NovelToon NovelToon

HANTU ASRAMA

BAB. 1

“ Ayah dan Ibu akan mengirim kalian ke sekolah asrama.”

Davina menatap kakak kembarnya, Danisa, dengan wajah datar. Kakaknya membalas tatapan tidak kalah datar. Seakan, mereka sudah mengetahui soal sekolah asrama itu begitu lulus sekolah menengah pertama.

“ Kalian tidak keberatan, kan? Kami hanya ingin kalian mencoba hidup mandiri di asrama.”

Davina mengangkat bahu dan mengedikkan dagunya ke arah kakak kembarnya.

“ Kalau Kakak tidak keberatan, aku akan pergi bersamanya,” jawabnya, masih ekspresi datar.

Danisa menganggukkan kepala, menyetujui apa yang dikatakan oleh adik kembarnya. Dia lalu memberi isyarat kepada adiknya untuk meninggalkan ruang keluarga, menuju kamar mereka di lantai dua.

Danisa menutup pintu kamarnya setelah Davina duduk di samping tempat tidurnya.

“ Kita tidak bisa menolak, Vina.”

Davina tersenyum sekilas mendengar perkataan kakaknya. Sepertinya, dia tahu kemana kakaknya akan membawa pembicaraan ini.

“Kamu masih ingat kejadian tahun lalu di loteng garasi? yang menyebabkan aku tidak bisa pulang kerumah karena Ayah dan ibu mengira aku berencana melukai abang Bara. Padahal aku cuma bilang Bang Bara akan celaka bila memasuki loteng di garasi lama kita.” Davina mengangkat kedua bahunya.

Si kembar yang punya kelebihan tanpa sepengetahuan kedua orang tuanya.

Danisa lalu duduk di samping meja belajar dan menatap keluar kamarnya. “ Tidak ada jalan lain. kita harus menerimanya kalau masih ingin sekolah. Setidaknya kita masih bisa pulang pada saat liburan.”

Davina terkekeh mendengar kalimat yang di ucapkan kakak kembarnya. “ Kamu serius dengan ucapanmu barusan, Kak? Kamu bahkan tidak pernah berbicara dengan Ayah dan Ibu semenjak kejadian itu. Kamu hanya bicara dengan mereka kalau mereka bertanya pendapatmu.” Danisa memberengut dan melemparkan buku Matematika di dekatnya ke arah sang Adik.

“ Kamu harus belajar caranya menghormati kakakmu, Vina!” Sekali lagi Davina terkekeh.

*****

Sepasang anak kembar sedang berdiri di depan gedung sekolah tua, sambil memegangi koper masing-masing.

“ Jadi sekarang apa, kak?” Salah satu dari anak kembar itu, menatap kakaknya dengan pandangan tidak mengerti. Sang kakak hanya membalas dengan gelengan pelan.

“ Apakah kita harus masuk ke gedung utama untuk mengetahui kamar kita ?” Davina menunjuk gedung sekolah yg ada di hadapannya.

“ Kupikir juga begitu. Ayo!” ucap Danisa.

Danisa melangkah terlebih dahulu, sambil menyeret kopernya. Jarak yg ditempuh dari gerbang sekolah menuju ke gedung utama cukup jauh karena halaman sekolah yang besar dan luas. Di depan gedung utama terdapat sebuah lapangan sepak bola, bersisian dengan lapangan basket. Keduanya, berbatasan langsung dengan taman depan sekolah yang terlihat rindang. Bukankah sekolah ini terlihat benar- benar luas?

Davina menghentikan langkahnya tepat di samping Danisa ketika kakaknya berhenti di depan sebuah papan yang di kerubungi banyak orang. Tidak salah lagi pastilah papan pengumuman kamar asrama dan kelas-kelas yang akan ditempati para murid baru.

“ Biar, aku saja yg melihatnya, kak. Kamu tunggu di belakang saja,” Davina menggeser tubuh kakaknya, saat menyadari dia enggan untuk berdesakan dengan murud-murid lain.

Danisa menganggukkan kepala seraya menarik kopernya dan koper adiknya, kemudian berjalan ke belakang kerumunan. Davina menjinjitkan kakinya untuk melihat namanya dan nama kakaknya di papan pengumuman. Untung saja, yang sedang berkerumun adalah murid-murid perempuan yang bertubuh mungil, memudahkan Davina membaca pengumuman.

Terima kasih sudah berkenan membaca. Jangan lupa tinggalkan jejak kalian dengan cara; like, vote dan komen ya guys. Sehat dan bahagia sll Readersku sayang.🙏🥰🫶🌹

Bersambung

BAB. 2

“ Kamar nomor empat belas di lantai dua..”

Ekor mata Davina menatap gadis berambut hitam lurus sebahu yang berdiri tidak jauh darinya, Davina tertarik melirik gadis itu karena namanya dan nama kakaknya berada dalam satu daftar kamar dengan gadis itu. Seulas senyuman mengembang di bibir Davina ketika mendapati gadis itu juga sedang menatap ke arahnya

“ Kenapa aku harus sekamar denganmu, seakan selama ini kita tidak pernah berada dalam satu kamar?” Danisa menggerutu pelan sambil menyeret kopernya.

Davina mengedikkan bahu tidak peduli. “ Bukankah itu malah lebih bagus, kak? Aku bisa mengajarimu cara berteman dengan baik agar kamu tidak dijahui lagi,” jawabnya singkat dan santai. Tanpa menyadari, bahwa Danisa justru menatap tajam ke arahnya.

Langkah mereka terhenti di depan pintu kamar yg akan mereka tempati. Keduanya saling melempar pandang. Davina memutuskan mengetuk pintu kamar karena tahu kakaknya sangat malas berurusan dengan orang baru.

Kreeek…Seorang gadis berambut hitam sebahu dengan poni menutupi kening membukakan pintu. Gadis itu menatap datar kearah Davina yang sedang tersenyum lebar. Bahkan, kedataran ekspresinya dapat mengalahkan kedataran ekspresi Danisa kakaknya.

“ Danisa dan Davina?” Gadis itu bertanya dingin. Davina menggaruk lehernya yang tidak gatal setelah dihadiahi tatapan seperti es dan ekspresi datar gadis di depannya.

“ Ya, Danisa dan Davina.” Suara malas-malasan Danisa menjawab pertanyaan gadis berponi di hadapannya itu.

“ Masuklah.” Davina terpaku di ambang pintu, setelah kakaknya menyerobot masuk. Dia mulai berpikir, bahwa kehidupan SMA nya tidak akan menyenangkan kalau sekamar dengan orang-orang yang kelewat datar.

Kamar ini milik empat orang siswa sehingga kemungkinan Danisa berbicara akan semakin tipis.

“ Hei, kamu yang disana! Cepatlah masuk!” Davina tersenyum sekilas lalu melangkahkan kakinya memasuki kamar“ Bukankah kamu yang tadi menatapku di depan papan pengumuman ?”

Seorang gadis tersenyum riang kearah Davina yang sedang terpaku canggung menatap kakak dan teman barunya.

“ Perkenalkan namaku Amanda. Siapa namamu? tanya Amanda sambil mengulurkan tangan.

“ Danisa dan Davina.” Jawab Davina seraya membalas uluran tangan itu dengan senang hati. Kali ini, dia tidak perlu lagi memikirkan ketidak bahagiaannya di sekolah karena sekamar dengan dua orang yang memiliki wajah yang dingin.

“ Jadi, yang disana itu Danisa. Kami kembar tidak identik, seharusnya tidak perlu bingung,” Davina menjawab sambil menunjuk kearah kakaknya yang sedang membongkar koper.

Amanda menganggukkan kepala. Dia menunjuk kearah gadis lain yang kini duduk di dekat jendela sambil membaca sebuah buku.

“ Dan, itu Retno dia berasal dari Bandung.” ucapnya.

Davina menganggukkan kepala. Seraya berkata.

“ Retno, kamu bisa menjadi satu-satunya orang yang kakakku sukai, selain kembarannya,” Davina kembali tersenyum lebar, menggoda Retno.

“ Dan, kamu satu-satunya orang yang ingin kutendang.” ujar Retno dingin.

Davina langsung mengatupkan mulutnya ketika mendengar jawaban dari Retno, sementara Amanda dan Danisa memutar bola mata. Tak lama kemudian, kebungkaman Davina berubah menjadi tawa keras.

Davina memiringkan kepalanya dan menatap dingin kearah Retno.

“ Kurasa ditendang masih lebih baik dibandingkan ditinju. Aku suka jalan pikiranmu.” Retno terdiam ketika mendengar kalimat bodoh yg diucapkan Davina

Tatapan matanya sama sekali tidak berubah sekalipun Davina menunjukkan tatapan dingin yg sama. Dingin dan tajam. Kalimat yang dikatakan Davina seperti tidak memiliki daya tarik apa pun, padahal Amanda udah terkikik keras menanggapinya.

“ Perubahan ekspresimu bagus sekali. Sangat drastis. Mungkin, kamu bisa menjadi pemeran layar lebar terbaik di jakarta. Tapi, kamu seperti happy virus,” katanya tajam sambil mengalihkan pandangannya secara sepihak.

Satu kalimat tajam kembali meluncur dari bibir Retno. Dan kali ini, Davina sempurna terdiam ketika mendengarnya. Happy virus. Kalimat yang, bahkan tidak pernah disangkanya akan dilabelkan kepada dirinya.

Jangan lupa dukung author dengan cara; like, vote dan komen ya guys. Terima kasih.🙏🥰🫶🌹🌹

Bersambung

BAB. 3

Davina sempurna menggerutu kesal saat seorang kakak kelas menginjak sepatunya saat mengantre makan siang di kantin. Gadis yg dalam waktu singkat memiliki banyak teman itu tampak tidak terima karena sepatu barunya dikotori begitu saja. Padahal, kakak kelas itu sudah meminta maaf kepadanya dan Danisa juga sudah mencoba untuk meredakan amarah adiknya.

“ Hei, Adik kelas, itu tempat kami! Sebaiknya, kamu menyingkir!”

Davina menghentikan gerutuan kesalnya dan menoleh ke arah bangku yg ada di pojok sebelah kanan. Dia tersedak air mineral, ketika melihat bangku yang ditempati si Dingin Retno tengah dikelilingi oleh beberapa kakak kelas laki-laki.

“ Mereka mengganggu Retno.” Suara kecil Amanda membuat Davina terpaksa membuyarkan pandangannya dari bangku Retno.

Davina menganggukkan kepalanya dan berusaha untuk tidak memedulikan teman sekamarnya itu. Davina menulikan telinganya dengan mengajak Danisa dan Amanda berbicara tentang pelajaran pertama mereka tadi.

“ Kamu sangat tidak sopan! Aku sedang berbicara kepadamu dan kamu sama sekali tidak menghiraukanku?! Apakah kamu tuli, Adik kelas?!”

Bentakan keras itu sempurna membuat Davina meletakkan kembali makanannya. Baiklah, sekarang dia sama sekali tidak memiliki nafsu untuk melahap makanannya. Dia geram melihat kakak kelasnya menarik kerah rompi yang dikenakan Retno.

Davina bangkit dan berjalan penuh rasa kesal ke arah bangku Ratna.

“Apa yg sedang kakak lakukan kepada temanku? tanyanya.

Tidak bisakah kakak mencari tempat yg lain untuk makan? Kantin ini memiliki banyak bangku kosong dan tidak menjadi hak paten siapa pun!” Teriak Davina sambil melepaskan cengkeraman kakak kelas itu dari kerah rompi Retno.

Dia kini malah berganti menatap Davina dengan tajam, seakan bersiap meninju wajah adik kelasnya itu.

“ Ahhhh !”

Davina terkejut ketika tangan besar kakak kelas tadi beralih menarik rompi bajunya, membuat tubuh kecil Davina terseret beberapa sentimeter kedepan. Gadis itu mengaduh kesakitan saat tangannya tidak sengaja terantuk meja.

“ Jangan coba-coba menyentuh adikku kalau kamu tidak ingin semua rahasia masa lalumu kusebarkan ke seluruh penjuru sekolah!” Danisa tiba-tiba muncul lalu melepaskan cengkeraman tangan besar itu dari rompi adiknya.

Laki- laki yang ada di depan si kembar tertawa mengejek ketika mendengar ancaman Danisa.

“ Jangan sekali-kali kamu mentertawakan kakakku!” Sergah Davina. Sedetik kemudian hantaman keras mendarat di rahang laki-laki itu dengan mulus.

Kamu bisa menebaknya? Ya, Davina lah yg nekat untuk meninjunya, membuat semua orang yang berada di kantin menatapnya takut-takut. Namun, siapa peduli? Kakak kelas menyebalkan itu sudah menganggu teman sekamarnya dan mentertawakan kakak kembarnya di depan umum.

Laki- laki itu tidak terjatuh meski menerima pukulan Davina. Dia hanya selangkah mundur sambil memegangi rahangnya yg berdenyut.

Davina dan Danisa adalah mantan atlet karate dan anggar saat masih SMP. Jadi, tidak heran mereka berani membela diri.

Davina menarik tangan Danisa dan Retno, tidak memedulikan sama sekali makan siang Retno yang tertinggal di meja. Namun, beberapa langkah kemudian, Davina berbalik badan dan menyeringai.

“ Kamu satu-satunya orang yang membuatku tertarik untuk meninju.” ucap Davina pada kakak kelasnya.

“ Kamu menggali kuburanmu sendiri. Harusnya, kamu tidak mencari masalah pada hari pertamamu bersekolah. Kamu tidak akan bisa lolos semudah yang kamu bayangkan,” Davina terdiam ketika suara dingin Retno menyadarkannya dari kejadian yg terjadi di kantin.

Menggali kuburannya sendiri….?

Retno benar tentang itu. Davina baru menggali kuburannya sendiri. Tapi, tunggu dulu! Dia melakukannya tanpa alasan. Dia melakukannya karena kakak kelasnya mengganggu Retno, Davina mencuri pandang kearah Danisa, berharap kakaknya akan mengeluarkan suara untuk membela dirinya. Tapi, nyatanya tidak.

Danisa justru ikut menatap tajam dan dingin ke arah Davina.

“ Aku hanya berusaha menolongmu. Hanya itu. Aku tidak memiliki maksud untuk itu.” Davina membuka suara untuk membela dirinya.

Jangan lupa dukung author dengan cara; like, vote dan komen ya guys. Terima kasih.🙏🥰🫶🌹🌹

Bersambung

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!