hanya berpenampilan simple dengan memakai celana panjang berwarna hitam pekat dan mengenakan kemeja abu-abu dengan rambut yang terurai. Mereka telah bersiap-siap untuk berangkat dengan memesan Grabcar karena cafee yang mereka ingin datangi cukup jauh.
***
Selang beberapa menit perjalanan, mereka telah sampai di salah satu cafee. Jam sudah menunjukkan pukul 16:00 dimana mereka memang janjian untuk bertemu pada waktu itu. Terlihat seisi cafee itu sangat ramai. Banyak gerombolan anak SMA dan juga anak kuliahan karena lokasi cafee ini strategis berada diantara SMA dan juga ada kampus swasta. Jadi tidak heran pengunjungnya sebagian besar siswa dan mahasiswa. Ockta akhirnya melihat sekeliling dan mencari keberadaan lelaki yang akan ia temui hari ini. Tidak lama terlihat seorang lelaki melambai tangan kepada ockta. Mereka memilih untuk duduk outdoor. Dhea hanya mengikuti ockta dari belakang. Ini first time bagi dhea jadi dia merasa sangat gugup padahal bukan ia yang akan berkencan.
"hey, udah nunggu lama ya? maaf ya telat kena macet tadi dijalan" ucap ockta ke salah satu lelaki yang sudah duduk dihadapannya.
"iya gapapa duduk aja dulu atau mau langsung pesan minum maybe" jawab salah satu lelaki.
Ya, mereka datang berdua. Lelaki itu tampak mengenakan setelan seperti anak tongkrongan. Salah satunya memakai kemeja hitam kotak-kotak dengan celana panjang dan juga sepatu allstar. Sedangkan temannya yang lain berpenampilan nampak santai karena memakai celana jeans pendek dan juga baju kaos putih polos. Akhirnya ockta dan dhea duduk lalu memulai perkenalan terlebih dahulu sebelum memesan makanan dan minuman.
"Gue ockta dari fakultas ekonomi jurusan manajemen pemasaran. Ini teman gue namanya dhea. Kami dari fakultas yang sama tapi dia ngambil konsentrasi manajemen keuangan" jelas ockta yang memperkenalkan dirinya dan juga dhea.
"ohiya salam kenal. Gue Azka dari fakultas psikologi dan ini juga teman gue dari fakultas yang sama namanya Ilham" Ternyata yang memakai baju kaos putih itu bernama Ilham.
"yaudah pesan dulu ya. Gue mesen minum cafelatte. Lo mau apa dhea?" tanya ockta kepada dhea.
"matcha ada ga? itu aja kalau ada" jawab dhea yang begitu singkat.
"okey. Cemilan ga mau?" tanya ockta kepada dhea lagi.
"gue udah mesan kentang goreng si tadi tapi kalau kalian mau menu lain pesan aja gapapa" ucap Azka yang menyela percakapan dhea dan ockta.
"oh yaudah gitu aja" jawab ockta kepada azka.
Akhirnya ockta memberikan kertas pesanannya itu kepada salah satu pelayannya. Mereka berbincang-bincang satu sama lain tetapi tidak dengan dhea. Dhea merasa sangat bosan berada disini. Ia hanya melihat sekeliling saja lalu ia menemui segerombolan laki-laki. Ia melihat salah satu jaket yang ia kenal. Tampak tidak asing di matanya. Tidak lama setelah ia memperhatikan jaket itu, pemiliknya pun menoleh. Ya, ternyata dugaan dhea benar. Ia adalah alva. Shockk. Dhea sangat kaget karena bertemu alva lagi dengan secara kebetulan. Alva cuma melirik dengan lalu memberikan senyuman manis kepada dhea.
Ini maksudnya apa tuhan? kenapa bisa gue dan dia bertemu secara tidak terduga?
"Dhea, liat apa?" tanya ilham kepada dhea karena dari tadi ilham memperhatikan dhea yang tidak fokus kepada percakapan antara mereka berempat.
"hah, gapapa" jawab dhea yang tersadar dari lamunannya.
Dhea langsung kembali fokus dengan percakapan mereka dan tidak memedulikan keberadaan alva.
"ohiya ta, lo malam ini luang? mau ikut club ga ajak dhea aja" tanya azka kepada ockta.
Sontak ockta sangat kaget karena firstdate nya sudah langsung diajak pergi ke club. Seketika ockta langsung Ilfeel dengan azka.
"Firstdate lo udah berani ngajak cewe ke club? ada ya cowo modelan gini baru kenal udah berani ngajak ke club" jawab ockta dengan nada sedikit kencang membuat seisi cafee menoleh ke mejanya.
Dhea yang melihat ockta berbicara seperti itu ikut panik karena pengunjung yang lain sudah memperhatikannya termasuk gerombolan meja dimana alva duduk yang sudah sedari tadi memperhatikan.
"ya santai dong gue juga ga maksa lo buat ikut. Toh, gue ngajak bukan maksa" tegas azka yang tidak terima mendengar ockta berbicara sewot kepadanya.
"ya ogah lah. Gue udah keburu Ilfeel sama lo" balas ockta tanpa memedulikan lingkungannya disekitar.
selama mereka berdua berdebat, dhea tidak bisa menghentikan temannya itu. Tidak lama seseorang muncul untuk menghentikan perbedebatan mereka berdua. Ya, dia adalah alva. Sikapnya yang berani menyela percakapan seseorang yang bahkan lebih tua dari dia.
"mohon maaf sebelumnya kak mengganggu kalian. Tapi, tolong liat kondisinya. Kalian sedang berada dilingkungan terbuka tidak enak dilihat pengunjung lain. Saya sebagai pemilik cafee ini sangat mengucapkan terimakasih jika para pengunjung bisa menjaga sopan santunnya" ucap alva dengan sangat sopan.
Dhea jadi makin kaget. Pemilik cafee? alva pemilik cafee ini?
"apakah kalian merasa terganggu dengan kehadiran pria ini?" tanya alva kepada ockta.
"SANGATT" jawab ockta yang sudah berada dipuncak kemarahannya.
"kalau begitu, mohon maaf sebenarnya kak gimana kalau kakak pindah atau cari meja lain agar perdebatan antara kalian berhenti. Mengalahlah kepada seorang wanita agar terlihat seperti pria sejati" ucap alva kepada azka dan ilham yang berharap mereka pergi dari sini.
Akhirnya azka dan ilham segera meninggalkan cafee itu tanpa mengatakan apapun. Dhea cuma bisa mengelus pundak ockta untuk meredakan amarahnya. Tidak lama alva akhirnya berbicara.
"tadi siapa?" tanya alva kepada dhea.
"temen kampus tapi beda fakultas" jawab dhea singkat.
"kalian lagi kencan buta?" tanya alva sekali lagi.
"engga. Si ockta doang sebenarnya tapi ternyata dia juga bawa temennya jadi terlihat 2 pasangan padahal gue cuma nemenin ockta doang" jelas dhea untuk menghentikan kesalah pahaman alva.
"oh yaudah duduk dulu redahin amarahnya temenmu. Mau pesen lagi?" tanya alva kepada dhea.
"ga usah gini aja. Ohiya, tadi lo sempat bilang kalau ini cafee lo. Itu bener?" tanya dhea yang sangat penasaran.
Alva hanya tersenyum tipis melihat dhea mempertanyakan hal itu. Alva suka melihat ekspresi dengan ketika lagi kebingungan. "ini bukan punyaku. cafee ini atas namanya abangku bukan atas namaku. Ohiya terakhir waktu kita ketemu sudah ku bilang kan? gaboleh ngomong lo gue lagi. Kenapa masih ngomong gitu sekarang, hm?"
"ya biarin si ga ada salahnya ngomong lo gue" jelas dhea kepada alva.
"gamau pokoknya mulai sekarang dan pertemuan berikutnya harus ngomong aku kamu, titik" tegas alva dengan sedikit memaksa.
ockta yang sedari tadi diam, akhirnya bersuara "jadi lo namanya alva? yang beberapa hari ini sering dipertemukan oleh rencana tuhan yang tidak di duga-duga? bahkan kalian bertemu lagi disini? Shitt, rencana tuhan apa ini?" ucap ockta dengan ekspresi tidak percaya dengan namanya kebetulan.
Alva hanya tersenyum mendengar ockta mengatakan hal seperti itu. Dirinyapun juga tidak menyangka akan bertemu lagi dalam waktu dekat. Jangankan dalam waktu dekat, mereka bertemu 3 hari berturut-turut ini. Siapa sangka rencana tuhan seperti sudah direncanakan sebaik mungkin?
"Ohiya terus sekarang lo sudah kelas berapa?" tanya ockta yang penasaran kepada alva.
"Masih 2 SMA kak" ucap alva dengan sopan karena menghargai ockta yang lebih tua darinya.
Dhea cuma memperhatikan mereka berdua mengobrol tanpa ikut mengobrol juga. Ia masih tidak menyangka tentang rencana tuhan seperti ini. Lalu, rencana tuhan apalagi di hari esok yang akan ia hadapi?
Selang mereka mengobrol, akhirnya alva pamit karena ingin bergabung kembali kepada teman-temannya.
"kalau gitu duluan ya mau lanjut sama temen-temen. Kalian kalau masih mau nyantai disini gapapa kok rilex aja" ucap alva kepada ockta dan dhea.
"ohiya okey. Makasih ya tadi sudah nolongin kita berdua dari laki-laki brengsek itu" jawab ockta kepada alva.
"santai. Kalau ada yang buat ga nyaman tinggal ngomong aja. Duluan ya" balas alva sekali lagi sembari berdiri dan meninggalkan mereka berdua.
"dhea, lo ketemu brondong gitu dimana si? Cakep amat gilaa. Tutur katanya yang sopan, Stylenya udah ga diraguin waww bangettt. Ciptaan Tuhan yang itu mau lo sia-siain?" ucap ockta kepada dhea.
"paansi lu melebih-lebihkan banget. Dia masih bocah woi bocah SMA dan inget juga lo udah umur berapa. Emang ga ada gitu yang seumuran sampe mau ngincer bocah SMA" titah dhea yang menolak dijodohkan dengan alva.
"usia tidak menjadi penghalang untuk seseorang saling mencintai, dhea. Jangan jadikan usia jadi patokanmu untuk ga bisa bareng-bareng. Trus apa maksud tuhan mempertemukan kalian secara terus-menerus kalau bukan untuk bersama?" jelas ockta yang sangat yakin bahwa alva orang yang tepat untuk dhea.
"ini seriusan lo ga tukeran sosial media gitu? WhatsApp? Username Instagram? satupun ga ada?" tanya ockta kepada dhea.
"Ga, ga penting juga buat apa" jawab dhea begitu singkat sambal menyeruput minuman matchanya yang masih ada setengah gelas.
"Yeuh ga asik cuma ngandelin rencana tuhan doang ketemunya"
"eh iya gue belum bayar utang novel gue sampe sekarang" ucap dhea yang tiba-tiba mengingat utangnya.
"malu please kalo nyamperin mana temennya banyak bangett" sembari melihat meja yang tengah diduduki alva dan juga teman-temannya.
"nanti aja titip sama kasir. Kan dia yang punya cafee ini" ockta mencoba memberikan solusi untuk dhea.
"ohiya bener. Yaudah habisin buru minum lo itu. Udah 2 jam kita disini gue masih ada tugas yang mau dikerjain ditunda untuk nemenin lo kencan yang hasilnya ternyata gagal" keluh dhea kepada ockta.
"ya mana tau dia cowo modelan gitu. Engga banget deh baru kenal udah berani diajak ke Club" balas ockta dengan malas mengingat kejadian tadi.
"emang lo kenalnya dimana si?" tanya dhea kepada ockta.
"itu si iyan yang ngenalin. Katanya dia ada temen psikolog yang cakep. Cakep si emang tapi attitude dibawah rata-rata"
"udah ga usah ikut kencan buta lagi. Udah paling bener lu sibuk organisasi aja ga ada waktu baut cinta-cintaan" ucap dhea kepada ockta.
"ya kan gue juga pengen gitu dibucinin sama cowo. Iri banget kalo liat temen-temen pulang rapat dijemput ayangnya. Lah gue pulang rapat naek bus buat pulang miris bangett ga ada yang perhatiin" keluhan ockta yang ingin punya pacar.
"ya buat apa pdkt sama cowo modelan gitu. Tar ketemunya yang gitu lagi mampus lu"
"iya-iya bawel. Gue mau sibuk aja sampe lupa gimana rasanya pacaran" titah ockta sembari berdiri untuk segera meninggalkan cafee itu.
Mereka berdua akhirnya bergegas menuju meja administrasi untuk membayar makanan dan minuman yang mereka pesan dan tidak lupa juga dhea ingin menitipkan uang kepada alva.
"totalnya berapa mas? di meja nomor 16" tanya ockta kepada salah satu barista.
"meja nomor 16 ya mba? tadi mas alva berpesan untuk tidak menerima uang dari meja nomor 16 jadi kalian boleh pergi" ucap salah satu pegawai tersebut yang menolak uang ockta.
"loh ga bisa gitu mas. Kami disini yang makan dan minum tentunya kami yang harus bayar" balas dhea karena merasa sudah sangat berutang kepada alva.
"mohon maaf sebelumnya mba, tapi itu pesan dari mas alva jadi kami hanya menerima perintah dari pemilik cafee ini" ucapnya lagi dengan tutur kata yang lembut agar dhea memahami dengan jelas maksud yang disampaikan pegawai ini.
Seketika dhea menoleh ke arah meja dimana alva duduk tetapi ia melihat bahwa sudah tidak ada siapa-siapa disana, padahal ia sudah mengurungkan niatnya untuk menghampiri alva.
"yasudah kalau seperti itu, terimakasih ya" ucap ockta kepada pegawai sembari meninggalkan cafee itu dengan menarik dhea.
"taa, gue belum bayar utang gue ke dia" ucap dhea yang tiba-tiba berhenti tepat didepan cafee.
"iya tau, tapi alva sudah tidak ada disitu dhea. Lo mau nyari dia kemana? yang penting lo udah tau aja kalo ini cafee pemiliknya adalah keluarganya jadi jika suatu waktu kalian ga ketemu, lo bisa datengin dia disini" balas ockta untuk menenangkan dhea.
"udah sekarang kita pulang dulu. Kita lihat besok rencana tuhan seperti apa yang sudah disiapkan untuk kalian berdua"
Akhirnya mereka pulang tapi kali ini mereka memilih untuk naik bus demi menghemat pengeluaran.
***
Setibanya di kost, dhea masih memikirkan alva. Ia menjadi sangat yakin bahwa alva adalah anak orang kaya raya. Cafee megah yang baru saja ia kunjungi juga milik kakak alva. Dhea akhirnya berusaha mencari tahu lebih detail tentang sosok alva. Hal pertama yang ia lakukan adalah mencari Instagramnya hanya bermodalkan nama lengkap alva yang ia ingat. Alvarazka Adyatama. Selang ia mencari di Instagram tetapi ia tidak menemukan sosok alva dengan nama pencarian tersebut. Akhirnya muncullah diotaknya untuk mencari nama cafee tadi. Kali saja, ia bisa mendapatkan Instagram alva dari daftar pengikutnya. Setelah mendapat Instagram dari cafee tersebut, dhea begitu kaget melihat pengikutnya yang ramai. Total pengikut cafee tersebut mencapai 4,9K. Tetapi emang sebagus itu cafee nya jadi wajar saja memiliki banyak pengikut di instagramnya. Setelah Scrool sampai bawah postingan dari cafee tersebut, akhirnya ia menemukan foto alva. Seperti terlihat foto keluarga saat Grand Opening cafee tersebut. Ya, ia melihat alva dan juga kakaknya yang sedang meresmikan cafee tersebut dan juga terlihat kedua orang tua maybe itu orang tua dari alva yang turut hadir meresmikan cafee milik kakaknya. Namun, Dhea cuma mendapatkan info tersebut. Dalam postingan itu tidak terdapat sama sekali seseorang yang ia tandai padahal dhea sangat penasaran ingin mengunjungi laman Instagram alva. Dhea juga tidak menemukan akun Instagram alva dalam daftar pengikut cafee tersebut.
Semua usahanya sia-sia. Ia sama sekali tidak menemukan petunjuk tentang alva. Karena akhir-akhir ini mereka sering bertemu, membuat dhea sangat penasaran sosok seperti apa dia sampai tuhan mempertemukannya berkali-kali.
"dheaa, lihat mikoo. Kucing lo woii nyebur di bak mandi hahahhahh" teriak ockta yang membuat dhea sadar dari lamunannya.
"ya allah miko. Sini sayang keringin bulunya" dhea segera mengambil miko yang tengah asik nyebur dalam bak mandi. Sedikit aneh karena kucing ini sepertinya suka dengan air berbeda dengan kucing lain yang sangat benci air. Dengan mengetahui hal itu, akhirnya dhea bisa kapan saja memandikannya.
Setelah mengeringkan bulu miko, akhirnya mereka bertiga makan malam. Sisa whiskas yang kemaren dari dokter hewan ternyata masih ada jadi dhea tidak perlu repot-repot membelikan makanan kucing lagi.
"ehiya, si alva tadi bilang cafee itu milik abangnya kan?" tanya ockta memastikan.
"katanya si gitu" jawab dhea.
"kira-kira abangnya tua ga ya. Gimana kalo gue pdkt sama abangnya aja wkwk" ucap ockta yang terlihat genit.
"dihh najiss, kenal lo aja kaga"
"ya kan lo bisa kenalin gue ke abangnya, dhea"
"gue aja belum kenal alva sepenuhnya mana mungkin gue kenal abangnya"
"makanya pdkt"
"cott habisin aja makanan lu itu"
"keren juga ya lo. Kuliah disini selama 3 tahun bukannya nempel sama anak kampus ini malah dapetnya brondong" ledek ockta kepada dhea.
"udah si taa berhenti bahas alva"
"emang kenapa? lo yakin ga demen sama dia? kurang apa coba brondong satu itu"
"gue cuma mau selesaiin Pendidikan gue disini abis tu cabut balik kampung halaman udah" ucap dhea terlihat sangat tegas karena sudah bosan mendengar nama alva akhir-akhir ini.
Dhea langsung bergegas berdiri dari tempat duduknya karena sudah menghabiskan makanannya itu lalu mencuci peralatan makannya sendiri dan tidak memedulikan ockta yang terus-menerus menjodohkannya dengan alva.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!