Di depan cermin kecil, terlihat seorang pria tampan dan muda sedang berkaca menatap wajahnya sambil tersenyum.
Dia adalah Angga Perwira. Pria muda berusia 20 tahun, anak satu satunya dari pasangan suami istri, pak Burhan dan ibu Lastri. ,
Pagi ini Angga memiliki janji kepada kekasihnya yang bernama Cika untuk berkencan menghabiskan waktu berdua.
Angga yang sudah siap dengan stelannya pun, langsung bersiap siap keluar tanpa memberitahu ibunya terlebih dahulu.
Hingga ketika hendak keluar dari rumah, terdengar suara jeritan ibu Lastri yang memanggil dirinya.
"Angga! Pagi pagi begini kau mau pergi kemana nak? Kenapa penampilanmu terlihat sangat rapi?" tanya ibu Lastri menelisik Angga dari atas sampai bawah.
"Ibu! Kenapa ibu bisa muncul? Bukankah tadi ibu berada di dapur!" seru Angga merasa terkejut.
"Iya, ibu mencium aroma parfum mu yang sangat menyengat, tentu ibu tahu jika kau hendak pergi. Sekarang jawab ibu, kau mau kemana? Bukankah hari ini kau harus ke toko membantu bapak mu Angga?" tanya ibu Lastri menatap lekat.
Angga tersenyum tipis, sambil menggaruk kepalanya, dia memang sudah berjanji kepada bapaknya jika hari ini dia akan membantu bapaknya bekerja di toko. Tapi baru tadi pagi, Cika mengabarkan jika dia sudah kembali dari kota dan mengajak Angga bertemu karena ingin membicarakan sesuatu kepadanya.
"Tidak ibu. Aku memiliki janji bersama Cika. Dan aku tidak bisa membantu bapak hari ini."
"Apa! Kenapa begitu Angga. Kasihan bapakmu kalau bekerja sendiri. Pesanan di toko sedang banyak, dan harus segera diselesaikan secepatnya. Lagian kenapa Cika ada di sini? Bukankah dia sedang berada di kota jakarta?
" Iya, tapi aku rindu dengannya ibu. Tadi malam dia pulang dan memberitahuku jika dia ingin bertemu denganku. Ibu! Aku mohon, izinkan aku pergi bersama Cika.. Besok aku janji akan menyelesaikan semua pekerjaan bapak."
Angga berusaha keras merayu ibunya, agar di izinkan untuk pergi, melihat raut wajah putranya yang tampak memohon. Ibu Lastri menjadi tidak tega.
"Ya sudah. Ibu mengizinkan kamu pergi. Tapi ingat Angga! Kamu harus hati hati membawa anak gadis orang.. Kau tahu bukan, jika kedua orang tua Cika tidak menyukai dirimu. Ibu takut, kalau kau sampai membuat masalah kepada mereka berdua." ucap ibu Lastri memperingatkan Angga.
Mendengar perkataan ibunya, Angga tersenyum senang, lalu dengan cepat Angga berhambur memeluk tubuh ibunya itu.
"Terimakasih bu.. Terimakasih karena sudah mengizinkanku. Kau adalah ibu terbaik di dunia bu." puji Angga kepada ibunya.
"Jangan berlebihan Angga.. Yang penting ingat pesan ibu. Kalau bisa sore sudah tiba di rumah, dan ingat satu hal lagi, jangan main ke arah kota Bogor ya nak. Main saja di wilayah tempat ini."
"Baik buk. Aku akan mengingat pesan ibu. Sekarang aku pergi dulu bu. Do'akan aku agar selalu selamat sampai tujuan." Angga mencium tangan ibunya dengan sopan.
Lalu berlalu pergi menaiki motor matic jaman miliknya. Dan entah mengapa ketika melihat kepergian Angga. Tiba-tiba saja jantung ibu Lastri berdebar hebat. Membuat dirinya menjadi tidak tenang.
"Ya Tuhan...! Perasaan apa ini.. Semoga putraku baik baik saja. Aku mohon, lindungilah dia Tuhan." gumam ibu Lastri berdoa di dalam hati.
Setelah itu ibu Lastri kembali masuk ke dalam rumah papan yang sangat sederhana itu. Guna melanjutkan acara memasaknya yang sedikit tertunda.
*****
Sedangkan di perjalanan, Angga terus melajukan motornya kearah rumah kekasihnya Cika. Senyum bahagia tampak menghiasi bibir Angga yang tersenyum manis. Rasanya dia sudah tidak sabar ingin segera bertemu dengan kekasih tercintanya.
Lalu Angga pun bersiul guna mengungkapkan perasaan yang dia rasakan saat ini, hingga tak berselang lama, akhirnya Angga sudah tiba di depan rumah yang paling mewah di kampung tempat tinggalnya.
"Akhirnya sampai juga. Aku sudah tidak sabar ingin bertemu kekasih ku Cika. Satu bulan tidak berjumpa ternyata benar-benar membuatku rindu setengah mati." gumam Angga sambil berkaca di kaca spion motornya.
Angga dan Chika sudah berpacaran hingga 2 tahun lamanya, tepatnya ketika mereka berdua sama sama masih duduk di bangku kelas 11 Sekolah Menengah Kejuruan.
Saat itu, Angga mengambil jurusan teknologi komputer. Sedangkan Cika mengambil jurusan sekretaris.
Sebenarnya hubungan mereka berdua tidak disetujui oleh kedua orang tua Cika. Karena Angga hanya berasal dari keluarga misikin, yang Bapaknya cuma memiliki usaha kecil dibagian serivis menservis barang teknologi, seperti Laptop, Komputer, Handphone dan juga televisi.
Bahkan kedua orang tua Cika sudah mendengar desas desus yang beredar di kampung tempat mereka tinggal. Kalau Angga tidak akan melanjutkan kuliahnya dan segera terjun menggantikan bapaknya di toko. service.
Mengetahui hal itu, tentu saja membuat kedua orang tua Cika semakin membenci Angga. Mereka tidak rela jika putri kesyangan mereka yang cantik jelita, harus menjalin hubungan dengan pria miskin yang tidak punya masa depan.
Saat Angga asik melamun. Tiba-tiba saja Cika sudah berjalan di dekat pagar. Dia tersenyum kecut kala memperhatikan Angga yang sedang duduk di atas motor butut milik nya.
Entah mengapa dia bisa mencintai pria miskin seperti Angga. Sungguh dia pun merasa heran.
"Kenapa aku baru sadar! Kalau ternyata penampilan Angga begitu miskin dan kampungan. Sangat berbeda dengan para pemuda yang ada di kota." rutuk Cika di dalam hatinya..
Setelah itu Cika berjalan mendekati Angga, membuat Angga tersadar dari lamunannya.
"Sudah lama?" tanya Cika dengan nada dingin.
"Sayang. Kau mengejutkanku lo." Angga tersenyum bahagia ketika menatap wajah Cika.
"Benarkah! Memangnya apa yang sedang kau pikirkan Angga?"
"Tidak ada sayang. Aku hanya sedang merindukan dirimu. Oya, apakah kedua orang tua mu ada di dalam? Aku ingin meminta izin kepada mereka berdua." kata Angga kepada Cika.
"Tidak ada..Mereka masih berada di luar kota. Ya sudah ayo jalan."
"Oh...baiklah kalau begitu, ayo sayang." jawab Angga tersenyum manis.
lalu Angga mengeluarkan helm bermotif hello kitty yang akan di kenakan oleh Cika.
"Sini aku bantu pakaikan sayang." kata Angga menaruh helm itu ke atas kepala Cika.
Melihat perhatian Angga kepadanya, malah membuat Cika merasa risih. Entah mengapa setelah pulang dari Jakarta, Cika menjadi sadar, jika dirinya tidak pantas bersama Angga.
"Benar apa yang dikatakan oleh mama dan papa, jika Angga tidak pantas untukku. Dia hanyalah laki laki miskin yang tak punya harta apapun, bahkan dia juga tidak memiliki masa depan yang cerah. Benar benar laki-laki sampah" maki Cika kepada Angga di dalam hatinya..
Sebenarnya Cika juga telah membohongi Angga saat ini, karena faktanya kedua orang tua Cika sedang berada di rumah. Tapi Cika tidak mau memberitahu, karena Cika takut jika Angga akan memaksa masuk kerumahnya guna meminta izin kepada kedua orang tuanya.
Hingga tak lama kemudian, Angga melajukan motornya dengan kecepatan sedang. Angga mempunyai rencana ingin mengajak Cika menuju ke pasar malam yang berada tak jauh dari tempat tinggal mereka.
Hanya memakan waktu setengah jam saja, kini mereka pun sudah tiba di tempat yang Angga inginkan. Angga langsung turun dari motor sambil menatap ke wajah Cika.
"Ayo turun sayang." ajak Angga tersenyum manis.
Cika menuruti perintah Angga dan langsung melihat kekanan dan kekiri.
"Kau mau membawaku kemana Angga?" tanya Cika merasa heran.
"Tentu saja ke pameran itu, kebetulan sekali aku mempunyai uang lebih, jadi aku ingin mentraktirmu makan hari ini dan juga membelanjakanmu beberapa potong baju." jawab Angga sambil membantu Cika melepaskan helm yang dia kenakan.
"Mentraktir makan dan belanja? Memangnya kau punya uang berapa?"
"Aku ada uang 400 ribu, hasil kerjaku selama dua minggu di toko bapak. Apakah kamu tahu, sejak kau pergi ke Jakarta, aku terus giat bekerja membantu bapak. Bahkan aku juga banyak belajar ilmu teknologi informasi yang di ajarkan oleh bapakku sendiri. Sungguh aku tidak menyangka jika bapak adalah orang yang sangat pintar." puji Angga dengan bangga.
Mendengar cerita dari kekasihnya, malah membuat Cika merasa jengah.
Jika dulu dia senang, tapi beda dengan saat ini, Cika benar-benar ilfil dan juga muak ketika mendengar cerita Angga yang tidak penting sama sekali.
"Iya! Aku sudah tahu Angga. Kau selalu mengulang cerita yang sama, sekarang cepat kita menyebrang, jangan membuang buang waktuku Angga! " sarkas Cika dengan nada marah.
Mendengar perkataan Cika, Angga pun menjadi terkejut. Dia bisa merasakan perbedaan dari kekasihnya yang semakin dingin kepadanya.
Namun Angga tidak mau menerka ataupun berpikir jelek untuk wanita yang sangat dia cintai. Setelah itu Angga ikut melangkah ke arah Cika, yang hendak menyebrangi jalan besar yang terlihat ramai.
Kebetulan, pasar itu terletak di sebrang jalan lintas, sedangkan parkiran di depan pasar sudah penuh, jadi Angga terpaksa memarkirkan motornya di sebrang jalan.
Dan ketika Angga ingin memegang tangan Cika. Tiba-tiba saja wanita itu menghempaskan tangannya agar tidak disentuh oleh Angga, lalu dia pun pergi meninggalkan Angga begitu saja.
Bahkan sangking kesalnya, Cika sampai tidak memperhatikan jalan lintas yang terlihat ramai oleh mobil truk lewat berlalu lalang.
Dan Cika langsung menyebrang jalan tanpa menyadari ada mobil truk besar yang melintas dengan kecepatan kencang.
Angga yang melihat kejadian itu merasa sangat panik dan juga down, jantungnya bahkan mau copot dari tempatnya.
Hingga tak lama kemudian, perkataan sang ibu pun terngiang ditelinga Angga. Jika dia harus menjaga Cika agar kedua orang tuanya tidak marah kepada dirinya.
Dan ketika mobil truk itu hampir mendekati tubuh Cika, dengan cepat Angga langsung berlari mengejar Cika. Dia berusaha keras menyelamatkan Cika dari mobil truk besar yang hampir menabrak tubuhnya.
Namun, betapa naasnya, karena Angga tidak dapat menyelamatkan dirinya sendiri.
"Angggga.......… !!!!!!!! ""
Brrrakkkkkkkkk… .. . . . . . . …
Brakkkk… …
"Akkkhhhhhhrrgggg..... "
Teriakan seorang wanita menggema di jalanan ramai itu, diikuti oleh orang orang yang ikut riuh menjerit histeris.
Kecelakaan tragis tidak dapat terhindarkan lagi. Cika yang dicampakkan ke pinggir jalan oleh Angga langsung meneteskan air mata, kala melihat pria yang bersamanya telah terhempas dan jatuh bersimbah darah.
Cika bahkan tidak mampu berkata kata, maupun mengeluarkan suaranya setelah melihat kejadian yang sangat mengerikan itu. Rasanya leher Cika seperti tercekik dan juga sesak di bagian dada, membuat Cika terdiam membisu persis seperti orang bodoh.
Sedangkan air mata Cikaterus jatuh berlinang deras. Beriringan dengan lemasnya tubuh lemah wanita itu.
"Cepat kita selamatkan pria itu. Dia tertabrak oleh mobil truck yang cukup besar. Darahnya sudah mengucur sangat deras!" seru orang orang berlari menyelamatkan Angga.
Angga yang telah bersimbah darah sudah tidak sadarkan diri. Kepalanya adalah hal paling fatal yang terkena benturan bagian mobil truck yang menyentuh dirinya.
Cika yang menyaksikan kejadian naas itu, hanya bisa menangis pilu. Sungguh dia tidak menyangka jika pria yang berstatus sebagai kekasihnya rela berkorban hanya untuk menyelamatkan dirinya.
"Hiks… . Hiks… Apa yang sebenarnya aku lakukan! Kenapa aku tidak melihat kanan kiri terlebih dahulu. Sekarang bagaimana keadaan Angga? Bagaimana kalau dia mati karena menyelamatkanku! Sungguh aku sangat takut saat ini." gumam Cika frustasi.
Sedangkan tepat di hadapannya, sudah ramai berkerumun orang orang yang ingin menolong Angga. Dan mereka langsung membawa Angga masuk kedalam mobil ambulan, setelah petugas kepolisian dan petugas rumah sakit datang untuk melihat situasi kecelakaan.
Cika yang masih merasa sangat syok pun hanya diam membisu, hingga tak lama dia dikejutkan oleh suara seorang wanita yang tak lain adalah petugas kepolisian.
"Nona! Apakah kau rekan dari korban kecelakaan?" tanya polwan itu menatap lekat ke wajah Cika.
Cika masih terngungu diam. Dia bingung harus menjawab apa, sungguh dia merasa sangat takut. Takut jika menjadi tersangka akibat kecelakaan yang menimpa Angga.
"Maaf Bu! Tapi sungguh saya tidak bersalah. Saya juga tidak tahu mengapa Angga menyelamatkan saya Buk polisi."
"Iya, kami sudah mengetahuinya Nona. Karena ada CCTV yang terekam di sudut atas sana. Sekarang sebaiknya Nona segera masuk ke dalam mobil ambulance, karena korban harus segera dibawa kerumah sakit"
"Baik. Baik ibu Polisi. Kalau begitu saya akan segera masuk kedalam mobil ambulance."
"Oya, jangan lupa untuk menghubungi para keluarga korban ya Nona. Sedangkan untuk masalah penabrak, biar kami yang mengurusnya."
"Iya, terimakasih Bu Polisi." jawab Cika menghapus air matanya.
Setelah itu, Cika pun berlari kencang masuk ke dalam mobil ambulance yang sudah siap meluncur menuju rumah sakit.
****
Rumah sakit Kota Bogor.
Setelah satu jam lamanya, akhirnya mobil ambulance yang membawa Angga dan juga Cika sudah tiba dirumah sakit yang ada di kota Bogor.
Cika benar-benar merasa takut akan keselamatan Angga yang terus menerus mengeluarkan banyak darah. Rasanya dia sangat bersalah dan menyesal karena sudah menyebrang tanpa melihat kiri kanan terlebih dahulu.
Andai Angga tidak menyelamatkannya, sudah pasti, saat ini yang terbaring di atas brangkar rumah sakit itu pasti adalah dirinya.
Hingga tak lama berselang, Angga sudah masuk kedalam ruangan UGD. Para Dokter dan suster langsung memberikan pertolongan pertama kepada Angga.
Cika yang diperintahkan menunggu di luar pun bergegas menghubungi kedua orang tuanya dan juga kedua orang tua Angga.
Kebetulan Cika mempunyai nomor handphone milik bapaknya Angga.
"Hallo!" terdengar suara pria paruh baya yang mengangkat panggilan tersebut.
"Hallo Om. Ini aku Cika Om." kata Cika sambil menangis terisak.
Disebrang sana, ayah Angga yang bernama Ayah Burhan pun merasa heran, ketika mendengar isakan tangis dari wanita yang tak lain kekasih putranya Angga.
"Nak Cika ada apa? Kenapa kau menangis?" tanya pak Burhan khawatir.
Mendengar pertanyaan pak Burhan, Cika semakin menangis pilu.
"Cika? Kenapa kau semakin menangis? Apakah Angga sesuatu hal kepadamu? Om tahu kalau saat ini kau sedang bersama Angga. Ayo katakan yang sebenarnya? Apa yang sudah dilakukan oleh Angga?" tanya pak Burhan sekali lagi.
"Om.. Maaf, tapi Cika tidak sanggup untuk mengatakannya ditelpon. Sekarang juga cepatlah datang ke rumah sakit Medika yang ada di kota Bogor. Aku mohon Om."
"Apa! Rumah sakit!" teriak Ayah Burhan tersentak kaget.
Jantungnya bagaikan mencolos dari tempatnya, dan dengan cepat dia meninggalkan pekerjaannya dan menutup toko servis miliknya.
Setelah itu pak Burhan langsung memacu motor bututnya dengan kecepatan kencang, agar segera sampai di rumah.
*****
Dan hampir dua jam berlalu, kedua orang tua Cika dan kedua orang tua Angga sudah tiba di depan ruangan ICU.
Keadaan Angga benar-benar kritis, sehingga Dokter langsung memasukkan pria itu ke dalam ruangan gawat tersebut.
Sedangkan Cika yang tidak diperbolehkan masuk, tampak terduduk lemas di atas lantai dengan keadaan yang sangat kacau.
Rambutnya yang awalnya tertata rapi kini sudah berserak tidak karuan, begitu juga dengan penampilannya. Banyak darah yang mengotori baju dan juga celana jeans yang Cika kenakan.
Melihat penampilan Cika seperti itu, membuat ibu Lastri menjadi curiga. Dengan cepat dia berjongkok memegang kedua bahu Cika.
"Apa yang terjadi sebenarnya Cika? Bukankah kau dan Angga pergi berjalan jalan keluar?" tanya ibu Lastri ikut terduduk di atas lantai, tepat di hadapan Cika.
"Maaf bik. Aku sungguh tidak tahu, Angga menyelamatkan nyawaku saat aku hendak menyebrang, dia menggantikan aku yang hampir saja tertabrak oleh mobil truck besar. Dia mendorongku bik dan langsung tertabrak oleh mobil itu."
"Apa..!! Ya Tuhan Angga!" teriak ibu Lastri dan pak Burhan secara bersamaan.
Sedangkan kedua orang tua Cika juga ikut terkejut mengetahui kecelakaan tragis yang diceritakan oleh putri mereka.
Dengan cepat Mamanya Cika yang bernama Ratih, langsung berjongkok menenangkan putrinya itu.
"Tenanglah Cika. Kau tidak bersalah akan kejadian ini. Sudah menjadi takdir pria itu jika dia yang mengalami kecelakaan, sekarang kau jangan takut. Lebih baik kita pulang sekarang juga." ajak wanita itu membuat ibu Lastri merasa kecewa.
"Apa maksud perkataanmu Ratih! Seharusnya kau bersyukur karena putraku sudah rela mempertaruhkan nyawanya demi menyelamatkan putrimu. Tapi bisa bisanya kau berkata seperti itu di hadapan kami!"
"Memangnya apa yang salah dengan perkataanku. Kau lihat sendiri bukan! Cika saat ini terlihat sangat syok. Dan dia harus segera aku ajak pulang kerumah. Lagian Angga sudah mendapatkan pertolongan pertama. Berdoa saja agar putramu itu tidak kehilangan nyawanya."
"Tutup mulutmu Ratih!" teriak pak Burhan tidak terima dan hendak melayangkan tangannya kearah Ibu Ratih yang berdiri sambil memeluk Cika.
Papa Cika yang bernama papa Dimas pun langsung mencekal tangan pak Burhan dan menghempaskan tangan pria itu dengan kasar.
"Lancang sekali kau Burhan! Dasar keluarga miskin yang tidak punya tata krama." maki pak Dimas kepada kedua orang tua Angga.
"Sekarang juga ayo kita pulang! Tidak usah dipikirkan pria miskin itu. Karena saat ini juga kau sudah putus dengan Angga."
Mendengar perkataan Papanya, Cika langsung mendongak sambil menggelengkan kepala. Dia sungguh tidak setuju dengan keputusan sepihak yang dibuat oleh papanya itu.
"Tidak Pa! Aku gak mau putus sama Angga!" teriak Cika histeris.
"Diam kau Cika. Ayo kita paksa Cika pulang Ma." ajak Dimas kepada istrinya.
Setelah itu mereka berdua pun menarik tubuh Cika secara paksa, agar Cika mau ikut pulang bersama mereka.
Sedangkan pak Burhan dan ibu Lastri merasa hancur, melihat sikap keluarga kekasih putra mereka. Yang tidak memiliki hati sama sekali.
"Sungguh malang nasib putra kita pak! Pengorbanan yang dia lakukan tidak tampak di mata mereka semua."
"Biarkan saja buk. Sekarang lebih baik kita fokus untuk menyembuhkan Angga." jawab pak Burhan sambil memeluk tubuh istrinya.
Mereka berdua meluapkan kesedihan dengan meneteskan air mata. Semoga saja Angga dapat diselamatkan dan kembali sehat seperti sedia kala.
Tut… tut….. Tut…
Suara denyut jantung normal terdengar mengalun di telinga ibu Lastri. Dia yang setia menatap wajah pucat putranya pun kembali bersedih karena putra kesayangannya tidak juga sadarkan diri..
Dokter berkata, bahwa kecelakaan yang menimpa Angga adalah kecelakaan yang sangat mengerikan. Tapi nasib baik masih memihak kepadanya, karena menurut hasil ronsen, seluruh tubuh Angga tidak ada yang mengalami patah tulang maupun luka serius.
Namun tidak dengan bagian kepala Angga. Kepala Angga mengalami benturan yang sangat hebat, bahkan Dokter mengingatkan agar bersikap berlapang dada, jika hal terburuk terjadi kepada Angga.
Ibu Lastri menghela nafas kasar ketika mengingat kembali perkataan Dokter itu. Air mata tidak hentinya berlinang membasahi pipinya yang sudah mengeriput.
"Hiks.. Hiks.. Kenapa kamu belum sadar juga nak? Apakah kamu tidak mau lagi menatap wajah ibumu ini?" tanya Ibu Lastri mencium tangan Angga.
"Andai, ibu tidak mengizinkanmu pergi pagi itu. Pasti kau tidak akan mengalami nasib menyedihkan seperti ini." lirih ibu Lastri merasa menyesal.
Sungguh, hati ibu Lastri merasa sangat sakit. Apalagi ketika mengingat bahwa pengorbanan yang dilakukan putranya tidak dihargai sama sekali oleh Cika maupun kedua orang tuanya.
Bahkan sudah satu minggu ini, Cika maupun kedua orang tuanya tidak datang ke rumah sakit menjenguk Angga. melihat pengorbanan putra mereka begitu rendah di mata mereka semua, membuat ibu Lastri bertambah sedih.
"Angga! Kau harus kuat Nak. Dan kau harus selamat. Agar kau tahu, bahwa wanita yang kau cintai itu tidak baik untukmu. Dia bahkan tidak menghargai pengorbananmu sedikitpun sayang. Sungguh malang nasibmu Nak." bisik ibu Lastri sambil meneteskan air mata.
Hingga tak lama kemudian, datang seorang suster yang memanggil ibu Lastri. Lalu suster itu mengatakan bahwa waktu besuk pasien sudah habis.
"Mohon, jaga putra saya ya suster." pinta ibu Lastri sebelum keluar dari ruangan ICU.
Hingga kini dengan langkah lunglai tidak bertenaga, ibu Lastri berjalan mendekati suaminya yang sedang duduk di kursi tunggu.
"Pak.....!" panggil ibu Lastri membuat pak Burhan menatap terkejut.
Betapa menyedihkan keadaan istrinya saat ini. Dia terlihat pucat dan tidak terurus karena terlalu memikirkan keadaan putra mereka.
Lalu dengan cepat pak Burhan memeluk tubuh istrinya, seakan memberikan kekuatan kepada wanita lemah itu.
"Buk! Kita serahkan semuanya kepada yang maha Kuasa. Bapak yakin, setiap cobaan yang dilimpahkan untuk hambanya pasti itulah yang terbaik untuk Angga maupun kita semua. Saat ini kita hanya bisa berdoa. Jadi jangan putus asa buk." ucap pak Burhan menasehati ibu Lastri.
"Kau benar pak. Seharusnya ibu gak boleh sedih seperti ini. Ibu yakin kalau putra kita adalah laki laki yang kuat."
Pak Burhan tersenyum lirih mendengar perkataan istrinya, sambil memeluk tubuh bu Lastri erat. Tanpa siapapun sadari jika pak Burhan berkali-kali menelisik tempat dia duduk saat ini.
"Semoga tidak ada yang mengenaliku." gumam Pak Burhan di dalam hati.
****
Sedangkan di tempat lain, di rumah yang paling besar yang ada di kampung tempat tinggal Angga.
Terdengar perdebatan alot yang terjadi di antara ibu dan anak. Cika yang sudah seminggu dikurung di dalam rumah, kini berusaha kabur karena ingin menjenguk Angga di rumah sakit.
Namun, belum juga dia berhasil keluar, ternyata ibu Ratih sudah memperegoki aksi putrinya yang hendak membuka pintu ruang tamu menggunakan kunci cadangan.
"Masuk Cika! Mama tidak akan mengizinkanmu keluar menjenguk pria miskin itu." ibu Ratih menarik paksa pergelangan tangan Cika dan kembali menutup pintu.
Sedangkan Cika, yang mendapat larangan dari Mamanya pun merasa sangat geram.
"Enggak Ma! Aku harus jenguk Angga. Karena dia yang sudah menyelamatkan nyawaku Ma. Aku mau lihat keadaan dia saat ini."
"Untup apa melihatnya? Kau itu bukan siapa siapa dia lagi. Jadi kau tidak perlu repot repot melakukan itu. Apakah kau mau jika kedua orang tuanya menyuruhmu untuk bertanggungjawab atas apa yang sudah kau lakukan! Apakah kau mau seperti itu Cika!" teriak ibu Ratih membuat Cika mengeryit tidak mengerti.
"Apa maksud Mama. Memangnya kenapa mereka harus menyuruhku bertanggungjawab? Ini semua bukan kesalahanku ma!" sangkal Cika.
"Iya, ini memang bukan kesalahanmu. Tapi karena menyelamatkan nyawamu, sehingga Angga mengalami kecelakaan. Bisa kau bayangkan jika Angga menjadi cacat dan tidak bisa berjalan lagi, lalu kedua orang tuanya meminta agar kau menjadi kaki untuk putra mereka, dengan kata lain menjadikanmu sebagai istrinya, apakah kau bersedia melakukan itu Cika!"
"Apa! Istri. Tidak ma. Aku tidak mau, aku tidak mau mempunyai suami cacat seperti Angga. Aku tidak mau Ma!" jawab Cika menggelengkan kepalanya..
Sungguh dia tidak dapat membayangkan akan seperti apa masa depannya jika dia menikah dengan Angga yang cacat.
"Ya sudah, kalau begitu, kau turuti perkataan mama Cika. Besok kau harus pergi dari kampung ini. Sebelum Angga pulang dari rumah sakit dan mengejar ngejar dirimu guna meminta pertanggungjawaban atas apa yang telah menimpa dirinya." kata ibu Ratih berusaha meracuni otak Cika.
"Baik ma. Sekarang juga aku akan mengemasi barang barangku." Cika yang ketakutan langsung termakan perkataan mama Ratih.
Dia juga tidak sudi jika harus membayar pengorbanan yang dilakukan oleh Angga. Maka dari itu, Cika setuju dengan keputusan mamanya yang akan membawa dirinya pindah secepatnya ke kota Jakarta.
****
Hingga keesokan harinya, mereka satu keluarga sudah bersiap siap untuk segera pergi menuju ke kota Jakarta.
Namun ketika Cika sedang berdiri di depan pintu pagar, dia langsung terkejut dengan kehadiran pria paruh baya yang tak lain adalah bapaknya Angga.
"Om Burhan!" pekik Cika merasa panik.
Pak Burhan menatap nyalang kearah gadis itu. Sungguh keluarga mereka benar-benar tidak punya hati sedikitpun. Bisa bisanya mereka lepas tangan begitu saja setelah memutuskan hubungan secara sepihak, ketika putranya belum sadarkan diri.
Pak Burhan yang melihat koper di tangan Cika pun langsung mengeraskan rahangnya. Dia sudah tidak dapat lagi menahan amarah yang mengumpul di dalam dada.
"Apakah begini caramu membalas pengorbanan putraku Cika!" teriak pak Burhan dengan nada emosi.
Cika tersentak kaget kala mendapatkan teriakan tersebut, dengan terbata bata dia pun menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh pria paruh baya itu.
"Om. Maaf, tapi aku sungguh harus pergi. Karena jadwal kuliahku akan segera berlangsung."
"Bohong! Kau sama saja liciknya dengan kedua orang tuamu itu Cika. Setelah kau membuat putraku kecelakaan, kini kau pergi begitu saja. Apakah kau tahu apa yang terjadi kepada putraku saat ini! Apakah kau tahu?"
"Tidak. Aku tidak tahu om. Tapi aku yakin Angga akan baik baik saja. Karena dia adalah pria yang kuat.
"Cih! Baik bagaimana yang kau maksud itu hah! Saat ini putraku menjadi buta. Dia sudah tidak bisa melihat lagi Cika. Dokter baru saja memberitahu kepada kami pagi ini. Dan Angga di vonis tidak dapat melihat untuk selamanya. Kau tahu betapa hancurnya hatiku ini Cika."
Jeduarrr… .. .
Jantung Cika seakan mencolos dari tempatnya. Setelah mengetahui berita yang diucapkan oleh pak Burhan.Dan keyakinannya sudah semakin bulat, jika dia harus secepatnya menjauhi Angga agar kedua orang tua Angga tidak menuntut dirinya agar menjadi mata pengganti untuk Angga.
"Tidak, aku tidak mau. Secepatnya aku harus pergi dari kampung ini." gumam Cika di dalam hati merasa ketakutan sendiri.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!