NovelToon NovelToon

Gadis Tomboy Vs Tuan Impoten

pemeriksaan

Seorang laki-laki bertubuh tegap nan gagah, tampan dan juga berwajah dingin tengah melakukan serangkaian pemeriksaan di sebuah rumah sakit terkenal, ia di dampingi oleh asisten setianya yang selalu ikut bersamanya kemanapun ia pergi. Lelaki tersebut bernama Edgar Giomani Cristian. Seorang pewaris dari keluarga Giomani, ia meneruskan usaha kakeknya yang sudah menghancurkan keluarganya sampai ia terpisah dari saudara kembarnya dan ditinggal pergi untuk selama-lamanya oleh sang ibunda tercinta yang sama sekali belum pernah bertemu dengannya. Siapa sangka, dibalik sikap dingin dan juga tegasnya tersimpan rahasia besar yang ia sembunyikan dari semua orang kecuali asiten pribadi dan juga teman yang sudah ia anggap saudara sendiri yaitu Rasya, anak kedua dari Wiguna pengusaha nomor satu di negara I.

"Apapun hasilnya loe harus tetap tenang boss." ucap Leo.

"hemm." ucap Edgar.

Seorang dokter keluar membawa selembar kertas yang berisikan hasil pemeriksaan Edgar, dengan berat hati ia menyerahkan hasilnya pada Edgar untuk dibacanya. Edgar mengambil kertas yang di sodorkan oleh dokter Andrologi bernama Gilang, dengan ragu Edgar membuka kertas tersebut dan membaca hasilnya.

"Aku impoten?" tanya Edgar memastikan.

"Iya, dari semua pemeriksaan yang dilakukan tuan dinyatakan impoten. Impoten bisa saja terjadi karena kombinasi fisik dan psikologis pria seperti.

* cedera pada ******** pria.

*Kolesterol tinggi.

*Obesitas.

*Penyakit jantung.

*Syndrom metabolisme.

*Merokok dan minum-minuman beralkohol.

*Penyalahgunaan obat-obat terlarang (narkotika).

*Gangguan tidur.

*Cedera tulang belakang.

Point-point yang tadi saya sebutkan itu adalah fokter penyebab masalah kesehatan fisik, ada juga kondisi emosi yang tidak stabil yang menyebabkan impoten. Masalah psikologis ini biasanya di sebabkan.

*Stress.

*Depresi.

*Kecemasan.

*Kelainan mental.

*Hubungan dalam asmara.

Disfungsi ereksi atau disebut impoten dapat disembuhkan dengan melakukan berbagai penanganan, mulai dari obat-obatatan,penanganan psikologis, juga terapi testosteron. Selain itu tuan juga harus menjaga pola makan, pola tidur dan berolahraga." jelas dokter Gilang.

Edgar mendengarkan penjelasan dokter dengan seksama, semua faktor yang disebutkan oleh dokter Gilang memang ada sebagian yang memang dialami oleh Edgar.

"Aku memang perokok, sering mabuk-mabukkan, jam tidurku berantakan dan yang terakhir aku sering ditekan oleh kakekku dan juga ibu tiriku sehingga dari kecil sampai beranjak dewasa aku sering stress." ucap Edgar.

"Untuk saat ini saya sarankan tuan menghentikan aktifitas merokok, minum-minuman beralkohol, atur pola tidur usahakan tidak begadang dan yang terakhir jangan sampai pikiran kita stress karena itu yang paling berpengaruh." ucap dokter Gilang.

"Dokter aku pernah baca artiker tentang impoten, disana tertulis kalau mas******i juga bisa menyebabkan impoten?" tanya Leo.

"iya betul sekali, jika dilakukan secara sering hal tersebut bisa membuat seorang pria impoten." jawab dokter Gilang.

Edgar dan Leo lanjut membicarakan penyakit yang di derita Edgar, setelah dirasa semuanya cukup Edgar pun diresepkan obat oleh dokter Gilang, keduanya pulang menuju apartemen milik Edgar.

Di dalam mobil.

Edgar terus saja diam tanpa bicara sepatah kata pun, dia menatap jalanan yang ramai kendaran mobil berlalu lalang serta banyaknya gedung pencakar langit berjejer di sepanjang jalan.

"Udah bos jangan di pikirin terus, ingat apa kata dokter kalau boss gak boleh banyak pikiran apalagi sampai stress." ucap Leo.

"Bagaimana aku tidak kepikiran Leo? Aku takut kalau penyakitku ini tidak bisa di sembuhkan, aku ingin memiliki keluarga seperti adikku Satria dan Albert yang kini mereka memiliki pasangan, Albert kini dikaruniai seorang anak yang lucu, rumah mereka di penuhi canda tawa dan riuhnya suara anak kecil yang berlarian kesana kemari." ucap Edgar dengan suata bergetar.

"Kesana kemari membawa alamat jreng..jreng..tapi yang ku temui bukan dirinya, saaa..yang..mungkin diriku sudah tertipu, membuat aku frustasi di buatnya.." Leo malah bernyanyi menanggapi ucapan Edgar.

Dugh.

Edgar memukul bahu Leo dengan cukup keras, suaranya sudah bergetar menahan tangisnya bahkan bicaranya pun sudah sangat melow, tetapi assisten kurang asemnya malah bernyanyi.

"Gue udah serius guoobblookss." kesal Edgar.

"Gak usah mikirin hidup, yang penuh tanda tanya, jalanin aja asyikin aja ikutilah alurnya, disaat kau sudah mulai lelah.. Bermimpilah syalalallala." bukannya menjawab ucapan Edgar Leo malah kembali bernyanyi.

Pukk..Pukk..Pukk.

Edgar kembali menimpuk punggung Leo menggunakan buku majalah yang ada didepannya, Leo tertawa keras melihat Edgar yang kesal padanya.

"Hahahaha.." tawa Leo pecah seketika.

"Ketawa loe! Gue lagi sedih juga." sewot Edgar.

"Gak pantes muka loe boss kalau sedih, menurut gue nih ya bikin have fun aja. Loe gak inget apa gimana perjuangan loe sampai saat ini kek gimana? sekarang nikmati hidup loe yang sudah mulai teratur boss, sekarang loe bisa kumpul sama saudara kandung loe setelah puluhan tahun lamanya pisah, pikirin juga ibu Nadia kalau tahu loe sedih kayak gini, di alam sana pasti dia juga sedih ngeliat loe yang kek gini lagian dokter juga udah bilang kalau loe masih bisa sembuh kok." ucap Leo panjang lebar.

"Iya juga ya." ucap Edgar.

"Makanya kalau punya otak tuh di riset biar gak blank mulu." cibir Leo.

"Berisik loe, semenjak kakek tua itu udah gak ada loe makin berani aja sama gue Le?" tanya Edgar.

"Yakali gue terus-terusan pura-pura hormat sama loe, kita kan temenan udah lama juga ngapain harus terus formal, formalitas kita sebagai atasan sama boss itu berlaku cuman di depan kakek tua doang, sedangkan dia kan udah kagak ada sekarang mah." jawab Leo.

"Serah loe deh, mending gue telpon Rasya biar kita ngumpul di apart rame-rame." ucap Edgar.

"Telat, orang dia udah nyampe di apart." ucap Leo.

"Loe tadi udsh telpon dia?" tanya Edgar.

Leo menganggukkan kepalanya sebagai jawaban, dia menambah kecepatan mobilnya menuju apartemen Edgar. Sesampainya di larkiran Edgar langsung keluar dari dalam mobil disusul oleh Leo, mereka berdua selalu saja menjadi pusat perhatian penghuni apartemen lain karena ketampanannya apalagi para wanita.

Triingg..

Edgar keluar dari dalam lift bersama Leo yang terus melirik wanita yang berlalu lalang, Edgar menggelengkan kepalanya melihat kelakuan Leo yang ingin belajar menjadi buaya dadakan.

"Ck, ngapain sih liatin cewek mulu? Bukannya udah banyak yang ngantri buat jadi bini loe?" heran Edgar.

"Haiissh, kan masih tahap seleksi boss. Gue gak mau ada bau-bau kegagalan dalam berumah tangga nantinya, gue pengen kayak si madam pernikahannya harmonis terus." ucap Leo.

"Gue juga pengen kayak si madam, tapi takdir berkata lain Le." ucap Edgar sedih.

"Yaelah, dibilangin jangan sedih selama masih bisa diobatin." ucap Leo.

"Hemm." ucap Edgar berdehem.

Edgar menekan pasword apartemennya, saat pintu mulai terbuka dia masuk kedalam dan dilihatnya seorang pria sedang tidur telungkup diatas sofa dengan rambut yang acak-acakan.

Sreeett.. Pukk..

Leo mengambil bantal kemudian melemparnya kearah Rasya, lemparannya tepat mengenai kepala Rasya sampai si empu terbangun.

Euunngghhhh.

"Hooaam, kalian udah sampe?" tanya Rasya dengan suara seraknya.

"Kenapa penampilan loe kayak dakocan gini Sya?" tanya Edgar.

"Biasa lah, ini ulah dua bocah si madam." jawab Rasya.

"Udah gak aneh sih." ucap Leo.

"Eh, gimana hasilnya Ed?" tanya Rasya kepo.

"Seperti yang udah gue duga, gue impoten Sya." jawab Edgar lesu.

"Sabar ya Ed, gue yakin loe pasti bisa lewatin semuanya. Ikuti semua yang disarankan oleh dokter, ubah gaya hidup loe jadi lebih sehat lagi. Emm, btw loe udah kasih tahu bokap loe belum? Si Satria juga?" ucap Rasya.

"Belum Sya, biarin aja ini jadi rahasia kita bertiga. Gue gak mau lihat bokap kecewa, kalo buat Satria biarin dia fokus sama rumah tangganya apalagi sekarang dia juga udah mau punya anak, kasihan kalau nantinya dia kepikiran sama gue dan ganggu konsennya sebagai kepala rumah tangga."jawab Edgar.

"Yaudah, loe jangan sedih kita pasti nemenin loe kok." ucap Rasya menepuk pundak Edgar.

"Thank ya." ucap Edgar.

Untuk menghibur Edgar agar tidak berlarut dalam kesedihan Rasya mengajak Edgar bermain tebak-tebakan bersama Leo, Rasya tak pernah gagal untuk menghibur Edgar, hasilnya Edgar kembali ceria bersama dua orang yang selalu menemaninya.

Ketimpuk

Praaanggg..

Seorang gadis menutup telinga sang adik lelakinya dikamar, mereka berdua saling berpelukan mendengar sebuah barang yang dilemparkan dan berbunyi dengan begitu nyaringnya. Air mata keduanya pun lolos begitu saja, sudah hampir setiap hari mereka mendengar keributan yang berasal dari kedua orangtuanya.

"Kamu tutup telinga kamu, jangan dengarkan mereka." ucap sang gadis.

"Iya kak, hiks." jawab sang adik sambil menangis.

Seorang perempuan sedang menangis sesenggukan dihadapan suaminya, wajahnya sudah lebam dan juga sudut bibirnya mengeluarkan darah akibat ulah suaminya. Setiap harinya suaminya menghabiskan uang hasil jerih payahnya hanya untuk bermabuk-mabukkan, Naraya sudah tak sanggup lagi hidup bersama suaminya yang bernama Geril, Naraya seringkali di siksa dan di tampar oleh suaminya sendiri jika ia tak memberikan uangnya.

"GUE BILANG SINIIN UANGNYA!" teriak Geril.

"Gak ada mas, aku udah bilang berapa kali sama kamu! Uangnya udah kamu bayarin buat sekolahnya Nathan." tegas Naraya.

PLAK..

Naraya ditampar oleh Geril sampai ia terjatuh, Geril yang dalam kondisi mabuk semakin tak bisa mengontrol emosinya ketika kemauannya tak di turuti oleh istrinya.

"Pukul terus mas pukul!! Aku udah capek hidup sama kamu, aku pengen kita CERAI!" teriak Naraya.

"Oke! Besok gue langsung urus semuanya! Lebih baik gue cari istri yang bisa gue andelin, gak kayak loe yang bego!" sentak Geril.

Zalea syok mendengarnya, dia langsung keluar dari dalam kamarnya menghampiri ibunya yang sudah tak berdaya. Dia menatap nyalang kearah sang ayah, Geril meligat Zalea seakan tertarik melihat tubuhnya yang agak berisi.

"Lea, kalo kamu bapak jual kayaknya bakal laku keras." ucap Geril sambil memainkan dagunya.

"Brengsek!" umpat Zelea.

Naraya langsung memeluk puterinya, ia tak rela jika Geriel sampai nekad menjual puterinya sendiri. Zalea melepaskan pelukan ibunya yang terus menggeleng-gelengkan kepalanya, dia mengepalkan tangannya kemudian berdiri dihadapan sanga ayah drngan tatapannya yang tajam.

PLAK!!

"Bapak pikir aku akan diam saja, setelah apa yang bapak lakukan selama ini?!" amuk Zalea.

"Anak kurang ajar!" geram Geril.

Geril melayangkan tanganmya kearah Zalea, Naraya langsung menutup matanya takut. Zalea menahan tangan sanga ayah lalu memelintirnya dengan kuat, tak hanya itu. Naraya juga menghajar ayahnya dengan membabi buta, emosinya seakan tersulut naik sampai ke puncak kepalanya.

"Nak sudah nak, sudah." ucap Naraya menghentikan Zalea.

Zalea sudah muak dengan tingkah ayahnya, dia tidak tahan lagi melihat ibunya yang setiap hari disiksa dan juga diperas uangnya.

"Jangan menampakkan wajahmu dihadapan kami lagi! Urus segera perceraian kalian, aku tidak mau melihat ibuku lebih sengsara lagi di tangan lelaki brengsek sepertimu." tekan Zalea.

Zalea adalah seorang anak gadis berusia 18 tahun yang baru saja lulus dari bangku sekolah, dia sudah menahan semua amarah, kecewa, benci menjadi satu kepada ayahnya sendiri karena selama ia duduk di bangku sekolah dasar ayahnya selalu saja menyusahkan ibunya, bahkan tak segan-segan main tangan. Diluaran sana Zalea seringkali melihat ayahnya pergi bersama seorang wanita, bermabuk-mabukan, bahkan ia pernah memergoki ayahnya bercinta dengan wanita lain selain ibunya di rumah tetangganya, sekarang ia sudah bisa bekerja menghidupi ibu dan adiknya walaupun pekerjaannya tidaklah begitu besar gajinya namun cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

"Ayo bu, biarkan saja si brengsek ini pingsan disini." hcap Zalea menarik tangan ibunya untuk bangkit.

Naraya menuruti ucapan Zalea, dia bangkit dari duduknya kemudian berjalan masuk kedalam kamar Zalea dimana Nathan sedang berjongkok memeluk kakinya ketakutan.

"Nathan." panggil Naraya.

"Ibu." ucap Nathan menengadahkan kepalanya melihat kearah sang ibu.

Naraya pun merentangkan tangannya kearah Nathan, dia memeluk anak lakinya yang menangis sesenggukkan didalam dekapannya. Ketiganya berpelukan sampai akhirnya mereka tidur diatas kasur yang sempit dengan berdempetan, Zalea tak bisa memejamkan matanya, dia memutuskan untuk turun dan menatap kearah luar dari jendela kamarnya.

"Ya Allah, apakah kami tidak berhak bahagia? Kenapa engkau kirimkan seorang lelaki yang seharusnya menjadi pemimpin dikeluarga ini malah menjadi seorang iblis bertubuh manusia, pria mana lagi yang harus ku percaya? jangankan ayahku, kekasihku saja yang ku anggap sebagai rumah mengkhianatiku." gumam Zalea.

Tes..

Air mata lolos begitu saja dari mata Zalea, saat masih duduk di bangku sekolah menengah atas Zelea memiliki seorang kekasih bernama Zafier. Mereka berpacaran selama dua tahun lamanya, tetapi Zafier lebih memilih wanita lain dibandingkan dirinya dengan alasan penampilan Zalea yang tomboy dan juga kasar.

'gue ingin kita akhiri hubungan ini, gue lebih nyaman bersama Alina. Dia lebih perhatian, lembut, dan anggun. Lihatlah penampilan loe? Tomboy, suka berantem, kasar dan gak ada lembut-lembutnya. Sadar gak sih kalau loe itu gak selevel sama gue, nyesel gue udah pacaran sama loe yang ternyata anak dari tukang mabuk dan tukang cuci'

Kata-kata yang akan selalu diingat oleh Zalea dari mantan kekasihnya, selama 2 tahun ia selalu menjadikan Zafier sebagai sandarannya, namun ternyata diam-diam Alina selaku sahabatnya sendiri menikung dari belakang. Sampai saat ini Zalea membenci manusia yang bernama laki-laki, ia bahkan menutup rapat hatinya untuk pria manapun karena sudah cukup baginya semua rasa sakit yang diterimanya.

Pagi harinya.

Zalea memutuskan untuk membawa ibu dan adiknya pergi dari rumahnya, ia sudah menyiapkan sebuah rumah kontrakan yang cukup untuk ditinggali bertiga.

"Bu, ayo kita segera pergi dari sini sebelum dia bangun."ucap Zalea.

Naraya menganggukkan kepalanya sebagai jawaban, dia mengemas semua barang miliknya dan juga Nathan. Zalea membantu ibunya berkemas, selesai berkemas semuanya lantas pergi dari rumah berjalan kaki ke jalan raya mencari angkutan umum.

Beberapa menit kemudian.

Zalea serta ibu dan adiknya sudah sampai dikontrakan, karena harus pergi bekerja Zalea memutuskan untuk mengganti pakaiannya dan bersiap-siap pergi ke restoran tempat dimana ia bekerja.

"Bu Zalea harus kerja, maaf gak bisa bantuin ibu beres-beres." ucap Zalea.

"Pergilah nak, maaf ibu sudah menyusahkanmu." ucap Naraya.

"Tidak apa-apa bu, sudah tugas Zalea sebagai anak membantu ibu keluar dari kandang harimau itu." ucap Zalea.

Zale pun menyalimi tangan ibunya, dia pergi mengambil tas selempangnya keluar dari kontrakan. Zalea menyusuri jalanan mencari angkutan umum, dari daerah kontrakannya menuju restoran lumayan jauh dan kendaraan pun lumayan susah untuk di dapatkan.

"Duh, ini angkot mana lagi gak ada yang pada nongol." ucap Zalea celingukan mencari angkot.

Dengan terpaksa Zalea berjalan kaki sambil menunggu angkutan umum lewat, dia menendang-nendang kakinya berjalan dengan lesu, rasanya dunia terasa suram terlihat dari dalam pandangannya.

Seorang pria tengah menendang-nendang ban mobilnya yang tiba-tiba pecah, dia terus menggerutu dan mengumpat seraya menelpon seseorang dari sebrang. Zalea tak sengaja menendang botol kaleng minuman sampai melayang, dia tidak melihat kemana terbangnya botol yang ia tendang sampai ia sadar ada suara seseorang yang meringis kesakitan.

Wuiiinggg..

Pletak.

"Anjir, gguuuoobbblokksss, setan, monyet, A**, keong racun,keong darat, siapa nih yang nimpuk gue?!" ucapnya emosi.

"Waduh," ucap Zalea terkejut.

Mengelabui Edgar

Zalea menyingsingkan lengan bajunya, ia memasang kuda-kuda kemudian berlari dengan cepat. Orang yang terkena tendangan kalengnya pun menatap kearah Zea yang lari terbirit-birit, seseorang itu adalah Edgar yang sedang berdiri disamping mobilnya yang tiba-tiba pecah ban.

"Woy, jangan kabur loe!" teriak Edgar.

Dengan langkahnya yang panjang Edgar mengejar Zalea, entahlah hari ini hari apa, Edgar sungguh merasa sial karena ia harus berangkat ke kantor ada rapat penting, namun mobilnya pecah ban. Leo sangat susah untuk dihubungi, akhirnya Edgar pun menelpon Rasya meminta bantuannya, tak sampai disitu Edgar tertimpuk kaleng bekas ulah orang yang tidak dikenalinya.

"Anjir mampus! Mana tuh orang muka nya galak bener." ucap Zalea panik.

Edgar semakin menambah kecepatan larinya, Zalea hpir tersusul oleh Edgar dan akhirnya...

Sreeet.

Edgar menarik kerah baju belakang Zalea, Zalea berontak namun Edgar sama sekali tidak memperdulikannya.

"Mau lari kemana lagi hah? Dasar kelinci nakal." sewot Edgar.

"Lepasin om," ucap Zalea.

"Om?!" beo Edgar menunjuk dirinya sendiri.

"Lah emang om-om?" heran Zalea.

"Heh, lutung kasarung. Seenak jidat loe bilang gue om? Oh astaga, wajahku masih terlihat muda jangan panggil aku om." ucap Edgar tidak terima.

"Orang mukanya dah tua, emangnya gue harus panggil apa?" tanya Zalea.

"Panggil gue abah puas loe! Ya panggil gue kakak, atau tuan gitu? Gak liat penampilan orang kaya nih bos, senggol dong." ucap Edgar dengan angkuhnya.

"Hiih, ngeri kallee." cibir Zalea.

"Ini anak dibilangin ngeyel ya, bukannya minta maaf udah nimpuk gue loe malah kabur." ucap Edgar kesal.

"Om itu ada pesawat nungging." tunjuk Zalea kearah langit.

Dengan bodohnya Edgar mempercayai ucapan Zalea, dia mengikuti arah telunjuk Zalea keatas langit, Zale menepos tangan Edgar dari bajunya kemudian ia berlari menyusul angkot yang kebetulan lewat.

"Mana ada pesawat nungging bodoh." ucap Edgar sadar.

Edgar menyadari kalau dirinya telah ditipun oleh Zalea, dilihatnya Zalea sudah masuk kedalam angkot. Edgar mendengus kesal saat Zalea dengan tengilnya menjulurkan lidahnya kearah Edgar, telpon Edgar berdering dilihatnya Rasya menghubunginya.

"Masih dimana sih loe Sya? gue lagi ketiban sial nih, cepetan kalau bisa." ucap Edgar masih emosi.

"Gue udah deket mobil loe, loe nya aja yang ngilang." ucap Rasya.

"Gue kesana sekarang." ucap Edgar seraya menutup telponnya.

Edgar berjalan ke arah mobilnya yang terparkir tak jauh dari tempatnya menangkap Zalea, ia menghampiri Rasya dengan wajah yang memerah.

"Kenapa tuh muka loe Ed?" tanya Rasya.

"Lagi esmosi gue, tadi ban mobil tiba-tiba pecah eh udah gitu pas gue cek ada kaleng melayang kena kepala gue, gimana gak kesel coba? Pas gue tangkap pelakunya malah kabur naik mobil, nyebelin emang." gerutu Edgar.

"Hahahha, syukurin." ucap Rasya tertawa puas.

"Sialan loe!" sewot Edgar.

Edgar membuka pintu mobil lalu masuk kedalam menghempaskan tubuhnya, Rasya menyusul Edgar duduk di kursi kemudinya.

"Mau kemana dulu nih? Ke kantor atau makan dulu? Biar gak emosi, biasanya kalau orang lagi laper emosinya jadi berkali lipat." tanya Rasya.

"Ke restoran si bahlul aja deh Sya, kebetulan gue belum makan nanti siang katanya ada meeting penting sama klien." jawab Edgar.

"Oke kalau gitu, gaskeun Ed." ucap Rasya.

Rasya menyalakan mesin mobilnya, dia menyetel musik agar suasananya lebih nyaman. Rasya sengaja menyetel lagu dangdut kesukaan Edgar guna menghiburnya, dan benar saja Edgar ikut bernyanyi dan juga menabuh pahanya yang digunakan sebagai kendang.

Didalam mobil Zalea menghela nafasnya lega, akhirnya ia bisa lolos dari Edgar karena tak sengaja menimpuk kaleng tepat ke kepalanya.

"Untung tuh orang rada-rada, kalau gue terus di tahan sama dia bisa berabe kalo telat masuk kerja." ucap Zalea.

Tak butuh waktu lama mobilnya yang di tumpanginya sudah sampai tepat di restoran, dia membayar ongkos kemudian melangkahkan kakinya berjalan tergesa masuk kedalam restoran.

"Fyuuhh, untung gak telat." ucap Zalea menghela nafasnya panjang.

Duaarr..

"Ehh monyet." kaget Zalea.

"Tumben loe tepat waktu?" tanya salah seorang teman Zalea.

"Iya nih Arya, si bunda kemana? Kok belum keliatan?" tanya Zalea pada Arya.

"Si bunda katanya gak masuk, ibunya lagi sakit parah." jawab Arya.

"Oh gitu ya, yaudah gue nyimpen tas dulu ke loker." ucap Zalea.

Arya menganggukkan kepalanya sebagai jawaban, Zalea melangkahkan kakinya menuju loker pekerja, dia menyimpan tasnya lalu mencepol rambutnya.

"Issh, kalau gak butuh duit males banget gue harus keliatan anggun kek gini." gerutu Zalea.

Seperti biasanya Zalea merapikan pakaiannya, ia bergabung dengan pelayan restoran yang lain membersihkan meja sebelum banyak pengunjung yang datang. Pengunjung mulai berdatangan menduduki meja , Zalea dan Arya memberikan buku menu di meja yang berbeda.

"Ini menunya tuan dan nyonya, silahkan di lihat-lihat dulu ya." ucap Zalea ramah.

"Terima kasih." ucap pengunjung.

Pengunjung membaca buku menu dan menunjuk beberapa menu yang ia mau, Zalea menuliskan menu yang dipesan oleh pengunjung kemudian membawanya ke belakang.

Di tengah perjalanan telpon Edgar berdering, dilihatnya asisten pribadinya menghubunginya. Edgar malas mengangkat telpon Leo karena ia masih marah padanya, pasalnya sejak ban mobilnya pecah Leo sama sekali susah dihubungi, karena Edgar tak menjawab telponnya Leo pun mengirimkan pesan.

...Bos buruan dateng ke kantor, tuan Zico katanya mau dateng karena nanti sore dia harus kembali ke paris....

Edgar membaca pesan yang dikirimkan oleh Leo, dia membulatkan matanya sempurna. Edgar meminta Rasya untuk putar arah menuju ke perusahaannya, dia tak boleh menghilangkan kesempatan emas bertemu dengan Zico selaku pebisnis handal yang sangat sulit untuk mendapatkan kerjasamanya, Pasalnya Zico adalah pengusaha terkenal dan tersukses se Asia jadi tak heran jika banyak pebisnis seperti Edgar berlomba-lomba mendapatkan kontrak kerjasama dengannya.

"Sya puter balik ke perusahaan gue, tuan Zico mau dateng Sya." ucap Edgar panik.

"Anjir beneran loe? Iya bentar-bentar gue puter balik." ucap Rasya.

"Bisa gawat kalau gue telat Sya." ucap Edgar.

"Untung gue udah dapet kerjasama bareng kak Al, emang beneran sih dia tuh hebat banget sampe perusahaan kita maju dan dapet untung yang fantastis jadi gak heran kalau dia diakui pebisnis sukses se Asia." ucap Rasya.

"Makanya gue minta loe puter balik, gue gak mau sia-siain kesempatan ini." ucap Edgar.

"Semangat mas broohh." ucap Rasya memberikan semangat pada Edgar.

"Fighting." seru Edgar mengepalkan tinjunya bersemangat.

Mood Edgar kembali normal mendengar pengusaha ternama akan datang, dia tak mungkin memasang wajah kesal dihadapan tuan Zico jadi sebisa mungkin ia terlihat bersemangat.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!