Senyuman bahagia terukir diwajahnya. Gadis cantik bernama Arelta Adelina terus saja memandangi cermin menatap pantulan dirinya dengan balutan gaun pengantin. Rasanya sangat bahagia bagi Arelta, Setelah dua tahun tahun bersama akhirnya ia akan menikah dengan pria yang dicintainya
Sementara Abian, ia sudah bersiap dan akan pergi keacara pernikahan kalian digelar namun saat ingin memasuki mobil ponselnya berdering, Abian pun segera mengangkatnya
"Halo" Ucap Abian saat panggilan tersambung
"Dokter Abian Maaf menganggu, ada pasien darurat yang membutuhkan penanganan sekarang tapi dokter lain tak ada yang bisa melakukannya kecuali dokter Abian "
Abian terdiam mendengarnya, hari ini adalah pernikahan nya tapi menolong orang yang membutuhkan pertolongan adalah kewajiban dan sumpah nya sebagai dokter
Abian melirik jam ditangan melihat waktu yang terus berputar menyisakan dua jam sebelum pernikahannya dilaksanakan
"Baiklah, siapkan ruang operasi nya saya akan segera menuju kesana " Ucap Abian yang akhirnya mengambil keputusan untuk menolong pasiennya
**
Disini lain. Disebuah kuburan terlihat seorang pria tengah terduduk menangisi makam didepan, Ia memegang nisan itu tampak dari wajahnya ia sangat sedih dan kehilangan
"Mengapa kau meninggalkan aku, Kita sudah berjanji akan hidup bersama. Aku mohon kembalilah "Lirihnya dengan buliran air mata nya terus mengalir membasahi pipinya
"Sudahlah Axsa, ikhlaskan Tania ini sudah satu tahun berlalu. Apa kau akan tetap seperti ini" Ucap seorang pria lainnya
"Mengapa semua meninggalkan aku..Mami, Papi, adiku, dan bahkan Tania??. Apa salah aku hingga tuhan begitu tega denganku" lirihnya saat meratapi betapa malangnya nasibnya
Sementara itu Abian telah selesai memberikan penanganan dan operasi. Ia segera bergegas Menganti pakaiannya, sambil sesekali ia melirik jam ditangannya melihat waktu yang tersisa beberapa menit
Dan disisi lain Arelta juga terus menghubungi Abian namun pria itu tak kunjung mengangkatnya
"Apa Abian mengangkatnya?" Ucap Pak Aden yang merupakan ayah Arelta
"Belum yah !!" Jawabnyayang terus menghubungi Abian
Beberapa kali Arelta terus menghubuginya namun abain tak juga menjawab hingga saat melihat jam yang telah melewati waktu acara membuat Arelta semakin gelisah
'Abian aku mohon angkatlah' batinnya
_"Halo ta"_ ucap Abian dari seberang sana saat panggilannya terhubung
_"Akhirnya kamu mengangkatnya, Kamu baik baik sajakan! Kamu Dimana sekarang. Kenapa kamu belum datang abian!!" Ucapnya, yang langsung mendapatkan banyak pertanyaan dari Arelta_
"Maafkan aku sayang, mungkin aku akan sedikit terlambat, Tadi ada hal mendadak yang harus aku lakukan dirumah sakit tapi sekarang aku sedang menuju kesana" Ucapnya "Tolong tunggu aku sebentar lagi"
Arelta mengelah nafas lega, " Baiklah, aku akan menunggumu. Berhati-hatilah, abian! Aku mencintaimu"
"Aku akan cepat datang, tunggu aku sayang. Aku juga mencintaimu"Abian langsung menancapkan gas nya melaju pergi dengan kencang
Arelta menarik nafas leganya lalu memberi tahu ayahnya, Abian sebentar lagi akan datang
Semetara itu Abian melaju dengan kecepatan kencang. Pikirannya terus memikirkan Arelta ia merasa bersalah sampai ia tidak fokus menyetir dan hampir saja menabarak seseorang
Abian memberhentikan mobilnya lalu keluar menolong seorang pria yang hampir ia tabrak itu
"Apa anda baik-baik saja" Tanya nya yang memastikan keadaan pria itu
"Aku baik-baik saja" jawab pria itu dengan nada tak bergairah nya
"Apa anda yakin baik-baik saja?? Saya sungguh minta maaf saya sedang terburu-buru"
"Aku bilang baik-baik saja!! LEPASKAN AKU" Bentaknya, Penampilan pria itu tampak sangat kacau
Pria itu pergi setelah membentak Abian, Namun Abian tetap merasa tak enak dan ingin meminta maaf padanya lagi.
Abian mengejar pria itu, Namun saat itu juga Abian melihat sebuah mobil melaju kencang kearah pria itu, Dengan cepat Abian Langsung masuk kedalam mobilnya, dan menghidupkan mesin
_Brakkkk..Burghh_
Abian membanting setirnya hingga tabrakan itu pun terjadi. Mobil Abian terpental, dan berguling -guling membawa Abian yang berada didalam nya
_Prakakk_
Sebuah gelas yang sedang dipengang oleh Arelta tiba-tiba terjatuh, ia hendak membersihkan pecahan gelasnya Namun tangannya malah tak sengaja terkena serpihan, dan berdarah.
"Ahhhkk" Arleta langsung mengisap darah ditangannya. Perasaanya menjadi tak enak sekarang
Gadis itu meraih ponselnya lalu menghubungi nomor Abian
Sementara disisi lain
Orang-orang tengah mengerumuni tempat kecelakan itu. Bayak orang berkumpul untuk menonton dan juga para polisi yang mengevaluasi Korban
"Ada satu lagi didalam mobil sana pak" ucap salah satu orang disana yang menunjuk pada mobil Abian yang sudah terbalik itu
ARELTA POV
Panggilan telpon itu tersambung
"Haloo Abian, Kamu baik-baik saja kan??" Ucap Arelta yang entah mengapa sekarang merasa khawatir
"Halo..maaf nona apa anda keluarga nya" jawab orang lain dari balik sambungkan itu dan bukan Abian
"Anda siapa?? Mengapa ponsel ini ada pada anda?? Dimana Abian" Ucap Arelta merasa bingung
"Maaf nona, saya petugas rumah sakit, orang yang anda maksud telah mengalami kecelakaan dan sedang dilarikan kerumah sakit saat ini"
Bak tersambar petir seketika kaki Arelta melemas dan terjatuh. Pak Aden yang baru saja masuk langsung mengahmpiri putrinya yang tiba-tiba duduk dan menangis itu " Ada apa sayang?? Apa yang terjadi mengapa kamu menangis" tanyanya
"Hkss ... A-bian ayah, Abian kecelakaan "jawabnya dengan bibir bergetar
Pak Aden mengambil ponselnya "halo apa yang kau katakan?? Dimana dia sekarang"
"Korban mengalami kecelakaan sekitar 20 menit lalu dan sedang menuju ruang sakit ****!! Anda bisa langsung kesana untuk informasi lanjutnya"
Panggilan itu pun langsung terputus
Arelta Bergegas mengangkat gaun nya dan hendak pergi namun Pak Aden menahan nya
"Kamu mau kemana??" menahan tangannya
"Lepaskan aku ayah, aku ingin pergi menemui Abian " berontaknya
"Tenanglah Arelta..kita akan kesana bersama" ucapnya yang lansgung memeluk putrinya
**
Arelta tak henti-hetinya menangis saat menunggu Abian yang masih berada diruang operasi.Sungguh Arelta tidak menyangkaka jika dihari yang harusnya bahagia untuk nya akan seperti ini
Beberapa saat kemudian dokter pun keluar, gadis itu langsung berlari menghampiri sang dokter
"Bagaimana dengan keadaan Abian, Dia baik baik saja kan dok?? "
"Maaf kan saya Nona, saya sudah melakukan yang terbaik tapi dokter Abian tidak bisa kami selamatkan " Ucap dokter itu dengan berat hati
"Tidak mungkin!! Hikss Abian tidak mungkin meninggal" Arelta menangis lalu menerobos masuk kedalam, Melihat Abian yang terbaring pucat dan sudah tak bernyawa.
"Abian!! Aku mohon bangun..Aku mohon" Tangisnya yang memeluk erat tubuh dingin Abian
"Aku mohon bangunlah..kau bilang akan selamanya bersamaku, aku mohon bangunlah Abian" lirihnya menangkup wajah pucat Abian
"Sudah Nak, kamu harus ikhlas biarkan dia tenang" Ucap Pak Aden yang berusaha memenangkan putrinya
Arelta menangis sejadi jadinya sungguh ia belum siap kehilangan secepat ini.
_
_
"Dokter bagiamana keadaannya " ucap seorang pria saat melihat Dokter itu keluar dari ruangan
"Apa anda keluarganya "
"Iyah dok saya keluarganya! Bagaimana keadaan nya apa dia baik-baik saja"
"Keadaan pasien sangat buruk akibat benturan keras pada tubuhnya mengakibatkan jantungnya mengalami kerusakan dan membutuhkan pendonor secapatnya" jelas dokter itu
" Tapi dia bisa sembuhkan Dok?"
"Bisa jika dia mendapatkan pendonor sekarang"
"Bagaimana jika pendonor itu tidak ada dok"
"Maka pasien akan kehilangannya nyawanya "Ucap dokter hingga membuat pria itu sedikit terkejut
"Saya mohon dok, tolong carikan pendonornya saya akan bayar berapapun itu " Ucap pria tinggi itu
Belum sempat menjawabnya, ponsel dokter itu pun berbunyi
"Halo"
"Dokter ada seseorang yang ingin mendonorkan jantung untuk pasien yang membutuhkan, apa dokter masih membutuhkan ya " Ucap seorang dari seberang sana
"Iya sus, saya masih membutuhkannya. Baiklah kalau begitu tolong siapkan ruang operasi segera kita akan melakukan operasi sekarang " jawab dokter itu lalu mematikan sambungannya
"Bagaimana dok" ucap pria itu
"Kita bisa memulai operasi sekarang..ada seseorang yang mendonorkan jantungnya untuk pasien yang membutuhkan"
Pria itu menarik nafas lega nya " tolong lakukan operasi nya segera dok!! Pintanya. Dokter pun Mengangguk
Beberapa saat kemudian lampu ruang operasi itu padam menandakan operasi telah selesai
Pria tinggi itu berdiri saat melihat para dokter keluar dari ruangan operasi
"Bagaimana dok?? apa operasinya berhasil " tanya pria itu
Dokter itu menganguk" Iya tuan operasinya berjalan dengan lancar"
Lagi-lagi pria itu menarik nafas lega nya "Syukurlah"
***
BEBERAPA BULAN KEMUDIAN
Seorang membuka matanya menatap bingung kerah sekitarnya "Dimana aku" gumam nya
"AXSA!!!" panggil seseorang hingga membuat pria berhidung mancung itu terkejut
Axsa membalikan badannya melihat seorang pria tengah berjalan keluar dari kabut dan mendekatinya
"Siapa kau??" Tanya Axsa
"Aku sudah menolongmu, sekerang jagalah dia untukku " ucap pria itu
"Apa makasudnya, dan kau sebenarnya siapa mengapa kau selalu datang kemimpiku!" Ucap Axsa Namun pria itu tiba-tiba menghilang
"Heyy siapa kau!! Siapa yang kau maksud " Ucap Axsa terkaget, dan terbangun dari mimpinya
Axsa memegang dadanya yang terasa sesak saat ini, Namun tiba-tiba seorang datang memasuki kamar nya dengan tergesa-gesah
"Ada apa Axsa? Apa ku merasa sakit lagi "Ucap pria yang mengenakan setelan jas hitam itu
"Tidak Devin. Aku baik-baik saja " jawab nya
"Apa kau yakin" Devin pun duduk disampingnya
"Entahlah, Aku juga tak yakin sejak kecelakaan itu aku merasa tidak tenang" Ucap Axsa sambil mengelah nafasnya
"Apa kau memimpikan pria itu lagi"
"Ehmm. Dia selalu datang kemimpiku dan memintaku untuk menjaga seseorang tapi dia tidak pernah menyebutkan nama nya dan selalu menghilang ketika aku bertanya siapa dia?"
"Sepertinya ini ada kaitannya dengan jantung yang berada di tubuhm, Axsa" Balas devin
Axsa terdiam sejenak sebelum akhirnya ia meminta Devin untuk mencari tau tentang pendonornya.
"Devin, bisakah kau cari tau tentang pendonor itu" Pintanya
"Tentu saja.aku akan mencari tahu siapa pendonor itu" jawabnya lalu beranjak pergi meninggalkan Axsa
**
Dijalan itu Arelta tengah berdiri dengan padangan kosong, sudah beberapa hari gadis itu selalu berada disana. ditempat dimana Abian kecelakaan dan merengkut nyawanya
Arelta menitihkan air matanya berusaha menelpon seseorang dengan ponselnya
Abian sayang tulis nama kontak yang tertera di ponsel Arelta
Arelta berkali kali menghubungi Abian. bukan berati ia tidak tahu jika Abian sudah tiada tapi karena Arelta belum bisa mengikhlaskannya hingga membuatnya berfikir bahwa Abian hanya membohonginya saja dan berpura-pura meninggal
"Aku mohon angkatlah Abian" Lirihnya menitihkan air matanya
Tatapan kosong yang menatap jalankan luas itu membuat orang orang melirik Arelta termasuk Axsa yang tak sengaja terhenti dijalan itu saat lampu merah
Sekilas Axsa melihat Arelta dari bilik kaca mobilnya
Deg!
Dentuman tak karuan terdengar bergema di jantung nya, Axsa langsung memegang dadanya lalu menatap diri Arelta yang tengah menangis saat itu
"Ahkk" Axsa menahan rasa sakitnya yang semakin menggebu saat melihat Gadis itu menangis.
"Tuan..anda baik-baik saja" Tanya sang bodyguard sekaligus supirnya itu
"Saya tidak apa-apa" jawab Axsa dengan sedikit terbatah
Lampu merah sudah berubah menjadi hijau. mobil Axsa kini melaju kembali. Menghilangnya Arelta dari padangan Axsa perlahan membuat rasa sakit dadanya itu juga kian menghilang
"Ada apa ini?? Kenapa dada aku merasa sakit saat melihat gadis itu" Gumam Axsa yang merasa bingung
Sedangkan Arleta maish menatap kosong kearah jalan dan berusaha menghubungi Abia yang sudah jelas tak akan pernah mengangkatnya
"Abain..apa kamu sungguh pergi meninggalkan aku" Lirihnya*
**
Sore hari kemudian Axsa kembali kerumah. sudah menjadi kebiasaan nya beberapa bulan terakhir ini. Ia akan pergi saat pagi dan kembali saat sore
Arelta menaiki anak tangga untuk menuju kamarnya Namun tiba-tiba sang ayah memanggil, membuat Arelta menghentikan langkah kakinya
"Arelta, ayah ingin bicara dengan kamu"
"Apa yang ingin ayah bicarakan? Jika ayah menyuruh melupakan Abian lagi, aku tidak ingin membicarakannya lagi "ketusnya
"Dengarkan ayah sayang. Kamu harus bisa melupakan nya, hidupmu masih terus berjalan, biarkan Abian juga tenang disana "
"CUKUP!! Aku tahu ayah mengakhwatirkan aku tapi tolong jangan pernah menyuruhku melupakannya. Aku tidak akan pernah bisa." Ucapnya dengan cepat, dan pergi masuk kedalam kamar
Arelta langsung terduduk dimeja rias menatap pantulan dirimu dicerimin
Arelta melirik fotonya dan Abian yang berada diatas meja sekita air mata itu kembali jatuh saat mengingat hari-hari indah nya dulu bersaman pria yang hampir saya menjadi Suaminya itu
Ternyata benar rasa sakit yang paling menyakitkan adalah kehilangan orang yang kita sayangi.
**
Disisi lain terlihat Axsa tengah tidur dengan posisi duduknya dan laptop yang masih berada dipangkuan nya. Mungkin pria itu kelelahan dan akhirnya tertidur tanpa sengaja
"Aku mohon jaga dia" Ucp pria dalam kabut itu lagi
"Kenapa kau selalu datang ke mimpiku? Apa kau pemilik jantung ini?" Balasnya dengan suara yang sedikit meninggi
"Kau benar. Jantung itu milikku karena itu aku minta padamu jagalah dia"
"Siapa yang kau maksud _DIA_ siapa orang itu?"
Namun pria itu lagi-lagi menghilang
"Heyy kemana kau siapa yang kau maksud!! Kenapa kau pergi" teriak Axsa hingga ia terbangun dari mimpinya
Bersamaan dengan itu Devin yang baru saja datang tba-tiba langsung berlari saat mendengar teriakan Axsa
"Ada apa?? Apa kau mimpikan dia lagi" Tanya devin yang ikut duduk disampingnya
"Iyah..aku memimpikannya lagi" Axsa mengatur nafasnya
"Oh ya bagaimana? apa kau sudah menemukan informasi pendonor itu"
"Ah iya aku hampir lupa. Ini riwayat tentang pendonor itu" Devin memberikan map berwarna coklat itu pada Axsa
" Dari yang aku dengar dia seorang dokter dan satu lagi dia juga korban dalam kecelakaan yang kau Alami beberapa bulan lalu" jelasnya
Axsa membaca setiap detail isi kertas itu
_ Albian Abiano" Ucap Axsa saat membaca nama yang tertera di kertas itu
"Iyah, Albian abiano itu namanya, dia mempunyai kekasih dan akan menikah tapi saat dalam perjalanan ia mengalami kecelakaan dihari yang sama denganmu itu" Ucapnya "Dan ini adalah fotonya dengan kekasihnya" Devin memberikan foto itu pada Axsa
Axsa terdiam sejenak saat melihat foto Arelta dengan Abian sekilas Axsa langsung mengingat sesuatu
"Argkk" Axsa memegang kepalanya sekita kertas-kertas itu pun berjatuhan
"Ada apa Axsa kau merasa sakit lagi"
Namun Axsa hanya bungkam tak menjawab perkataan nya lalu pergi begitu saja
**
Seperti biasanya. Pagi ini Arelta sudah terlihat berada ditempat Abian kecelakaan dengan tatapan yang kosong Arelta menatap jalan itu berharap Abian akan datang dan mengatakan semua ini hanyalah bohong
Arelta menitihkan air matanya. Bersamaan dengan itu Axsa yang memegangi dada nya yang terasa sesak
Axsa terus memperhatikan Arelta dari dalam mobilnya, saat ia melihat foto itu kemarin Axsa yakin jika orang yang harus dijaganya adalah gadis itu.
Sementara gadis itu masih dengan tatapan kosong menatap Jalanan yang kini mulai terlihat ramai dengan kendaraan yang melintas
"Abian apa kamu sungguh meninggalkan aku" batin nya yang masih saja tidak percaya dengan apa yang terjadi
Gadis itu memejamkan matanya kini ia sudah tidak sanggup lagi. ia mengepal tangan nya lalu menarik nafasnya. kini Arelta berniat itu menabrak dirinya pada kendaraan yang melintas
lampu merah merah itu berubah menjadi hijau menandakan mobil akan kembali melaju. Namun gadis itu tiba-tiba menghentikan langkahnya ditengah jalan
"Hey nak apa yang kau lakukan cepatlah berlari Lampunya sudah berganti" Ucap seseorang yang juga menyeberang
Namun gadis itu tak bergeming sedikitpun.
Sementara disisi lain sebuah mobil melaju dengan kecepatan tinggi yang mengarah pada Arelta. Semua orang berteriak padanya agar segera menyingkir namun gadis itu hanya diam menutup matanya
Itulah tujuan nya mati ditempat yang sama dengan Abian, tentu Arelta tak akan mendengar orang-orang yang berteriak padanya
Mobil itu semakin melanju dengan kencang sedangkan gadis itu ia bersiap menutup matanya rapat-rapat
Namun tiba-tiba Axsa datang dan langsung memeluknaya, membawa gadis itu dalam dekapan hingga terjatuh disamping jalan.
Mobil itu menabrak pembatas jalan.
"Apa kamu baik-baik saja" Axsa yang melepaskan pelukannya. Ternyata Arelta sudah tak sadarkan diri
Segera mungkin Axsa mengangat tubuhnya membawa gadis berhidung bangir itu menuju rumah sakit
Beberapa saat kemudian dokter pun keluar. Axsa yang melihat Dokter itu keluar segera bangun dari tempat duduknya menghampiri dokter dan menanyakan keadaan Arelta
"Bagaimana dok apa dia baik-baik saja"
"Pasien baik-baik saja hanya luka ringan "
"Dokter Giom bagaimana keadaan Putri saya" Sela seorang pria paruh baya yang baru saja datang.
"Tidak perlu khawatir Pak Aden. Arelta baik-baik saja"
"Syukurlah " Pak Aden mengelah nafas leganya. Sebelum akhirnya ia menyadari keberadaan, "Eohh apa kau yang membawa putriku kesini?"
Axsa mengangguk, " Iya Pak, saya yang membawanya "
"Terimakasih telah membawa putriku, aku sudah mendengar berita nya jika bukan karena kau mungkin aku sudah kehilangan putri ku saat ini "
Pak Aden sangat berterimakasih pada Axsa karena telah menyelamatkan putrinya. Sementara pria pemilik tubuh tinggi itu hanya tersenyum tipis, bahkan saat ini ia tidak merasa canggung sedikitpun saat Pak Aden memengang tangan dan memeluknya, rasanya seperti sudah terbiasa baginya
"Aku sudah menemukan nya" Gumam Axsa yang kini sudah berada dirumah.
"Siapa yang kau temukan?" Tanya devin
"Gadis itu" Jawabnya
"Gadis itu? Siapa?"
"Wanita yang difoto bersama Abian "
"Kau menemukan nya dimana, dan kapan?"
"Hari ini di tempat kecelakan yang sama seperti waktu itu. Dia ingin mengakhiri hidupnya dengan manabrakan dirinya pada kendaraan yang melintas"
"Mengapa!"
"Entahlah Vin, aku tidak tahu apa yang terjadi. Mengapa ia sampai berfikir untuk mengakhiri hidupnya" Axsa beranjak dari tempat duduknya, dan masuk kedalam kamarnya
Didalam kamar Axsa menatap dirinya dalam pantulan cermin. Entah mengapa kini Axsa merasa khwatir pada Arelta. Apa ini Alasan Abian selalu muncul dipimpinnya, dan meminta agar Axsa menjaganya
**
Keesokan harinya gadis itu perlahan membuka matanya ia menatap langit-langit atas yang ada ruangan. buliran air mata tiba tiba menetes dari pelupuk matanya
"Mengapa aku masih ada disini"Lirihnya yang tanpa sadar ada seseorang yang memperhatikannya.
"Karena aku menyelamatkanmu" Sahut Axsa yang sedang duduk disofa itu. Pria itu sudah ada sejak pagi karena Pak Aden yang memintanya datang untuk menemani Arelta belum juga sadar.
"Siapa kamu, dan sedang apa disini!" Ucapnya saat melihat Axsa.
"kenalkan aku Axsa Asselio.Mengapa aku disini tentu saja menunggu kamu bangun" jawabnya tersenyum lalu mendekati Arelta.
"Sudahlah aku tak perduli apa yang kamu katakan, mau namamu axsa atau siapapun intinya aku gak kenal. keluarlah aku ingin sendiri "
"Apa ini cara kamu berterimakasih?. Setidaknya bersikaplah baik padaku" Balasnya yang kembali duduk disofa
Tak mau ambil pusing Arelta dengan cepat beranjak dari bangkarnya, dan keluar dengan membawa kantung infusnya. " Kalau kamu gak mau kalau biar aku aja" Ucapnya saat sudah diambang pintu.
"Ternyata kesabaran benar-benar setipis tissue " Ucap Axsa saat melihat arelta yang pergi sambil menarik tiang infusnya itu.
Arelta duduk disalah satu bangku taman yang ada dibelakang rumah sakit. Entah mengapa Lagi-lagi tatapannya terlihat kosong, dan tak lama kemudian Buliran air mata menetes dari pelupuk matanya. Arelta kini teringat kembali akan kenanganya bersama dengan Abian
"Abian" Panggil Arelta tersenyum, dan langsung berlari memeluk Abian
"Ada apa ini tumben kamu kesini." Tanya Abian menatap Arelta yang kini bersikap manja padanya.
"Aku kangen kamu" Jawab Arelta dengan suara manja
Tes
Tes
Ditempat yang sama dan waktu berbeda seketika bayangkan saat Bersama Abian itu terlintas dibenak Aeta
"Abian. Kamu bohong! Mengapa kamu pergi lebih dulu bukankah kita sudah berjanji akan hidup selamanya bersama "
Axsa yang disadari hanya diam saja kini berjalan mendekati Arelta. Duduk disampingnya lalu dengan cepat tangannya terulur menghapus air mata wanita berkulit putih itu.
"Jangan menangis seperti ini dia pasti akan sangat sedih jika melihat kamu seperti ini terus" Ucap Axaa dengan senyum tipis nya
Namun Arelta malah menepis tangannya, " ini semua karena kamu jika kau tidak menyelamatkan aku pasti aku sudah bertemu dengan Abian sekarang" Ucapnya lirih, lalu mendorong Axsa agar menjauh dari dirinya
"Pergilah aku mau sendiri" Pintanya dengan lirih
Axsa diam tak menjawab tapi ia perlahan pergi meninggalkan Arelta yang kini mulai menangis terisak-isak itu.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!