NovelToon NovelToon

WANITA YANG KALIAN HINAKAN

Ibu yang kejam

"Della kamu sudah pulang? Itu dagangannya sudah selesai ibu masak, sudah sana makan dulu terus berangkat nanti kamu kesiangan" ujar Hesti

Hesti selaku ibu dari Della, dia memperlakukan anak gadisnya seperti seorang kuli, dia tidak pernah memikirkan perasaan anak gadisnya yang berusia sembilan tahun itu betapa tersiksanya Della, seperti apa sakitnya perasaan Della saat ini. Dellapun segera menyimpan kantong plastik yang berisikan mukena dan kain perlengkapan ngajinya.

"Pelan-pelan dong kalau jalan! Kalau adik-adikmu bangun bagaimana? sudah sana cepet pergi jualan jadi anak jangan malas." Ujar Dedi kepada Della anak tirinya dengan ketus

Dellapun berjalan kedapur dan ia segera membawa barang dagangannya. Anak seusia Della yang seharusnya ia masih sekolah dan bermain dengan teman-teman seusianya, tapi itu sudah tidak pernah dilakukan Della, ia terpaksa harus bekerja seperti orang dewasa untuk memenuhi kebutuhan keluarganya.

Della sudah tidak memiliki ayah karena sejak usianya empat tahun, ayah Della meninggal akibat disantet orang. Dipagi-pagi buta Della sudah berkeliling kampung dengan barang dagangannya yang ia gendongan dibelakang punggungnya, yang lumayan banyak.

"Lauk lauk , jengkol jengkol telor telor.. bi telor bi.. teh bade iye jengkolna saratusan mangga-mangga.." Della termasuk anak yang ramah ia terus menawarkan barang dagangannya kepada para tetangga, "Della!! tunggu, kesini uwa mau beli jengkol." teriak Olis memanggil Della, kakak ipar dari  Hesti.

"Della uwa mau beli jengkol? ini wa bentar wa aku turunin dulu baskomnnya" Ujar Della sambil menurunkan barang dagangannya, yang lumayan banyak sehingga ia agak kesusahan menurunkan gendongannya.

Olis merasa tidak tega dengan Della, dia pun membeli beberapa lembar jengkol da telor bulat buatan Hesti. "Ini Della coba dihitung jadi berapa semuanya?" Tanya Olis kepada Della

"Emm 250 tambah 350 jadi 600 wa semuanya." Jawab  balik Della dengan senyuman cantiknya, Della memang tidak sekolah tapi ia memiliki daya pikir yang cerdas dalam menghitung, dulu dia sempat sekolah tapi hanya sampai kelas satu SD karena Dedi tidak mau membiayainya.

Della kembali menggendong dagangannya dan ia kembali berjalan mengelilingi kampung, karena musim hujan jadi Della tidak mengenakan sandal, karena ia takut jika sandal jepit satu-satunya putus.

"Della sini ibi mau beli, masih ada lotek bungkusnya nggak?" Tanya ibu-ibu itu menanyakan lotek bungkus "masih ada dua lagi bi ini didalam kantong " ujar Della sambil memberikan kantong plastik berisi lotek bungkus.

"Iyasudah saya beli semua, jadi berapa dua bungkus Della?" Tanya ibu-ibu itu kepada Della "Jadi tiga ratus bi." "Ini uangnya kembalilan seratus saja, yang seratusnya buat kamu saja makasih ya." Della sangat senang karena ia diberi uang sebesar seratus rupiah oleh pembeli, jika dia minta uang pada Hesti sebesar seratus rupiah sudah pasti dia akan habis dipukuli Hesti.

Sekitar pukul dua belas siang, dagangan Della pun telah laku terjual, iapun kembali pulang. Sesampainya dirumah Della melihat ayah tirinya sedang makan dengan daging ayam begitupun dengan kedua adik-adiknya, Della tidak banyak bertanya karena ia takut dimarahi oleh ayah tirinya. Della segera memberikan uang hasil jualannya pada Hesti yang sedang menyuapi kedua anak-anaknya, sebenarnya hati Della sangat sedih karena ia diperlakukan seperti orang asing oleh ibu kandungnya sendiri.

Setelah memberikan uang hasil jualannya Della pun kembali keluar. "Della ini daging buat kamu cepet makan, terus kamu nyari rumput takutnya keburu hujan." Teriak Hesti menyodorkan piring berisikan satu kepala ayam dan cekernya, air mata Della sudah sangat rimbun saat ia meli kepala ayam dak cekernya, padahal ia membayangkan bisa makan bagian paha ayam tapi apa mau dikata yang dia dapat hanya ceker dan kepalanya saja.

Selera makan Dellapun langsung hilang, ia kembali meletakkan piring plastik yang berisikan kepala dan ceker ayam diatas lemari kayu, Dedi yang melihat Della tidak ikut makan ia tersenyum sinis melihat kearah Della yang sudah berjalan keluar.

Della segera mengambil karung dan Arit ia kembali berjalan menuju pinggiran sawah, yang tidak terlalu jauh dari rumah panggungnya. "Pak kenapa bapak tinggalkan Della pak? hikssss hikssss.. Della tidak punya siapa-siapa lagi disini pak, sekarang ibu sudah tidak sayang lagi sama Della hikss hikss." Sambil ngarit rumput dipinggiran sawah orang, Della terus menitikkan air matanya hatinya sakit karena ia merasa dibeda-bedakan oleh Hesti.

Mungkin jika Della sudah dewasa ia pasti akan berontak, tapi untuk seusia Della saat ini ia hanya bisa menerima semua perlakuan tidak adil dari ibu kandungnya. Setelah mendapatkan rumput lumayan cukup banyak, Dellapun naik keatas kebun peninggalan ayahnya dimana ayahnya dimakamkan disana. Hampir setiap hari Della akan selalu datang kemakam ayahnya, sesampainya diatas pusaran ayahnya Della kembali menangis sesenggukan sambil memeluk batu-batu makam ayahnya. "Aehhh aehhh bapak dimana? aku ikut sama bapak.. bapak aehhh aehhh.." Della terus menangis sesenggukan diatas makam bapaknya.

"Kang magrib-magrib begini siapa itu yang nangis? Mana ini malam Jumat lagi ikhh serem." Celetuk Mimi bergidik, "akh kamu mah nyi nakut-nakutin akang saja, tapi iya juga sih itu ada suara seseorang tapi dimana ya?" "Kang ayok kita masuk saja takut aku ikhh, jangan-jangan itu nyai kun-kunti nyasar kang"

Ujar Mimi sambil mengangkat kedua bahunya Jajun yang penakut ia pun beringsut masuk kedalam rumahnya menyusul Mimi, Jajun dan Mimi mereka sepasang suami istri yang baru menikah dan tinggal dilahan milik ayahnya Della, yang tidak pernah dikelola oleh Hesti dan Hesti akan menerima pembagian hasil panen dari kebun tersebut, yang saat ini telah dikelola oleh Jajun dan Mimi.

Hesti ia malah asik bercanda canda dengan Dedi didalam kamarnya, tanpa memikirkan Della yang belum pulang kerumah. Padahal hujan sudah mulai turun begitu lebat, tapi sungguh kejam Hesti memperlakukan anak kandungnya seperti memperlakukan hewan piaraan.

Della segera bangkit dari samping makam ayahnya karena hari sudah mulai gelap, ditambah lagi gerimis mulai turun disekitarnya. Dellapun segera memetik selembar daun pisang yang tumbuh dipinggir kebun, dan ia gunakannya untuk menutupi kepalanya. Tubuh Della yang kecil sampai tertutup oleh karung rumput yang ia gendongnya, Della terus berjalan tertatih-tatih karena jalanan yang begitu licin dan karung rumput yang ia bawanya cukup berat, ditambah lagi hujan semakin deras mengguyur kampung tersebut.

Tubuh Della yang kecil kini sudah basah kuyup oleh air hujan, semua pakaiannya kotor oleh tanah karena ia berkali-kali terjatuh dan terperosok kedalam semak-semak. Sesampainya dirumah Dellapun segera menaruh rumput diatas kandang kambingnya, Della mencuci kedua kakinya dan ia segera masuk kedalam rumah untuk mengganti semua pakaian basahnya. "Tanpa disengaja Della mendengar suara Hesti dan Dedi yang sedang asyik tertawa didalam kamarnya, ia hanya bisa memanggil nama ayahnya dalam hati.

Della yang seharian belum makan, iapun segera pergi kedapur untuk makan karena seharian penuh ia bekerja sudah seperti sapi perah. Della hanya bisa mendengus saat ia melihat piring plastik yang berisikan kepala ayam dan cekernya sudah diberikan pada kucing, Della hanya bisa menahan rasa sesak dibagian dadanya.

Dellapun membuka lemari kayu, yang ternyata didalam sana hanya ada nasi yang sudah agak kering itupun tersisa sedikit dan tumis daun ubi. Della yang sudah lapar mau tidak mau iapun terpaksa memakan nasi dan tumis daun ubi, meskipun hatinya tidak kuat dengan perlakuan ibunya tapi ia tidak berdaya untuk melawan. Disaat Della sedang makan tiba-tiba Dedi masuk kedapur, "mangkanya jadi anak itu nurut jangan banyak tingkah, enakkan makan hanya sama daun ubi" ujar Dedi sambil menggetok kepala Della pakai sendok nasi.

Dedi selaku ayah tiri Della, ia memang kerap memukul Della tanpa sepengetahuan maupun sepengetahuan Hesti, tapi anehnya Hesti akan diam saja melihat Della anak kandungnya diperlukan tidak baik oleh Dedi.

Aku tidak suka ibu

Dellapun segera menyudahi makannya, dan dia segera pergi keluar untuk mencuci piring bekas ia makan. "Della kamu kemana saja sampai seharian ngarit rumput?!" Bentak Hesti

"Maaf bu, tadi aku naik keatas hutan, terus aku berhenti neduh digubuk mang Ujang karena hujan gede" jawab balik Della "bu aku nginep kerumah Ambu ya" pinta Della kepada Hesti ibunya

"iyasudah sana, tapi ingat jangan bilang-bilang sama Ambu kalau ibu potong ayam ngerti kamu!" Dellapun mengangguk dan ia segera pergi keluar dari dalam rumah panggungnya, Della berlari menuju rumah neneknya tanpa menggunakan alas kaki.

"Ambu!.. Ambu buka pintunya ini aku Della" teriak Della memanggil neneknya, tidak lama kemudian Ambu Enehpun membukakan pintu rumahnya yang terbuat dari anyaman bambu, "lah kenapa naha kunaon kamu kesini Della? Memangnya kamu tidak pergi ngaji ya.." tanya Ambu Eneh kepada Della

"Tidak Ambu, tadi aku pulang Maghrib dari kebun terus kehujanan ekh jadi kemalaman mau berangkat ngaji" Jawab Della sambil berjalan masuk

Ambu Eneh mengerutkan dahinya mendengar penuturan Della, sambil memperhatikan wajah cantik Della yang terlihat lesu "Della kamu sudah makan belum? Kalau mau makan itu nasi sama ikan jaer diatas meja masih hangat, sana makan" Tanya Ambu Eneh kepada Della dan menyuruh cucunya untuk makan.

"Tidak Ambu aku sudah makan tadi, Ambu Della tidur dulu ya takut besok kesiangan jualan." Jawab balik Della sambil menutupi tubuhnya dengan kain.

Tidak perlu membutuhkan waktu lama Della pun tertidur dengan begitu lelapnya, Ambu Eneh yang tidur akan disamping Della, ia menatap wajah polos Della "malangnya nasib kamu Della cucuku, andai saja Ambu tidak punya banyak anak, mungkin kamu sudah tinggal sama Ambu Della. Tapi Ambu tidak bisa berbuat banyak, Ambu hanya bisa mendoakanmu semoga kelak kamu dewasa kamu menemukan kebahagiaan dengan suamimu geulis" gumam Ambu Eneh dengan lirih.

Keesokan harinya, seperti biasa Della akan kembali berkeliling kampung berjualan masakan Hesti, meskipun tubuh mungilnya sedang merasa kurang sehat tapi dia tidak memiliki pilihan lain selain pergi berjualan dari pagi menjelang siang, jualan Della belum laku semua karena kondisinya yang kurang sehat sehingga dia tidak banyak berteriak seperti biasanya.

Tubuh Della sudah sangat lelah, sehingga ia duduk dibangku rumah orang yang tak berpenghuni. Della melihat dagangannya yang terlihat masih sangat banyak, "aduh bagaimana ini, jualannya masih sisah banyak bagaimana kalau ibu marah, aku harus kemana lagi kelilingnya" gumam Della kebingungan, harus kemana lagi ia menjual dagangannya padahal kedua kakinya sudah sangat lelah.

"Della heyy!! Kamu kenapa melamun disini?" Tanya bi Totoh kepada Della yang sedang kebingungan karena dagangannya belum habis. Dellapun menoleh kearah Totoh yang memangginya "tidak apa-apa bi, aku hanya bingung jualan aku belum habis bi" ucap Della dengan lirih dan raut wajahnya yang terlihat sedih. "Aduh geulis kasihan sekali kamu teh, kalau begitu ayok kita ketempat yang hajatan yuk disana rame, soalnya ada hiburan jaipongan kang dan nanti malam ada wayang golek katanya ayok ibi juga mau jualan kesana." Ajak Totoh kepada Della

Dellapun mengangguk penuh semangat, dengan harapan jualannya akan laku dan habis disana, akhirnya Dellapun kembali berjalan mengikuti Totoh menuju rumah orang hajatan. Maklum namanya dikampung kalau ada yang hajatan pasti akan ada hiburannya, tapi tak jauh dari jaipongan dan wayang golek, itu pun jika pemilik hajatan orang terpandang tapi jika orang-orang bisa maka mereka tidak sanggup untuk mengadakan hiburan.

Della dan Totoh, sesampainya ditempat hajatan mereka langsung duduk dibawah pohon kelapa, dan dagangan mereka didepannya. Tidak lama kemudian para ibu-ibu pun mulai melihat dagangan milik Della dan tidak disangka-sangka hanya dengan hitungan menit dagangan Dellapun ludes terjual.

Della sangat senang karena semua dagangannya telah habis, akhirnya Dellapun membereskan semua baskom dan tas tempat dagangannya "ibi Totoh, Della pulang duluan ya takut dimarahin ibu kalau Della lama-lama disini" Ucap Della berpamitan kepada Totoh yang masih duduk menunggu pembeli, "iya Della kamu pulang saja hati-hati dijalan ya banyak motor." Jawab balik Totoh

Dellapun mengangguk, dan ia segera pergi dari tempat keramaian itu. Della memilih jalan pintas yang jauh dari jalan yang bisa dilalui oleh motor, karena dia sangat takut jika mendengar suara motor, jangankan untuk menaikinya baru melihat dan mendengar suara motor saja dia akan lari terbirit-birit.

Karena selama ini Hesti tidak pernah membawa Della jalan-jalan, apa lagi untuk jalan-jalan pergi kepasar saja sudah tidak pernah diajaknya.

Akhirnya Dellapun tiba dirumahnya dengan membawa uang hasil jualannya, namun sesampainya dirumah dia melihat Hesti sedang bertengkar dengan saudara dari ayahnya Della. "Kang, sudah saya katakan kepada akang berulang kali kalau Della itu tidak akan pernah saya kasih sama akang! Karena saya dan sumi saya juga masih mampu memberi dia makan dan hidup yang layak.!" Teriak Hesti

"Haa, apa kamu bilang Hesti hidup layak, lihat ini yang kamu bilang hidup layak! Anak sekecil ini kamu biarkan dia berkeliling jualan, sedangkan kalian berdua enak-enakan tidur sambil tertawa-tawa dimana hati nurani kamu ini sebagai ibu Hesti, Della ini anak kecil dia yatim tapi kamu perlakukan dia seperti anak tirimu sungguh kamu keterlaluan Hesti!" bentak uwa Della sangat emosi terhadap Hesti, yang keras kepala

"Itu bukan urusanmu kang, Della anakku mau aku apakan dia itu bukan hakmu jadi aku katakan kepadamu kang, sekarang akang pergi dari rumah saya dan jangan pernah datang lagi kerumah saya apa lagi untuk mengambil Della hu enak saja!" Teriak Heti

Akhirnya kakak ipar dari suami pertama Hesti pun pulang, karena dia tidak berhasil meminta Della, untuk diurusnya padahal kakak ipar Hesti juga sama memiliki niatan tidak baik terhadap Della, dan tak beda jauh dengan Hesti yang hanya akan membuat Della seperti sapi perah.

"Ekh Della kenapa kamu diam saja disitu cepat bawa kesini mana uang hasil jualannya?!" Teriak Hesti memanggil Della yang berdiri disamping rumahnya, karena tadi ada uwanya jadi dia tidak bisa lewat untuk masuk. Dellapun segera memberikan uang hasil jualannya kepada Hesti "ini uangnya bu" tutur Della dan berlalu pergi kedapur untuk makan.

"Itu lauk yang ada di lemari jangan dimakan, kamu cukup makan sama ikan asin saja sama tumis daun paya, habis makan kamu langsung ngarit ayah kamu sedang tidak ada jadi kamu jangan lama-lama ngaritnya bantuin ibu ambil air bersih diatas" ucap Hesti tidak ada titik komanya kalau nyuruh, Della hanya menganggukkan kepalanya mendengar perintah dari Hesti yang tidak ada berhentinya kalau sudah marah-marah.

Dedi dia yang memiliki istri dua, karena selama ini Hesti sudah dibohongi oleh Dedi yang mengaku jika Dedi seorang duda tidak memiliki anak, namu lama kelamaan ternyata Dedi sudah beristri. Dan istri pertamanya sedang pergi ke Singapura menjadi TKW, dan hari ini Hesti sangat kesal karena Dedi sedang pulang kekampungnya karena istri pertamanya baru saja pulang dari Singapore.

"Lah itu kenapa tidak dimakan daun pepayanya? Itukan enak" bentak Hesti kepada Della, yang tidak mau memakan daun tumis pepaya. "Maaf ibu, aku tidak suka dengan daun pepaya pahit bu" jawab Della dengan lirih

"Ya dicoba saja dulu, nanti juga enak kalau kamu sudah terbiasa makan" Ujar Hesti memaksa Della untuk memakan daun pepaya, Dellapun terpaksa memakan daun pepaya tersebut meskipun lidahnya terasa sangat pahit, tapi dia takut oleh Hesti jika menolaknya.

Setelah selesai makan, Dellapun kembali mengambil Arit dan karung untuk mencari rumput. Della berjalan menuju pinggiran sawah, meskipun tubuhnya terasa lelah karena kurangnya beristirahat tapi dia tidak memiliki

pilihan lain selain menurut kepada ibunya Hesti.

"Della! Kamu mau kemana?" Tanya Deni adik sepupunya Della, "aku mau ngarit rumput Deni kenapa?" Tanya Della kepada Deni

"Tidak apa-apa, aku cuma mau ajak kamu main karet gelang sama main tepuk gambar, lumayan loh dapat duit kalau gambarnya dijual." Ucap Deni sambil tersenyum

"Nggak Deni akh, aku harus ngarit rumput nanti dimarahin ibu kalau aku nggak dapat rumput, iyasudah ya aku pergi dulu kamu main saja sama si Sumi itu." Ujar Della dan berlalu pergi meninggalkan Deni yang mengajaknya bermain karet gelang.

Della hilang

Della, sebenarnya ingin sekali ikut bermain seperti saudara-saudara sepupunya, tapi apa daya dia tidak punya waktu untuk itu. Della jika dia ingin pergi nonton tv saja harus sembunyi-sembunyi dari Hesti dan ayah tirinya Dedi.

Karena kalau ketahuan habis dia akan dipukul oleh ibunya, Della biasanya akan menonton tv setiap hari Sabtu itupun setelah dagangannya habis terjual, Della akan menonton dirumah tetangganya yang satu-satunya memiliki tv disana.

Acara kesukaan Della iyaitu kuis dangdut dan film India, setelah penuh karung yang ia bawanya oleh rumput. Dellapun kembali pulang kerumahnya dengan membawa rumput untuk kambing-kambing ibunya, pekerjaan berat sudah menjadi rutinitas sehari-hari Della. Setelah selesai ngarit rumput dia segera bersiap-siap untuk berangkat ngaji, yang berada di kampung sebelah.

Della ia sudah siap akan berangkat ketempat pengajiannya, namun dia ingin membawa bekel nasi agar ia bisa makan dengan teman-temannya dipengajian nanti, sebelum berangkat Dellapun bergegas pergi kedapur untuk mengambil nasi. Namun disaat Della sedang menyiduk nasi dari bakul, tiba-tiba Hesti datang dengan mimik wajah kesalnya.

"Kamu lagi ngapain Della? Kok nyiduk nasi bukannya kamu tadi sudah makan ha?!" Bentak Hesti sambil melotot dan meraih kantong plastik yang sudah diisi nasi oleh Della. "Aku mau berangkat ngaji bu, tapi aku mau bawa nasi sedikit mau makan bersama disana" ujar Della dengan lirih dan wajah ketakutan

"Hey Della! Kamu itu mau ngaji apa mau makan ha! Ngaji kok bawa nasi, sudah sana pergi jangan banyak gaya kamu sudah tahu tidak punya beras malah mau bawa nasi segala" bentak Hesti penuh kekesalan terhadap Della, entah apa yang ada dibenak Hesti sehingga ia begitu membenci Della.

Dellapun tak bergeming dan ia mengurungkan niatnya untuk membawa nasi, padahal ia makan hanya satu kali sehari, tapi Hesti begitu perhitungan jika Della yang makan. Della pun berjalan keluar dengan perut kosongnya, hati seseorang itu akan sama merasakan sakit tidak tua atau muda, tapi dia akan selalu merasakan sakit yang sama dengan apa yang mereka alaminya seperti Della saat ini.

Dia selalu diperlukan tidak adil oleh ibu kandungnya sendiri, disepanjang waktunya dia selalu teringat akan semua perlakuan buruk ibunya, terkadang dia merasa tidak adil jika dirinya telah salah dilahirkan dari rahim yang tak seharusnya. Hati Della yang terlalu terluka membawa pengaruh buruk dengan kepribadiannya, dia menjadi anak yang pendiam dan suka dengan kesendirian tidak seperti anak-anak pada umumnya.

Della selalu beranggapan jika Tuhan itu tidak adil kepadanya, dia dilahirkan dari ibu yang salah Della tidak memiliki tempat untuk berlindung. Meskipun diusianya baru sembilan tahun tapi dia sudah berpikir dan bekerja keras layaknya orang dewasa, Della hanya berharap kapan ia akan dewasa agar dia bisa pergi sejauh mungkin dari kehidupan yang penuh dengan derita.

Dipagi hari Della sudah kembali dari tempat pengajiannya, dan seperti biasa sesampainya dirumah ia sudah disiapkan dengan dagangan lauk pauk yang sudah siap harus ia jualnya. Terkadang hati Della lelah jika melihat yang ada didepan matanya, tapi dia tidak memiliki pilihan lain selain menurut , jika ia pergi harus pergi kemana dia tidak memiliki tujuan selain patuh dengan keadaan hidupnya yang cukup menyiksa.

Dengan malas dan tak bersemangat Della pun segera menyimpan semua perlengkapan ngajinya, dan dia segera mengambil barang dagangannya. Hesti terus memperhatikan wajah Della, yang tidak seperti biasanya akan selalu menjawab jika disuruh. Tapi kali ini Della hanya diam dan menundukkan kepalanya, tanpa berkata sepatah katapun apa lagi menoleh kearah Hesti.

"Hey Della tunggu! Kenapa kamu dari tadi diam saja ha?!" Tanya Hesti penuh selidik bertanya kepada Della, Della hanya terdiam tak menjawab pertanyaan Hesti. "Della jawab kenapa kamu diam saja?!" Teriak Hesti membentak Della

"Iya aku jawab ibu, aku hanya sedang lelah untuk bicara, aku hanya takut kalau jualaku tidak habis terkadang aku suka bingung harus menjualnya kemana" Ujar Della dengan lirih dan tak berani menatap kearah ibunya, "owh begitu, sudah tidak perlu dipikirkan yang penting sekarang kamu pergi saja dulu jualan nanti juga pasti ada yang beli" Ucap Hesti tidak pernah mau tahu akan kegelisahan anaknya, yang dia pikirkan hanya uang dan uang.

Dellapun berlalu pergi tanpa mau menghiraukan akan celotohan Hesti yang tidak jelas, yang tak mau tau barang dagangannya habis atau tidaknya, dia maunya terima beres tanpa memikirkan betapa lelahnya Della setiap hari berkeliling kampung.

"Lauk .. lauk ..!!

Disepanjang jalan Della terus berteriak menawarkan dagangannya, dengan tubuh kurusnya menggendong keranjang yang berisikan dagangan yang cukup banyak, awalnya Della tidak bersemangat namun saat dia ingat jika ini adalah hari Sabtu ada film India favoritnya. Dengan sekejap Dellapun sudah kembali bersemangat, untuk menjual semua barang dagangannya. Sekitar pukul sembilan pagi barang dagangan Della pun telah habis terjual, hati Della sangat senang karena dia masih punya waktu untuk menonton film kesukaannya iya itu film India.

Dengan tergopoh-gopoh Della pun berlari sambil menggendong tempat jualannya yang sudah kosong, sesampainya dirumah pemilik tv ternyata disana sudah ramai oleh orang-orang sesama anak-anak juga yang sedang asyik menonton film India. Della yang tak mengenakan sandal dia hanya nonton dari luar rumah pemilik tv, karena kakinya kotor dan tidak di perbolehkan masuk sama pemilik rumah, sedangkan yang lainnya berada didalam rumah semua karena anak-anak itu masih sanak saudara pemilik tv.

Della yang sedang asyik-asyiknya menonton tv, tiba-tiba pintu rumah itu ditutup oleh pemiliknya, hati Della begitu ngenes dia diusir secara tidak langsung dia diolok-olok oleh para anak-anak lainnya yang berada didalam rumah pemilik tv itu. Mau tidak mau Dellapun kembali pulang dengan perasaan yang dipenuhi rasa kesedihan, karena dia tidak diperbolehkan menonton tv.

Sesampainya dirumah Dellapun memberikan uang hasil jualannya kepada Hesti "sudah sana cepat makan, habis itu ngarit jangan lupa hari sudah siang ini cepat" Teriak Hesti sambil berlalu pergi kedalam kamarnya menyimpan uang hasil jualannya.

Gumrangg.!!

"Apa itu!" gumam Hesti sambil memburu kearah kandang kambingnya "terus saja nyuruh bu kalau aku belum mati mah, aku juga bukan robot yang terus-menerus bisa ibu suruh dengan sesuka hati ibu, ibu tidak pernah mau tau capeknya aku seperti apa" ujar Della sambil berlalu pergi lagi dengan membawa karung dan arti.

Hesti seketika terdiam mendengar jawaban menohok dari Della, dia tidak menyangka jika Della akan berani melawannya. Hesti terus menatap kepergian Della dengan membawa karung dan arti, entah apa yang dirasakan oleh Hesti sehingga ia tidak merasa iba sedikitpun terhadap anak kandungnya sendiri.

Della dengan rasa emosinya dia mengarit rumput dipinggiran sawah, hanya dengan hitungan menit dia sudah berhasil mendapatkan rumput satu karung. Setelah selesai ngarit rumput Della bergegas membawa rumput itu keatas kebun, dimana makam ayahnya berada.

Sesampainya dimakam ayahnya Della meletakkan karung rumputnya, dan ia berjalan dengan lunglai mendekati pusaran ayahnya, Della menjatuhkan tubuhnya disamping makam ayahnya.

"Bapak, kapan aku dewasa? Rasanya aku sudah lelah menjadi anak kecil terus, setiap hari harus bekerja keras sedangkan ibu dan ayah tiriku enak-enakan bisa tidur siang bisa makan enak, tapi tidak denganku pak aku capek pak dan aku juga malu sering ditertawakan orang pak" Gumam Della berbicara sendiri, sambil menitikkan airmatanya ia kembali menagis sesegukan.

Della yang kelelahan tanpa disadari dia tertidur dengan sendirinya diatas makam ayahnya, hingga malampun dan semakin larut namun Della masih belum terbangun dari tidurnya. Anehnya Della tidak pernah takut dengan mahluk mahluk gaib, yang ditakuti oleh para warga sekitar yang dipercaya jika dikampung tersebut masih sangat angker dengan mahluk mahluk gaib.

Hesti, dengan tergopoh-gopoh dia berlari kerumah adiknya Maryam yang berada diatas. "Maryam! Maryam buka pintunya ini aku" teriak Hesti sambil membawa senter

Tidak lama kemudian Maryampun keluar dari dalam rumah panggungnya, "ada apa teh malam-malam begini?" Tanya Maryam kepada Hesti yang terlihat panik

"Maryam mang Iip mana? Tolong bantuin cari Della dari tadi siang dia belum pulang" ujar Hesti kepanikan

"Apa Della belum pulang? Memangnya dia kemana?" Tanya Ambu Eneh yang mendengar pembicaraan Hesti dan Maryam, "aku tidak tau Ambu, tadi siang pamitnya mu pergi cari rumput tapi sampai sekarang belum juga kembali Ambu." Ucap Hesti

"Iyasudah sekarang suruh bapaknya si Deni susul si Dayat dan si Janji, Maryam ikut Ambu sama Abah beritahukan warga, dan kamu Hesti kembali saja pulang jagain kedua anak-anakmu biar Abah sama yang lainnya mencari Della" Ucap Abah Nata kepada Hesti

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!