Hari beranjak senja. Seorang gadis cantik yang terlihat masih polos tanpa make-up di wajahnya mengendarai motor maticnya. Karena lalu lintas yang macet, gadis yang bernama Yuniar itu mengambil jalan pintas. Melewati jalan lain yang memutar dan lumayan sepi. Jalan yang kanan kirinya merupakan perkebunan pisang.
"Ckiiitt.."
Yuniar mengerem mendadak saat mobil yang berlawanan arah dengan dirinya tiba-tiba menghadang jalannya.
"Astagaa.! Apa pengemudi mobil itu sedang mabuk? Untung saja rem motor ku pakem. Kalau tidak, aku pasti sudah nyungsep menabrak mobil itu. Kalau menabrak pria tampan masih mending, bisa cuci mata. Kalau nabrak mobil, yang ada aku jadi pasien di rumah sakit,"gerutu Yuniar yang merasa terkejut sekaligus kesal karena di hadang mendadak oleh sebuah mobil.
Namun sesaat kemudian, Yuniar mulai merasa takut, karena ada empat orang pria yang keluar dari dalam mobil itu. Empat orang pria itu berjalan mendekati dirinya. Melihat gelagat yang tidak baik dari ke empat orang pria itu, Yuniar pun menyalakan motornya berniat kembali memutar arah.
Namun, saat Yuniar berhasil memutar motornya dan hendak melajukan motornya...
"Hei! Mau kemana kamu?"tanya seorang pria yang tiba-tiba sudah berada di sebelah Yuniar dan langsung mengambil kunci motor Yuniar.
"Kembalikan kunci motorku!"pinta Yuniar seraya berusaha merebut kembali kunci motornya dari pria itu. Namun pria itu langsung memasukkan kunci motor Yuniar ke dalam saku celananya.
"Bagaimana ini? Aku yakin mereka ini pasti punya niat buruk padaku. Ya, Tuhan.. Tolonglah hamba-Mu ini,"gumam Yuniar dalam hati.
Yuniar mulai ketakutan dengan situasi yang dihadapinya saat ini. Jalanan yang dilewati Yuniar termasuk sepi, jarang yang melewati jalanan itu. Kemungkinan akan sulit untuk meminta bantuan jika empat orang pria itu ingin berbuat macam-macam pada dirinya.
"Kita tidak salah mangsa, bro. Gadis ini memang cantik,"ujar pria yang mengantongi kunci motor Yuniar.
"Wahh.. Kita benar-benar beruntung,"sahut yang lainnya.
"Tolong kembalikan kunci motor saya!"pinta Yuniar semakin ketakutan.
"Akan aku berikan jika kamu bisa membuat kami senang,"
"Benar, kami butuh refreshing untuk menghilangkan stress,"
Mendengar perkataan para pria itu, ketakutan Yuniar semakin menjadi-jadi. Apalagi ke empat orang pria itu mengelilingi dirinya.
"Buka helm kamu, sayang!"
"Jangan, mendekat!"pekik Yuniar saat para pria itu semakin mendekat.
"Jika aku sampai kehilangan kesucian ku, lebih baik aku mati,"gumam Yuniar dalam hati. Gadis itu nampak sudah bersiap-siap mengambil langkah seribu, alias melarikan diri dari para pria itu.
"Hei! Jangan lari!"
"Sial! Ayo kejar dia!"
Tanpa di duga empat orang pria itu, dengan cepat Yuniar berlari menerobos kepungan para pria itu. Para pria itu pun berlari mengejar Yuniar. Yuniar masuk ke dalam perkebunan pisang di pinggir jalan agar bisa bersembunyi dari para pria itu. Sesekali menengok ke belakang untuk melihat para pria yang sedang mengejarnya. Hingga...
"Brukk"
"Akhh"
Yuniar tiba-tiba menabrak sebuah pohon pisang, karena Yuniar berlari kencang sambil menoleh ke belakang. Gadis itu sampai terpental dan jatuh terlentang di tanah.
"Astagaa.! Untung yang aku tabrak pohon pisang, kalau pohon mangga, bisa benjol atau mungkin gegar otak ini kepala,"gumam Yuniar dalam hati.
"Dia jatuh!"
"Cepat tangkap dia!"
Empat pria yang mengejar Yuniar semakin mendekat. Yuniar pun bergegas berdiri dan kembali berlari secepat mungkin untuk menyelamatkan diri. Yuniar yang di kampungnya suka bermain bola kasti sudah terbiasa berlari cepat. Karena itulah empat pria itu kesulitan untuk mengejar Yuniar dan kembali kehilangan jejak Yuniar.
Yuniar bersembunyi di antara batang pisang sambil mengatur napasnya yang terasa tinggal di tenggorokan, karena sangking cepatnya berlari.
"Aku tidak boleh masuk ke dalam kebun pisang ini. Aku harus berada di tepi perkebunan ini agar jika ada orang yang melintas, aku bisa meminta bantuan,"gumam Yuniar dalam hati masih berada di tempat persembunyiannya.
Yuniar mengambil handphone di saku celana kulot nya untuk meminta bantuan pada adiknya. Yuniar bermaksud mengetik pesan, setelah itu melakukan panggilan singkat, alias miskol agar pesannya segera di baca oleh adiknya. Namun seketika Yuniar menjadi frustasi.
"Ya, Tuhan.. Kenapa handphone aku malah mati,"gumam Yuniar dalam hati saat hendak menekan tanda kirim, tapi handphonenya malah mati.
Akhirnya gadis itu memasang telinganya baik-baik agar bisa mendengar langkah kaki para pria yang mengejarnya. Yuniar juga memperhatikan jalan raya, berharap ada kendaraan yang melintas agar bisa meminta bantuan.
"Kemana gadis itu?"
"Larinya cepat sekali,"
"Terus cari! Dia pasti masih ada di sekitar sini,"
"Benar, dia pasti sedang bersembunyi,"
"Sepertinya dia masuk ke dalam kebun sana,"
Para pria itu nampak kesal karena kehilangan jejak Yuniar.. Namun sesaat kemudian, para pria itu nampak menyeringai saat melihat sedikit helm berwarna pink yang dipakai Yuniar.
Sedangkan Yuniar merasa sedikit lega karena suara para pria itu masih terdengar agak jauh dan sepertinya mereka tidak mengetahui tempat persembunyiannya. Tidak menyadari keempat pria itu mengendap-endap mendekati dirinya.
"Aku biasanya juga lewat jalan ini, tapi kenapa kali ini aku sial begini,"gumam Yuniar dalam hati.
"Srekk"
Suara daun kering yang tersenggol itu membuat Yuniar terkejut.
Yuniar semakin terkejut saat melihat para pria itu sudah hampir dekat dengan dirinya. Yuniar pun bergegas bangkit dan kembali berlari.
"Tangkap dia!"
Yuniar terus berlari hingga Yuniar melihat sebuah mobil yang akan melintasi tempat itu. Gadis itupun langsung berlari keluar dari kebun pisang itu.
"Ckiiitt"
"Akhhh"pekik Yuniar karena ternyata dirinya menghadang mobil itu terlalu dekat dan hampir saja tertabrak oleh mobil itu.
Namun, bagi Yuniar lebih baik mati tertabrak mobil dari pada harus kehilangan kesuciannya secara paksa, apalagi digilir empat orang pria.
"Shiitt!"umpat pengemudi mobil itu.
Mobil itu mengerem mendadak saat Yuniar tiba-tiba muncul dari kebun pisang dan hampir saja di tabrak mobil itu. Jika mobil itu tidak mengerem tempat waktu, sudah pasti Yuniar akan tertabrak.
Sempat syok karena hampir tertabrak mobil yang di hadangnya, Yuniar bergegas berjalan ke samping mobil itu.
"Tolong! Tolong saya!"teriak Yuniar seraya mengetuk-ngetuk kaca mobil di samping kemudi.
"Yuniar?"gumam pria yang tidak lain adalah Aiden. Pria itu nampak terkejut melihat Yuniar di jalanan itu dengan keadaan yang terlihat berantakan.
Aiden adalah seorang pria kaya raya yang kedua orang tuanya sudah meninggal. Sedangkan adiknya hilang sejak umur tiga tahun. Namun baru-baru ini Aiden sudah menemukan adiknya.
Aiden menjadi seorang Casanova, petualang cinta karena untuk menghilangkan rasa kesepiannya. Sebab, kedua orang tuanya telah lama meninggal dan adiknya menghilang selama puluhan tahun. Namun Aiden bersyukur, karena sekarang sudah menemukan adiknya, keluarganya satu-satunya.
Wajahnya yang tampan, bentuk tubuhnya yang proposional, serta kekayaannya yang melimpah, membuat banyak gadis yang ingin menjadi pendamping hidupnya. Namun tidak ada satupun wanita yang bisa membuat Aiden jatuh hati.
Hingga Aiden bertemu Yuniar tanpa sengaja dan tertarik pada Yuniar sejak pertama kali bertemu. Sudah beberapa bulan ini Aiden mengejar-ngejar Yuniar. Namun Aiden jarang bisa bertemu dengan Yuniar karena kesibukan dalam mengelola perusahaannya dan juga karena masalah pribadinya yang menyangkut tentang sahabatnya akhir-akhir ini. Belum lagi karena dirinya yang sempat mengalami kecelakaan di pulau lain. Hingga sulit bagi Aiden untuk bertemu dengan Yuniar.
"Mau kemana kamu!"tanya salah seorang pria yang mengejar Yuniar. Empat orang pria itu sudah berada di dekat mobil Aiden.
"Tok! Tok! Tok!"
"Tuan, tolong saya, Tuan!"ucap Yuniar kembali mengetuk kaca mobil Aiden.
Yuniar sangat berharap orang di dalam mobil itu mau menolong dirinya. Apalagi hari sudah beranjak senja, dan sebentar lagi malam akan tiba. Akan sulit bagi Yuniar untuk mendapatkan pertolongan, apalagi baterai handphone nya habis.
Aiden melihat empat orang pria yang nampaknya mengejar Yuniar. Aiden pun membuka pintu mobilnya.
"Tuan!"ucap Yuniar yang terkejut sekaligus merasa senang melihat orang yang keluar dari dalam mobil itu adalah Aiden. Yuniar sangat berharap Aiden mau membantunya.
"Tuan, tolong saya, Tuan! Mereka ingin melecehkan saya,"ucap Yuniar menatap Aiden penuh harap.
"Hei! Jika tidak ingin kami hajar, sebaiknya kamu tidak usah ikut campur !"ancam salah seorang pria yang mengejar Yuniar.
"Apa imbalannya jika aku menolong kamu?"tanya Aiden tersenyum penuh arti pada Yuniar.
...🌟"Terkadang, pertemuan dan perpisahan sulit untuk kita prediksi."🌟...
..."Nana 17 Oktober"...
...🌸❤️🌸...
.
To be continued
"Apa imbalannya jika aku menolong kamu?"tanya Aiden tersenyum penuh arti pada Yuniar.
"Jika Tuan ingin meminta imbalan atas kebaikan yang Tuan berikan pada saya, lebih baik Tuan tidak perlu menolong saya,"ucap Yuniar yang merasa kesal pada Aiden. Di saat genting seperti ini, Aiden malah bernegosiasi dengan dirinya.
"Kebanyakan basa basi. Cepat, kita bawa gadis itu,"ucap salah seorang dari empat pria itu nampak tidak sabar mendengar Yuniar dan Aiden bernegosiasi.
Yuniar melepaskan helmnya. Bersiap untuk memukul siapa saja yang akan mendekati dirinya. Tidak ingin mengharapkan bantuan dari Aiden lagi.
"Aku tidak mau terjebak dalam hutang budi lagi. Aku tidak ingin dia meminta apapun sebagai imbalan karena telah menolong ku. Aku harus mengandalkan diriku sendiri,"gumam Yuniar dalam hati dengan tekad yang bulat, sebulat bola.
Aiden membuang napas kasar melihat wajah kecewa Yuniar. Menatap gadis yang nampak bersiap-siap melawan empat orang pria menggunakan helm.
"Bugh"
"Akhh!" Berani melawan rupanya,"
Saat salah seorang pria itu ingin menarik tangan Yuniar, tapi Yuniar langsung memukul pria itu menggunakan helm nya.
"Dasar gadis keras kepala! Tapi aku menyukainya,"gumam Aiden dalam hati penuh senyuman.
"Berani menyentuh calon istri ku? Kalian jangan menyesal, jika aku membuat kalian babak belur atau patah tulang,"ujar Aiden tersenyum miring saat melihat para pria itu kembali ingin menyentuh Yuniar.
"Iih.. Sejak kapan aku menjadi calon istrinya dia?"gerutu Yuniar dalam hati dengan wajah yang terlihat cemberut melirik ke arah Aiden.
Aiden akhirnya memukul siapapun yang mendekati Yuniar. Perkelahian empat lawan dua pun terjadi. Setiap ada yang terjatuh karena pukulan atau tendangan Aiden, Yuniar langsung menyerang orang itu dengan memukulinya menggunakan helmnya. Hingga orang itu tidak bisa lagi berdiri untuk menyerang Aiden.
Satu persatu dari empat orang pria yang mengejar Yuniar akhirnya tumbang semua. Dihajar oleh Aiden dan Yuniar.
"Kembalikan kunci motor ku!"bentak Yuniar pada pria yang mengambil kunci motornya tadi.
"Ambil saja sendiri!"ketus pria itu memegangi kepalanya yang terasa pusing karena dipukuli Yuniar menggunakan helm.
"Ambilkan! Atau akan aku pukul lagi dengan helm!"ancam Yuniar.
"Dasar gadis sialan!"umpat pria itu merogoh saku celananya, tapi tidak menemukan kunci motor Yuniar.
"Kuncinya hilang,"ujar pria itu karena tidak menemukan apapun di saku celananya.
"Jangan bohong!"sergah Yuniar.
"Dugh"
"Akhh! Sakit! Dasar gadis sialan!"pekik pria itu karena Yuniar memukul kepalanya mengunakan helm lagi.
"Berikan kunci motor ku! Atau aku akan menginjak kakimu hingga patah!"ancam Yuniar.
"Kuncinya benar-benar tidak ada. Kalau tidak percaya, cari sendiri di saku celanaku!"
"Aku tidak mau menyentuh pria brengseek seperti mu. Enak saja! Kamu mau mengambil kesempatan dalam kesempitan?!"ketus Yuniar yang tidak mau memasukkan tangannya di saku celana pria itu.
"Nggak mau, ya, sudah!"ketus pria itu terlihat kesal.
Aiden yang dari tadi melihat kelakuan Yuniar sambil menelpon polisi pun menjadi gemas. Tidak menyangka jika gadis yang terlihat lembut itu ternyata bar-bar juga.
"Biar aku saja yang mencarinya,"ujar Aiden setelah selesai menelpon polisi. Akhirnya Aiden turun tangan mencari kunci motor Yuniar di saku celana pria yang mengambil kunci motor Yuniar tadi.
"Benar-benar tidak ada kunci motor di saku celananya,"ujar Aiden menatap Yuniar, setelah mencari di semua saku celana pria itu.
"Mungkin saja dia memberikannya pada temannya,"sahut Yuniar.
Aiden kembali menggeledah satu persatu empat pria itu, tapi tidak menemukan kunci motor. Aiden hanya menemukan kunci mobil dari saku salah seorang pria itu.
"Aku tidak menemukan kunci motor dari empat orang ini. Mereka hanya membawa kunci mobil,"ucap Aiden.
"Kembalikan kunci motor ku! Kembalikan! Kembalikan!"pekik Yuniar memukuli pria yang tadi mengambil kunci motornya.
Pria itu hanya bisa merintih kesakitan karena dipukuli Yuniar dengan brutal.
"Sudah! Sudah! Kamu bisa membuatnya mati jika memukuli dia terus,"ujar Aiden seraya menarik Yuniar menjauh dari pria yang sudah tidak berdaya itu.
"Motor itu dibelikan oleh kakak ku. Kakakku bersusah payah mencari uang untuk membeli motor itu,"ujar Yuniar terlihat kesal, tapi malah terlihat menggemaskan di mata Aiden.
"Tenang saja, nanti aku akan mengurusnya untuk mu,"ujar Aiden, kemudian mengambil tali dari dalam mobilnya dan mengikat empat orang pria itu.
"Ayo, kita pulang! Aku sudah menelpon polisi. Sebentar lagi, mereka akan sampai di sini,"ajak Aiden setelah selesai mengikat empat orang pria itu.
"Tapi, jalan ke arah sana di hadang mobil empat orang itu,"ujar Yuniar.
"Begitu, ya?"sahut Aiden, lalu mengambil lagi kunci mobil dari salah seorang pria yang diikatkannya tadi.
"Ayo, pulang! Sebentar lagi akan gelap,"ujar Aiden membuka pintu mobil bagian penumpang di sebelah kursi kemudi untuk Yuniar.
Melihat matahari yang sebentar lagi benar-benar akan tenggelam, Yuniar pun tidak memiliki pilihan lain selain ikut bersama Aiden.
Aiden dan Yuniar meninggalkan empat orang pria itu dalam keadaan terikat. Beberapa meter setelah melajukan mobilnya, Aiden pun menghentikan mobilnya karena jalan itu tertutup oleh mobil yang melintang di jalan. Sehingga Aiden tidak bisa melanjutkan perjalanan. Aiden melihat sebuah sepeda motor di dekat mobil itu.
"Apa itu mobil para pria tadi? Dan itu motor kamu?"tanya Aiden menoleh pada Yuniar.
"Iya,"sahut Yuniar yang semenjak masuk ke dalam mobil hanya diam saja.
Aiden akhirnya turun dan menepikan mobil empat orang tadi agar mobilnya bisa lewat. Tak lama kemudian Aiden kembali masuk ke dalam mobil dan kembali melajukan mobilnya.
Yuniar hanya bisa menatap motornya yang terpaksa di tinggalkannya di tempat itu.
"Jadi, kamu berlari dari tempat itu sampai ke tempat kita bertemu tadi?"tanya Aiden yang melihat bahwa jarak antara dirinya menemukan Yuniar dan menemukan motor Yuniar lumayan jauh.
"Iya. Terimakasih karena telah menolong aku,"ucap Yuniar menatap wajah Aiden sekilas.
"Hanya terimakasih?"tanya Aiden menoleh sebentar ke arah Yuniar seraya tersenyum tipis.
Yuniar tidak merespon pertanyaan Aiden. Lebih memilih diam dari pada terjebak dengan pertanyaan Aiden seperti sebelumnya.
"Aku sudah menyelamatkan kamu dari empat pria brengseek tadi. Bagaimana jika kamu menikah saja dengan aku? Sebagai imbalan aku telah menolong kamu,"Aiden tersenyum tipis melirik Yuniar.
"Saya tadi memang meminta bantuan pada Tuan. Tapi, 'kan.. tidak jadi. Lalu, Tuan membantu saya tanpa saya pinta. Jadi, seharusnya Tuan tidak meminta balasan atas pertolongan Tuan pada saya. Tapi, saya tetap berterimakasih karena Tuan mau menolong saya,"ujar Yuniar lembut, enggan menatap wajah Aiden.
"Kamu pintar juga mengelak,"ujar Aiden tersenyum tipis,"Tapi, aku tidak mau tahu, kamu harus menikah dengan aku. Coba bayangkan, jika aku tidak menolong kamu. Mungkin.. Kamu sudah di gilir oleh empat orang pria tadi,"
"Ta.. Tapi.. Saya tidak ingin menikah dengan Tuan,"
"Apa kekurangan ku, hingga kamu selalu menghindari dan menolak aku? Aku serius padamu. Aku akan memberikan apapun yang kamu minta, asalkan kamu mau menikah dengan ku,"
"Maaf, saya tidak ingin menikah dengan anda,"sahut Yuniar kukuh pada pendiriannya, membuat Aiden menghela napas panjang.
Yuniar terlihat mulai tidak nyaman. Gadis yang memakai kemeja itu mulai menggaruk lehernya.
"Kenapa leherku terasa gatal, ya? Apa jangan-jangan, aku terkena ulat bulu saat berlari dan bersembunyi di kebun pisang tadi, ya?"gumam Yuniar dalam hati dengan wajah yang tiba-tiba cemas.
Yuniar berusaha untuk tidak menggaruk tubuhnya. Karena rasa gatal itu semakin menjalar di tubuhnya.
"Kamu kenapa?"tanya Aiden menoleh sebentar ke arah Yuniar.
Aiden mengernyitkan keningnya saat melihat Yuniar yang nampak tidak tenang dan seperti menahan sesuatu.
"Tidak apa-apa,"ujar Yuniar seraya mengusap beberapa bagian tubuhnya yang terasa semakin gatal.
"Orang bilang, jika wanita mengatakan tidak apa-apa, itu berarti sedang tidak baik-baik saja,"ujar Aiden yang mulai melewati jalan yang sudah agak banyak dilalui kendaraan. Hari benar-benar telah menjadi gelap.
Yuniar tidak menjawab. Gadis itu masih mengusap beberapa bagian tubuhnya yang terasa gatal.
"Apa tubuhmu gatal-gatal lagi?"tanya Aiden saat melihat Yuniar mengusap beberapa bagian tubuhnya untuk meredakan gatalnya.
Aiden yang penasaran pun, akhirnya menyalakan lampu dalam mobil.
"Akhh! Akhh!"pekik Yuniar tiba-tiba. Saat meraba lehernya, Yuniarti menemukan ulat bulu. Yuniar melempar asal ulat bulu itu.
"Akkhh! Akkhh!"
Yuniar kembali memekik dan membuka sabuk pengamannya, karena saat melihat ke arah dadanya sendiri, malah masih ada ulat lagi yang masuk ke dalam kemejanya.
"Hei! Tenang!"ujar Aiden yang sempat terkejut mendengar Yuniar memekik. Aiden mencoba menepikan mobilnya.
"Ulat! Ulat! Ulat! Akkh!"pekik Yuniar yang panik mencoba mengibas-ngibaskan kemejanya hingga tanpa senagaja tubuhnya malah terhuyung dan jatuh ke arah Aiden.
"Akkhh"
"Hei!"
"Tiiiinnn.."
"Akhhh!!"
"Brakk"
...🌟"Ada ubi ada talas, ada budi ada balas. Walaupun tidak semua hutang budi bisa dibalas."🌟...
..."Nana 17 Oktober"...
...🌸❤️🌸...
To be continued
Karena terkejut saat Yuniar tiba-tiba jatuh ke arahnya, Aiden kehilangan fokus mengemudi hingga mobil mereka bertabrakan dengan mobil lain. Bahkan mobil Aiden sampai terguling-guling.
Aiden berusaha mendekap tubuh Yuniar agar gadis itu tidak terluka. Mengingat gadis itu terjatuh ke arahnya dan kehilangan keseimbangan. Sedangkan mobil yang mereka tumpangi tertabrak cukup keras dan berguling-guling.
Bagian depan mobil Aiden ringsek hingga kaki Aiden terjepit di dalam mobil. Terdapat luka di beberapa bagian tubuh Aiden dan Yuniar. Dua orang itu pingsan dengan posisi Aiden memeluk Yuniar.
Tak lama kemudian, tim medis pun datang. Mereka mengeluarkan Yuniar terlebih dahulu. Namun para petugas medis lumayan kesulitan mengeluarkan Aiden, karena kaki Aiden yang terjepit di dalam mobil.
Kedua orang itu akhirnya di bawa ke rumah sakit, untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut dari petugas medis.
Tak lama kemudian, Roni yang merupakan asisten Aiden pun datang. Pemuda itu nampak menunggu majikannya di depan ruang UGD dengan wajah khawatir.
Roni bergegas beranjak dari tempat duduknya saat melihat ruangan UGD itu terbuka. Seorang dokter nampak keluar dari ruangan itu.
"Do.. Do.. Dokter, ba.. ba.. bagaimana ke..ke. keadaan.."
"Tuan Aiden sudah bisa dibawa ke ruangan rawat. Tuan Aiden mengalami luka di beberapa bagian tubuhnya. Untuk bagian kaki, nanti bisa di periksa lebih lanjut oleh dokter ahlinya. Saya permisi,"ucap dokter itu memotong kata-kata Roni karena tidak sabar menunggu Roni yang bicaranya gagap itu.
Akhirnya Roni menunggui Aiden yang sudah dipindahkan di ruangan rawat. Tak lama kemudian, seorang dokter pun masuk ke ruangan itu.
"Ron, bagaimana keadaan Aiden?"tanya dokter yang tidak lain adalah Fina. Sahabat Aiden dan juga Roni dari masa sekolah dulu.
"Tu.. Tu.. "
"Plak"
"Tuan mengalami luka di beberapa bagian tubuhnya termasuk kakinya,"ucap Roni cepat tanpa titik dan koma setelah pundaknya di tepuk oleh Fina.
Fina menghampiri ranjang tempat Aiden terbaring. Wanita itu kemudian memeriksa sahabatnya itu. Dan memang benar apa yang dikatakan oleh Roni, terdapat beberapa luka di tubuh Aiden. Luka di kepala dan lengan. Sedangkan kaki Aiden nampak terlihat memar dan sedikit gepeng karena tergencet body mobil.
Di ruangan lain, Yuniar yang sudah merasa lebih baik pun meninggalkan ruangan rawatnya untuk melihat keadaan Aiden. Setelah bertanya pada beberapa orang perawat, akhirnya Yuniar menemukan ruangan rawat Aiden. Yuniar mengurungkan niatnya untuk masuk ke dalam ruang rawat Aiden saat melihat seorang dokter masuk ke ruangan itu. Yuniar melihat dari celah pintu yang tidak tertutup rapat ada Roni dan Fina dan dokter yang baru masuk tadi berjalan mendekati ranjang Aiden.
Fina dan Roni mendekati Aiden karena melihat jemari tangan Aiden mulai bergerak-gerak. Aiden nampak mengedip-ngedipkan matanya untuk menyesuaikan cahaya yang masuk ke retina matanya.i
"Akhirnya kamu sadar juga,"ujar Fina merasa lega,"Bagaimana? Apa yang sekarang kamu rasakan?"tanya Fina ingin memastikan kesehatan sahabatnya.
Aiden mencoba menggerakkan anggota tubuhnya. Pria itu berusaha untuk duduk. Namun Aiden merasa kedua kakinya tidak bisa digerakkan.
"Fin, kenapa kakiku tidak bisa digerakkan dan tidak bisa merasakan apa-apa?"tanya Aiden terlihat panik seraya memegang kakinya.
"Dok!"panggil Fina pada rekan seprofesi nya yang ada di dekatnya.
"Biar saya periksa dulu. Menurut yang saya dengar, kaki Tuan Aiden terjepit body mobil. Karena itulah saya datang ke sini untuk memeriksanya,"sahut dokter yang baru masuk tadi.
Dokter itu memeriksa kaki Aiden menggunakan Reflex Hammer atau palu refleks untuk menguji refleks tendon dalam/lutut Aiden.
Dokter melakukan pengujian refleksitas Aiden, karena pengujian ini merupakan bagian penting dari pemeriksaan fisik neurologis untuk mendeteksi kelainan pada sistem saraf pusat atau perifer.
"Kaki Tuan Aiden mengalami kelumpuhan,"ujar dokter itu menghela napas panjang setelah memeriksa kaki Aiden.
"Apa?!"tanya Aiden dan Fina nampak terkejut, begitu pula dengan Roni.
"A.. Apa masih bisa di sembuhkan, dok?"tanya Aiden nampak khawatir.
Sedangkan Yuniar yang menguping pembicaraan mereka pun nampak terkejut. Yuniar terlihat syok mengetahui kaki Aiden lumpuh karena kecelakaan yang mereka alami beberapa jam yang lalu. Dan penyebab kecelakaan itu adalah dirinya.
"Kita bisa mencoba penyembuhan dengan berbagai macam cara. Mengenai sembuh atau tidaknya, itu tergantung pada kondisi Tuan Aiden. Kelumpuhan ini di akibatkan oleh kecelakaan yang dialami Tuan Aiden. Jadi, kemungkinan kelumpuhan ini karena cidera. Kita akan mencari tahu, cidera apa yang menyebabkan kelumpuhannya dan seberapa parah kerusakan atau cideranya. Setelah itu, kita baru bisa menentukan pengobatan seperti apa yang harus dijalani Tuan Aiden,"jelas dokter itu.
"Jadi, kelumpuhan ini hanya sementara, 'kan, dok?"tanya Aiden dengan ekspresi yang sulit di jelaskan.
"Kita belum bisa memastikan kelumpuhan pada kaki Tuan Aiden ini sementara atau permanen, sebelum kita memeriksanya lebih lanjut. Besok kita lakukan pemeriksaan lebih lanjut. Kalau begitu, saya permisi dulu,"ujar dokter itu kemudian berjalan menuju pintu keluar.
Yuniar yang sedang mengintip dan menguping di depan pintu ruangan itu pun bergegas menyingkir dari depan ruangan itu dan bersembunyi.
Aiden nampak terdiam setelah dokter itu pergi. Ada kekhawatiran yang terlihat jelas di wajah pria rupawan itu. Rasa takut jika kakinya lumpuh permanen sangat mengganggu pikirannya. Aiden tidak bisa membayangkan jika harus duduk di kursi roda selama sisa hidupnya. Haruskah dirinya berakhir menjadi pria cacat sampai akhir hidupnya? Itulah yang ada di dalam pikiran Aiden.
"Kamu jangan khawatir, Den! Zaman sekarang, dunia medis semakin maju. Banyak dokter ahli yang bisa menyembuhkan penyakit pasien yang dulunya sulit untuk di sembuhkan. Jadi, kamu harus optimis untuk sembuh,"
"Kamu harus berpikir positif, Den. Yakinlah bahwa kamu pasti sembuh. Lagi pula, ini, 'kan, belum di periksa lebih lanjut. Siapa tahu hanya lumpuh sementara,"ucap Fina panjang lebar.
Fina ingin memberikan support untuk Aiden. Agar sahabatnya itu tidak putus asa karena saat ini kakinya lumpuh.
"Aku harap, aku hanya lumpuh sementara, Fin. Aku tidak mau menjadi pria lumpuh, Fin,"ujar Aiden menghela napas yang terasa berat.
Yuniar menunduk dalam,"Semua ini karena salahku. Jika saja aku tidak menghadang mobil Tuan Aiden, dan meminta pertolongan dari Tuan Aiden, aku tidak akan menumpang di mobilnya. Dan kami tidak akan mengalami kecelakaan karena aku yang ketakutan oleh ulat bulu. Ini karena salahku. Semuanya salahku!"gumam Yuniar di tempat persembunyiannya. Gadis itu berlinang air mata seraya memukul-mukul dinding.
Yuniar benar-benar merasa bersalah karena telah membuat Aiden mengalami kecelakaan dan menyebabkan kaki Aiden menjadi lumpuh. Namun tiba-tiba gadis itu mengusap air matanya.
"Ini semua terjadi karena kesalahan ku. Aku harus bertanggung jawab pada Tuan Aiden. Karena secara tidak langsung, Tuan Aiden menjadi cacat karena aku. Aku harus merawat Tuan Aiden sampai Tuan Aiden sembuh,"gumam Yuniar penuh tekad.
Yuniar meminjam handphone seseorang yang ditemuinya untuk menghubungi ibunya. Mengatakan dirinya akan menginap di rumah temannya karena harus mengerjakan tugas kuliahnya.
Karena selama ini Yuniar tidak pernah berbohong, ibu Yuniar pun percaya begitu saja pada Yuniar.
Dengan tekad yang bulat, gadis itu melangkahkan kakinya menuju ruangan Aiden. Yuniar mengetuk pintu ruangan rawat Aiden. Gadis itu masuk ke dalam ruangan itu setelah terdengar suara pria dari dalam ruangan itu mempersilahkan dirinya untuk masuk.
"Tuan,"sapa Yuniar setelah membuka pintu, kemudian menutup kembali pintu itu dan berjalan menghampiri Aiden.
"Kamu?"Aiden nampak terkejut melihat Yuniar datang ke ruangannya,"Bagaimana keadaan kamu?"tanya Aiden kemudian.
Aiden melihat Yuniar dari atas hingga ke bawah untuk melihat gadis itu terluka di bagian mana saja. Aiden hanya melihat perban di dahi dan lengan Yuniar. Tapi, Aiden melihat tubuh Yuniar terlihat memerah dan sedikit bengkak. Mungkin karena ulat bulu, mengingat Yuniar yang histeris karena ulat bulu tadi. Hingga menyebabkan mereka berdua mengalami kecelakaan.
"Saya baik-baik saja. Maafkan saya, Tuan! Kecelakaan ini terjadi karena saya. Karena itu, saya akan bertanggung jawab dengan merawat anda sampai anda sembuh,"ucap Yuniar menatap Aiden.
"Tidak perlu. Aku bisa menyewa perawat untuk merawat ku,"sahut Aiden memalingkan wajahnya menghela napas panjang.
"Tuan mau atau tidak, saya akan tetap merawat anda. Sebab, anda menjadi seperti ini karena saya,"sahut Yuniar, kukuh pada pendiriannya.
"Apa kamu memiliki pengalaman medis, hingga kamu ingin merawat aku?"
"Saya akan belajar dan akan mengurus anda dengan baik, sampai anda sembuh,"Yuniar menatap Aiden dengan tatapan penuh sesal dan kasihan.
"Aku tidak mau kamu merawat aku karena kamu merasa bersalah dan merasa bertanggung jawab atas apa yang terjadi padaku. Pergilah! Aku tidak menyalahkan kamu karena kecelakaan ini,"ucap Aiden terdengar datar setelah melihat Yuniar menatapnya dengan tatapan kasihan.
Gadis yang selama ini di kejar-kejar nya dan selalu menghindari dirinya, sekarang ingin mengurus dirinya karena rasa bersalah. Aiden tidak suka jika Yuniar mengurus dirinya karena merasa bersalah. Apalagi saat melihat tatapan kasihan Yuniar pada dirinya. Aiden benar-benar tidak suka.
"Saya tidak akan pergi walaupun anda mengusir saya. Saya akan tetap merawat anda sampai sembuh,"sahut Yuniar kukuh pada pendiriannya.
"Aku tidak ingin di rawat seorang wanita. Kecuali wanita itu adalah istri ku,"ucap Aiden agar Yuniar tidak lagi bersikeras untuk merawat dirinya.
"Kalau begitu, saya akan menikah dengan anda, Agar saya bisa merawat anda sebagai istri anda,"ujar Yuniar keras kepala.
...🌸❤️🌸...
.
To be continued
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!