NovelToon NovelToon

My Bilo

Si Langit Malam

...❝Ketika kamu memilih mencintai seseorang dalam diam, itu artinya kamu sedang menggali luka yang begitu dalam.❞...

...—MY BILO—...

...Cinta itu sederhana, sesederhana lihat kamu senyum dan aku yang bahagia.—Bianca Gibella...

...💫...

"Mati atau hidup dengan jiwa yang tiada? Pilihan ada di tanganmu!" tanyanya disertai seringai mengerikan.

"Awsh!" Pisau berujung runcing itu berhasil tertancap tepat diperut si korban. Tawa si pelaku terdengar menggelegar.

Sret!

Bunyi gesekan pisau yang ditarik tanpa perasaan itu semakin membuat raungan sesosok wanita semakin keras dengan keadaan fisik juga mental yang mengenaskan. Kepuasaan semakin jelas terpatri di wajah si pelaku.

Bahkan kebahagiaan si pelaku tampak kian memuncak kala melihat darah berhamburan dari dalam tubuh sang korban—yang merupakan suami dari wanita yang sekarang tengah menjerit memintanya untuk berhenti.

"Bagaimana, boleh minta testimoninya? Pisau ini saya buat khusus untuk menusuk perut Anda. Bukankah Anda sangat istimewa? Sekali tusuk, ginjal Anda melayang. Tusukannya dalam sekali, 'kan?" bisiknya seraya mencolek darah yang menggenang lalu menghirupnya penuh penghayatan.

Tak ada yang menyadari bahwa dibalik tragedi itu, terdapat sosok lain yang ikut melihat dan mendengar semua yang terjadi dengan keadaan tubuh meringkuk juga menggigil ketakutan. Dia berusaha menahan isakan yang semakin lama semakin mencekik paru-parunya. Perlahan-lahan mata yang biasanya memancarkan binar cerah itu mulai meredup ... nyaris untuk selamanya.

...💫...

Tingg!

Mr. Lucky

Ada banyak hal di dunia ini yang tidak bisa dimiliki, termasuk senyuman dia yang mungkin saja diciptakan olehmu, tapi tidak apa, kerena sebentar lagi semua itu akan berlalu. Pagi, tetap tersenyum ya!💙

Bunyi notifikasi yang sudah bisa ditebak dari siapa pengirimnya membuat gadis yang sudah siap dengan seragam sekolahnya itu tersenyum lebar. Tangannya meraih benda berbentuk pipih itu antusias.

Senyuman langsung menghiasi biarinya.

"Aku harap begitu, karena jika hari itu benar-benar datang, maka Bianca Gibella akan sangat bahagia," ujarnya dengan jemari yang bergerak lincah mengetikan pesan balasan untuk kontak yang diberi nama Mr. Lucky olehnya.

^^^Aku akan selalu nunggu waktu itu tiba^^^

^^^Pagi juga💙^^^

^^^Oh iya tadi malam aku mimpi lagi, lagi-lagi mimpi yang sama. Aku takut^^^

Jangan takut! Kamu tidak sendiri, ada aku💙

Bianca semakin menyunggingkan senyumannya. Seperti nama yang disematkan disana, seperti itu pula Bianca merasa beruntung bisa mengenal Mr. Lucky hampir 5 tahun lamanya.

Awalnya pesan yang dikirimkan sebatas lewat note kecil yang kerap ditemuinya di gerbang rumah, dua tahun kemudian beralih ke pesan email dengan username; mr.lucky00@gmail.com yang hanya berlangsung selama dua bulan saja. Satu bulan dia sempat menghilang, lalu muncul kembali dengan beralih ke media yang lebih modern; Line. Tepatnya hampir tiga tahun yang lalu. Masa-masa dimana dirinya baru menginjak bangku jenjang Sekolah Menengah Atas.

Dengan semangat Bianca mengambil tasnya yang tergeletak di atas ranjang, melangkah ke arah kaca full body untuk kembali memindai penampilannya. Tampak lah sesosok gadis dengan tinggi badan 155 centimeter di sana. Gadis pemilik kulit putih bersih yang kontras sekali dengan warna rambut hitam legam bergelombang miliknya. Jepitan berbentuk persegi panjang bermotif kepala tokoh kartun Doraemon terlihat tersampir di surai lurusnya.

Sebelum benar-benar beranjak, Bianca sempat menarik laci meja di sampingnya, mengambil sebuah pin kecil yang juga berbentuk tokoh kartun yang sama. Setelahnya, dia menyematkannya di dasi.

"Sempurna."

...💫...

SMA Starmoon merupakan salah satu sekolah yang termasuk ke dalam jajaran sekolah favorit di daerah Jakarta, yang juga sudah menjadi tempat Bianca menuntut ilmu selama hampir tiga tahun lamanya.

Bianca mulai memasuki sekolah tercinta yang banyak sekali menyimpan cerita. Cerita di mana hidupnya menjadi lebih berwarna dan menyenangkan.

"Bi!" panggil salah satu gadis dari tiga orang yang terlihat sudah menunggu disudut koridor.

Mereka salah satu ceritanya. Para sahabatnya yang ikut berperan penting dalam cerita perjalanan masa sekolahnya.

Yang baru saja memanggilnya ialah si gadis berambut sebahu yang bernama Lolita Ayunda. Sedangkan gadis yang terlihat cuek, namanya Kinara Anjani dan satu lagi, gadis yang memiliki tampang paling lugu, dia bernama Argitta Ariana yang kini tengah menyambutnya dengan senyuman lebar.

Hanya mereka. Bianca tidak punya teman dekat lainnya. Meskipun kepribadian mereka sangat kontras, tapi masih tetap tidak memengaruhi Bianca untuk mencari sahabat baru. Mereka sudah sangat cukup untuk mengisi kekosongan hidupnya.

"Oh hai! Babu-babuku!" seru Bianca ikut melambaikan tangannya seraya membungkukkan setengah badan seolah memberi penghormatan selepas sampai.

"Perasaan kita yang lo bilang babu, kenapa elo yang hormat!" ejek Lolita.

"Inilah dia, Bianca Gibella majikan paling budiman sepanjang masa, dan kalian adalah babu-babu ter beruntung sepanjang sejarah," timpal Bianca.

Kinar hanya memandang Bianca sekilas sedangkan Gitta memilih diam seraya senyum-senyum tidak jelas.

"Emang masalah di perusahaan udah beres?" Lolita mengabaikan celotehan gadis itu.

"Kalau belum beres, ngapain gue ada disini Loli Milky? Pertanyaan nggak bermutu! Lagian lo bertiga emang nggak kangen sama gue apa? Secara, kan, gue orangnya ngangenin parah," papar Bianca disertai kedipan mata manja.

"Ihhh Bi kok kamu tau sih, aku kangen banget. Sini peluk! Padahal cuma tiga hari doang, tapi berasa lama banget." Dan si polos Gitta lah yang akan selalu meladeni apa saja ucapan Bianca, dia merentangkan tangannya memeluk Bianca dramatis.

"Uhh ... aku suka sama wanginya tubuh kamu Bi." Tanpa sadar Gitta menghidu bau Bianca dalam-dalam.

Bianca langsung melepaskan pelukan Gitta kasar, "Gue beneran takut lo suka gue Gitt!" imbuhnya pura-pura bergidik ngeri.

Gitta terkikik. "Aku emang suka kamu, kamu wangi, cantik lagi," aku Gitta yang tentunya memiliki arti kata suka yang seperti halnya lawan jenis.

Lanjut pada Lolita yang dengan senang hati membalas pelukan pelepasan rindu. Peluk memeluk merupakan rutinitas yang akan dilakukan kala mereka tak berjumpa cukup lama.

"Lo Kin, kangen gue nggak?" tanya Bianca pada Kinar yang masih diam di tempat, terlihat tidak ada niatan untuk merentangkan tangannya.

Saat Bianca berinisiatif untuk memeluk gadis cuek itu terlebih dahulu. Kinar lebih dulu mundur satu langkah berusaha menjaga jarak ... Apalagi kalau bukan karena alasan kebersihan yang menjadi pemicunya.

"Bentar! Lo kotor. Keringat lo banjir banget. Lagian kenapa musti lari-lari, sih?" tukasnya kemudian mulai sibuk mencari botol antiseptik di dalam tasnya, lalu menyemprotkannya ke seluruh tubuh Bianca.

Setelah dirasanya sudah bersih, barulah Kinar berani memeluk Bianca.

"Lain kali kalau mau lari-lari, mandinya harus 3 jam biar keringat yang keluar gak ada kumannya. Lo tau, 'kan seanti apa gue sama kuman?" papar Kinar tanpa dosa setelah selesai berpelukan. Padahal keringat yang dimaksudnya tak lebih dari beberapa bulir yang besarnya hanya sebutir beras.

"Itu mah elunya yang kurang sehat! Gila aja gue mandi durasinya harus selama itu. Bayangin! 3 jam itu sama dengan 180 menit. Dan dalam satu hari gue mandi dua kali. 180 dikali 2 sama dengan 360 menit atau setara dengan 6 jam, 360 dikali 30 hari sama dengan 10.800 menit. Bisa-bisa kulit gue mengelupas kalau durasi mandi gue sebulan kayak gitu," protes Bianca amat-sangat ribet.

"Ribet amat, sih, lo! Tinggal sebutin hitungan jamnya! Udah tau gue bego!" sentak Lolita.

"Maaf gue pinter sejak lahir, sih, jadi enggak bisa ngerasain jadi orang bego," beo Bianca sukses membuat Lolita mendelik.

"Otak cerdas lo tanpa otak bego kayak gue enggak ada apa-apanya ya!" tandas Lolita.

"Iya iya deh, maafin otak pinter, ya, otak bego," ucap Bianca dengan raut memelas dibuat-buat.Lolita mendengus sebagai balasan.

Kinar tidak peduli dengan perdebatan yang menurutnya tidak berfaedah itu, sedangkan Gitta hanya ikut menyumbang tawa kecil.

Dan tentang cerita lainnya; di sana pula Bianca merasakan rasa yang kerap membuat orang lupa diri untuk pertama kalinya; jatuh cinta.

Namun sampai saat ini, Bianca hanya bisa mengenangnya dalam hati tanpa berniat mengukir cerita sendiri.

Bianca ingat betul pertemuan pertama mereka, yang juga merupakan momen di mana dia merasakan hatinya berdebar-debar hanya karena sebuah senyuman. Senyuman yang semanis madu, tapi mampu meracuninya. Meskipun belum punya pengalaman dalam hal percintaan, untuk ukuran gadis sepintar dia, Bianca tidak butuh waktu lama untuk menyadari maksud hatinya bahwa dirinya sedang jatuh cinta.

...💫...

Hari ini adalah hari ke tiga Bianca masuk sekolah di jenjang Sekolah Menengah Atas, tapi betapa sialnya Bianca, dia kesiangan tepat di hari terakhir ia melaksanakan Masa Orientasi Siswa. Pagi ini sepertinya dia sudah resmi menjadi santapan kakak kelasnya.

Dan benar saja, dari kejauhan Bianca bisa melihat para siswa sudah berbaris rapi mengikuti acara. Bianca terlambat untuk melarikan diri, karena dari tengah lapangan mata dari salah satu kakak kelasnya sudah menatapnya dengan tatapan bak elang mengintai mangsa, jika Bianca memilih kabur pun sudah pasti tidak bisa alhasil dia akan tetap masuk dalam drama omelan serta hukuman yang lebih alot setelahnya.

Dengan keberanian setipis kapas Bianca menghampiri kakak kelas yang sedang memandu acara. Terlihat ke tiga teman yang baru dikenalnya dua hari terakhir itu menatapnya tak tega ke arahnya. Mungkin ingin membantu tapi tidak bisa.

"Aduh dek, udah dibilangin jangan telat. Malah sengaja datang jam 8. Kamu itu bagaimana sih? Kamu harus tahu, kalau Starmoon anti dengan murid yang melanggar aturan seperti kamu. Untung kamu masih baru, toleransi masih berlaku, lain kali jangan kayak gini lagi!" cerocosnya panjang lebar, yang mana hanya Bianca angguki dengan wajah penuh penyesalan.

Bianca kini hanya bisa merutuki kecerobohannya yang tadi pagi terlambat bangun.

"Anterin dia ke lapangan basket sama yang tadi!" perintah si kakak kelas yang terlihat judes itu sambil menunjuk salah satu kakak kelas yang lainnya untuk mengantar dia ke lapangan.

Bianca pun mengikuti langkah kakak kelas tersebut. Sesampainya di sana, Bianca dapat melihat seorang pemuda yang sedang berdiri mengenakan baju hitam putih seperti dirinya lengkap dengan topi bola setengah lingkaran di kepala dan tas karung yang tersemat di punggung pemuda itu. Ternyata Bianca tidak sendirian. Dalam hati gadis itu bersyukur karena ada temannya.

Bianca pun ikut berdiri di samping pemuda itu, pemuda itu terlihat meliriknya dengan dirinya yang ikut mengintai lewat juru mata, karena itu Bianca pun jadi tahu bahwa pemuda itu sangat lah tampan.

Menit telah berlalu. Tapi masih belum ada obrolan salam perkenalan di antara ke duanya, mereka benar-benar hanya berdiri bak patung pertunjukan.

Namun, saat di tengah-tengang menjalankan hukuman, si pemuda itu tiba-tiba beranjak meninggalkan lapangan tanpa kata. Dua menit kemudian dia kembali dengan tangan yang menggenggam sebotol minuman.

"Minum!" kata cowok tampan itu, menyerahkan botol itu ke arah Bianca.

Bianca mendongak ke arah si pemuda yang punya tinggi badan 177 centimeter itu. Bianca merasa kecil sekali, meskipun keuntungannya, dirinya jadi terlindungi dari paparan matahari sekarang. Tubuh mungilnya cukup terlindungi oleh badan tegap pemuda yang kini berdiri di depannya.

"Makasih." Bianca lekas menegaknya sampai sisa setengah.

"Sama-sama," balas pemuda tampan itu disertai senyuman yang membuat Bianca tercenung.

Lengkungan yang tercipta dibibir pemuda itu pun kian melebar yang mana membuat Bianca mati kutu, dan saat itu pula dia tidak mampu mengendalikan detak jantungnya yang mulai berdegup kencang.

"Kalau gak kuat duduk aja," saran pemuda tampan itu terkesan perhatian lengkap dengan tatapan yang sulit Bianca artikan.

"Enggak, kuat kok," ujar Bianca meyakinkan.

Setelahnya mereka kembali terdiam, dan pemuda itu kembali berdiri di tempat semula. Bianca tampak mengembuskan napasnya, dia bersyukur karena detak jantungnya telah kembali normal.

"Datang terlambat?" tanya Bianca mencoba mengusir kecanggungan yang sempat menderanya.

"Enggak, lupa bawa papan nama."

"Oh gitu."

"Nama?" tanya si pemuda tampan itu tanpa mengulurkan tangannya, tapi dengan mata yang tak pernah lepas dari manik Bianca.

"Nama aku?" tanya Bianca memastikan.

Bintang mengangguk.

Bianca menunjukan papan namanya.

...Bianca Gibella...

...Kelompok Putri Salju...

Tepat saat Bianca ingin bertanya nama si pemuda itu, bel berbunyi, tanda semua siswa harus segera masuk ke ruangan kelas yang juga merupakan tanda hukuman mereka telah berakhir.

Si pemuda itu pun langsung beranjak pergi, setelah sebelumnya dia memberikan sebuah sapu tangan berwarna hitam pada Bianca. Setelah cukup jauh, pemuda itu menoleh.

"Buat lap keringatnya!" teriaknya.

Dan ucapan si pemuda yang belum diketahui namanya itu pun kontan menerbitkan senyuman gadis yang untuk pertama kalinya merasakan debaran yang menggila.

Mungkin itu hanya hal biasa bagi sebagian orang, tapi bagi seorang Bianca Gibella tak banyak orang yang bisa melakukan hal biasa itu. Populasi orang tampan dan baik hati itu sudah cukup langka.

Sambil memandangi sapu tangan itu, Bianca berjalan dengan sesekali mencium wangi yang terdapat disapu tangan itu. Baunya seperti parfum remaja laki-laki pada umumnya, hanya saja punya pemuda itu tercium lebih bikin nyaman.

...💫...

Dan setelah hari itu jantung Bianca tak lagi sepenurut sebelumnya. Bahkan sampai kini jantungnya kerap kali berdebar-debar tanpa perlu olahraga berat terlebih dahulu, cukup menatap pemuda itu saja, maka jantungnya akan berulah dengan lincah.

Sungguh, dirinya dibuat sejatuh-jatuhnya oleh senyumannya.

Hingga terciptalah selogan yang ia jabarkan akan senyuman pemuda tampan yang dua bulan kemudian ia ketahui namanya—Bintang Milano, anak baru yang sudah menjadi idola sekolah juga rebutan teman satu angkatannya dan puluhan kakak kelas di SMA Starmoon.

Bahagia itu sederhana, sesederhana lihat kamu senyum, dan aku yang bahagia. Itulah selogan khusus yang di buatnya.

Namun sayang, gadis yang hanya memiliki lesung pipi disebelah kiri itu tidak pernah punya keinginan untuk menyampaikan rasanya.

Terlalu rumit untuk berharap memiliki. Namun, rasanya juga sakit jika memilih pergi.

Biarlah, untuk kisah cintanya, Bianca akan memilih untuk mencintai pemuda itu dalam diam. Bintang-nya pantas mendapatkan yang lebih baik darinya. Bintang harus bersinar, dan untuk bersinar Bintang butuh cahayanya, bukan seperti dirinya yang penuh dengan kegelapan bak langit malam.

Saat ini, cerita ini masih menjadi kisah Bianca Gibella si Langit Malam, yang memutuskan untuk menjatuhkan hati pada Bintang Milano, Sang Bintang. Namun, tak pernah sedikit pun berharap untuk bisa memiliki.

...💫...

Sang Bintang

...❝Jangan jadi sempurna karena cinta, tapi biarkan cinta yang menjadikanmu sempurna.❞...

...—My Bilo—...

...Senyumannya selalu sehangat mentari, dan tatapan matanya selalu menyentuh hati.—Bianca Gibella....

...💫...

Persis seperti semut mengerubungi gula. Begitu lah ungkapan yang menggambarkan keadaan Starmoon pagi ini.

Bukan karena kebetulan, melainkan memang sudah menjadi rutinitas. Mereka berbondong-bondong keluar kelas sekadar ingin melihat para pengemudi motor sport yang terdiri dari tiga pemuda dengan tiga warna motor yang berbeda. Biru tua, hitam, dan merah muda.

Tentu, jika keberadaan mereka seberpengaruh itu terutama bagi para perempuan, itu artinya mereka punya daya tarik yang kuat bukan? Mereka adalah anak-anak dari band The Star. Tiga dari ratusan siswa yang mengharumkan sekolah lewat bakat bermusiknya.

Bintang Milano, Adnan Galio, dan Brian Anggara, namanya. Tentu, seperti kebanyakan cerita masa SMA yang lainnya, pasti di antara idola sekolah ada yang memiliki pengagum terbanyak dari yang sangat banyak.

Dan di sini, Bintang Milano lah orangnya. Pemuda jangkung yang disukai-selain karena fisiknya yang menawan juga karena sikapnya yang rupawan.

Terbukti dengan saat Bintang melepas helmnya dia mendapat sorotan paling banyak, dan pemandangan yang akan terjadi selanjutnya ialah sapaan yang dialokasikan lewat senyuman, yang mana tidak perlu diragukan lagi kadar kemanisannya.

Sedangkan dua pemuda lainnya; dia, si pemuda berwajah datar tampak berlalu lebih dulu. Adnan memang tipe orang yang tidak suka keramaian, dan satu lagi si pengemudi motor merah muda yang terlihat bersemangat melayangkan kerlingan menggoda yang kerap di sapa Brian memang masih bisa dikatagorikan memiliki banyak penggemar, tapi tidak sebanyak Bintang.

Bintang ikut berlalu. Seperti biasa, dirinya selalu meluangkan waktu sekadar untuk membalas sapaan para siswi yang dengan terang-terangan bertanya walaupun hanya ia balas dengan anggukan dan senyuman kecil saja. Tentunya, senyuman yang selalu memberikan efek luar bisa bagi siapa saja yang melihatnya.

Senyuman berkadar madu, tapi mengandung racun itu selalu sukses membuat mereka kelojotan. Bisa dikatakan, senyuman merupakan senjata paling ampuh yang dimiliki Bintang.

Lain dengan Adnan yang terlihat paling tidak peduli dengan sekitar. Pandangannya benar-benar hanya lurus ke depan. Bahkan dengan sengaja Adnan menyumpal telinganya dengan earphone putih tanpa kabel.

Sedangkan Brian, sudah jangan ditanya. Dia sedang menjalankan aksinya. Apalagi kalau bukan sedang bersiul manja menggoda para siswa perempuan seraya mengeluarkan gombalan pantun recehnya yang sialnya sangat ampuh dan anehnya ... sudah tahu itu hanya modal dusta masih saja banyak perempuan yang cekikikan salah tingkah.

"Kupu-kupu terbang melayang

I love you sayang."

"Satu titik dua koma

Kalian cantik Brian yang punya."

Begitulah kira-kira gombalan ala Brian yang mampu menobatkan dirinya sebagai King of Playboy Starmoon. Parahnya, dia bangga akan gelar yang disandangnya itu.

...💫...

"Udah yuk masuk kelas! Lo nggak pada geli apa lihat debu-debu pada berterbangan disini! Menjijikan!" komentar gadis berkulit kuning langsat pemilik wajah datar yang sudah sering kali dilayangkan kala menemani ke dua sahabatnya yang tengah melakukan aksi bodohnya. Sialnya, dia tidak bisa tidak ikut. Layaknya Bianca yang hanya punya mereka, begitu juga dengan Kinar. Tapi kalau Gitta mau menemaninya di kelas, mungkin lain cerita.

"Kin elo itu belum pernah jatuh cinta sih. Nih, ya kalau udah jatuh cinta boro-boro debu yang punya ukuran sebesar 0,1 hingga 0,3 mikron, yang mana 1 mikron itu setara dengan 1/25000 inci. Bahkan, Gunung Puncak Jaya yang menjadi gunung tertinggi di Indonesia dengan ketinggian 4.884 MDPL alias Meter Di atas Permukaan Laut pun bakal lo daki. Percaya deh sama gue!" sahut Bianca hiperbola, gadis itu mulai menggunakan kemampuan otaknya.

"Setuju! Kayak gue, gue dulu enggak suka drama korea tapi karena Adnan suka yang gue mencoba suka juga. Dan ternyata emang nggak buruk juga. Makannya jatuh cinta dong Kin! Biar lo merasakan apa yang gue dan Bianca rasain," timpal Lolita menggebu-gebu "Tapi kalau lo penasaran, gue kasih tau deh, kira-kira rasanya itu kayak makan martabak telor ayam campur tai ayam ... Nano-nano."

"Kok ada yang mau ya makan martabak itu, kamu sendiri udah pernah makan?" celetuk Gitta. Gitta itu tidak bodoh, hanya bolot saja.

"Itu perumpamaan bego!" desis Lolita menjitak samping kepala Gitta yang dihadiai ringisan.

"Gak. Nyusahin!" desis Kinar.

"Coba dulu aja, jatuh cinta itu rasanya menyenangkan kali," tutur Lolita.

Kinar berdecak. "Nyusahin!" ujarnya masih menggunakan kata andalannya.

...💫...

Kantin, yang pada akhirnya menjadi persinggahan Bianca beserta para sahabatnya. Mereka terlihat sedang menyantap makanannya di tempat yang pastinya aman dari pengamatan guru piket yang tengah berkeliling.

Tidak! Mereka tidak sedang sengaja membolos. Mereka sedang dihukum tidak boleh masuk kelas karena Lolita yang lupa mengerjakan PR gara-gara keasyikan nonton Drama Korea. Bianca, Kinar, dan Gitta tentu saja hanya ikut-ikutan berdalih tak mengerjakan. Merasa tak tega kalau Lolita dihukum sendirian, akhirnya mereka pun mencetuskan ide gilanya itu.

"Jus jeruk kesukaan Bianca, Jus jambu kesukaan Kinar, jus mangga kesukaan gue dan Gitta," absen Lolita seraya meletakan cup berisi minuman di depan masing-masing sahabatnya dengan empat mangkuk berisi bakso yang menyusul di bawakan salah satu petugas kantin.

"Makasih Loli," ujar Gitta.

"Sama-sama Gitta, sahabat gue paling berhati malaikat. Yang dua kayak dakjal emang, bilang makasih kek!"

Kinar tentu tidak terprovokasi.

"Makasih Loli, kalau lo lupa gue yang bayar. Jadi dakjalan siapa?" serang Bianca sambil menaikan sebelah alisnya puas.

"Ehem, Gitt yang kalau memberi tapi diungkit-ungkit dapat dosa, 'kan ya?"

"Kayaknya dapet deh Lol, aku pernah denger kata guru ngajiku kalau memberi itu harusnya ibarat membuang kotoran, enggak perlu diingat-ingat lagi."

Bianca menatap Lolita tajam. "Licik ya lo! Pake bikin partai."

"Suka-suka gue do—"

Tring!

Mereka sama-sama langsung memfokuskan pada ponsel Bianca yang baru saja berdentang, kemudian berlanjut saling tatap, lalu mereka tersenyum penuh arti.

"Mr. Lucky?" tebak ke empatnya serempak.

Bianca buru-buru membukanya dengan Lolita dan Gitta yang mencondongkan tubuhnya, dan Kinar yang hanya menatap lewat lirikan.

Mr. Lucky

Kamu bolos?

Bukan hanya Bianca yang membelalakkan mata, Lolita dan Gitta pun sama, sedangkan Kinar hanya berekspresi biasa saja, selalu tenang.

"Kok dia tau sih, Bi?" tanya Gitta yang mewakili Lolita dan Kinar.

"Gue juga enggak tau."

"Kalau kayak gini, gue makin yakin kalau Mr. Lucky itu emang seumuran sama kita, dan bisa jadi dia satu sekolah sama kita," tutur Lolita yang sejak awal meyakini bahwa Mr. Lucky ialah sesosok pemuda tampan yang sebenarnya menaruh hati pada Bianca sejak lama.

"Coba balas dulu, Bi!" suruh Gitta.

Bianca pun lekas mengetikan pesan balasan.

...Mr. Lucky...

^^^Kok kamu tahu?^^^

Aku penjagamu, pasti aku tahu. Jadi kenapa kamu bolos Dear?💙

^^^Aku enggak bolos, hanya saja tadi sahabatku lupa mengerjakan PR jadi aku ikutan, soalnya di kelas pun enggak ada temen^^^

"Harus banget ya, lo menjatuhkan harga diri otak gue," desis Lolita tak habis pikir.

"Mohon maaf ya Loli, gue ngga kasih tau merek ya, gue gak sebut nama lo!" balas Bianca sengit.

Mr. Lucky

Begitu ya. Yasudah kamu jangan makan sembarangan, kurangin pedasnya. Enggak baik buat lambung-mu💙

...💫...

Terulang

...❝Cinta itu tanpa syarat, karena kalau bersyarat itu bukan cinta.❞...

...—My Bilo—...

...Banyak hal yang aku suka di dunia ini, termasuk menyenangkan hati. Dengan cara membayangkan interaksi kita yang awalnya kukira hanya sebatas mimpi.—Bianca Gibella...

...💫...

Bel jam pelajaran pertama telah berbunyi, itu artinya pelajaran Sosiologi telah berakhir yang sama dengan hukuman Bianca, Lolita, Kinar, dan Gitta pun telah berakhir pula.

Dengan tergesa-gesa mereka segera berjalan menuju kelasnya. Tentu saja, mereka masih ingin selamat dari hukuman guru selanjutnya.

"Bi ada yang pengin gue tanyain sama elo," ucap Kinar disela-sela perjalan mereka menuju kelasnya. XII Iis 3

"Ngapain musti izin, sih, Ibu Menteri Lingkungan Hidup?" timpal Lolita.

Bianca baru saja mendapat kiriman email dari Pak Fras yang merupakan tangan kanan keluarganya dalam urusan bisnis.

"Bentar Kin, ini Om Frass chat gue," sahut Bianca yang seluruh fokusnya mulai berporos pada ponselnya.

"Yaudah, nanti aja, nggak penting-penting juga sih," turur Kinar yang diangguki Bianca.

"Yaudah gue aja, tanya ke gue." Lolita memberi solusi.

"Otak lo nggak bakal mampu," jawab Kinar enteng.

"Iya Loli, kamu, kan, tau diantara kita nilai ulangan kamu yang selalu jelek. Mana mungkin kamu bisa jawab." Dua jempol teracung dari Kinar untuk Gitta.

"Gitt lo tau, 'kan, kalau gue hobi mukul samsak?" peringat Lolita yang sayangnya tak ditangkap Gitta.

"Jelaslah Loli, kita udah sahabatan lama banget. Aku juga tau kalau kamu udah taekwondo sabuk hitam. Kamu the best kalau dalam urusan pukul memukul." Rentetan kalimat tanpa beban itu lah yang selalu membuat Lolita enggan memberikan Gitta pelajaran. Gitta itu kaum lemah lembut, pantang bagi Lolita menyerangnya. Bahkan berani bertaruh, kalau Gitta tidak tahu bahwa Lolita sedang kesal padanya.

Mereka memilih untuk diam saja. Ketiganya tentu sangat memahami, jika Bianca bukan hanya sekedar seorang pelajar dia juga anak pengusaha kaya raya yang diharuskan ikut turun tangan dalam perusahaan di usianya yang masih sangat muda. Sulit, tapi Bianca sudah terbiasa.

"Lol, Kin, itu Bilo, 'kan?" bisik Gitta pada Lolita dan Kinar.

Bilo adalah nama panggilan yang dikhususkan Bianca untuk Bintang Milano si vokalis Band The Star, Alasannya sederhana, Bianca hanya tidak ingin yang lain tahu dan curiga kalau dirinya mencintai seorang most wanted yang nyaris diminati seluruh siswi Starmoon.

Lolita dan Kinar mengikuti arah pandang Gitta. Lolita dan Gitta saling berpandangan, hanya butuh tiga detik untuk mereka mendapatkan pemikiran yang sama. Lolita lantas menarik tangan Kinar untuk ikut berpartisipasi dalam rencananya dengan Gitta.

Bianca tidak sadar kalau ke tiga sahabatnya tak lagi di sampingnya, dirinya terlalu memusatkan perhatiannya pada dokumen-dokumen Laporan Keuangan yang tertera.

Lolita, Kinar, dan Gitta sudah menempatkan diri lebih dulu. Mereka memilih bersembunyi dibalik tembok tepat di belokan koridor.

Dan...

"Awsh ... siapa yang naro dinding di tengah jalan sih!" gerutu Bianca yang belum sadar kalau yang ditabraknya barusan bukan lah dinding melainkan, Bu Yura.

Bu Yura ialah guru yang punya postur tubuh tinggi besar yang kini tengah tertidur di lantai akibat tabrakan dadakannya bersama Bianca, yang mana cukup membuat ke duanya terjatuh ke lantai.

Bianca panik saat melihat bahwa yang menjadi korban kecerobohannya kali ini adalah Sang Guru. Bianca merutuki kebiasaanya yang selalu saja tak acuh akan sekitar jika sudah memfokuskan diri pada satu hal.

Bianca lebih dulu bangkit, saat dirinya berniat membantu Bu Yura ia baru menyadari jika Bu Yura tidak sendirian, tepat di belakang beliau terdapat seorang pemuda tampan yang sedang tercenung dengan tumpukan buku ditangannya.

Pupil matanya melebar, bola matanya seperti ingin keluar.

Niat Bianca untuk menolong Bu Yura telah lenyap di makan gugup. Kini mata yang biasanya menyorotkan kobaran kepercayaan diri kala membanggakan diri di depan para sahabatnya berganti dengan sorot mata salah tingkah.

Jantungnya mulai bereaksi, keringat dingin juga mulai membanjiri. Kenapa Bintang selalu membuatnya sekacau ini?

Bahkan dirinya sampai lupa dengan niat awalnya yang ingin menolong Bu Yura.

Tadi aku jatuhnya elegan nggak ya?

Muka aku terkontrol nggak ya tadi pas jatuh?

Kalau jelek gimana?

Bianca malah asyik berperang dengan pertanyaan-pertanyaan konyolnya, dan melupakan bom waktu yang siap meledak dalam hitungan detik.

Dan pada akhirnya suara bom atom itulah yang menyadarkannya.

"Bianca! Saya jatuh bukanya kamu bantuin, malah bengong!" bentak Bu Yura kesal.

Bianca gelagapan, dirinya langsung sigap membantu Bu Yura yang kini sudah terduduk.

"Maaf Bu, saya nggak sengaja. Saya tadi lagi nggak fokus, jadi enggak liat," jelas Bianca ketar-ketir. Dirinya bukan takut kena semburan Bu Yura, tapi dirinya lebih ke malu. Takut Bintang ilfil sebelum waktunya.

"Alasan kamu!"

"Maafkan saya Bu." Bianca menunduk merasa malu juga merasa bersalah.

Bu Yura mendengus.

"Ya ya saya maafkan! Lain kali kalau jalan itu jangan cuma kaki yang dimanfaatkan, matanya juga, jangan main handphone terus," cecar Bu Yura. Bu Yura memang terkenal karena kejudesan dan kegalakannya, jadi Bianca sudah tidak ambil hati akan nada ucapan Bu Yura.

Bianca hanya mengangguk patuh, lagi-lagi alasannya, karena malu dan merasa bersalah.

Jujur Bianca tidak masalah jika dimarahi di depan 100 siswa dari pada di depan satu siswa tapi itu Bintang, sang gebetan. Sungguh itu terlihat memalukan.

"Yasudah saya permisi dulu—"

"Tolong bantuin Bintang bawa bukunya, anggap aja sebagai hukuman buat kamu!" Bianca terhenyak mendengarnya, ternyata hukuman terindah sepanjang masa itu keluar dari mulut Bu Yura.

Setelahnya Bu Yura pergi seraya mengomel ngalor-ngidul meninggalkan Bianca dan Bintang dalam suasana yang sangat canggung.

Mereka saling lirik, Bianca dengan pandangan menahan malu dan Bintang yang tersenyum kecil sebagai bentuk sapaan.

Senyuman pemuda itu masih jadi candu. Meskipun Bianca enggan untuk melihatnya secara terang-terangan, tapi lirikannya masih mampu menangkap lengkungan itu dengan jelas.

"Sini gue bantuin," ucap Bianca pada akhirnya, dia sedang berusaha memberanikan diri meskipun hatinya sedang di buat mleyeot habis-habisan karena jarak ke duanya terlalu dekat, rasanya dia ingin melarikan diri saja. Bukan apa-apa, kakinya sudah mulai melemas, dan sangat tidak lucu jika nantinya dia harus meluruh dengan alasan yang mungkin akan terdengar konyol di telinga pemuda itu.

"Enggak perlu," imbuh Bintang dengan pandangan yang melekat ke arah mata Bianca.

Bianca mengerjapkan matanya, apa itu bisa diartikan Bintang tidak mau berdekatan dengannya? Semacam sebuah penolakan kah?

"Oh yaudah." Hanya dua kata itu yang mewakili rasa kecewa Bianca karena asumsinya yang berlebihan.

Tepat saat Bianca berbalik arah. "Siapa yang nyuruh pergi?" tanya Bintang datar.

Bianca pun kembali memutar tubuhnya. "Katanya gak usah di bantuin." Bianca melarikan matanya. Tanda kalau dirinya sedang gugup.

"Temenin aku! Kamu cukup nemenin aku, jalan bareng aku, di samping aku!" ujar Bintang yang lebih mirip perintah mutlak.

Bianca mematung. Aku kamu? Apa Bintang biasa seakrab itu dengan seseorang?

"Jangan bengong!" Bintang menjentikkan jarinya ke depan wajah gadis yang kembali tersadar dengan pipi yang tak lagi seputih tadi. Gadis itu sedang merona.

Dan itu tak luput dari penglihatan Bintang, tanpa disadari gadis itu Bintang terkekeh geli menyaksikan perubahan warna di pipi Bianca.

Bianca pun menuruti ucapan Bintang.

Mereka berjalan tanpa bicara. Bianca yang sibuk menenangkan debaran jantungnya dan Bintang yang sibuk mencuri-curi pandang ke arah Bianca.

Dan sampailah mereka di pintu dengan tulisan 'XII IIS 5' di atasnya.

"Tunggu ya!" ucap Bintang sebelum benar-benar memasuki kelasnya.

Bianca bingung, tapi karena stok kata-katanya yang mendadak habis jadi dia memilih menurut saja.

Setelah meminta izin terlebih dahulu pada Bu Yura, Bintang pun langsung menghampiri Bianca, dia menarik tangan Bianca untuk lebih menjorok ke luar agar interaksi ke duanya tak terlihat oleh para siswa yang berada di kelas.

Bintang mengulurkan tangannya ke arah Bianca. "Kenalin aku Bintang, kamu ..." Bintang melirik sekilas ke arah name tag Bianca. "Bianca Gibella?"

Bianca belum berani mengembuskan napasnya sesaat setelah dengan berani Bintang memegang tangannya. Entah kenapa tangannya yang dipegang tapi justru hatinya yang tergenggam.

Apalagi barusan Bintang mengajaknya kenalan. Meskipun nyatanya, Bianca sempat sedih karena Bintang telah melupakan wajahnya, karena kalau Bintang ingat harusnya tidak perlu ada sesi kenalan ulang.

"Iya aku Bianca." Dari sekian kata yang ingin diutarakan, hanya kata-kata itu yang mampu diucapkan oleh gadis itu.

"Kita udah kenalan, jadi dari mulai hari ini kita dekat. Kalau kita ketemu aku sapa, kamu harus nyaut ya?"

Jantungnya mulai berulah kembali, Bianca takut Bintang bisa mendengarnya saking kuat debarannya, di tambah pipinya yang terasa panas.

Bintang tentu menyadari pipi Bianca yang merona.

"Gimana, boleh?"

Seperti terhipnotis Bianca hanya mengangguk patuh.

Bintang tersenyum kecil. "Yaudah aku masuk dulu ya."

Bianca hanya bisa mengangguk.

Saat Bintang ingin berbalik, Bintang teringat sesuatu. Ia merogoh kantong kemeja putihnya menyerahkan satu bungkus tisu dengan gambar motif Doraemon pada Bianca.

"Buat lap keringet kamu ... sama buat nutupin pipi merah kamu," jelas Bintang kemudian masuk kelas seraya mengulum senyuman.

Pada akhirnya, Bianca tak lagi kuat untuk menahan lengkungan otot di bibirnya yang sedari tadi sudah meronta-ronta minta dibebaskan.

Ucapan Bintang tadi itu seperti de javu. Bedanya kali ini Bintang menambahkan kalimat lain diakhir.

Bianca semakin di buat senang saat Bintang memberinya sebuah tisu dengan motif Doraemon tokoh kartun favoritnya.

Bianca meninggalkan kelas Bintang dengan perasaan bahagia.

Bianca dengan dunianya, Bintangnya.

Tring!

Mr. Lucky

Semua akan berjalan sesuai apa yang kamu pikirkan. Berasumsi lah bahwa apapun yang ingin kamu miliki adalah milikmu, maka kamu akan mendapatkannya. 💙

...💫...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!